selamat datang

Kampus ku

Pesan Kami

DATA

Postingan
Komentar

Total Tayangan Halaman

Like Facebook


Jumat, 11 Mei 2012

Askep Jiwa Waham


LAPORAN PENDAHULUAN WAHAM

Masalah Utama.

Perubahan isi pikir : waham

Pengertian.

Waham adalah keyakinan seseorang yang berdasarkan penilaian realitas yang salah. Keyakinan klien tidak konsisten dengan tingkat intelektual dan latar belakang budaya klien.
Manifestasi klinik waham yaitu berupa : klien mengungkapkan sesuatu yang diyakininya (tentang agama, kebesaran, kecurigaan, keadaan dirinya) berulang kali secara berlebihan tetapi tidak sesuai kenyataan, klien tampak tidak mempunyai orang lain, curiga, bermusuhan, merusak (diri, orang lain, lingkungan), takut, kadang panik, sangat waspada, tidak tepat menilai lingkungan / realitas, ekspresi wajah tegang, mudah tersinggung

Proses terjadinya masalah

  1. Penyebab.
    Penyebab secara umum dari waham adalah gannguan konsep diri : harga diri rendah. Harga diri rendah dimanifestasikan dengan perasaan yang negatif terhadap diri sendiri, termasuk hilangnya percaya diri dan harga diri, merasa gagal mencapai keinginan.
  2. Akibat.
    Akibat dari waham, klien dapat mengalami kerusakan komunikasi verbal yang ditandai dengan pikiran tidak realistic, flight of ideas, kehilangan asosiasi, pengulangan kata-kata yang didengar dan kontak mata yang kurang. Akibat yang lain yang ditimbulkannya adalah beresiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan.

Pohon masalah Waham

Pohon Masalah Waham

Masalah keperawatan dan data yang perlu dikaji pada Waham

  1. Masalah keperawatan :
    1. Resiko tinggi mencederai diri, orang lain dan lingkungan
    2. Kerusakan komunikasi : verbal
    3. Perubahan isi pikir : waham
    4. Gangguan konsep diri : harga diri rendah.
  2. Data yang perlu dikaji :
    1. Resiko tinggi mencederai diri, orang lain dan lingkungan
      1. Data subjektif. Klien memberi kata-kata ancaman, mengatakan benci dan kesal pada seseorang, klien suka membentak dan menyerang orang yang mengusiknya jika sedang kesal, atau marah, melukai / merusak barang-barang dan tidak mampu mengendalikan diri
      2. Data objektif: Mata merah, wajah agak merah, nada suara tinggi dank eras, bicara menguasai, ekspresi marah, pandangan tajam, merusak dan melempar barang-barang.
    2. Kerusakan komunikasi : verbal
      1. Data subjektif: Klien mengungkapkan sesuatu yang tidak realistik
      2. Data objektif: Flight of ideas, kehilangan asosiasi, pengulangan kata-kata yang didengar dan kontak mata kurang
    3. Perubahan isi pikir : waham ( NN.)
      1. Data subjektif : Klien mengungkapkan sesuatu yang diyakininya ( tentang agama, kebesaran, kecurigaan, keadaan dirinya) berulang kali secara berlebihan tetapi tidak sesuai kenyataan.
      2. Data objektif: Klien tampak tidak mempunyai orang lain, curiga, bermusuhan, merusak (diri, orang lain, lingkungan), takut, kadang panik, sangat waspada, tidak tepat menilai lingkungan / realitas, ekspresi wajah klien tegang, mudah tersinggung
    4. Gangguan harga diri rendah
      1. Data subjektif: Klien mengatakan saya tidak mampu, tidak bisa, tidak tahu apa-apa, bodoh, mengkritik diri sendiri, mengungkapkan perasaan malu terhadap diri sendiri
      2. Data objektif: Klien terlihat lebih suka sendiri, bingung bila disuruh memilih alternatif tindakan, ingin mencedaerai diri/ ingin mengakhiri hidup

Diagnosa Keperawatan Waham

  1. Kerusakan komunikasi verbal berhubungan dengan waham
  2. Resiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan berhubungan dengan waham
  3. Perubahan isi pikir : waham (NNU.) berhubungan dengan harga diri rendah.

Rencana Keperawatan Waham

  1. Diagnosa Keperawatan 1: kerusakan komunikasi verbalberhubungan dengan waham
    1. Tujuan umum :
      1. Klien tidak terjadi kerusakan komunikasi verbal
    2. Tujuan khusus :
      1. Klien dapat membina hubungan saling percaya dengan perawat
        1. Tindakan
          1. Bina hubungan. saling percaya: salam terapeutik, perkenalkan diri, jelaskan tujuan interaksi, ciptakan lingkungan yang tenang, buat kontrak yang jelas topik, waktu, tempat
          2. Jangan membantah dan mendukung waham klien: katakan perawat menerima keyakinan klien 'saya menerima keyakinan anda' disertai ekspresi menerima, katakan perawat tidak mendukung disertai ekspresi ragu dan empati, tidak membicarakan isi waham klien.
          3. Yakinkan klien berada dalam keadaan aman dan terlindungi: katakan perawat akan menemani klien dan klien berada di tempat yang aman, gunakan keterbukaan dan kejujuran jangan tinggalkan klien sendirian.
          4. Observasi apakah wahamnya mengganggu aktivitas harian dan perawatan diri.
      2. Klien dapat mengidentifikasi kemampuan yang dimiliki
        1. Tindakan :
          1. Beri pujian pada penampilan dan kemampuan klien yang realistis.
          2. Diskusikan bersama klien kemampuan yang dimiliki pada waktu lalu dan saat ini yang realistis.
          3. Tanyakan apa yang biasa dilakukan kemudian anjurkan untuk melakukannya saat ini (kaitkan dengan aktivitas sehari hari dan perawatan diri).
          4. Jika klien selalu bicara tentang wahamnya, dengarkan sampai kebutuhan waham tidak ada. Perlihatkan kepada klien bahwa klien sangat penting.
      3. Klien dapat mengidentifikasikan kebutuhan yang tidak terpenuhi
        1. Tindakan :
          1. Observasi kebutuhan klien sehari-hari.
          2. Diskusikan kebutuhan klien yang tidak terpenuhi baik selama di rumah maupun di rumah sakit (rasa sakit, cemas, marah).
          3. Hubungkan kebutuhan yang tidak terpenuhi dan timbulnya waham.
          4. Tingkatkan aktivitas yang dapat memenuhi kebutuhan klien dan memerlukan waktu dan tenaga (buat jadwal jika mungkin).
          5. Atur situasi agar klien tidak mempunyai waktu untuk menggunakan wahamnya.
      4. Klien dapat berhubungan dengan realitas
        1. Tindakan :
          1. Berbicara dengan klien dalam konteks realitas (diri, orang lain, tempat dan waktu).
          2. Sertakan klien dalam terapi aktivitas kelompok : orientasi realitas.
          3. Berikan pujian pada tiap kegiatan positif yang dilakukan klien
      5. Klien dapat menggunakan obat dengan benar
        1. Tindakan :
          1. Diskusikan dengan kiten tentang nama obat, dosis, frekuensi, efek dan efek samping minum obat.
          2. Bantu klien menggunakan obat dengan priinsip 5 benar (nama pasien, obat, dosis, cara dan waktu).
          3. Anjurkan klien membicarakan efek dan efek samping obat yang dirasakan.
          4. Beri reinforcement bila klien minum obat yang benar.
      6. Klien dapat dukungan dari keluarga
        1. Tindakan :
          1. Diskusikan dengan keluarga melalui pertemuan keluarga tentang: gejala waham, cara merawat klien, lingkungan keluarga dan follow up obat.
          2. Beri reinforcement atas keterlibatan keluarga.
  2. Diagnosa Keperawatan 2: Resiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan berhubungan dengan waham
    1. Tujuan Umum:
      1. Klien terhindar dari mencederai diri, orang lain dan lingkungan.
    2. Tujuan Khusus:
      1. Klien dapat membina hubungan saling percaya.
        1. Tindakan:
          1. Bina hubungan saling percaya : salam terapeutik, empati, sebut nama perawat dan jelaskan tujuan interaksi.
          2. Panggil klien dengan nama panggilan yang disukai.
          3. Bicara dengan sikap tenang, rileks dan tidak menantang.
          4. Beri perhatian dan penghargaan : teman klien walau tidak menjawab.
      2. Klien dapat mengidentifikasi penyebab perilaku kekerasan.
        1. Tindakan:
          1. Beri kesempatan mengungkapkan perasaan.
          2. Bantu klien mengungkapkan perasaan jengkel / kesal.
          3. Dengarkan ungkapan rasa marah dan perasaan bermusuhan klien dengan sikap tenang.
      3. Klien dapat mengidentifikasi tanda tanda perilaku kekerasan
        1. Tindakan :
          1. Anjurkan klien mengungkapkan yang dialami dan dirasakan saat jengkel/kesal.
          2. Observasi tanda perilaku kekerasan.
          3. Simpulkan bersama klien tanda tanda jengkel / kesal yang dialami klien.
      4. Klien dapat mengidentifikasi perilaku kekerasan yang biasa dilakukan.
        1. Tindakan:
          1. Anjurkan mengungkapkan perilaku kekerasan yang biasa dilakukan.
          2. Bantu bermain peran sesuai dengan perilaku kekerasan yang biasa dilakukan.
          3. Tanyakan 'apakah dengan cara yang dilakukan masalahnya selesai?'
      5. Klien dapat mengidentifikasi akibat perilaku kekerasan.
        1. Tindakan:
          1. Bicarakan akibat/kerugian dari cara yang dilakukan.
          2. Bersama klien menyimpulkan akibat dari cara yang digunakan.
          3. Tanyakan apakah ingin mempelajari cara baru yang sehat.
      6. Klien dapat mengidentifikasi cara konstruktif dalam berespon terhadap kemarahan.
        1. Tindakan :
          1. Beri pujian jika mengetahui cara lain yang sehat.
          2. Diskusikan cara lain yang sehat.Secara fisik : tarik nafas dalam jika sedang kesal, berolah raga, memukul bantal / kasur.
          3. Secara verbal : katakan bahwa anda sedang marah atau kesal / tersinggung
          4. Secara spiritual : berdo'a, sembahyang, memohon kepada Tuhan untuk diberi kesabaran.
      7. Klien dapat mengidentifikasi cara mengontrol perilaku kekerasan.
        1. Tindakan:
          1. Bantu memilih cara yang paling tepat.
          2. Bantu mengidentifikasi manfaat cara yang telah dipilih.
          3. Bantu mensimulasikan cara yang telah dipilih.
          4. Beri reinforcement positif atas keberhasilan yang dicapai dalam simulasi.
          5. Anjurkan menggunakan cara yang telah dipilih saat jengkel / marah.
      8. Klien mendapat dukungan dari keluarga.
        1. Tindakan :
          1. Beri pendidikan kesehatan tentang cara merawat klien melalui pertemuan keluarga.
          2. Beri reinforcement positif atas keterlibatan keluarga.
      9. Klien dapat menggunakan obat dengan benar (sesuai program).
        1. Tindakan:
          1. Diskusikan dengan klien tentang obat (nama, dosis, frekuensi, efek dan efek samping).
          2. Bantu klien mengunakan obat dengan prinsip 5 benar (nama klien, obat, dosis, cara dan waktu).
          3. Anjurkan untuk membicarakan efek dan efek samping obat yang dirasakan.
  3. Diagnosa Keperawatan 3: Perubahan isi pikir : waham ( N.. ) berhubungan dengan harga diri rendah
    1. Tujuan umum :
      1. Klien tidak terjadi gangguan konsep diri : harga diri rendah/klien akan meningkat harga dirinya.
    2. Tujuan khusus :
      1. Klien dapat membina hubungan saling percaya
        1. Tindakan :
          1. Bina hubungan saling percaya : salam terapeutik, perkenalan diri, jelaskan tujuan interaksi, ciptakan lingkungan yang tenang, buat kontrak yang jelas (waktu, tempat dan topik pembicaraan)
          2. Beri kesempatan pada klien untuk mengungkapkan perasaannya
          3. Sediakan waktu untuk mendengarkan klien
          4. Katakan kepada klien bahwa dirinya adalah seseorang yang berharga dan bertanggung jawab serta mampu menolong dirinya sendiri
      2. Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
        1. Tindakan :
          1. Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
          2. Hindarkan memberi penilaian negatif setiap bertemu klien, utamakan memberi pujian yang realistis
          3. Klien dapat menilai kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
      3. Klien dapat menilai kemampuan yang dapat digunakan
        1. Tindakan :
          1. Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
          2. Diskusikan pula kemampuan yang dapat dilanjutkan setelah pulang ke rumah
      4. Klien dapat menetapkan / merencanakan kegiatan sesuai dengan kemampuan yang dimiliki
        1. Tindakan :
          1. Rencanakan bersama klien aktivitas yang dapat dilakukan setiap hari sesuai kemampuan
          2. Tingkatkan kegiatan sesuai dengan toleransi kondisi klien
          3. Beri contoh cara pelaksanaan kegiatan yang boleh klien lakukan
      5. Klien dapat melakukan kegiatan sesuai kondisi dan kemampuan
        1. Tindakan :
          1. Beri kesempatan mencoba kegiatan yang telah direncanakan
          2. Beri pujian atas keberhasilan klien
          3. Diskusikan kemungkinan pelaksanaan di rumah
      6. Klien dapat memanfaatkan sistem pendukung yang ada
        1. Tindakan :
          1. Beri pendidikan kesehatan pada keluarga tentang cara merawat klien
          2. Bantu keluarga memberi dukungan selama klien dirawat
          3. Bantu keluarga menyiapkan lingkungan di rumah
          4. Beri reinforcement positif atas keterlibatan keluarga

DAFTAR PUSTAKA

  1. Aziz R, dkk. Pedoman Asuhan Keperawatan jiwa. Semarang: RSJD Dr. Amino Gondoutomo. 2003
  2. Keliat Budi A. Proses keperawatan kesehatan jiwa. Edisi 1. Jakarta: EGC. 1999
  3. Tim Direktorat Keswa. Standart Asuhan Keperawatan kesehatan jiwa. Edisi 1. Bandung: RSJP.2000
  4. Townsend M.C. Diagnosa keperawatan pada keperawatan psikiatri; pedoman untuk pembuatan rencana keperawatan. Jakarta: EGC. 1998
  5. NN..Pelatihan Asuhan Keperawatan pada klien gangguan jiwa. Semarang. 20 ?22 Novembr 2004.

Askep Jiwa Depresi


LAPORAN PENDAHULUAN DEPRESI

MASALAH UTAMA

Gangguan alam perasaan: depresi.

PROSES TERJADINYA MASALAH

Depresi adalah suatu jenis alam perasaan atau emosi yang disertai komponen psikologik : rasa susah, murung, sedih, putus asa dan tidak bahagia, serta komponen somatik: anoreksia, konstipasi, kulit lembab (rasa dingin), tekanan darah dan denyut nadi sedikit menurun.
Depresi disebabkan oleh banyak faktor antara lain : faktor heriditer dan genetik, faktor konstitusi, faktor kepribadian pramorbid, faktor fisik, faktor psikobiologi, faktor neurologik, faktor biokimia dalam tubuh, faktor keseimbangan elektrolit dan sebagai­nya.
Depresi biasanya dicetuskan oleh trauma fisik seperti penyakit infeksi, pembedahan, kecelakaan, persalinan dan sebagainya, serta faktor psikik seperti kehilangan kasih sayang atau harga diri dan akibat kerja keras.
Depresi merupakan reaksi yang normal bila berlangsung dalam waktu yang pendek dengan adanya faktor pencetus yang jelas, lama dan dalamnya depresi sesuai dengan faktor pencetusnya. Depresi merupakan gejala psikotik bila keluhan yang bersangkutan tidak sesuai lagi dengan realitas, tidak dapat menilai realitas dan tidak dapat dimengerti oleh orang lain.

POHON MASALAH

Resiko mencederai diri
Akibat
Gangguan alam perasaan: depresi
Core problem
Koping maladaptif
Penyebab

MASALAH KEPERAWATAN DAN DATA YANG PERLU DIKAJI

  1. Gangguan alam perasaan: depresi
    1. Data subyektif:
      1. Tidak mampu mengutarakan pendapat dan malas berbicara.Sering mengemukakan keluhan somatik. Merasa dirinya sudah tidak berguna lagi, tidak berarti, tidak ada tujuan hidup, merasa putus asa dan cenderung bunuh diri.
    2. Data obyektif:
      1. Gerakan tubuh yang terhambat, tubuh yang melengkung dan bila duduk dengan sikap yang merosot, ekspresi wajah murung, gaya jalan yang lambat dengan lang­kah yang diseret.Kadang-kadang dapat terjadi stupor. Pasien tampak malas, lelah, tidak ada nafsu makan, sukar tidur dan sering me­nangis.
        Proses berpikir terlambat, seolah-olah pikirannya kosong, konsentrasi tergang­gu, tidak mempunyai minat, tidak dapat berpikir, tidak mempunyai daya khayal Pada pasien psikosa depresif terdapat perasaan bersalah yang mendalam, tidak masuk akal (irasional), waham Data Obyektifsa, depersonalisasi dan halusinasi.
        Kadang-kadang pasien suka menunjukkan sikap bermusuhan (hostility), mudah tersinggung (irritable) dan tidak suka diganggu.
  2. Koping maladaptif
    1. Data Subyektif : menyatakan putus asa dan tak berdaya, tidak bahagia, tak ada harapan.
    2. Data Obyektif : nampak sedih, mudah marah, gelisah, tidak dapat mengontrol impuls.

DIAGNOSA KEPERAWATAN

  1. Resiko mencederai diri berhubungan dengan depresi
  2. Gangguan alam perasaan: depresi berhubungan dengan koping maladaptif.

RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN

  1. Tujuan umum: Klien tidak mencederai diri.
  2. Tujuan khusus
    1. Klien dapat membina hubungan saling percaya
      1. Tindakan:
        1. Perkenalkan diri dengan klien
        2. Lakukan interaksi dengan pasien sesering mungkin dengan sikap empat
        3. Dengarkan pemyataan pasien dengan sikap sabar empati dan lebih banyak memakai bahasa non verbal. Misalnya: memberikan sentuhan, anggukan
        4. Perhatikan pembicaraan pasien serta beri respons sesuai dengan keinginanny
        5. Bicara dengan nada suara yang rendah, jelas, singkat, sederhana dan mudah dimengerti
        6. Terima pasien apa adanya tanpa membandingkan dengan orang lain.
    2. Klien dapat menggunakan koping adaptif
      1. Tindakan:
        1. Beri Data Obyektifrongan untuk mengungkapkan perasaannya dan mengatakan bahwa perawat memahami apa yang dirasakan pasien.
        2. Tanyakan kepada pasien cara yang biasa dilakukan mengatasi perasaan sedih/menyakitkan
        3. Diskusikan dengan pasien manfaat dari koping yang biasa digunakan
        4. Bersama pasien mencari berbagai alternatif koping.
        5. Beri Data Obyektifrongan kepada pasien untuk memilih koping yang paling tepat dan dapat diterima
        6. Beri Data Obyektifrongan kepada pasien untuk mencoba koping yang telah dipilih
        7. Anjurkan pasien untuk mencoba alternatif lain dalam menyelesaikan masalah.
    3. Klien terlindung dari perilaku mencederai diri
      1. Tindakan:
        1. Pantau dengan seksama resiko bunuh diri/melukai diri sendiri.
        2. Jauhkan dan simpan alat-alat yang dapat digunakan olch pasien untuk mencederai dirinya/orang lain, ditempat yang aman dan terkunci.
        3. Jauhkan bahan alat yang membahayakan pasien.
        4. Awasi dan tempatkan pasien di ruang yang mudah dipantau oleh peramat/petugas.
    4. Klien dapat meningkatkan harga diri
      1. Tindakan:
        1. Bantu untuk memahami bahwa klien dapat mengatasi keputusasaannya.
        2. Kaji dan kerahkan sumber-sumber internal individu.
        3. Bantu mengidentifikasi sumber-sumber harapan (misal: hubungan antar sesama, keyakinan, hal-hal untuk diselesaikan).
    5. Klien dapat menggunakan dukungan sosial
      1. Tindakan:
        1. Kaji dan manfaatkan sumber-sumber ekstemal individu (orang-orang terdekat, tim pelayanan kesehatan, kelompok pendukung, agama yang dianut).
        2. Kaji sistem pendukung keyakinan (nilai, pengalaman masa lalu, aktivitas keagamaan, kepercayaan agama).
        3. Lakukan rujukan sesuai indikasi (misal : konseling pemuka agama).
    6. Klien dapat menggunakan obat dengan benar dan tepat
      1. Tindakan:
        1. Diskusikan tentang obat (nama, Data Obyektifsis, frekuensi, efek dan efek samping minum obat).
        2. Bantu menggunakan obat dengan prinsip 5 benar (benar pasien, obat, Data Obyektifsis, cara, waktu).
        3. Anjurkan membicarakan efek dan efek samping yang dirasakan.
        4. Beri reinforcement positif bila menggunakan obat dengan benar.

Askep Jiwa Halusinasi Dengar

I. MASALAH UTAMA



II. PROSES TERJADINYA MASALAH

  1. Pengertian Halusinasi dengar merupakan persepsi sensori yang salah terhadap stimulus dengar eksternal yang tidak mampu di identifikasi (Beck dan Wiliam, 1980).
    Halusinasi dengar merupakan adanya persepsi sensori pada pendengaran individu tanpa adanya stimulus eksternal yang nyata (Stuart dan Sundeen, 1984).
  2. Tanda dan gejala
    Perilaku pasien yang teramati adalah sebagai berikut
    1. Melirikkan mata ke kiri dan ke kanan seperti mencari siapa atau apa yang sedang berbicara.
    2. Mendengarkan dengan penuh perhatian pada orang lain yang tidak sedang berbicara atau kepada benda mati seperti mebel, tembok dll.
    3. Terlibat percakapan dengan benda mati atau dengan seseorang yang tidak tampak.
    4. Menggerak-gerakan mulut seperti sedang berbicara atau sedang menjawab suara.
  3. Penyebab :
    1. Isolasi sosial menarik diri
      1. Pengertian
        Menarik diri merupakan gangguan dengan menarik diri dari orang lain yang di tandai dengan isolasi diri (menarik diri) dan perawatan diri yang kurang.
      2. Penyebab
        1. Perkembangan
          Sentuhan, perhatian, kehangatan dari keluarga yang mengakibatkan individu menyendiri, kemampuan berhubungan dengan klien tidak adekuat yang berakhir dengan menarik diri.
        2. Harga diri rendah
      3. Tanda dan gejala
        Tanda gejala menarik diri dapat dilihat dari berbagai aspek antara lain
        1. Aspek fisik
          1. Penampilan diri kurang.
          2. Tidur kurang.
          3. Keberanian kurang.
        2. Aspek emosi
          1. Bicara tidak jelas.
          2. Merasa malu.
          3. Mudah panik.
        3. Aspek sosial
          1. Duduk menyendiri
          2. Tampak melamun
          3. Tidak perduli lingkungan
          4. Menghindar dari orang lain
        4. Aspek intelektual
          1. Merasa putus asa
          2. Kurang percaya diri
  4. Akibat
    1. Resiko mencederai orang lain dan diri sendiri
      1. Pengertian
        Suatu keadaan dimana seorang individu melakukan suatu tindakan yang dapat membahayakan keselamatan jiwanya maupun orang lain di sekitarnya (Town send, 1994)
      2. Penyebab
        1. Halusinasi
        2. Delusi
      3. Tanda dan gejala
        1. Adanya peningkatan aktifitas motorik
        2. Perilaku aktif ataupun destruktif
        3. Agresif

III. POHON MASALAH

Resiko mencederai diri sendiri dan orang lain
Gangguan persepsi sensori : halusinasi dengar
Isolasi sosial : menarik diri

IV. MASALAH DAN DATA YANG PERLU DIKAJI

  1. Data Obyektif
    Apakah klien terdapat tanda dan gejala seperti di bawah ini
    1. Melirikkan mata ke kiri dan ke kanan seperti mencari siapa atau apa yang sedang berbicara
    2. Mendengarkan dengan penuh perhatian pada orang lain yang tidak sedang berbicara atau kepada benda mati seperti mebel,tembok dll
    3. Menggerak-gerakan mulut seperti sedang berbicara atau sedang menjawab suara
    4. Tidur kurang / terganggu
    5. Penampilan diri kurang
    6. Keberanian kurang
    7. Bicara tidak jelas
    8. Merasa malu
    9. Mudah panik
    10. Duduk menyendiri.
    11. Tampak melamun.
    12. Tidak peduli lingkungan.
    13. Menghindar dari orang lain.
    14. Adanya peningkatan aktifitas motorik.
    15. Perilaku aktif ataupun destruktif.
  2. Data Subyektif
    Pasien mengatakan sering mendengar suara-suara tanpa ada wujud yang tampak.

V. DIAGNOSA KEPERAWATAN

  1. Resiko mencederai diri sendiri dan orang lain berhubungan dengan gangguan persepsi sensori: Halusinasi dengar.
  2. Gangguan persepsi sensori: halusinasi dengar berhubungan dengan adanya isolasi sosial : menarik diri.

VI. FOKUS INTERVENSI

  1. Diagnosa I . Resiko menciderai diri sensiri dan orang lain berhubungan dengan gangguan sensori : Halusinasi dengar .
    1. TUM : Klien tidak menciderai orang lain .
    2. TUK : 1. Klien dapat membina hubungan saling percaya
      1. dengan kriteria hasil :
        1. Ekspresi wajah bersahabat.
        2. Menunjukkan rasa senang.
        3. Ada kontak mata atau mau jabat tangan.
        4. Mau menyebutkan nama.
        5. Mau menyebut dan menjawab salam.
        6. Mau duduk dan berdampingan dengan perawat.
        7. Mau mengutarakan masalah yang dihadapi.
      2. Intervensi:
        Bina hubungan saling percaya dengan prinsip komunikasi terapeutik.
        1. Sapa klien dengan ramah baik secara verbal maupun non verbal.
        2. Perkenalkan diri dengan sopan.
        3. Tanyakan nama lengkap klien dan nama panggilan yang disukai klien.
        4. Jelaskan tujuan pertemuan.
        5. Jujur dan menepati janji.
        6. Tunjukan sikap empati dan terima klien apa adanya.
        7. Beri perhatian kepada klien dan perhatikan kebutuan dasar klien.

        Rasionalisasi : Hubungan saling percaya merupakan dasar untuk kelancaran hubungan interaksi selanjutnya.
    3. TUK :2. Klien dapat mengenal halusinasi
      1. dengan kriteria hasil:
        1. Klien dapat menyebutkan waktu, isi, frekuensi timbulnya halusinasi.
        2. Klien dapat mengungkapkan perasaanya terhadap halusinasi.
      2. Intervensi :
        1. Bantu klien mengenal halusinasinya.
          1. Jika menemukan klien yang sedang halusinasi, tanyakan apa yang sedang terdengar.
          2. Katakan bahwa perawat percaya klien mendengar suara itu namun perawat sendiri tidak melihatnya.
          3. Katakan bahwa klien lain juga tidak mendengar yang seperti klien dengar.
          4. Katakan bahwa perawat siap membantu klien.
        2. Diskusikan dengan klien
          1. Situasi yang menimbulkan atau tidak menimbulkan halusinasi.
          2. Waktu dan frekuensi terjadinya halusinasi.
        3. Diskusikan dengan klien apa yang dirasakan jika terjadi halusinasi.
    4. TUK : 3. Klien dapat mengontrol halusinasinya
      1. dengan kriteria hasil :
        1. Klien dapat menyebutkan tindakan yang dapat dilakukan untuk mengendalikan halusinasinya.
        2. Klien dapat menyebutkan cara baru untuk mengendalikan halusinasi
        3. Klien dapat memilih cara yang telah dipilih untuk mengendalikan halusinasi.
        4. Klin dapat mengikuti terapi aktivitas kelompok.
      2. Intervensi:
        1. Identifikasi bersama klien cara yang dilakukan jika terjadi halusinasi.
          Rasional: merupakan upaya untuk memutus siklus halusinasi.
        2. Diskusikan manfaat cara yang digunakan klien, jika bermanfaat beri pujian.
          Rasional: reinforcement positif dapat meningkatkan harga diri klien.
        3. Diskusikan cara baru untuk mengontrol timbulnya halusinasi.
          1. Katakan “ saya tidak mau dengar kamu”
          2. Menemui orang lain untuk bercakap-cakap.
          3. Melihat jadwal kegiatan sehari-hari agar halusinasi tidak sempat muncul.
          4. Meminta perawat / teman / keluarga untuk menyapa jika klien melamun.

          Rasional: memberi alternative pikiran bagi klien
        4. Bantu klien melatih dan memutus halusinasi secara bertahap.
          Rasional: Memotivasi dapat meningkatkan keinginan klien untuk mencoba memilih salah satu cara pengendalian halusinasi.
        5. Beri kesempatan untuk melakukan cara yang telah dilatih, evaluasi hasilnya dan beri pujian jika berhasil
        6. Anjurkan klien untuk mengikuti Terapi Aktifitas Kelompok, orientasi realita.
          Rasional: Stimulasi persepsi dapat mengurangi perubahan interpretasi realita klien.
    5. TUK : 4. Klien mendapat dukungan keluarga dalam mengontrol halusinasinya
      1. dengan kriteria hasil:
        1. Klien dapat menjalin hubungan saling percaya dengan perawat
        2. Keluarga dapat menyebutkan pengertian, tanda dan tindakan untuk mengendalikan halusinasi
      2. Intervensi:
        1. Anjurkan klien untuk memberi tahu keluarga sedang halusinasi.
          Rasional: untuk mendapatkan bantuan keluarga dalam mengontrol halusinasi.
        2. Diskusikan dengan keluarga tentang
          1. Gejala halusinasi yang dialami klien.
          2. Cara yang dapat dilakukan klien dan keluarga untuk memutus halusinasi.
          3. Cara merawat anggota keluarga yang halusinasi di rumah, beri kegiatan jangan biarkan sendiri.
          4. Beri informasi tentang kapan pasien memerlukan bantuan.

          Rasional : Untuk meningkatkan pengetahuan tentang halusinasi.
    6. TUK: 5. Klien memanfaatkan obat dengan baik.
      1. Dengan kriteria hasil :
        1. Klien dan keluarga mampu menyebutkan manfaat, dosis dan efek samping obat
        2. Klien dapat menginformasikan manfaat dan efek samping obat
        3. Klien dapat memahami akibat pemakaina obat tanpa konsultasi
        4. Klien dapat menyebutkan prinsip 5 benar pengunaan obat.
      2. Intervensi:
        1. Diskusikan dengan klien dan keluarga tentang dosis, frekuensi dan manfaat obat.
        2. Anjurkan klien untuk minta sendiri obat pada perawat dan merasakan manfaatnya.
        3. Anjurkan klien bicara dengan dokter tentang manfaat obat dan efek samping obat yang dirasakan.

        Rasional ; dengan mengetahui efek samping obat klien tahu apa yang harus dilakukan setelah minum obat.
      3. Diskusikan bahayanya obat tanpa konsultasi.
        Rasional: Pengobatan dapat berjalan sesuai dengan rencana.
      4. Bantu klien menggunakan prinsip lima benar.
        Rasional: dengan mengetahui prinsip maka kemandirian klien tentang pengobatan dapat ditingkatkan secara bertahap.

DAFTAR PUSTAKA

  1. Boyd dan Nihart. 1998. Psichiatric Nursing & Contenporary Practice . I Edition . Lippincot . Philadelphia .
  2. Carpenito , Lynda Juall. 1998. Buku Saku Diagnosa Keperawatan . EGC. Jakarta .
  3. Schultz dan Videback. 1998. Manual Psychiatric Nursing Care Plan. 5 th Edition . Lippincott. Philadelphia .
  4. Keliat , Budi Anna. 1998. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa . EGC. Jakarta.
  5. Stuart dan sundeen . 1995. Buku Saku Keperawatan Jiwa . Edisi 3. EGC.Jakarta .
  6. Townsend . 1995. Nursing Diagnosis In Psychiatric Nursing a Pocket Guide For Care Plan Construction . Edisi 3 . EGC. Jakarta.

Askep / Asuhan Keperawatan Jiwa Harga Diri Rendah A.

MASALAH UTAMA
Harga diri rendah

B. PENGERTIAN

Harga diri rendah adalah menolak dirinya sebagai sesuatu yang berharga dan tidak dapat bertanggungjawab pada kehidupannya sendiri.

C. PROSES TERJADINYA MASALAH

Konsep diri di definisikan sebagai semua pikiran, keyakinan dan kepercayaan yang membuat seseorang mengetahui tentang diriya dan mempengaruhi hubungannya dengan orang lain (Stuart & Sunden, 1995). Konsep diri tidak terbentuk sejak lahir namun dipelajari.

RENTANG RESPON KONSEP DIRI

Rentang Respon Harga Diri
Salah satu komponen konsep diri yaitu harga diri dimana harga diri adalah penilaian individu tentang pencapaian diri dengan menganalisa seberapa jauh perilaku sesuai dengan ideal diri (Keliat, 1999).
Sedangkan harga diri rendah adalah menolak dirinya sebagai sesuatu yang berharga dan tidak bertanggungjawab atas kehidupannya sendiri. Jika individu sering gagal maka cenderung harga diri rendah.
Harga diri rendah jika kehilangan kasih sayang dan penghargaan orang lain. Harga diri diperoleh dari diri sendiri dan orang lain, aspek utama adalah diterima dan menerima penghargaan dari orang lain.
Gangguan harga diri rendah di gambarkan sebagai perasaan yang negatif terhadap diri sendiri, termasuk hilangnya percaya diri dan harga diri, merasa gagal mencapai keinginan, mengkritik diri sendiri, penurunan produktivitas, destruktif yang diarahkan pada orang lain, perasaan tidak mampu, mudah tersinggung dan menarik diri secara sosial.
Faktor yang mempegaruhi harga diri meliputi penolakan orang tua, harapan orang tua yang tidak relistis, kegagalan yang berulang kali, kurang mempunyai tanggungjawab personal, ketergantungan pada orang lain dan ideal diri yag tidak realistis. Sedangkan stresor pencetus mungkin ditimbulkan dari sumber internal dan eksternal seperti :
  1. Trauma seperti penganiayaan seksual dan psikologis atau menyaksikan kejadian yang mengancam.
  2. Ketegangan peran beruhubungan dengan peran atau posisi yang diharapkan dimana individu mengalami frustrasi. Ada tiga jeis transisi peran :
    1. Transisi peran perkembangan adalah perubahan normatif yang berkaitan dengan pertumbuhan. Perubahan ini termasuk tahap perkembangan dalam kehidupan individu atau keluarga dan norma-norma budaya, nilai-nilai tekanan untuk peyesuaian diri.
    2. Transisi peran situasi terjadi dengan bertambah atau berkurangnya anggota keluarga melalui kelahiran atau kematian.
    3. Transisi peran sehat sakit sebagai akibat pergeseran dari keadaan sehat ke keadaan sakit. Transisi ini mungkin dicetuskan oleh kehilangan bagian tubuh, perubahan ukuran, bentuk, penampilan dan fungsi tubuh, perubahan fisik, prosedur medis dan keperawatan.
Gangguan harga diri atau harga diri rendah dapat terjadi secara :
  1. Situasional, yaitu terjadi trauma yang tiba-tiba, misal harus operasi, kecelakaan, dicerai suami, putus sekolah, putus hubugan kerja dll. Pada pasien yang dirawat dapat terjadi harga diri rendah karena privacy yang kurang diperhatikan : pemeriksaan fisik yang sembarangan, pemasangan alat yang tidak sopan (pemasangan kateter, pemeriksaan pemeriksaan perianal dll.), harapan akan struktur, bentuk dan fungsi tubuh yang tidak tercapai karena di rawat/sakit/penyakit, perlakuan petugas yang tidak menghargai.
  2. Kronik, yaitu perasaan negatif terhadap diri telah berlangsung lama

D. POHON MASALAH

Resiko isolasi sosial: menarik diri
Gangguan konsep diri : Harga diri rendah
Core problem
Berduka disfungsional

E. MASALAH KEPERAWATAN DAN DATA YANG PERLU DIKAJI

  1. Masalah keperawatan :
    1. Resiko isolasi sosial : menarik diri.
    2. Gangguan konsep diri : harga diri rendah.
    3. Berduka disfungsional.
  2. Data yang perlu dikaji :
    1. Data subyektif :
      Klien mengatakan: saya tidak mampu, tidak bisa, tidak tahu apa-apa, bodoh, mengkritik diri sendiri, mengungkapkan perasaan malu terhadap diri sendiri.
    2. Data obyektif:
      Klien tampak lebih suka sendiri, bingung bila disuruh memilih alternatif tindakan, ingin mencederai diri / ingin mengakhiri hidup.

F. DIAGNOSA KEPERAWATAN

  1. Resiko isolasi sosial: menarik diri berhubungan dengan harga diri rendah.
  2. Gangguan konsep diri: harga diri rendah berhubungan dengan berduka disfungsional.

G. RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN

  1. Tujuan umum: sesuai masalah (problem).
  2. Tujuan khusus :
    1. Klien dapat membina hubungan saling percaya dengan perawat Tindakan :
      1. Bina hubungan saling percaya
        1. Salam terapeutik
        2. Perkenalan diri
        3. Jelaskan tujuan inteniksi
        4. Ciptakan lingkungan yang tenang
        5. Buat kontrak yang jelas (waktu, tempat dan topik pembicaraan).
      2. Beri kesempatan pada klien mengungkapkan perasaannya.
      3. Sediakan waktu untuk mendengarkan klien.
      4. Katakan kepada klien bahwa ia adalah seseorang yang berharga dan bertanggung jawab serta mampu menolong dirinya sendiri.
    2. Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki. Tindakan :
      1. Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki klien.
      2. Hindarkan memberi penilaian negatif setiap bertemu klien, utamakan memberi pujian yang realistis.
      3. Klien dapat menilai kemampuan dan aspek positif yang dimiliki.
    3. Klien dapat menilai kemampuan yang dapat digunakan. Tindakan :
      1. Diskusikan bersama klien kemampuan yang masih dapat digunakan.
      2. Diskusikan pula kemampuan yang dapat dilanjutkan setelah pulang ke rumah.
    4. Klien dapat menetapkan / merencanakan kegiatan sesuai kemampuan yang dimiliki. Tindakan :
      1. Rencanakan bersama klien aktivitas yang dapat dilakukan setiap hari sesuai kemampuan.
      2. Tingkatkan kegiatan sesuai dengan toleransi kondisi klien.
      3. Beri contoh cara pelaksanaan kegiatan yang boleh klien lakukan.
    5. Klien dapat melakukan kegiatan sesuai kondisi dan kemampuan Tindakan :
      1. Beri kesempatan mencoba kegiatan yang telah direncanakan.
      2. Beri pujian atas keberhasilan
      3. Diskusikan kemungkinan pelaksanaan di rumah.
    6. Klien dapat memanfaatkan sistem pendukung yang ada. Tindakan :
      1. Beri pendidikan kesehatan pada keluarga tentang cara merawat klien.
      2. Bantu keluarga memberi dukungan selama klien dirawat.
      3. Bantu keluarga menyiapkan lingkungan di rumah.
      4. Beri reinforcement positif atas keterlibatan keluarga.

DAFTAR PUSTAKA

  1. Boyd dan Nihart. (1998). Psychiatric Nursing& Contemporary Practice. 1st edition. Lippincot- Raven Publisher: Philadelphia.
  2. Carpenito, Lynda Juall. (1998). Buku Saku Diagnosa Keperawatan. EGC: Jakarta.
  3. Keliat, Budi Anna dll. (1998). Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa.. EGC: Jakarta.
  4. Schultz dan Videback. (1998). Manual Psychiatric Nursing Care Plan. 5th edition. Lippincott- Raven Publisher: philadelphia.
  5. Stuart dan Sundeen. (1995). Buku Saku Keperawatan Jwa. Edisi 3. EGC: Jakarta.
  6. Townsend. (1995). Nursing Diagnosis in Psychiatric Nursing a Pocket Guide for Care Plan Construction. Edisi 3.Jakarta : EGC

Askep Jiwa Gangguan Konsep Diri

PENDAHULUAN

Klien dirawat dirumah sakit umum dengan masalah fisik juga mengalami masalah psikososial seperti, berdiam diri, tidak ingin bertemu dengan orang lain, merasa kecewa/putus asa, malu dan tidak berguna disertai keragu-raguan dan percaya diri yang kurang.
Pemeriksaan penunjang yang dilakukan klien (loboratorium , CT scan) dan tindakan (suntik, infus, observasi rutin) sering membuat klien merasa sebagai obyek. Keluarga juga sering merasakan kekhawatiran dan ketidakpastian keadaan klien ditambah dengan kurangnya waktu petugas kesehatan (perawat dan dokter) untuk membicarakan keadaan klien.Terutama pada ruangan gawat darurat, tim kesehatan focus pada penyelamatan klien dengan segera.
Klien dan keluarga sering tidak diajak berkomunikasi, kurang diberi informasi yang dapat mengakibatkan perasaan sedih, ansietas, takut, marah, frustasi, tidak berdaya karena informasi yang tidak jelas disertai ketidakpastian. Mereka tidak mengetahui proses yang terjadi, sewaktu-waktu mereka dipanggil untuk membeli obat atau alat. Mereka tidak berani bertanya atau jika bertanya akan mendapat jawaban yang tidak memuaskan.

KONSEP DIRI

Konsep diri adalah semua ide, pikiran, kepercayaan dan pendirian yang diketahui individu tentang dirinya dan mempengaruhi individu dalam berhubungan dengan orang lain ( Stuart & Sundeen, 1995 ).
Termasuk persepsi indvidu akan sifat dan kemampuannya, interaksi dengan orang lain dan lingkungan, nilai-nilai yang berkaitan dengan pengalaman dan objek, tujuan serta keinginannya.
Lebih menjelaskan bahwa konsep diri adalah cara individu memandang dirinya secara utuh : fisikal, emosional, intelektual, sosial, dan spiritual.
Konsep diri belum ada saat dilahirkan, tetapi dipelajari dari pengalaman unik melalui eksplorasi diri sendiri hubungan dengan orang dekat dan berarti bagi dirinya. Dipelajari melalui kontak sosial dan pengalaman berhubungan dengan orang lain. Pandangan individu tentang dirinya dipengaruhi oleh bagaimana individu mengartikan pandangan orang lain tentang dirinya.
Konsep diri berkembang dengan baik apabila : budaya dan pengalaman di keluarga dapat memberikan perasaan positif, memperoleh kemampuan yang berarti bagi individu / lingkungan dan dapat beraktualissasi, sehingga individu menyadari potensi dirinya.
Respons individu terhadap konsep dirinya berfluktuasi sepanjang rentang konsep diri yaitu dari adaptif sampai maladaptive ( gambar 1 )

RENTANG RESPONS KONSEP DIRI

Rentang Respon Konsep Diri

Gambar I : Rentang respon terhadap konsep diri

  1. Aktualisasi diri adalah : pernyataan diri tentang konsep diri yang positif dengan latar belakang pengalaman nyata yang sukses dan dapat diterima
  2. Konsep diri positif apabila individu mempunyai pengalaman yang positif dalam beraktualisasi diri dan menyadari hal –hal positif maupun yang negative dari dirinya
  3. Harga diri rendah adalah ; individu cenderung untuk menilai dirinya negative dan merasa lebih rendah dari orang lain
  4. Identitas kacau adalah kegagalan individu mengintegrasikan aspek – aspek identitas masa kanak – kanak ke dalam kematangan aspek psikososial kepribadian pada masa dewasa yang harmonis
  5. Depersonalisasi adalah ; perasaan yang tidak realistis dan asing terhadap diri sendiri yang berhubungan dengan kecemasan, kepanikan serta tidak dapat membedakan dirinya dengan orang lain.

Konsep diri terdiri dari 5 ( lima ) komponen ( Stuart dan Sundeen, 1991 ) :

  1. Citra diri
  2. Ideal diri
  3. Harga diri
  4. Penampilan peran / Peran diri
  5. Identitas diri.

CITRA TUBUH (Body image)

Citra tubuh adalah sikap, persepsi, keyakinan dan pengetahuan individu secara sadar atau tidak sadar terhadap tubuhnya yaitu ukuran, bentuk, struktur, fungsi, keterbatasan, makna dan obyek yang kontak secara terus menerus ( anting, make up, kontak lensa, pakaian, kursi roda) dengan tubuh.
Pandangan ini terus berubah oleh pengalaman dan persepsi baru. Gambaran tubuh yang diterima secara realistis akan meningkatkan keyakinan diri sehingga dapat mantap dalam menjalani kehidupan.
Gangguan citra tubuh adalah perubahan persepsi tentang tubuh yang diakibatkan oleh perubahan ukuran, bentuk, struktur, fungsi, keterbatasan, makna dan objek yang sering kontak dengan tubuh.
Pada klien yang dirawat dirumah sakit umum, perubahan citra tubuh sangat mungkin terjadi. Stressor pada tiap perubahan adalah :
  1. Perubahan ukuran tubuh : berat badan yang turun akibat penyakit
  2. Perubahan bentuk tubuh : tindakan invasif, seperti operasi, suntikan, daerah pemasangan infus
  3. Perubahan struktur : sama dengan perubahan bentuk tubuh disrtai dengan pemasanagn alat di dalam tubuh
  4. Perubahan fungsi : berbagai penyakit yang dapat merubah system tubuh
  5. Keterbatasan : gerak, makan, kegiatan
  6. Makna dan obyek yang sering kontak : penampilan dan dandan berubah, pemasangan alat pada tubuh klien ( infus, fraksi, respitor, suntik, pemeriksaan tanda vital, dll)

IDEAL DIRI

Ideal diri adalah persepsi individual tentang bagaimana dia harus berperilaku berdasarkan standart, tujuan, keinginan atau nilai pribadi tertentu. Sering disebut bahwa ideal diri sama dengan cita-cita, keinginan, harapan tentang diri sendiri. Ideal diri diperlukan oleh individu untuk memacu pada tingkat yang lebih tinggi.
Gangguan ideal diri adalah ideal diri yang terlalu tinggi, sukar dicapai dan tidak realistis. Ideal diri yang samar dan tidak jelas dan cenderung menuntut.
Pada klien yang dirawat dirumah sakit karena sakit fisik maka ideal dirinya dapat terganggu. Atau ideal diri klien terhadap hasil pengobatan yang terlalu tinggi dan sukar dicapai.
Tanda dan gejala yang dapat dikaji :
  1. Mengungkapkan keputusasaan akibat penyakitnya , misalnya : saya tidak bisa ikut ujian karena sakit, saya tidak bisa lagi jadi peragawati karena bekas operasi di muka saya, kaki saya yang dioperasi tidak dapat main bola.
  2. Mengungkapkan keinginan yang terlalu tinggi, misalnya : saya pasti bisa sembuh padahal prognosa penyakitnya buruk; setelah sehat saya akan sekolah lagi padahal penyakitnya mengakibatkan tidak mungkin lagi sekolah.

HARGA DIRI ( Self-Esteem)

Harga diri adalah penilaian individu tentang pencapaian diri dengan menganalisa seberapa jauh perilaku sesuai dengan ideal diri. Pencapaian ideal diri/cita-cita/harapan langsung menghasilkan perasaan berharga.
Harga diri yang tinggi berakar dari penerimaan diri sendiri tanpa syarat, sebagai individu yang berarti dan penting, walaupun salah, gagal atau kalah. Harga diri diperoleh dari penghargaan diri sendiri dan orang lain. Faktor yang mempengaruhi harga diri tinggi adakah perasaan diterima, dicintai, dihormati serta frekwensi kesuksesan.
Gangguan harga diri dapat digambarkan sebagai perasaan yang negatif terhadap diri sendiri, hilang kepercayaan diri, merasa gagal mencapai keinginan.
Gangguan harga diri yang disebut harga diri rendah dan dapat terjadi secara :
  1. Situasional, yaitu terjadi trauma yang tiba-tiba, misalnya harus operasi, kecelakaan, dicerai suami, putus sekolah, putus hubungan kerja, perasaan malu karena sesuatu (korban perkosaan, dituduh KKN, dipenjara tiba-tiba).
    1. Privacy yang kurang diperhatikan, misalnya : pemeriksaan fisik yang sembarangan, pemasangan alat yang tidak sopan (pencukuran pubis, pemasangan kateter, pemeriksaan perneal).
    2. Harapan akan struktur, bentuk dan fungsi tubuh yang tidak tercapai karena dirawat/sakit/penyakit.
    3. Perlakuan petugas kesehatan yang tidak menghargai, misalnya berbagai pemeriksaan dilakukan tanpa penjelasan, berbagai tindakan tanpa persetujuan.

    Kondisi ini banyak ditemukan pada klien gangguan fisik
  2. Kronik, yaitu perasan negatif terhadap diri telah berlangsung lama, yaitu sebelum sakit/dirawat. Klien ini mempunyai cara berfikir yang negatif. Kejadian sakit dan dirawat akan menambah persepsi negarif terhadap dirinya. Kondisi ini mengakibatkan respons yang maladaptive.
    Kondisi ini dapat ditemukan pada klien gangguan fisik yang kronis atau pada klien gangguan jiwa.
Gangguan gejala yang dapat dikaji :
  1. Perasaan malu terhadap diri sendiri akibat penyakit dan akibat tindakan terhadap penyakit. Misalnya : malu dan sedih karena rambut jadi botak setelah mendapat terapi sinar pada kanker.
  2. Rasa bersalah terhadap diri sendiri. Misalnya : ini tidak akan terjadi jika saya segera ke rumah sakit, menyalahkan/ mengejek dan mengkritik diri sendiri
  3. Merendahkan martabat. Misalnya : saya tidak bisa, saya tidak mampu, saya orang bodoh dan tidak tahu apa-apa.
  4. Gangguan hubungan sosial, seperti menarik diri, klien tidak ingin bertemu dengan orang lain, lebih suka sendiri.
  5. Percaya diri kurang. Klien sukar mengambil keputusan, misalnya tentang memilih alternatif tindakan
  6. Mencederai diri. Akibat harga diri yang rendah disertai harapan yang suram, mungkin klien ingin mengakhiri kehidupan.

PERAN DIRI

Peran : adalah seperangkat perilaku yang diharapkan secara sosial yang berhubungan dengan fungsi individu pada berbagai kelompok sosial. Tiap individu mempunyai berbagai peran yang terintregrasi dalam pola fungsi individu.
Menurut Stuart dan Sundeen ada 5 ( lima ) faktor yang mempengaruhi penyesuaian diri dengan peran :
  1. Kejelasan perilaku dan pengetahuan yang sesuai dengan peran
  2. Konsistensi respon orang yang berarti terhadap peran individu
  3. Keseimbangan dan kesesuaian antara peran yang dilakukan
  4. Keselarasan harapan dan kebudayaan dengan peran
  5. Kesesuaian situasi yang dapat mendukung pelaksanaan peran
Gangguan penampilan peran adalah berubah atau terhenti fungsi peran yang disebabkan oleh penyakit, proses menua, putus sekolah, putus hubungan kerja
Pada klien yang sedang dirawat di rumah sakit otomatis peran sosial klien berubah menjadi peran sakit. Peran klien yang berubah adalah :
  1. Peran dalam keluarga
  2. Peran dalam pekerjaan/sekolah
  3. Peran dalam berbagai kelompok
Klien tidak dapat melakukan peran yang biasa dilakukan selama dirawat dirumah sakit. Atau setelah kembali dari rumah sakit, klien tidak mungkin melakukan perannya yang biasa.
Tanda dan gejala yang dapat dikaji :
  1. Mengingkari ketidakmampuan menjalankan peran
  2. Ketidakpuasan peran
  3. Kegagalan menjalankan peran yang baru
  4. Ketegangan menjalankan peran yang baru
  5. Kurang tanggung jawab
  6. Apatis/bosan/jenuh dan putus asa
Masalah keperawatan yang mungkin muncul :
  1. Perubahan penampilan peran
  2. Gangguan harga diri rendah
  3. Keoutusasaan
  4. ketidakberdayaan

IDENTITAS DIRI

Identitas diri pengorganisasian prinsip dari kepribadian yang bertanggung jawab terhadap kesatuan, berkesinambungan, konsistensi dan keunikan individu.
Pembentukan identitas dimulai pada masa bayi dan terus berlangsung sepanjang kehidupan tapi merupakan tugas utama pada masa remaja.
Mempunyai konotasi otonomi dan meliputi persepsi seksualitas seseorang.
Gangguan identitas adalah kekaburan / ketidakpastian memandang diri sendiri. Penuh dengan keraguan, sukar menetapkan keinginan dan tidak mampu mengambil keputusan.
Tanda dan gejala yang dapat dikaji :
  1. Tidak ada percaya diri
  2. Sukar mengambil keputusan
  3. Ketergantungan
  4. Masalah dalam hubungan interpersonal
  5. Ragu / tidak yakin terhadap keinginan
  6. Projeksi ( menyalahkan orang lain )
Masalah keperawatan yang mungkin timbul :
  1. Gangguan identitas personal
  2. Perubahan penampilan peran
  3. Ketidakberdayaan
  4. Keputusasaan

Kepribadian Yang Sehat

Individu dengan kepribadian yang sehat akan mengalami hal – hal berikut ini :
  1. Citra tubuh yang positif dan sesuai
  2. Ideal diri yang realistic
  3. Konsep diri yang positif
  4. Harga diri yang tinggi
  5. Penampilan peran yang memuaskan
  6. Rasa identitas yang jelas

Proses Keperawatan Gangguan Konsep Diri

PROSES KEPERAWATAN

A. Pengkajian

  1. Faktor predisposisi
    1. Faktor yang mempengaruhi harga diri, termasuk penolakan orang tua, harapan orang tua yang tidak realistik
    2. Faktor yang mempengaruhi penampilan peran, yaitu peran yang sesuai dengan jenis kelamin, peran dalam pekerjaan dan peran yang sesuai dengan kebudayaa
    3. Faktor yang mempengaruhi identitas diri, yaitu orang tua yang tidak percaya pada anak, tekanan teman sebaya dan kultur social yang berubah
  2. Faktor Presipitasi
    1. Faktor presipitasi dapat disebabkan oleh faktor dari dalam atau faktor dari luar individu ( internal or eksternal sources ), yang dibagi 5 ( lima ) kategori :
      1. Ketegangan peran, adalah stress yang berhubungan dengan frustasi yang dialami individu dalam peran atau posisi yang diharapkan seperti konsep berikut ini :
      2. Konflik peran : ketidaksesuaian peran antar yang dijalankan dengan yang diinginkan
      3. Peran yang tidak jelas: kurangnya pengetahuan individu tentang peran yang dilakukannya
      4. Peran berlebihan : kurang sumber yang adekuat untuk menampilkan seperangkat peran yang kompleks
      5. Perkembangan transisi, yaitu perubahan norma yang berkaitan dengan nilai untuk menyesuaikan diri
    2. Situasi transisi peran, adalah bertambah atau berkurangnya orang penting dalam kehidupan individu melalui kelahiran atau kematian orang yang berarti
    3. Transisi peran sehat – sakit, yaitu peran yang diakibatkan oleh keadaan sehat atau keadaan sakit. Transisi ini dapat disebabkan :
      1. Kehilangan bagian tubuh
      2. Perubahan ukuran dan bentuk, penampilan atau fungsi tubuh
      3. Perubahan fisik yang berkaitan dengan pertumbuhan dan perkembangan
      4. Prosedur pengobatan dan perawata
    4. Ancaman fisik seperti pemakaian oksigen, kelelahan, ketidakseimbangan bio – kimia, gangguan penggunaan obat, alkoholdan zat.
  3. Perilaku
    Data yang dikumpulkan oleh seorang perawat, hendaknya data perilaku yang obyektif dan dapat diamati. Perilaku yang berhubungan dengan harga diri yang rendaha ( Stuart dan Sundeen, 1995 ) yaitu identitas kacau dan depersonalisasi dapat dilihat pada tabel berikut.
    Perilaku dengan harga diri yang rendah
    1. Mengkritik diri sendiri atau orang lain
    2. Produktifitas menurun
    3. Destruktif pada orang lain
    4. Gangguan berhubungan
    5. Merasa diri lebih penting
    6. Merasa tidak layak
    7. Rasa bersalah
    8. Mudah marah dan tersinggung
    9. Perasaan negative terhadap diri sendiri
    1. Pandangan hidup yang pesimis
    2. Keluhan – keluhan fisik
    3. Pandangan hidup terpolarisasi
    4. Mengingkari kemampuan diri sendiri
    5. Mengejek diri sendiri
    6. Mencederai diri sendiri
    7. Isolasi social
    8. Penyalahgunaan zat
    9. Menarik diri dari realitas
    10. Khawatir
    11. Ketegangan peran

    Perilaku dengan Identitas kacau
    1. Tidak mengindahkan moral
    2. Mengurangi hubungan interpersonal
    3. Perasaan kosong
    4. Perasaan yang berubah – ubah
    5. Kekacauan identitas seksual
    6. Kecemasan yang tinggi
    1. Tidak mampu berempati
    2. Kurang keyakinan diri
    3. Mencintai diri sendiri
    4. Masalah hubungan intim
    5. Ideal diri tidak realistik

    Perilaku dengan Depersonalisasi
    Afek
    1. Identitas hilang
    2. Asing dengan diri sendiri
    3. Perasaan tidak aman, rendah diri, takut, malu
    4. Perasaan tidak realistic
    5. Merasa sangat terisolasi
    Persepsi
    1. Halusinasi pendengaran dan penglihatan
    2. Tidak yakin akan jenis kelaminnya
    3. Sukar membedakan diri dengan orang lain
    Kognitif
    1. Kacau
    2. Disorientasi waktu
    3. Penyimpangan pikiran
    4. Daya ingat terganggu
    5. Daya penilaian terganggu
    Perilaku
    1. Afek tumpul
    2. Pasif dan tidak ada respon emosi
    3. Komunikasi tidak selaras
    4. Tidak dapat mengontrol perasaan
    5. Tidak ada inisiatif dan tidak mampu mengambil keputusan
    6. Menarik diri dari lingkungan
    7. Kurang bersemangat

  4. Mekanisme Koping
    Jangka Pendek Jangka Panjang
    1. Kegiatan yang dilakukan untuk lari sementara dari krisis : pemakaian obat – obatan, kerja keras, nonton TV terus menerus 1. Menutup Identitas :
    Terlalu cepat mengadopsi identitas yang disenangi daro orang – orang yang berarti, tanpa mengindahkan hasrat, aspirasi atau potensi diri sendiri
    2. Kegiatan mengganti identitas sementara :
    (ikut kelompok social, keagamaan, politik )
    2. Identitas Negatif :
    Asumsi yang bertentangan dengan nilai dan harapan masyarakat
    3. Kegiatan yang memberi dukungan sementara : ( kompetisi olah raga kontes popularitas )  
    4. Kegiatan mencoba menghilangkan anti identitas sementara : (penyalahgunaan obat – obat)  

    Mekanisme pertahanan ego yang sering digunakan adalah : fantasi, disasosiasi, isolasi, proyeksi, mengalihkan marah berbalik pada diri sendiri daan orang lain

B. Masalah Keperawatan

Masalah gangguan konsep diri berhubungan dengan rasa bersalah sering menimbulkan kekacauan dan mengakibatkan respon koping yang maladaptive. Respon ini dapat dilihat bervariasi pada berbagai individu, yang mengalami ancaman integritas diri atau harga diri. Masalah keperawatan dan contoh diagnosa keperawatan lengkap yang berkaitan dengan gangguan konsep diri, lihat tabel berikut ini.
Masalah keperawatan yang berhubungan dengan konsep diri
Masalah keperawatan uatama
Contoh diagnosa keperawatan yang lengkap
1. Gangguan gambaran diri
  1. Gangguan gambaran diri berhubungan dengan harga diri rendah
  2. Gangguan gambaran diri berhubungan dengan defisit perawatan diri
2. Gangguan identitas diri
  1. Gangguan identitas diri berhubungan dengan perubahan penampilan peran
  2. Gangguan identitas berhubungan dengan keracunan obat yang dimanifestasika dengan control impuls yang kacau dan hilang
3. Gangguan penampilan peran
  1. Gangguan penampilan peran berhubungan dengan harga diri rendah
4. Gangguan harga diri
  1. Harga diri rendah berhubungan dengan ideal diri yang tidak realistik
  2. Harga diri rendah berhubungan dengan ideal diri terlalu tinggi

C. Perencanaan Tindakan Keperawatan

  1. Tujuan Umum
    Meningkatkan aktualisasi diri klien : dengan membantu menumbuhkan, mengembangkan, menyadari potensi sambil mencari kompensasi ketidakmampuan
  2. Tujuan Khusus
    Klien dapat mengenal dukungan yang dibutuhkan dalam menyelesaikan massalaha yang berhubungan dengan konsep diri daan membantu klien agar lebih mengerti akan dirinya secara tepat
  3. Tindakan Keperawatan
    Tindakan keperawatan membantu klien mengidentifikasikan penilaian tentang situasi dan perasaan yang terkait, guna meningkatkan penilaian diri dan kemudian melakukan perubahan perilaku. Pendekatan penyelesaian masalah ini memerlukan tindakan yang bertahap sebagai berikut :
    1. Memperluas kesadaran diri; Tahap memperluas kesadaran diri
      Prinsip
      Rasional
      Tindakan
      Membina hubungan saling percaya Sikap perawat yang terbuka dapat mengurangi perasaan terancam dan membantu klien menerima semua aspek dirinya
      1. Menerima klien apa adanya
      2. Dengarkan klien
      3. Dorong klien mendiskusikan pikiran dan perasaannya
      4. Respon yang tidak mengadili
      5. Katakan bahwa klien adalah individu yang berharga, bertanggung jawab dan dapat menolong diri sendiri
      Bekerja dengan kemampuan yang dimiliki klien Tingkat kemampuan menilai realitas dan control diri diperlukan sebagai landasan Asuhan Keperawatan
      1. Identitas kemampuan klien
      2. Arahkan klien sesuai dengan kemampuan yang dimiliki
      3. Meyakinkan identitas klien
      4. Beri dukungan untuk menurunkan panic
      5. Pendekatan tanpa menuntut
      6. Menerima dan mengklarifikasikan komunikasi verbal dan non verbal
      7. Cegah klien mengisolasi diri
      8. Ciptakan kegiatan rutin ( ADL )
      9. Buat batasan perilaku yang tidak pantas
      10. Orientasikan klien ke dunia yang nyata
      11. Beri pujian pada perilaku yang tepat
      12. Tingkatkan kegiatan dan tugas secara bertahap untuk menimbulkan pengalaman positif
    2. Menyelidiki diri; Membantu klien menyelidiki diri
      Prinsip
      Rasional
      Tindakan
      Bantu klien menerima perasaan dan pikirannya Dengan menunjukkan sikap menerima perasaan dan pikiran klien, maka klien akan melakukan hal yang sama
      1. Motivasi klien mengekspresikan emosi, keyakinan perilaku dan pikirannya
      2. Gunakan komunikasi terapeutik dan empati
      3. Catat pikiran yang logis, observasi respon emosi
      Menolong klien menjelaskan konsep dirinya dan hubungannya dengan orang lain secara terbuka Keterbukaan persepsi diri adalah awal untuk merubah suasana sepi dan dapat mengurangi ansietas
      1. Tumbuhkan persepsi klien terhadap kekuatan dan kelemahannya
      2. Bantu klien menurunkan self idealnya
      3. Bantu klien menjelaskan hubungannya dengan orang lain
      Menyadari dan mengontrol perasaan perawat Kesadaran diri akan membantu penampilan model perilaku dan membatasi efek negative dalam berhubungan dengan orang lain
      1. Sadari perasaan sendiri baik perasaan negative dan positif dalam berhubungan
      Empati pada klien, tekankan bahwa kekuatan untuk berubah ada pada klien Rasa empati dapat menguatkan pandangan klien memahami perasaan orang lain
      1. Gunakan respon empati dan observasi apakah perasaan perawat simpati atau empati
      2. Jelaskan bahwa klien berguna dalam memecahkan masalahnya
      3. Libatkan keluarga dan kelompok menyelidiki diri klien
      4. Bantu klien mengenal konflik dan koping maladaptive
    3. Mengevaluasi diri; Mambantu klien mengevaluasi diri
      Prinsip
      Rasional
      Tindakan
      Membantu klien mengidentifikasi masalahnya secara jelas Setelah mengetahui masalah dengan jelas alternative pemecahan dapat dibuat klien
      1. bersama klien identifikasi stressor dan bagaimana penilaiannya
      2. Jelaskan bahwa keyakinan klien mempengaruhi perasaan dan perilakunya
      Kaji respon koping adaptif dan maladaptif klien terhadap masalah yang dihadapi Dengan mengetahui koping yang dipilih klien dapat mengevaluasi konsekwensi positif dan negatif
      1. Bersama klien mengidentifikasi
      2. Keyakinan, ilusi, tujuan yang tidak realistic
      3. Identifikasi kekuatan klien
      4. Tunjukkan konsep sukses dan gagal dalam persepsi yang cocok
      5. Teliti sumber koping yang digunakan klien
      6. Uraikan pada klein bahwa respon koping dapat dipilih dengan bebas dan mempunyai dampak positif maupun negative
      7. Bersama klien mengidentifikasi respon koping yang maladaptif
      8. Komunikasi yang memfasilitasi konfrontasi yang mendukung
      9. Kalrifikasi peran
    4. Membuat perencanaan yang realistik; Membantu klien membuat rencana yang realistik
      Prinsip
      Rasional
      Tindakan
      Bantu klien mengidentifikasi pemecahan masalah Jika semua alternative sudah dievaluasi, perubahan menjadi efektif
      1. Jelaskan bahwa yang dapat merubah dirinya adalah klien bukan orang lain
      2. Bantu keyakinan dan ide klien ke dalam kenyataan
      3. Gunakan lingkungan membantu keyakinan klien jadi konsisten
      Bantu klien mengkonsep tujuan yang realistik Dengan tujuan yang jelas dapat merubah harapan yang diinginkan
      1. Bantu klien merumuskan tujuan
      2. Bantu klien untuk menetapkan perubahan yang diinginkan
      3. Anjurkan klien menggunakan pengalaman baru untuk mengembangkan potensinya
      4. Gunakan role model, role play, visualisasi dan redemonstrasi yang sesuai
    5. Bertanggung jawab dalam bertindak
      Prinsip
      Rasional
      Tindakan
      Mengeksplorasi koping adaptif dan maladaptif klien dalam memecahkan masalahnya Sangat penting bagi klien mengetahui koping yang digunakan dalam pemecahan masalahnya baik yang negative maupun yang poitif
      1. Beri kesempatan klien untuk memilih koping yang ingin digunakan dan konsekwensinya
      2. Bantu klien mengidentifikasi keuntungan kerugian mekanisme koping yang dipilih
      3. Diskusikan bila klien memilih mekanisme koping negative berikut konsekwensinya
      4. Berikan dukungan positif untuk mempertahankan kemajuannya
Untuk meningkatkan penerimaan klien secara unuk di dalam keluarga, diperlukan pendidikan kesehatan mental yang dapat dilihat pada table berikut ini

Pendidikan kesehatan mental bagi keluarga


Tujuan
Kegiatan Instruksional
Evaluasi
Menegaskan konsep keunikan anggota keluarga Diskusikan keunikan masing – masing anggota keluarga. Bantu klien mengidentifikasikan tingkat kemampuannya di antar anggota keluarga
  1. Klien dapat mengidentifikasi fungsi keluarga
Uraikan karakteristik perpaduan emosi Analisa tipe dan pola hubungan dalam keluarga. Gunakan kertas dan pensil untuk menggambarkan pola keluarga
  1. Klien menguraikan pola hubungan dalam keluarga
  2. Klien mengidentifikasi peran dan perilakunya
Diskusikan pembentukan dan pelaksanaan peran dalam keluarga Sintesa dinamika keluarga dan manifestasi stress pasien, akan mendorong komunikasi dalam keluarga
  1. Klien menyadari kontribusi keluarga terhadap stress masing – masing anggota

D. RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN

Pada makalah ini akan diuraikan tindakan keperawatan pada 2 ( dua ) diagnosa, yaitu :
  1. Perubahan penampilan peran berhubungan dengan harga diri rendah
  2. Gangguan harga diri : harga diri rendah berhubungan dengan gangguan citra tubuh
Rencana Tindakan Keperawatan pada :
1. Diagnosa : Perubahan penampilan perab berhubungan dengan harga diri rendah
  1. Tujuan Umum :
    1. Klien dapat melanjutkan peran sesuai dengan tanggung jawabnya
  2. Tujuan Khusus :
    1. Klien dapat membina hubungan saling percaya dengan perawat
    2. Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
    3. Klian dapat menilai kemampuan yang dapat dilakukan
    4. Klien dapat menetapkan ( merencanakan ) kegiatan sesuai kemampuan yang dimiliki
    5. Klien dapat melakukan kegiatan sesuai dengan kondisi sakit dan kemampuan
    6. Klien dapat memanfaatkan system pendukung yang ada
  3. Tindakan Keperawatan
    1. Bina hubungan saling percaya
      1. Salam terapeutik
      2. Perkenalkan diri
      3. Jelaskan tujuan interaksi
      4. Ciptakan lingkungan yang tenang
      5. Buat kontrak yang jelas (apa yang akan dilakukan/dibicarakan, waktu)
        1. Beri kesemapatan untuk mengungkapkan perasaannya tentang penyakit yang diderita
        2. Sediakan waktu untuk mendengarkan klien
        3. Katakan pada klien bahwa ia adalah seseorang yang berharga dan bertanggung jawab serta mampu menolong dirinya sendiri
    2. Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki klien. Dapat dimulai dari bagian tubuh yang masih berfungsi dengan baik, kemampuan lain yang dimiliki oleh klien, aspek positif ( keluarga, lingkungan ) yang dimiliki klien. Jika klien tidak mampu mengidentifikasi, maka dimulai oleh perawat memberi “ reinforcement “ ( pujian terhadap aspek positif klien
    3. Setiap bertemu klien, hindarkan memberi penilaian negative. Utamakan memberi pujian yang realistik
    4. Diskusikan dengan klien kemampuan yang masih dapat digunakan selama sakit. Misalnya : penampilan klien dalam “self-care”, latihan fisik dan ambulasi secara aspek asuhan terkait dengan gangguan fisik yang dialami klien
    5. Diskusikan pula kemampuan yang dapat dilanjutkan pengguanaannya setelah pulang sesuai dengan kondisi sakit klien.
    6. Rencanakan bersama klien aktifitas yang dapat dilakukan setiap kemampuan : kegiatan mandiri, kegiatan dengan bantuan sebagian, kegiatan yang membutuhkan bantuan total
    7. Tingkatkan kegiatan sesuai dengan toleransi kondisi klien
    8. Beri contoh cara pelaksanaan kegiatan yang boleh klien lakukan ( sering klien takut melaksanakannya )
    9. Beri kesempatan pada klien untuk mencoba kegiatan yang telah direncanakan
    10. Beri pujian atas keberhasilan klien
    11. Diskusikan kemungkinan pelaksanaan di rumah
    12. Berikan pendidikan kesehatan pada keluarga tentang cara merawat klien harga diri rendah
    13. Bantu keluarga memberi dukungan selama klien dirawat
    14. Bantu keluarga menyiapkan lingkungan di rumah
  4. Hasil Yang Diharapkan :
    1. Klien mengungkapkan perasaannya terhadap penyakit yang diderita
    2. Klien menyebutkan aspek positif dan kemampuan dirinya ( fisik, intelektual, system pendukung )
    3. Klien berperan serta dalam perawatan dirinya
    4. Percaya diri klien dengan menetapkan keinginan atau tujuan yang realistis
2. Diagnosa : Gangguan harga diri : harga diri rendah berhubungan dengan gangguan citra tubuh
  1. Tujuan Umum
    1. Klien menunjukkan pengingkatan harga diri
  2. Tujuan Khusus :
    1. Klien dapat meningkatkan keterbukaan dan hubungan saling percaya
    2. Klien dapat mengidentifikasi perubahan citra tubuh
    3. Klien dapat menilai kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
    4. Klien dapat menerima realita perubahan struktur, bentuk atau fungsi tubuh
    5. Klien dapat menyusun rencana cara – cara menyelesaikan masalah yang dihadapi
    6. Klien dapat melakukan tindakan pengembalian integritas tubuh
  3. Tindakan keperawatan :
    1. Bina hubungan saling percaya
      1. Salam terapeutik
      2. Komunikasi terbuka, jujur, empati
      3. Beri kesempatan untuk mengungkapkan perasaan klien terhadap perubahan tubuh.
      4. Sediakan waktu untuk mendengarkan klien
      5. Lakukan kontrak untuk program Asuhan Keperawatan ( pendidikan kesehatan, dukungan, konseling dan rujukan )
    2. Diskusikan perubahan struktur, bentuk atau fungsi tubuh
    3. Observasi ekspresi klien pada saat diskusi
    4. Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki klien ( tubuh, intelektual, keluarga ) oleh klien di luar perubahan yang terjadi
    5. Setiap bertemu klien, hindarkan memberi penilaian negative. Utamakan memberi pujian yang realistik
    6. Beri pujian atas aspek posirtif dan kemampuan yang masih dimiliki klien
    7. Dorong klien untuk merawat diri dan berperan serta dalam asuhan klien secara bertahap
    8. Libatkan klien dalam kelompok klien dengan masalah gangguan citra tubuh
    9. Tingkatkan dukungan keluarga pada klien terutama pasangan
    10. Diskusikan cara – cara ( booklet, leaflet sebagai sumber informasi ) yang dapat dilakukan untuk mengurangi dampak perubahan struktur, bentuk atau fungsi tubuh
    11. Dorong klien memilih cara sesuai bagi klien
    12. Bantu klien melakukan cara yang dipilih
    13. Membantu klien mengurangi perubahan citra tubuh. Misalnya : protesa untuk bagian tubuh tertentu, tongkat
    14. Rehabilitasi bertahap bagi klien
    15. Diskusikan dengan klien kemampuan yang masih dapat digunakan selama sakit. Misalnya : penampilan klien dalam “self-care”, latihan fisik dan ambulasi secara aspek asuhan terkait dengan gangguan fisik yang dialami klien
    16. Diskusikan pula kemampuan yang dapat dilanjutkan pengguanaannya setelah pulang sesuai dengan kondisi sakit klien.
    17. Rencanakan bersama klien aktifitas yang dapat dilakukan setiap kemampuan : kegiatan mandiri, kegiatan dengan bantuan sebagian, kegiatan yang membutuhkan bantuan total
    18. Tingkatkan kegiatan sesuai dengan toleransi kondisi klien
    19. Beri contoh cara pelaksanaan kegiatan yang boleh klien lakukan ( sering klien takut melaksanakannya )
    20. Beri kesempatan pada klien untuk mencoba kegiatan yang telah direncanakan
    21. Beri pujian atas keberhasilan klien
    22. Diskusikan kemungkinan pelaksanaan di rumah
    23. Berikan pendidikan kesehatan pada keluarga tentang cara merawat klien harga diri rendah
    24. Bantu keluarga memberi dukungan selama klien dirawat
    25. Bantu keluarga menyiapkan lingkungan di rumah
  4. Hasil Yang Diharapkan :
    1. Klien menerima perubahan tubuh yang terjadi
    2. Klien memilih beberapa cara mengatasi perubahan yang terjadi
    3. Klien adaptasi dengan cara – cara yang dipilih dan digunakan

Daftar Pustaka

  1. Keliat, B.A ( 1994 ), Gangguan Konsep Diri, Jakarta, EGC
  2. Keliat, B.A. ( 1998 ), Gangguan Koping, Citra Tubuh dan Seksual pada Klien Kanker, Jakarta, EGC
  3. Keliat, B.A, ( 1998 ), Penetalaksanaan Stress, Jakarta
  4. Stuart, G.W., dan Sundeen, S.J. ( 1995 ), principle and practice of psychiatric nursing, ( 5 th ed)
  5. Towsend, M.C.( 1998 ). Diagnosa Keperawatan pada Keperawatan psikiatri : Pedoman untuk pembuatan Rencana keperawatan, Jakarta : EGC ( Terjemahan ).

Pemeriksaan Kimia Darah : Fungsi dan Artinya


  1. Glukosa (Sewaktu, Puasa dan 2 jam PP)
    Untuk mengetahui kadar Glukosa darah, sehingga membantu menentukan terapi pasien diabetes
  2. Cholesterol Total, Trigliserida, HDL, LDL Direk
    Untuk mengetahui profil lemak pasien, sehingga membantu menentukan terapi, memantau terapi, menentukan faktor resiko PJK dan Stroke
  3. Lp(a)
    Merupakan faktor resiko stroke
  4. Small dense-LDL
    LDL berukuran kesil dan lebih berbahaya dari LDL, merupakan faktor resiko PJK dan stroke
  5. Ureum (BUN), Kreatinin
    Untuk mengetahui fungsi ginjal
  6. Asam Urat
    Untuk mengetahui adanya penyakit Gout Arthritis (nyeri sendi karena tingginya kadar asam urat)
  7. SGOT, SGPT
    Untuk mengetahui fungsi hati, sehingga membantu mendiagnosis kelainan hati
  8. Billirubin
    Peningkatan kadar billirubin bisa terjadi karena penyakit hati dan empedu (karena radang / infeksi, sumbatan batu, tumor) atau pemecahan sel darah merah yang berlebihan
  9. Protein Total
    Untuk mengetahui apakah seseorang menderita kekurangan protein, untuk mengetahui fungsi hati (hati merupakan organ yang menghasilkan protein)
  10. Albumin
    Kekurangan albumin dapat terjadi pada penyakit hati (misalnya serosi), kekurangan gizi, kebocoran di ginjal (misalnya sindrom nefrotik)
  11. Globulin
    Penurunan kadarnya berarti terdapat gangguan kekebalan tubuh. Peningkatan kadar globulin terjadi pada infeksi, penyakit hati dan beberapa keganasan.
  12. Cholenesterase (CHE)
    Merupakan enzim hati yang dipergunakan untuk membantu menentukan apakah fungsi sintetis dari hati masih baik
  13. Alkali Fosfatase (ALP) Gamma-GT
    Meruoakan enzim yang dihasilkan oleh hati dan saluran empedu. Peningkatan kadarnya berarti kemungkinan ada kelainan (radang, infeksi, batu, tumor) pada hati dan saluran empedu
  14. Protein Elektrophoresis (SPF)
    Merupakan test untuk mengetahui proporsi (%) fraksi-fraksi protein dalam darah (albumin, a1- dan a2-globulin, b-globulin, dan g-globulin

Kode dan Symbol Obat




OBAT

Adalah suatu bahan / campuran bahan yang dapat digunakan untuk mendiagnosis, mencegah, menghilangkan dan menyembuhkan suatu penyakit

DIMAKANAKAH ANDA DAPAT MEMPEROLEH OBAT?

Obat dapat anda peroleh lewat jalur distribusi obat yaitu:
  1. Apotek
    Ditempat ini dapat diperoleh segala bentuk obat, baik obat bebas, obat bebas terbatas, obat keras, psikotropika serta narkotika dengan resep dokter
  2. Instalasi Farmasi/Apotek Rumah Sakit
    Ditempat ini anda dapat memperoleh bentuk obat bebas terbatas tanpa resep dokter; obat keras, psikotropika serta narkotika atas dasar resep dokter
  3. Toko Obat Berijin
    Tempat ini hanya diijinkan menjual obat bebas terbatas, tidak diijinkan melayani resep dokter
  4. Warung
    Tempat ini hanya boleh melayani pembelian obat bebas.

KODE dan SIMBOL OBAT

Obat Bebas
Symbol: Kode dan Symbol Obat Bebas
Yaitu golongan obat yang dalam penggunaannya tidak membahayakan, biasanya berisi vitamin dan semacamnya. Obat ini dapat dibeli atau artinya boleh dijual tanpa resep dokter. Obat bebas dalam peredarannya mempunyai tanda khusus yaitu warna hijau didalam lingkaran warna hitam
Obat Bebas Terbatas
Symbol: Kode dan Symbol Obat Bebas Terbatas
Dikatakan terbatas karena ada batasan jumlah dan kadar isinya yang perlu diperhatikan. Biasanya ada tanda “P” (Perhatian..!!) dalam labelnya.
Contohnya:/p>
  1. P.No.1.: Awas! Obat Keras.
    Bacalah Aturan Pemakaiannya!
  2. P.No.2.: Awas! Obat Keras.
    Hanya untuk bagian luar dari badan!
Untuk membelinya diperbolehkan tanpa resep dokter. Obat bebas terbatas ditandai dengan warna biru didalam lingkaran warna hitam
Obat Keras
Symbol : Kode dan Symbol Obat Keras
Merupakan obat yang berkhasiat keras dan bila dipakai sembarangan bisa berbahaya dan meracuni tubuh, memperparah penyakit atau menyebabkan mematian. Oleh sebab itu, penggunaanya harus dibawah pengawasan dokter. Obat keras dalam peredarannya ditandai dengan huruf K dengan latar belakang warna merah di dalam lingkaran warna hitam.
Psikotropika dan Narkotika
Obat ini sama denga narkoba, yang kita kenal dapat menimbulkan ketagihan. Karena itu, obat ini dari pembuatannya sampai pemakaiannya diawasi dengan ketat oleh pemerintah dan hanya boleh diserahkan oleh Apotek atas dasar resep dokter. Tiap bulan Apotek wajib melaporkan pembelian dan pemakaiannya kepada pemerintah

APA YANG SEBAIKNYA ANDA PERHATIKAN SEBELUM MINUM OBAT…???

  1. Periksa kembali:
    Apakah nama dalam etiket sudah benar dan obat dalam keadaan baik / tidak rusak, Caranya:
    1. Baca lagi apakah nama dalam etiket obat anda benar
    2. Perhatikan apakah kemasan masih bagus, obat tidak rusak / berubah warna/bau, dan lihat tanggal kadaluarsanya
  2. Perhatikan Cara Pakai
    1. Apakah obat digunakan dengan cara diminum atau dimakan? (ditandai dengan etiket putih dari apotek)
    2. Apakah obat digunakan untuk pemakaian luar? (ditandai dengan etiket biru dari apotek)
  3. Perhatikan Aturan Pakai
    Berapa kali/berapa jumlah obat diminum atau digunakan dalam sehari, Misalnya:
    1. Sehari : 3 × 1 tablet
    2. Sehari : 3 × 2 tablet
    3. Sehari : 1 × 1 tablet
  4. Peraturan Khusus
    Obat diminum sebelum, selama atau sesudah makan. Sebelum makan berarti ½ - 2 jam sebelum makan. Selama makan berarti bersama makan atau ditengah-tengah saat makan. Sesudah makan berarti ¼ jam setelah makan

Leaflet Serangan Jantung dan Stroke

Serangan Jantung adalah : keadaan dimana kerja jantung terganggu karena otot jantung mengalami kerusakan akibat kekurangan suplai oksigen dan zat makanan karena gangguan peredaran darah menuju otot jantung.
Stroke : adalah gangguan fungsi otak akibat kerusakan otak karena gangguan peredaran darah menuju otak
Di Indonesia, stroke merupakan penyakit nomor tiga yang mematikan setelah setelah jantung dan kanker. Bahkan, menurut survei tahun 2004, stroke merupakan pembunuh no.1 di RS Pemerintah di seluruh penjuru Indonesia. Diperkirakan ada 500.000 penduduk yang terkena stroke. Dari jumlah tersebut, sepertiganya bisa pulih kembali, sepertiga lainnya mengalami gangguan fungsional ringan sampai sedang dan sepertiga sisanya mengalami gangguan fungsional berat yang mengharuskan penderita terus menerus di tempat tidur.
Penyebab serangan jantung dan Stroke adalah sama, yaitu gangguan aliran darah menuju jantung dan otak akibat sumbatan pada pembuluh darah

PENYEBAB SERANGAN JANTUNG dan STROKE

  1. Aterosklerosis, yaitu penyempitan atau kekakuan pembuluh darah akibat timbunan lemak (Plak) di dinding pembuluh darah.
  2. Trombosis, yaitu sumbatan pada pembuluh darah kecil oleh guguran Plak aterosklerosis yang lepas dari dinding pembuluh darah karena aliran darah yang deras, misalnya tekanan darah tinggi

FAKTOR RESIKO ATEROSKLEROSIS

Faktor Utama :
  1. Dislipidemia (Kelainan profil lemak darah)
  2. Hipertensi (Tekanan darah tinggi)
  3. Diabetes Melittus (Kencing Manis)
  4. Perokok
Faktor Resiko Tambahan :
  1. Kurang aktifitas fisik
  2. Stress
  3. Kadar asam urat diatas normal (Hiperuricemia)
Dislipidemia, yaitu kadar lemak darah abnormal, ditandai dengan :
  1. Peningkatan kadar kolesterol total, trigliserida, kolesterol LDL, Apo B danLP(a)
  2. Penurunan kadar kolesterol HDL merupakan awal terjadinya plak aterosklerosis
LDL merupakan kolesterol jahat karena dapat menyusup ke dinding pembuluh darah yang menjadi awal mula terjadinya plak, terutama bila memiliki ukuran kecil dan padat, atau sering disebut Small—dense LDL. Keberadaan small-dense LDL ditandai dengan rasio kolesterol LDL direk : Apo B yang rendah (<1.2).
Guguran plak aterosklerosis meninggalkan luka pada dinding pembuluh darah. Untuk menutup bekas luka, fibrinogen diubah menjadi benang-benang fibrin. Peningkatan kadar fibrinogen merupakan salah satu faktor resiko stroke dan PJK (Penyakit Jantung Koroner)
Bekuan darah dibentuk juga oleh trombosit (sel darah yang berperan juga dalam pembekuan darah). Trombosit yang mengalami kecenderungan untuk membentuk jendalan jendalan (agregasi) merupakan faktor resiko terjadinya trombosis. Untuk itu tes Agregasi Trombosit (TAT) bermanfaat dalam menghadapi permasalahan yang berkaitan dengan trombosis atau aterosklerosis.
Akhir-akhir ini, gangguan fungsi sel yang melapisi dinding pembuluh darah bagiian dalam (sel endotel) dan proses inflamasi ditengarai juga merupakan faktor resiko stroke dan PJK.
Berkaitan dengan hal itu, peningkatan kadar homosistein dan hs-CRP dapat digunakan juga sebagai petanda untuk memperkirakan resiko terjadinya  stroke dan PJK.
Penentuan faktor resiko terhadap stroke dan serangan jantung perlu dilakukan agar kita dapat melakukan upaya-upaya pencegahan

PANEL RESIKO SERANGAN JANTUNG dan STROKE :

  1. Kolesterol Total
  2. Kolesterol HDL
  3. Kolesterol LDL direk
  4. Trigliserida
  5. Rasio kolesterol total : HDL
  6. Apo B
  7. Small-dense LDL
  8. Lp(a)
  9. Glukosa puasa dan 2 Jam PP
  10. Fibrinogen
  11. Tes Agregasi Trombosit (TAT)
  12. Homosistein
  13. Hs-CRP
  14. Asam Urat
Lakukan pemeriksaan laboratorium secara rutin (6 bulan sekali) agar faktor resiko serangan jantung dan stroke dapat diketahui sedini mungkin

PENCEGAHAN SERANGAN JANTUNG dan STROKE

  1. Aspek Diet
  2. Diet gizi seimabang makanan dengan mengacu pada 4 SEHAT 5 SEMPURNA
  3. Kandungan lemak < 30% total kalori dengan rendah lemak jenuh dan cukup lemak tak jenuh
  4. Cukup serat
  5. Menghindari alkohol
  6. Olah Raga
  7. 3 – 5 kali seminggu minimal 30 menit
  8. Intensitas cukup, disesuaikan dengan usia
  9. Dipilih olah raga ritmis
  10. Obat
Bila diet dan olah raga belum dapat mengendalikan kadar gula dan profil lemak, dianjurkan menghubungi dokter agar dapat dipilih obat yang sesuai

Leaflet Kanker Serviks



Apa yang dimaksud Kanker Serviks?

Kanker Serviks adalah kanker yang terjadi pada area leher rahim (Serviks). Serviks terletak diantara rahim dan vagina
Kanker Seviks

Seberapa seringkah Kanker Serviks terjadi?

Kanker Serviks adalah kanker nomor dua yang paling sering menyebabkan kematian pada perempuan di seluruh dunia setelah kanker payudara.
Setiap tahun sekitar 500.000 perempuan di diagnosis menderita kanker serviks dan hampir 300.000 meninggal dunia. Secara keseluruhan 2,2 juta perempuan di dunia menderita kanker serviks
Kanker serviks cenderung muncul pada perempuan berusia 35 - 55 tahun, namun dapat pula muncul pada perempuandengan usia yang lebih muda.

95% kanker serviks disebabkan virus yang disebut Human Papilloma Virus (HPV>

Apa penyebab Kanker Serviks?

Setelah terjadi infeksi HPV, perkembangan ke arahkanker serviks tergantung dari jenis HPV-nya. HPV resiko rendah (Type 6 dan 11) hampir tidak beresiko menjadi kanker serviks, tapi dapat menimbulkan genital warts (kutil).Meskipun sebagian besarinfeksi HBV akan sembuh sendiri dalam 1 - 2 tahun karena adanya sistem kekebalan tubuh alami.
Infeksi yang menetap karena HPV resiko tinggi (Type 16 dan 18) akan mengarah pada kanker serviks. Kanker serviks mulai dari pra-kanker (Displasia) sampai berkembangnya sel-sel abnormal pada dinding serviks tanpa terkontrol dan membentuk sebuah benjolan yang disebut tumor

Apa Faktor Resiko terjadinya Kanker Serviks?

  1. Kegiatan seksual sebelum usia 20 tahun
  2. Berganti-ganti pasangan seksual
  3. Papaparan terhadap infeksi menualar seksual
  4. Higiene seksual buruk
  5. Pengidap Kanker Serviks di keluarga
  6. Merokok
  7. Penurunan kekebalan tubuh (HIV / AIDS)
  8. PAP Smear yang abnormal sebelumnya

Apa saja Gejala Kanker Serviks

Kondisi pra-kanker umumnya ditemukan melalui tes Pap Smear dimana ditemukan sel-sel abnormal. Bila sel-sel abnormal ini berkembang menjadi kanker serviks, barulah muncul gejala-gejala sebagai berikut
  1. Kanker stadium dini sering ditandai keputihan berlebihan, berbau busuk dan tidak sembuh-sembuh
  2. Perdarahan vagina yang tidak normal
    1. Perdarahan diantara periode menstruasi yang reguler
    2. Periode menstruasi yang lebih lama dan lebih banyak dari biasanya
    3. Perdarahan setelah hubungan seksual atau pemeriksaan panggul
    4. Perdarahan pada wanita usia menopause
  3. Rasa sakit saat hubungan seksual
  4. Pucat, kesulitan atau nyeri dalam berkemih, nyeri di daerah sekitar panggul
  5. Bila kanker sudah mencapai Stadium Tiga keatas, maka akan terjadi pembengkakan di berbagai anggota tubuh seperti betis, paha dan sebagainya
Bila mengalami salah satu gejala di atas, segera hubungi dokter. Kondisi di atas tidak selalu disebabkan oleh kanker serviks

Bagaimana Kanker Serviks di Deteksi?

Tes Pap Smear dapat mendeteksi adanya sel yang tidak normal pada serviks secara dini
Pap Smear
“Gambar diambil dari :http://medicalimages.allrefer.com"

Tips Pencegahan Kanker Serviks

  1. Menjaga kebersihan bagian kewanitaan
  2. Bila terjadi tanda abnormal pada leher rahim, segera lakukan pemeriksaan Pap Smear
  3. Lakukan hubungan seksual yang sehat
  4. Laki-laki yang tidak di khitan harus menjaga higiene seksual, karena rentan sebagai penyebar Virus HPV
  5. Jangan berganti-ganti pasangan dalam hubungan seksual (sex-partner) karena merupakan penyebab utama masuknya Virus HPV