selamat datang

Kampus ku

Pesan Kami

DATA

Postingan
Komentar

Total Tayangan Halaman

Like Facebook


Kamis, 28 Februari 2013

KEGAWATAN OBSTETRIK


KEGAWATAN OBSTETRIK
I. Emergency Obstetric Care
A. Pendahuluan
Maternal mortality claims 514,000 women’s lives each year. Nearly all these lives could be saved if affordable, good-quality obstetric care were available 24 hours a day, 7 days a week.
B. Pengertian
Kasus obstetri yg apabila tidak segera ditangani akan berakibat kematian ibu dan janinya . Kasus ini sbg penyebab kematian ibu, janin dan bayi baru lahir. Obstetrical emergencies are life-threatening medical conditions that occur in pregnancy or during or after labor and delivery.
C. Penyebab utama kematian :
Most of the deaths are caused by haemorrhage, obstructed labour, infection (sepsis), unsafe abortion and eclampsia (pregnancy-induced hypertension). Indirect causes likemalaria, HIV and anaemia

D. KASUS PERDARAHAN
1. Abortus
2. Kehamilan ektopik terganggu
3. Mola hidratidosa
4. Placenta previa
5. Abruptio placenta
6. Inversi atau Ruptur uteri
7. Atonia uteri
8. Ruptur perineum & robekan dinding vagina
9. AMNIOTIC FLUID EMBOLISM
10. Retensio plasenta
11. rolapse of the umbilical cord
12. Shoulder dystocia
E. INFEKSI & SEPSIS
1. Infeksi dlm kehamilan:
a. Virus varicella,
b. influenza,
c. toksoplasmosisherpes genitalia
2. Infeksi dlm persalinan:
a. korioamnionitis
3. Infeksi nifas :
a. metritis,
b. tromboplebitis
F. MANIFESTASI KLINIS
Untuk masing-masing ksus berbeda dng rentang waktu yg luas, perdarahan dpt bermanifestasi dari perdarahan berwujud bercak merembes profus s/d shockInfeksi & sepsis, bermanifestasi mulai dr pengeluaran cairan pervaginam yg berbau, air ketuban hijau, demam s.d shock. Pre eklamsi & eklamsi, mulai dr keluhan sakit kepala / pusing, bengkak, penglihatan kabur, kejang-kejang, tidak sadar s/d koma
G. Diagnosis
In a hospital or other urgent care facility. patient's medical history and perform a pelvic and general physical examination.The mother's vital signs, if preeclampsia is suspected, blood pressure may be monitored over a period of time. The fetal heartbeat is assessed with a doppler stethoscope, and diagnostic blood and urine tests: protein and/or bacterial infection.
An abdominal ultrasound: malpositioned placenta, such as placenta previa or placenta abruption.

II. KEHAMILAN EKTOPIK TERGANGGU (KET)
A. DEFINISI
KET adalah kehamilan dimana setelah fertilisasi , implantasi terjadidiluar endometrium kavum uteri.KET dpt mengalami abortus atau ruptur apabila masa kehamilan berkembang melebihi kapasitas ruang implantasi dan peristiwa ini disebut sbg KET
B. TANDA & GEJALA
1. Gejala kehamilan muda & abortus imminens
2. Pucat / anemia
3. Keadaan umum lemah, terjadi penurunan lesadaran
4. Shock
5. Nyeri tekan
6. Nyeri perut bagian bawah yang makin hebat apabila tubuh digerakan
C. PENANGANAN KET
1. Pemeriksaan fisik, tes kehamilan, anamnesa untuk menegakan diagnosa KET
2. Setelah terdiagnosa KET, segera lakukan persiapan operasi gawat darurat
3. Sediakan darah
4. Upayakan stabilisasi pasien dengan terapi cairan
5. Kendalikan nyeri pasca tindakan konseling pasca tindakan .

III. RUPTUR UTERI , Ruptur uteri merupakan komplikasi yg sangat fatal
A. DEFINISI
Robekan dinding rahim akibat dilampauinya daya regang miometrium yang disebabkan oleh disproporsi janin dan panggul, partus macet atau traumatik
B. TANDA & GEJALA KLINIS
1. Didahului oleh lingkaran konstriksi ( Bandl’s ring) hingga umbilikus atau diatasnya
2. Nyeri hebat pada perut bagian bawah
3. Hilangnya kontraksi & bentuk normal uterus gravidus
4. Perdarahan pervaginam dan shock
C. PENANGANAN RUPTUR UTERI
Penanganan dan pengenalan segera dan tepat pada kasus ini dapt menyelamatkan pasien dari kematian
1. Tindakan paling tepat : operasi laparatomi u/ menlahirkan anak & placenta
2. Resusitasi cairan untuk mengganti kehilangan darah
3. Pantau tanda vital & shock hipovolemik scr ketat
4. Bila konsenvasi uterus masih diperlukan & kondisi jaringan memungkinkan, dilakukan tindakan operasi uterus
5. Bila luka mengalami nekrosis luas & kondisi pasien menghawatirkan dilakukan histerektomi
6. Pemantauan ketat KU, TV, perdarahan, kesadaran, shock, lab dll , pasca operasi




IV. ABRUPTIO PLACENTA
A. DEFINISI
Suatu keadaan dimana plasenta terlepas dari dinding dalam uterus sebelum bayi lahirMerujuk pada terlepasnya plasenta yg terletak pada posisi normalnyan setelah minggu ke 20 kehamilan dan utamanya pada saat kelahiran.
B. Statistik
Prev di dunia sekitar 1% dari seluruh kehamilan di dunia.
C. Mortalitas/mordibitas:
Kematian IBU dan JANIN dapat terjadi krn PERDARAHAN dan KOAGULOPATI.
Kematian bayi stlh lahir sekitar 15%
D. Klasifikasi
Berat ringanya komplikasi abruptio placenta tergantung pada : jumlah perdarahan, derajat lepasnya placenta, ukuran bekuan darah yang terbentuk pada permukaan placenta maternal.
Ada beberapa sistem pengklasifikasian derajat abruptio placenta, salah satunya adalah dng pembagian :
1. RINGAN
<> 2/3 bagian placenta terlepas dr uterus yang menyebabkan kaku & kencangnya uterus terus-menerus yang disertai nyeri berat. Perdarahan hitam pervaginam + ( > 1000 cc ), terkadang perdarahan tidak terjadi. Distres fetus mulai terjadi dan jika fetus tidak dilahirkan kematian tidak dpt dielakan. Terlepasnya plasenta menyebabkab ibu mengalami shock, kematian fetus, nyeri hebat dan kemungkinan berkembangnya DIC ( disseminated intravaskular coagulation )
E. Causes
1. Perdarahan retroplasenta karena penusukan jarum
2. Hamil pada usia tua
3. idiopatik
4. Fibromioma retroplacenta
5. Hipertensi maternal
6. Maternal trauma
7. Ibu perokok
8. Penggunaan kokain
9. Tali pusat pendek
10. Dekompresi pd uterus yg tiba-tiba
F. FAKTOR PREDISPOSISI
1. Kondisi yg berhubungan dng abruptio placenta :
2. PIH ( pregnancy induced hypertension ) atau hipertensi kronik (140 / 90 mmhg )
3. Ruptur prematur dari membran <> 35 th, anomali uterus fibroid dan penyakit vaskuler misalnya DM atau penyakit colagen. Trauma eksternal ( misal kecelakaan )
4. Resiko akibat perilaku misalnya merokok, mengkonsumsi ethanol, kokain, methemphetamin
5. Riwayat abruptio placenta
6. Dekompresi cepat dr distensi yg berlebihan misal pd gestasi ganda, polihidramnion
7. Defisiensi asam folat ( jarang terjadi )
8. Riwayat
9. Ps biasanya memperlihatkan gejala :
10. Perdarahan Vaginal (80%)
11. Nyeri Abdomen / back pain dan kekakuan uterus (70%)
12. Fetal distress (60%)
13. Kontraksi abdomen Abnormal (hipertonik, frek tinggi) (35%)
14. Idioaphic prematur labor (25%)
15. Kematian Fetus (15%)
G. TANDA & GEJALA
1. Sangat tergantung pd luas / jumlah plasenta yg
2. lepas dan tipe abruptio
3. Sangat bervariasi
4. Tanda klasik kejadian akut “ knife like “ abdominal pain dng atau tanpa perdarahan pervaginam
5. AP ringan, gejalanya dpt spt nyeri melahirkan
6. AP berat nyeri dpt terjadi tiba-tiba & spt ditusuk pisau
7. Jika tjd perdarahan abdomen mjd membesar & uterus kaku. Abdomen spt “ board-like”
8. A couvelaire uterus s/d shock pd ibu
9. Perdarahan pervaginam ( pd 80% penderita )
10. Fetal distres s/d meninggal
H. Uji diagnostik
1. Lab
• Hb
• Ht
• Platelet
• Prothrombin/ aptt
• Fibrinogen
• Fibrin
• D-dimer
• Gol darah
2. USG
• Prehospital management
• Mon TV kontinyu
• O2 kontinyu-high flow
• IV line (1-2 jalur ): NaCl / RL
• Mon perdarahn vagina
• Mon DJJ
• Terapi shock jk diperlukan
3. ED
• Observasi ketat
• O2 tinggi
• DJJ mon
• IV-cairan
• Resusc cairan K?P
• Mon TV- U/O
• PRC- 4 unit disiapkan
• Mon penurunan tekanan intrauterin
• Seceparnya operasi SC
• Kolaborasi terapi DIC
I. PENATALAKSANAAN
Bervariasi tergantung : umur gestasi fetus, beratnya abruptio, komplikasi yg berhubungan, status ibu & fetus.
1. jk perdarahan banyak & tidak dpt dikontrol dilakukan persalinan yg tepat
2. Penentuan persalinan cepat tergantung pd beratnya abruptio placenta dan janin hidup / mati
3. AP berat dng atau tanpa perdarahan pervaginam dilakukan operasi sesar
4. Kehamilan dibawah 37 minggu penatalaksanaanya diyujukan pd memperpanjang kehamilan dengan harapan maturitas fetus
5. Jika fetus immatur dan tidak memperlihatkan kompresi fetus serta perdarahan pd ibu tidak menyebabkan hipovolemiadilakukan observasi ketat scr dini.
6. Fungsi koagulasi & status vilume obu baik tp terdapat distress fetus persalinan dilakukan dng cara yg aman.
V. PRE EKLAMSI & EKLAMSI
A. PRE EKLAMSI
Diagnosa pre eklamsi didasarkan pd berkembangnya pregnancy- induced hypertension dengan proteinuria, edema atau keduanya setelah 20 minggu kehamilan. Pre eklamsi dpr diklasifikasikan berat jika terdapat satu atau lebih gejala dibawah ini :
1. Pd keadaan istirahat TD sistolik ³ 160 mmhg atau diastolik 110 mmhg yg terjadi dua kali minimal dlm waktu 6 juam.
2. Proteinuria ³ 5 gr / 24 jam
3. Oliguria <> disukai IV , loading dose 4 mg dilanjutkan IV 1 - 2
2. KONTROL TEKANAN DARAH
tujuan terapi adalah menurunkan tekanan darah sistemik sapai pd titik dimana ststua ibu stabil. Tidak harus menurunkan sampai normal.
3. TERAPI SUPPORTIF
Pada pre eklamsi berat sering terjadi edema paru cadiac dan noncardiac. Terapi olsigen diberikan u/ mempertahankan PaO2 > 70 mmhg u/ mempertahankan oksigenasi fetus. K/P intubasi challengec cairan IV sebaiknya diberikan. Jk tidak berhasil lakukan monitoring hemodinamik invasif. Jk IV volume adekuat terapi vasodelator dpt membantu, monitoring ketat tanda vital, hemodinamik,status neurologis, kondisi janin, oksigenasi, dll.
4. HELLP SYNDROME
a. H = HEMOLISIS, an abnormal peripheral smear, total bilirubin > 1,2 mg/dl, atau kadar serum lactat dehydrogenase ( LDH ) > 600 U/L
b. EL=elevated lever enzym, aspartate aminotransferase ( AST) > 70 U/L atau LDH > 600U/L dan
c. LP= low platelet count - < 100,000/mm3
• Mengidentifikasi adanya kondisi kehamilan yg BERAT & MENGANCAM KEHIDUPAN
• Variasi sindroma ini mungkin tida melibatkan seluruh gejala diatas. Dapat muncul dng tanda yang tidak spesifik seperti nyeri epigastrum atau nyeri kuadran kanan bawah, malaise, mual, muntah,.
• Umumnya terjadi pada usia kehamilan 27 – 36 mg.
• pre eklamsi / eklamsi umumnya mendahului HELLP syndrome tapi 1/3 ps tidak mengalami hipertensi.
• Merupakan bagian dari fibrolisis atau hemolisis dr pre eklamsi trombositopenia DIC, perdarahan ntraserebral, gagal ginjal,
• Terkadang gejalanya dikacaukan dengan acute fatty liver in pregnancy
• Tidak merupakan indikasi persalinan namun demgan meningkatnya mordibitas fetus & maternal diperlukan persalinan yg tepat. Terapi hampir sama dengan pre eklamsi berat / eklamsi.
VI. AMNIOTIC FLUID EMBOLISM
A rare but frequently fatal complication of labor occurs when amniotic fluid embolizes from the amniotic sac and through the veins of the uterus and into the circulatory system of the mother. The fetal cells present in the fluid then block or clog the pulmonary artery, resulting in heart attack. This complication can also happen during pregnancy, but usually occurs in the presence of strong contractions.
VII. PROLAPSED UMBILICAL CORD
A prolapse of the umbilical cord occurs when the cord is pushed down into the cervix or vagina. If the cord becomes compressed, the oxygen supply to the fetus could be diminished, resulting in brain damage or possible death.
VIII. SHOULDER DYSTOCIA
Shoulder dystocia occurs when the baby's shoulder(s) becomes wedged in the birth canal after the head has been delivered.

KEPERAWATAN GAWAT DARURAT (KEGAWAT DARURATAN & KEKRITISAN) : FILOSOFI, KONSEP HOLISTIK & PROSES KEPERAWATAN


KEPERAWATAN GAWAT DARURAT (KEGAWAT DARURATAN & KEKRITISAN) : FILOSOFI, KONSEP HOLISTIK & PROSES KEPERAWATAN

A. DEFINISI KGD :
Pelayanan profesional yg didasarkan pada ilmu keperawatan gawat darurat & tehnik keperawatan gawat darurat berbentuk pelayanan bio-psiko-sosio- spiritual yang komprehensif ditujukan pada semua kelompok usia yang sedang mengalami masalah kesehatan yang bersifat urgen , akut dan kritis akibat trauma, proses kehidupan ataupun bencana.
B. MATA AJAR KEPERAWATAN GAWAT DARURAT
AREA : Pra Rumah sakit dan Rumah sakit
KEMAMPUAN :Pengetahuan, Sikap & ketrampilan u/ memberikan ASKEP kegawatan & Kekritisan khususnya hal-hal yg terkait LIVE SAVING.
C. LINGKUP BAHASAN :
a. Konsep dasar KGD
b. Sisitem pelayanan KGD pra RS, Uit Gawat Darurat & prw Intensif.
c. Perawatan klien semua tk usia dng kegawatan sist : pernafasan, kardiovaskuler, persyarafan, pencernaan & endokrin, perkemihan, muskuloskeletal, reproduksi, jiwa & psikiatri
D. EMERGENCYNURSING ( KEPERAWATAN KRISIS )
a. DEFINISI EN : Sebuah area khusus / spesial dr keperawatan profesional yg melibatkan integrasi dari Praktek, Penelitian, Pendidikan profesional.
b. Praktek keperawatan emergency oleh seorang perawat profesional
c. FOCUS : Memberikan pelayanan secara episodik kpd pasien-pasien yg mencari terapi baik yg mengancam kehidupan , non krotical illness atau cedera.
d. INTI : Ditujukan pd esensi dr praktek emergency, lingkungan dimana hal tsb terjadi dan konsumen-konsumen keperawatan emergency.
e. EMERGENCY NURSES : RN profesional yg memiliki komitmen u/ menyelamatkan dan melaksanakan praktek keperawatan scr efektif.



E. EMERGENCY CARE
Pengkajian, diagnosis & terapi kep. yg dpt diterima baik aktual, potensial, tjd tiba-tiba atau urgen, masalah fisik atau psikososial dalam episodik primer atau akut yg mungkin memerlukan perawatan minimal atau tindakan support hidup, pendidikan u/ pasien atau orang terpenting lainnya, rujukan yg tepat dan pengetahuan ttg implikasi legal.
F. EMERGENCY CARE ENVIRONTMENT
Setting dimana pasien memerlukan intervensi oleh pemberi pelayanan kep emergency.
G. EMERGENCY PATIENT
1. Pasien dr segala umur dng diagnosa, tidak terdiagnosa atau maldiagnosis problem dng kompleksitas yg bervariasi.
2. Pasien-pasien yg memerlukan intervensi nyata dimana dpt terjadi perubahan status fisiologis atau psikologis scr cepat yg mungkin mengancam kehidupannya.
H. DIMENSI
Multidimensi meliputi : RESPONSIBILITIES, FUNCTION, ROLES, SKLILLS ( dng pengetahuan khusus )
1. KARAKTERISTIK UNIK PRAKTEK KEP. GADAR
a. Pengkajian, diagnosa, terai baik yg urgen / non urgen individual dari berbagai umur pasien walaupun dng data / informasi yg sangat terbatas
b. Triage & Prioritas
c. Persiapan bencana alam
d. Stabilisasi & resusitasi
e. Krisis intervensi u/ populasi ps yg UNIk spt korban kekerasan sexual
f. Pemberian perawatan pd lingkungan yg tidak terkontrol atau yg tidak dpt diprrediksikan
2. KERANGKA KERJA PROSES KEP. EN
a. TUJUAN
• Menyelamatkan hidup
b. PENGKAJIAN
 Pada sistem yg terganggu
 U/ memperbaiki kegagalan atau mempertahankan sistem
c. DIAGNOSIS
 Mencari perbedaan u/ menemukan tanda-tanda & gejala
d. PERENCANAAN
 Berdasarkan protokol dan prosedur
e. INTERVENSI
 Terapi ditujukan pd penanganan gejala krisis & stabilisasi ps.
 Diteruskan s/d pasien stabil u/ dpt pindah atau ditransportasikan ke unit lain atau meninggal
f. EVALUASI
 Dilakukan scr cepat u/ menilai keefektifan

Kasus TRAUMA ABDOMEN



TRAUMA ABDOMEN

A. kasus
Pria (25) ditendang di daerah perut saat berkelahi. Shg mengalami hematoma dan abrasi, ttp petugas medis tdk melihatnya sbg cedera yg serius, diberi aspirin dan dipulangkan. 3 hari kmdn masuk RS dgn peritonitis berat. Sejumlah besar pus dan isi usus dikeluarkan ttp tak lama kemudian meninggal
B. Pendahuluan
Trimodal Death Distribution
KLL >> multiple trauma
85 % Multiple trauma >> Trauma abdomen
Angka Kematian trauma abdomen ??
C. Anatomi
• Batas rongga Abdomen :
a. Atas : Diafragma
b. Bawah : Pelvis
c. Depan : Dinding depan abdomen
d. Lateral : Dinding lateral abdomen
e. Belakang : Dinding belakang abdomen serta tulang belakang
D. Anatomi abdomen
E. Organ Abdomen
a. Solid
b. Berongga
F. Topografi Abdomen
a. Intra peritoneal
b. Retro peritoneal
c. Pelvical
G. Trauma Abdomen
• Trauma Tumpul
a. Benturan langsung, Setir mobil, stang
b. Ruptur organ >> Uterus bumil
c. Shearing Injuries >> penggunaan sabuk pengaman yg salah
d. Deceleration
• Trauma Tembus
a. Luka tusuk
b. Luka tembak kecepatan rendah >> kerusakan jaringan, lacerasi, putus
c. Luka tembak kecepatan tinggi >> hancur organ dalam
• Trauma penetrasi
a. Trauma penetrasi
H. mekanisme
Mechanism of injury?
Mekanisme Trauma ?
I. Pengkajian
• Riwayat trauma ? Biomekanika trauma?
• Pemeriksaan fisik abdomen :
a. Inspeksi
b. Auskultasi
c. Perkusi
d. Palpasi
J. Pemeriksaan
a. Stabilitas pelvis
b. Penis, perianal, rectal, vagina ?
c. Gluteal
K. Pemasangan kateter
a. Gastric tube :
• Mengurangi dilatasi akut lambung
• Dekompresi sebelum dilakukan Diagnostic Peritoneal Lavage (DPL)
• Mengeluarkan isi lambung >> resiko aspirasi >>>> bila ada darah ??
b. Kateter urine :
• Mengurangi retensi urine
• Dekompresi VU sebelum dilakukan DPL >>>>darah pada meatus ??
L. Pengambilan sampel
a. Darah
b. Urine
M. Pemeriksaan radiologis
a. Foto polos abdomen
b. Dengan kontras :
• uretrografi
• Cystografi
• IVP
N. Emergency Management
a. ABC
b. Cegah shock & infeksi
c. Jangan berikan apapun melalui mulut
d. Jangan sentuh bagian eviscerasi, lakukan penutupan luka seperti pada gambar
e. Jangan ambil impaled objects, lakukan fiksasi pada benda tersebut.
f. Monitoring ketat :
• Tingkat kesadaran
• Tanda vital >> hipotensi
• Adanya peritonitis
• Serial Hb
g. Segera rujuk / transportasi untuk Tindakan definitif.
O. Prosedur khusus
a. Diagnostic Peritoneal Lavage > memasukkan kateter pd peritoneal :
• multiple trauma
• hemodinamik tak stabil
• DPL Positif bila :
• Bila ada darah, isi usus, serat sayuran, cairan empedu
• Analisis kuantitatif cairan pencuci positif bila:
 RBC >100.000/mm3
 WBC > 500/mm3
 Hematocrit >2 ml/dl
b. laparatomi !!
a. Indikasi laparatomi
b. Trauma tumpul abdomen DPL positif
c. Trauma tumpul abdomen dg hipotensi berulang
d. Peritonitis akut
e. Hipotensi dengan luka tembus abdomen
f. Perdarahan gaster, rectal, daerah genitourinari akibat trauma tembus
g. Indikasi…...
h. Luka tembak melintas peritoneum/retroperitoneum viseral/vaskular
i. Eviscerasi
j. Rontgen :
 ada udara bebas rongga peritoneum, ruptur diafragma
 CT : ruptur GI tract, cedera kandung kemih, renal dan organ vital lain.
P. Ringkasan
a. Trauma abdomen bisa disebabkan oleh trauma tumpul dan trauma tajam
b. Fokus tindakan emergency :
• ABC
• Cegah shock
• Cegah infeksi
• Monitoring.

PERTOLONGAN PERTAMA PADA GIGITAN ULAR

A. Ular berbisa di Indonesia

Ular berbisa hanya sedikit yang ditemukan di Indonesia, diantaranya: ular sendok (kobra), ular anang (tedung atau king kobra), ular welang, ular weling, ular hijau pucuk/ular gadung (luwuk), ular taliwangsa (belang hitam-kuning) dan ular tanah (coklat tua dengan taring panjang).

B. Sifat Ular
Sifat ular yang harus dipahami adalah; ular takut pada manusia, menggigit untuk memperingatkan/mengusir manusia (pada kebanyakan kasus) serta 70% gigitan ular bukan dari ular berbisa, umumnya hanya sedikit atau tidak ada racun yang disuntikkan. Gigitan ular tidak semuanya berakhir dengan kematian. Kematian tidak datang seketika atau dalam beberapa menit saja. Gejala biasanya timbul 15 menit sampai 2 jam kemudian setelah korban digigit ular.

C. Ciri-ciri ular berbisa
Ciri secara umum (tidak mutlak) yg biasanya ada pada ular berbisa, yaitu: bentuk kepala pipih dan berpola huruf ‘V’, ukuran relatif kecil atau pendek, kecuali King Cobra yang bisa mencapai 5 meter dan warna biasanya cerah (tetapi hal ini tidak mutlak).

D. Mencegah tidak digigit ular
Mencegah agar tidak digigit ular adalah; jangan membuat koleksi dari ular, tinggalkan/jangan ganggu ular. beberapa orang digigt karena berusaha membunuh atau mencoba mendekat. Di daerah yang banyak ular, pakai sepatu, kaos kaki dan jeans apabila keluar rumah , jangan masukkan tangan dicelah-celah timbunan kayu atau sampah, Bila berjalan di semak belukar usahakan membuat suara berisik agar ular tahu keberadaan kita dan menyingkir, hati-hati bila berjalan di rumput yang tebal dan potong pendek rumput di sekitar rumah, tempat kerja dan sekolah dan pergunakan senter bila berjalan di malam hari.

E. gambaran gigian ular berbisa
Gambaran gigian ular berbisa akan timbul rasa nyeri daerah tusukan (muncul segera seelah gigitan), daerah gigitan bengkak, kemerahan, memar (dapat cepat berkembang), reaksi emosi yang kuat, penglihatan kembar/kabur, mengantuk, sakit kepala, pusing dan pingsan, mual dan atau muntah dan diare, rasa sakit atau berat didada dan perut, tanda-tanda tusukan gigi, gigitan biasanya pada tungkai/kaki, sukar bernafas dan berkeringat banyak, kesulitan menelan serta kaku di daerah leher dan geraham.

F. Pertolongan pertama
pertolongan pertama, pastikan daerah sekitar aman dan ular telah pergi segera cari pertolongan medis jangan tinggalkan korban. selanjutnya lakukan prinsip :
R = Reassure = yakinkan kondisi korban, tenangkan dan istirahatkan korban,
kepanikan akan menaikan tekanan darah dan nadi sehingga racun akan lebih cepat
menyebar ke tubuh. terkadang pasien pingsan / panik karena kaget.
I = Immobilisation = jangan menggerakan korban, perintahkan korban untuk tidak
berjalan atau lari. Jika dalam waktu 30 menit pertolongan medis tidak datang:
lakukan tehnik balut tekan ( pressure-immoblisation ) pada daerah sekitar gigitan
(tangan atau kaki) lihat prosedur pressure immobilization (balut tekan)
G = Get = bawa korban ke rumah sakit sesegera dan seaman mungkin.
T =Tell the Doctor = informasikan ke dokter tanda dan gejala yang muncul pada
korban.

G. Prosedur Pressure Immobilization (balut tekan)
1. Balut tekan pada tangan
a. Istirahatkan (Immobilisasikan) Korban
b. Keringkan sekitar luka gigitan
c. Gunakan pembalut elastis
d. Jaga luka lebih rendah dari jantung
e. Sesegera mungkin, lakukan pembalutan dari bawah pangkal jari kaki naik keatas.
f. Biarkan jari kaki jangan dibalut
g. Jangan melepas celana atau baju korban
h. Balut dengan cara melingkar cukup kencang namun jangan sampai menghambat
aliran darah (dapat dilihat dengan warna jari kakiyang tetap pink)
i. Beri papan/pengalas keras sepanjang kaki.

2. Balut tekan pada tangan
a. Balut dari telapak tangan naik keatas. ( jari tangan tidak dibalut)
b. Balut siku & lengan dngn posisi ditekuk 90 drjt.
c. Lanjutkan balutan ke lengan s/d pangkal lengan.
d. Pasang papan sebagai fiksasi
e. Gunakan mitela untuk menggendong tangan

H. Kesalahan Penanganan
Kesalahan penanganan yg sering dilakukan, mengikat (Tourniquets) sekitar luka /gigitan membuat sayatan memotong, membuat perdarahan atau menggerakan daerah gigitan, mencuci luka gigitan dan menyedot racun dari luka gigit
I. Pertolongan di RS
1. Pasang I.V.,
2. resusitasi cairan jika diperlukan
3. Pelacakan alergi,
4. Jenis gigitan untuk menentukan antibisa
5. Resusitasi kardiopulmoner jika diperlukan,
6. Adrenalin
7. Cek laboratorium darah, jika dlm waktu 4 jam darah korban tidak terdapat tanda
koagulopati, miolisis dan pasien tidak menunjukan tanda gigitan berbisa maka pasien
tidak terkena gigitan berbisa.

J. Penatalaksanaan gigitan ular berbisa
1. Infus RL,
2. resusitasi cairan jika diperlukan
3. Cek laboratorium
4. Urinalisa
5. Darah lengkap
6. Golongan darah
7. Ptt,aptt, fibrinogen
8. BUN, creatinin, Va, phospat, dll
9. EKG
10. Monitor ketat pasien ( tiap 15mnt – 2 jam setelah gigitan )
11. Intubasi jika gagal nafas, cek sumbatan jalam nafas
12. RKP jika cardipulmonary arrest
13. pemberian antibisa
14. Larutkan antibisa dalam RL 60 cc,
15. berikan selama 30 mnt
16. Cek efek antibisa 15 menit setelah antibisa habis
17. Kemudian buka balutan dng hati-hati dlm waktu 5 mnt,
18. Jika setelah dibuka keadaan umum pasien tambah buruk
19. lakukan pembidaian kembali
20. Beri ATSAntibiotik profilaksis
21. Kontraindikasi diberikan Morfin

ASKEP LABIOPALATO SCHISIS



A. Pengertian
Labioschizis terdiri dari dua pengertian yaitu:
1. Labioshizis (bibir sumbing) adalah suatu celah yang membentang dari bibir atas kadang- . kadang sampai lubang hidung, bisa uni-lateral atau bi-lateral
2. Palatoschizis (sumbing langit-langit mulut) adalah bagian lateral palatum gagal bertemu satu sama lain sehingga tidak terjadi pernyataan (fusi) digaris tengah, keadaan ini menimbulkan patoschizis dengan demikian rongga mulut berhubungan dengan rongga hidung.
Kelainan seperti tersebut diatas bisa terjadi Labioschizis saja atau Palatischizis saja bahkan bisa kedua-duanya. Cacat in terjadi pada minggu kelima masa gestasi (dalam kandungan).

B. Tanda dan gejala
1. Adanya celah bibir pada tulang rawan cuping hidung
2. Celah langit-langit sehingga bisa menyebabkan terjadinya aspirasi dan tidak tecukupinya pembeian makanan, kesulitan mengeluarkan kata-kata atau suara ekplosif sehingga p,b,t,d,h atau hurud berdesis sepeti s, sh, c
3. Pergerakan kedua cuping hidung pad waktu bicara ketidakmampuan bersiul berkumur-kumur meniup lilin atau meniup sebuah balon
C. Patofisiologi
1. Labioshizis
Orifisio oralis primer dimodifikasi menjadi mulut dengan hidung oleh procesus maxilaris lateralis yang terbentuk dan kemudian tumbuh kearah medial. Palatum dan bibit sebelah atas dibentuk oleh processus maxilaris yang bertemu dengan processus nasalis yang tumbuh kebawah. Kegagalan tulang maxilaris dan naasalis untuk tumbuh bersama dan menyatu menyebabkan menetapnya celah.

2. Palatoschizis
Bagian lateral dari palatum gagal bertemu processus nasalis sehingga tidak terjadi penyatuan digaris tengah. Dengan demikian rongga mulut berhubungan dengan rongga hidung. Derajat palatum yang ringan hanya mengenai palatum mole saja.

Penyebab Labioschizis dikarenakan:
1. Faktor Genetik
2. Obat-obatan (terutama Cortikosteroid)
3. Radiasi
4. Hypoxia In-Uteri
5. Penyakit ibu saat mengandung
6. Pengaruh makanan
7. Perubahan seksual karena faktor keturunan
Palatum (langit-langit) terdiri dari 2 bagian yaitu :
1. Palatum Keras
Tersusun atas tajuk-tajuk palatum dari arah depan tulang maxilaris dan dua tulang palatum.
2. Palatum lunak
Lipatan lengantung yang dapat bergerak dan tediri atas otot jaringan fibrus dan selaput lendir.

D. Pemeriksaan penunjang
1. Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan laboratorium dilakukan bila anak mau dilakukan tindakan medis operasi dan untuk mengetahui kelainan bila ada faktor yang mencolok.
2. Pemeriksaan radiologis

E. Manajemen terapi
Terdapat tiga tahap penanganan labiopalato schisis yaitu tahap sebelum operasi, tahap sewaktu operasi dan tahap setelah operasi. Pada tahap sebelum operasi yang dipersiapkan adalah ketahanan tubuh bayi menerima tindakan operasi, asupan gizi yang cukup dilihat dari keseimbangan berat badan yang dicapai dan usia yang memadai. Patokan yang biasa dipakai adalah rule of ten meliputi berat badan lebih dari 10 pounds atau sekitar 4-5 kg , Hb lebih dari 10 gr % dan usia lebih dari 10 minggu.
Ketika bayi belum mencapai rule of ten ada beberapa nasehat yang harus diberikan pada orang tua agar kelainan dan komplikasi yang terjadi tidak bertambah parah. Misalnya memberi minum harus dengan dot khusus dimana ketika dot dibalik susu dapat memancar keluar sendiri dengan jumlah yang optimal artinya tidak terlalu besar sehingga membuat bayi tersedak atau terlalu kecil sehingga membuat asupan gizi menjadi tidak cukup, jika dot dengan besar lubang khusus ini tidak tersedia bayi cukup diberi minum dengan bantuan sendok secara perlahan dalam posisi setengah duduk atau tegak untuk menghindari masuknya susu melewati langit-langit yang terbelah. Selain itu celah pada bibir harus direkatkan dengan menggunakan plester khusus non alergenik untuk menjaga agar celah pada bibir menjadi tidak terlalu jauh akibat proses tumbuh kembang yang menyebabkan menonjolnya gusi kearah depan (protrusio pre maksila) akibat dorongan lidah pada prolabium , karena jika hal ini terjadi tindakan koreksi pada saat operasi akan menjadi sulit dan secara kosmetika hasil akhir yang didapat tidak sempurna. Plester non alergenik tadi harus tetap direkatkan sampai waktu operasi tiba.
Tahapan selanjutnya adalah tahapan operasi, pada saat ini yang diperhatikan adalah soal kesiapan tubuh si bayi menerima perlakuan operasi, hal ini hanya bisa diputuskan oleh seorang ahli bedah Usia optimal untuk operasi bibir sumbing (labioplasty) adalah usia 3 bulan Usia ini dipilih mengingat pengucapan bahasa bibir dimulai pada usia 5-6 bulan sehingga jika koreksi pada bibir lebih dari usia tersebut maka pengucapan huruf bibir sudah terlanjur salah sehingga kalau dilakukan operasi pengucapan huruf bibir tetap menjadi kurang sempurna. Operasi untuk langit-langit (palatoplasty) optimal pada usia 18 – 20 bulan mengingat anak aktif bicara usia 2 tahun dan sebelum anak masuk sekolah.
Operasi yang dilakukan sesudah usia 2 tahun harus diikuti dengan tindakan speech teraphy karena jika tidak, setelah operasi suara sengau pada saat bicara tetap terjadi karena anak sudah terbiasa melafalkan suara yang salah, sudah ada mekanisme kompensasi memposisikan lidah pada posisi yang salah.. Bila gusi juga terbelah (gnatoschizis) kelainannya menjadi labiognatopalatoschizis, koreksi untuk gusi dilakukan pada saat usia 8 – 9 tahun bekerja sama dengan dokter gigi ahli ortodonsi
Tahap selanjutnya adalah tahap setelah operasi, penatalaksanaanya tergantung dari tiap-tiap jenis operasi yang dilakukan, biasanya dokter bedah yang menangani akan memberikan instruksi pada orang tua pasien misalnya setelah operasi bibir sumbing luka bekas operasi dibiarkan terbuka dan tetap menggunakan sendok atau dot khusus untuk memberikan minum bayi. Banyaknya penderita bibir sumbing yang datang ketika usia sudah melebihi batas usia optimal untuk operasi membuat operasi hanya untuk keperluan kosmetika saja sedangkan secara fisiologis tidak tercapai, fungsi bicara tetap terganggu seperti sengau dan lafalisasi beberapa huruf tetap tidak sempurna, tindakan speech teraphy pun tidak banyak bermanfaat

1. Prinisip-prinsip umum perbaikan
a. Labioschizis
Labioschizis sebenarnya tidak ada jaringan yang hilang, masalahnya adalah bagaimana membentuk kembali jaringan bibir yang tersedia yang ada tetapi terpisah. Insisi direncanakan untuk membentuk bibir utuh yang terlihat nomal, dan pada saat bersaman memperbaiki deformitas cuping hidung.

b. Palatoschizis
Dalam memperbaiki paltoschizis tidak perlu mendapatkan perstuan tulang, tetapi hanya memindahkan kedua dan mucoperisteum paatum ke garis tengah dan menyatukan. Tujuannya untuk meno belahan tersebut dan untuk memastikan panjang dari patahan mole untuk penutupan velofaringeal yang baik. Jika palatumnakan mencukupi tetapi pada kebanyakan kasus dipelukan suatu operasi pemanjangan palatumnya cukup panjang. Pendekatan kedua belah digaris tengah

2. Prosedur perbaikan tambahan
a. Hidung dan bibir
Mungkin diperukan perbaikan deformitas cupung hidung biasanya cacat pada pendataran cuping hidung pada sisi sumbing, mungkin diinginkan perbaikan kecil pada bagian merah bibir. Pada kasus labiochizis bilateral serta pebaikan hidung karena kulumeta hidung memendek dan ujung hidung tertarik kebawah. Dismping itu bibir atas dan maksia kurang lubang mka rotasi bagian sentral bagian bibir atas menghasilkan kemajuan nyata.
b. Palatum dan faring
Pemendekan palatum karena tidak memadainya penutup angelo faringeal yang merupakan sebab utama dari suara sengau. Pada kasus -kasus ringan cukup dengan prosedur”V-Y”. tetapi pada kebanyakan kasus pelru dilakukan opeasi “Flap aringeal” yaitu peningkatan flap mucos dan oto pada dinding faring posterior dan melekatkanya pada permukaan atas palatum mole yang telah dibedah untuk mempersiapkannya.
Komplikasi yang bisa terjadi :
1. Otitis media berulang
2. Pegeseran lengkung maksila seta mal posisi geligi
3. Kelainan bicara
4. Aspirasi
5. Respiratory distress

BAB II. ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN LABIOPALATOSCHISIS
A. PENGKAJIAN
1. Pra Bedah
Pengkajian keperawatan pada pasien pra bedah, pada klie adalah adanya bibir atas dan palatum terbelah universal atau bilateral, kemudian anak tidak dapat menghisap makanan/putting susu ibu. Orang tua merasa sedih karena kelahiran anaknya yang cacat, orang tua tidak bias merawat anaknya, terjadi kesulitan bicara, deformitas gigi yang mencolok.
2. Intra bedah
Pada pengkajian data intra bedah pada klien adalah klien mengalami resiko gangguan homeostasis karena adanya tindakan anestesi, kesadaran akan menurun dan pada proses pembedahan akan terdapat resiko perdarahan.
3. Pasca Bedah
Pengkajian pada pasien pasca operasi adalah data terdapatnya luka operasi pada bgian bibir bagian atas, tangan selalu bergerak kemulut, anak tidak dapat menghisap, anak mengalami keterbatasan gerak, orang tua menyatakan tidak dapat merawatnya.

FARMAKOLOGI OBAT


1.Piracetam 3 g/15ml Injeksi
Indikasi:
Untuk pengobatan infark serebral.
Dosis:
Dosis lazim 1 g, 3 kali sehari secara intravena.
Kelompok Bersihan Kreatinin (ml/menit) Dosis dan Frekuensi
Normal > 80 Dosis lazim harian, 2-4 sub dosis
Ringan 50-79 2/3 lazim harian, 2 atau 3 sub dosis
Sedang 30-49 1/3 lazim harian, 2 atau sub dosis
Berat < 30 1/6 dosis lazim harian, dosis tunggal
Paket:
Kotak berisi 4 ampul @ 15 ml

2.Tramadol 50 mg Tab
Deskripsi:
Tramadol adalah analgesik kuat yang bekerja pada reseptor opiat.
Tramadol mengikat secara stereospesifik pada reseptor di sistem syaraf pusat sehingga memblok sensasi rasa nyeri dan respon terhadap nyeri. Disamping itu tramadol menghambat pelepasan neurotransmitter dari syaraf aferen yang sensitif terhadap rangsang, akibatnya impuls nyeri terhambat.
Komposisi:
Tiap kapsul mengandung 50 mg tramadol hydrochloride.
Indikasi:
Efektif untuk pengobatan nyeri akut dan kronik yang berat, termasuk nyeri pasca pembedahan, nyeri akibat tindakan diagnostik.
Dosis:
Terapi oral
Dewasa dan anak di atas 14 tahun.
Dosis umum:
dosis tunggal 50 mg. Dosis tersebut biasanya cukup untuk meredakan nyeri, apabila masih terasa nyeri dapat ditambahkan 50 mg setelah selang waktu 30 – 60 menit.
Dosis maksimum:
400 mg sehari.
Dosis sangat tergantung pada intensitas rasa nyeri yang diderita.
Penderita gangguan hati dan ginjal dengan klirens kreatinin < 30 ml/menit:
50 – 100 mg setiap 12 jam, maksimum 200 mg sehari.
Terapi parenteral
Dosis yang diberikan sebaiknya disesuaikan dengan intensitas rasa nyeri. Bila tidak ada petunjuk lain dari dokter, dosis yang diberikan adalah sebagai berikut :
Dewasa atau anak di atas 14 tahun :
i.v.: 100 mg (1 ampul), diinjeksikan secara lambat atau dilarutkan dalam larutan infus, kemudian diinfuskan.
i.m.: 100 mg (1 ampul)
subkutan: 100 mg (1 ampul)
Dosis tersebut biasanya cukup untuk meredakan nyeri. Bila masih terasa nyeri, dapat ditambahkan 1 kapsul tramadol 50 mg atau 50 mg tramadol injeksi (1 ml) setelah selang waktu 30 – 60 menit. Pada penderita gangguan fungsi hati atau ginjal, perlu dilakukan penyesuaian dosis. Dosis maksimum 400 mg/sehari.
Kemasan:
Kotak 50

3.Erythromycin 200 mg/5 ml (kering)
Deskripsi:
Eritromisina termasuk golongan makrolida, bekerja dengan menghambat sintesis protein bakteri, bersifat bakteriostatik atau bakterisid, tergantung dari jenis bakteri dan kadarnya dalam darah. Eritromisina efektif terhadap kuman gram-positif seperti S. aureus (baik yang menghasilkan penisillinase maupun tidak), Streptococcus group A, Enterococcus, C. diphtheriae dan Pneumococcus. Juga efektif terhadap kuman gram-negatif seperti Neisseria, H. influenzae, B. pertusis, Brucella juga terhadap Riketsia, Treponema dan M. pneumoniae. Resistensi silang dapat terjadi antar berbagai antibiotika golongan makrolida.
Komposisi:
Tiap 5 ml suspensi mengandung eritromisina etilsuksinat setara dengan eritromisina 200 mg
Indikasi:
Untuk mencegah infeksi saluran nafas bagian atas terutama yang disebabkan oleh kuman S. pyogenes (streptokokus grup A beta-hemolitik).
Dosis:
Dewasa:
sehari empat kali 250 – 500 mg
Anak – anak:
sehari 30 – 50 mg/kg berat badan dalam 4 dosis terbagi. Pemberian dalam keadaan perut kosong. Untuk infeksi berat 4 gram sehari yang terbagi dalam beberapa dosis. Untuk infeksi karena streptokokus grup A, terapi paling sedikit harus 10 hari.
Kemasan:
Btl 60 ml

4.Inazol
Deskripsi:
Lansoprazol adalah penghambat sekresi asam lambung yang efektif. Lansoprazol secara spesifik menghambat (H+/K+) ATPase (pompa proton) dari sel parietal di mukosa lambung.
Komposisi:
Tiap kapsul mengandung 30 mg lansoprazol.
Indikasi:
Inazol diindikasikan untuk :
Ulkus duodenum.
Benigna ulkus gaster.
Refluks esofagitis.
Dosis:
Ulkus duodenum : 1 kali sehari 30 mg selama 4 minggu.
Benigna ulkus gaster : 1 kali sehari 30 mg selama 8 minggu.
Refluks esofagitis : 1 kali sehari 30 mg selama 4 minggu.
Cara Pemberian:
Inazol diberikan 1 kali sehari. Untuk mencapai efek penghambatan asam yang optimal dan kesembuhan yang cepat dan hilangnya gejala-gejala, Inazol� sebaiknya diberikan pagi hari sebelum makan.
Pengobatan jangka panjang dengan Inazol� tidak dianjurkan pada saat ini karena pengalaman klinis terbatas.
Orang tua� : Tidak perlu penyesuaian dosis. Dosis 1 kali sehari 30 mg.
Anak-anak : Tidak ada pengalaman pemberian Inazol� pada anak-anak.
Lansoprazol dimetabolisme di hati.
Pada penderita penyakit hati, tidak perlu penyesuaian dosis, dosis tidak boleh melebihi 30 mg sehari.
Tidak perlu mengubah dosis pada penderita dengan gangguan fungsi ginjal.
Kemasan:
Kotak 2 blister @ 10 kapsul

5.Urispas 200
Deskripsi:
Flavoxate hidroklorida merupakan derivat flavone yang secara langsung bekerja sebagai spasmolitik pada otot polos saluran kemih.
Komposisi:
Tiap tablet salut selaput mengandung flavoxate hidroklorida 200 mg.
Indikasi:
Urispas digunakan untuk mengurangi gejala-gejala akibat gangguan saluran kemih seperti dysuria, urgency, nocturia, suprapubic pain, frequency dan incontinence yang terjadi pada penderita cystitis, prostatitis, urethritis, urethrocystitis dan urethrotrigonitis.
Dosis:
Dewasa dan anak diatas 12 tahun: 200 mg, sehari 3 - 4 kali. Dosis diturunkan sejalan dengan berkurangnya gejala.
Kemasan:
Kotak 30

6.Amoxicillin 125 mg/5 ml Sirker
Deskripsi:
Amoksisilina merupakan senyawa penisilina semi sintetik dengan aktivitas antibakteri spektrum luas yang bersifat bakterisid. Aktivitasnya mirip dengan ampisilina, efektif terhadap sebagian besar bakteri gram-positif dan beberapa gram-negatif yang patogen. Bakteri patogen yang sensitif terhadap amoksisilina adalah Staphylococci, Streptococci, Enterococci, S. pneumoniae, N. gonorrhoeae, H. influenzae, E. coli, dan P. mirabilis.
Amoksisilina kurang efektif terhadap spesies Shigella dan bakteri penghasil beta-laktamase.
Komposisi:
Tiap sendok teh (5 ml) suspensi mengandung amoksisilina trihidrat setara dengan amoksisilina anhidrat 125 mg.
Indikasi:
Amoksisilina efektif terhadap penyakit :
Infeksi saluran pernafasan kronik dan akut: pneumonia, faringitis (tidak untuk faringitis gonore), bronkitis, laringitis.
Infeksi saluran cerna: disentri basiler.
Infeksi saluran kemih : gonore tidak terkomplikasi, uretritis, sistitis, pielonefritis.
Infeksi lain : septikemia, endokarditis.
Dosis:
Dosis amoksisilina disesuaikan dengan jenis dan beratnya infeksi.
Anak dengan berat badan kurang dari 20 kg : 20 - 40 mg/kg berat badan sehari, terbagi dalam 3 dosis.
Dewasa atau anak dengan berat badan lebih dari 20 kg: 250 - 500 mg sehari, sebelum makan.
Gonore yang tidak terkomplikasi: amoksisilina 3 gram dengan probenesid 1 gram sebagai dosis tunggal.
Kemasan:
Btl 60 ml...

7.Inciflox
Deskripsi:
Siprofloksasin merupakan antibiotik golongan fluorokuinolon, bekerja dengan cara mempengaruhi enzim DNA gyrase bakteri.
Siprofloksasin merupakan antibiotik untuk bakteri gram negatif dan gram positif yang sensitif.
Bakteri gram positif yang sensitif : Enterococcus faecallis, Staphylococcus aureus, Staphylococcus epidermidis, Streptococcus piogenes.
Bakteri gram negatif yang sensitif : Campylobacter jejuni, Citrobacter diversus, Citrobacter freundii, Enterobacter cloacae, Escherihia coli, Haemophilus influenzae, Klebsiella pneumoniae, Morganella morganii, Neisseria gonorrheae, Proteus mirabilis, Proteus vulgaris, Providencia rettgeri, Providencia stuartii, Pseudomonas aeruginosa, Salmonella typhi, Serratia marensens, Shigella flexneri, Shigella sonnei.
Komposisi:
Tiap tablet salut selaput Inciflox� mengandung siprofloksasin hidroklorida setara dengan siprofloksasin 500 mg.
Indikasi:
Untuk pengobatan infeksi yang disebabkan oleh bakteri yang sensitif terhadap siprofloksasin seperti :
Infeksi saluran kemih termasuk prostatitis
Uretritis dan servisitis gonorhae
Infeksi saluran cerna, termasuk demam tifoid yang disebabkan oleh S. thypi.
Khasiat siprofloksasin untuk eradikasi ”chronic thypoid carrier” belum diketahui.
Infeksi saluran nafas, kecuali pneumonia akibat streptococcus.
Infeksi kulit dan jaringan lunak
Infeksi tulang dan sendi
Dosis:
Infeksi ringan/sedang saluran kemih: 2 x 250 mg sehari
Infeksi berat saluran kemih: 2 x 500 mg sehari
Infeksi ringan/sedang saluran nafas, tulang, sendi, kulit dan jaringan lunak: 2 x 250 – 500 mg sehari
Infeksi berat saluran nafas, tulang, sendi, kulit dan jaringan lunak: 2 x 500 - 750 mg sehari
Prostatis kronis: 2 x 500 mg
Infeksi saluran cerna: 2 x 500 mg sehari
Gonore akut: 250 mg dosis tunggal
Untuk mencapai kadar yang adekuat pada osteomyelitis akut, dosis tidak boleh kurang dari 2 x 750 mg sehari.
Lama pengobatan tergantung beratnya infeksi, kemajuan klinis dan bakteriologis.
Untuk infeksi akut, lama pengobatan biasanya 5 – 10 hari. Pada umumnya pengobatan harus diteruskan sampai minimal 3 hari setelah gejala klinis hilang.

8.Insetron Tab 8 mg
Deskripsi:
Ondansetron adalah suatu antagonis reseptor 5HT3 yang bekerja secara selektif dan kompetitif dalam mencegah maupun mengatasi mual dan muntah akibat pengobatan dengan sitostatika dan radioterapi.
Komposisi:
Insetron 8, tiap tablet salut selaput mengandung ondansetron hydrochloride setara dengan 8 mg ondansetron.
Indikasi:
Penanggulangan mual dan muntah karena kemoterapi dan radioterapi serta operasi.
Dosis:
Pencegahan mual dan muntah pasca bedah :
Dosis pertama : 8 mg, tablet diberikan 1 jam sebelum pembiusan dilanjutkan pemberian 2 dosis berikutnya 8 mg tablet dengan interval waktu masing-masing 8 jam.
Atau 4 mg injeksi i.m. sebagai dosis tunggal atau injeksi i.v. secara perlahan.
Pencegahan mual dan muntah karena kemoterapi
Dewasa:
Kemoterapi yang sangat emetogenik, misalnya cisplatin. Mula-mula diberikan injeksi 8 mg ondansetron i.v. secara lambat atau diinfuskan selama 15 menit segera sebelum diberikan kemoterapi, diikuti dengan infus 1 mg ondansetron/jam selama terus-menerus selama kurang dari 24 jam atau 2 injeksi 8 mg i.v. secara lambat atau diinfuskan selama 15 menit dengan selang waktu 4 jam. Atau bisa juga diikuti dengan pemberian 8 mg peroral 2 kali sehari selama kurang dari 5 hari.
Kemoterapi yang kurang emetogenik, misalnya siklospamid. Injeksi i.v. 8 mg ondansetron secara lambat atau diinfuskan selama 15 menit segera sebelum diberikan kemoterapi, diikuti dengan 8 mg peroral 2 kali sehari selama kurang dari 5 hari.
Mual dan muntah karena radioterapi:
Tablet 8 mg, 3 kali sehari dimulai 1 – 2 jam sebelum radioterapi.
Lama pengobatan tergantung panjangnya radioterapi.
Anak-anak > 4 tahun:
5 mg/ml secara i.v. selama 15 menit segera sebelum diberikan kemoterapi, diikuti dengan memberikan 4 mg peroral tiap 12 jam selama kurang dari 5 hari.
Usia lanjut:
Ondansetron dapat ditoleransi dengan baik pada penderita usia diatas 65 tahun tanpa mengubah dosis, frekuensi, ataupun cara pemberian.
Penderita dengan gangguan fungsi ginjal :
Tidak memerlukan penyesuaian dosis harian, frekuensi ataupun cara pemberian.
Penderita dengan gangguan fungsi hati:
Dosis total harian tidak boleh lebih dari 8 mg.
Kemasan:
Dus, 2 strip @ 6 tablet

9.Parasetamol 120 mg/5 ml
Deskripsi:
Parasetamol adalah derivat p-aminofenol yang mempunyai sifat antipiretik / analgesik. Sifat antipiretik disebabkan oleh gugus aminobenzen dan mekanismenya diduga berdasarkan efek sentral. Sifat analgesik Parasetamol dapat menghilangkan rasa nyeri ringan sampai sedang. Sifat antiinflamasinya sangat lemah sehingga tidak digunakan sebagai antirematik.
Pada penggunaan per oral Parasetamol diserap dengan cepat melalui saluran cerna. Kadar maksimum dalam plasma dicapai dalam waktu 30 menit sampai 60 menit setelah pemberian. Parasetamol diekskresikan melalui ginjal, kurang dari 5% tanpa mengalami perubahan dan sebagian besar dalam bentuk terkonyugasi.
Komposisi:
Tiap sendok teh (5ml) sirup mengandung Parasetamol 120 mg.
Indikasi:
Sebagai antipiretik/analgesik, termasuk bagi pasien yang tidak tahan asetosal. Sebagai analgesik, misalnya untuk mengurangi rasa nyeri pada sakit kepala, sakit gigi, sakit waktu haid dan sakit pada otot. Serta menurunkan demam pada influenza dan setelah vaksinasi.
Dosis:
Dibawah 1 tahun:
� - 1 sendok teh atau 60–120 mg, tiap 4-6 jam.
1 - 5 tahun:
1 - 2 sendok teh atau 120–250 mg, tiap 4-6 jam.
6 - 12 tahun:
2 - 4 sendok teh atau 250–500 mg, tiap 4-6 jam.
Diatas 12 tahun:
� - 1 g tiap 4 jam, maksimum 4 g sehari.
Kemasan:
Btl 60 ml

10.Ondansetron 4 mg/2 ml Inj
Deskripsi:
Ondansetron suatu antagonis reseptor 5HT3 yang bekerja secara selektif dan kompetitif dalam mencegah maupun mengatasi mual dan muntah akibat pengobatan dengan sitostatika dan radioterapi.
Komposisi:
Tiap 4 ml injeksi mengandung ondansetron hydrochloride setara dengan 8 mg ondansetron.
Indikasi:
Penanggulangan mual dan muntah karena kemoterapi dan radioterapi serta operasi.
Dosis:
Pencegahan mual dan muntah pasca bedah:
4 mg/i.m. sebagai dosis tunggal atau injeksi i.v. secara perlahan.
Pencegahan mual dan muntah karena kemoterapi.
Dewasa
Kemoterapi yang sangat emetogenik, misalnya cisplatin. Mula-mula diberikan injeksi 8 mg ondansetron i.v. secara lambat atau diinfuskan selama 15 menit segera sebelum diberikan kemoterapi, diikuti dengan infus 1 mg ondansetron/jam selama terus-menerus selama kurang dari 24 jam atau 2 injeksi 8 mg i.v. secara lambat atau diinfuskan selama 15 menit dengan selang waktu 4 jam. Atau bisa juga diikuti dengan pemberian 8 mg peroral 2 kali sehari selama kurang dari 5 hari.
Kemoterapi yang kurang emetogenik, misalnya siklospamid. Injeksi i.v. 8 mg ondansetron secara lambat atau diinfuskan selama 15 menit segera sebelum diberikan kemoterapi, diikuti dengan 8 mg peroral 2 kali sehari selama kurang dari 5 hari.
Anak-anak > 4 tahun:
5 mg/ml secara i.v. selama 15 menit segera sebelum diberikan kemoterapi, diikuti dengan memberikan 4 mg peroral tiap 12 jam selama kurang dari 5 hari.
Usia lanjut:
Ondansetron dapat ditoleransi dengan baik pada penderita usia diatas 65 tahun tanpa mengubah dosis, frekuensi, ataupun cara pemberian.
Penderita dengan gangguan fungsi ginjal:
Tidak memerlukan penyesuaian dosis harian, frekuensi ataupun cara pemberian.
Penderita dengan gangguan fungsi hati:
Dosis total harian tidak boleh lebih dari 8 mg.
Kemasan:
Ktk 5

11.Vermic
Komposisi:
Tiap 5 ml suspensi mengandung albendazole 200 mg
Indikasi:
Albendazole berkasiat membasmi cacing parasit yang terdapat dalam usus yang hidup sebagai parasit tunggal atau mejemuk albendazole efektif untuk pengobatan:
1. Cacing gelang (Ascaris lumbricoides)
2. Cacing cambuk (Trichuris trichuria)
3. Cacing kremi (Enterobius vermicularis)
4. Cacing tambang (Ancylostoma duodenale dan Necator americanus
Cacing pita (Taenia sp)
5. Strongyloides strecoralis
Dosis:
Dewasa dan anak di atas 12 tahun : sehari 10 ml suspensi, diberikan sekaligus sebagi dosis tunggal
Pada kasus dimana diduga atau terbukti adanya penyakit cacing pita atau Strongyloides: maka dosis dengan 10 ml suspensi setiap hari harus diberikan selama 3 hari berturut-turut
Perhatian
Hati-hati bila diberikan pada penderita dengan gangguan fungsi ginjal dan hati
Jangan diberikan kepada ibu menyusui
Sebaiknya tidak diberikan pada anak-anak di bawah umur 2 tahun
Kemasan:
Vermic 200 mg/5ml, botol 10 ml suspensi

MACAM-MACAM CAIRAN INFUS BESERTA FUNGSINYA


INFUS

Sterilisasi adalah proses yang dirancang untuk menciptakan keadaan steril. Secara tradisional keadaan steril adalah kondisi mutlak yang tercipta sebagai akibat penghancuran dan penghilangan semua mikroorganisme hidup. Konsep ini menyatakan bahwa steril adalah istilah yang mempunyai konotasi relative, dan kemungkinan menciptakan kondisi mutlak bebas dari mikroorganisme hanya dapat diduga atas dasar proyeksi kinetis angka kematian mikroba.

( Lachman, hal 1254 ).

Sediaan parenteral volume besar umumnya diberikan lewat infus intravena untuk menambah cairan tubuh, elektrolit, atau untuk memberi nutrisi. Infus intravena adalah sediaan parenteral dengan volume besar yang ditujukan untuk intravena. Pada umumnya cairan infus intravena digunakan untuk pengganti cairan tubuh dan memberikan nutrisi tambahan, untuk mempertahankan fungsi normal tubuh pasien rawat inap yang membutuhkan asupan kalori yang cukup selama masa penyembuhan atau setelah operasi. Selain itu ada pula kegunaan lainnya yakni sebagai pembawa obat-obat lain.

Cairan infus intravena dikemas dalam bentuk dosis tunggal, dalam wadah plastik atau gelas, steril, bebas pirogen serta bebas partikel-partikel lain. Oleh karena volumenya yang besar, pengawet tidak pernah digunakan dalam infus intravena untuk menghindari toksisitas yang mungkin disebabkan oleh pengawet itu sendiri. Cairan infus intravena biasanya mengandung zat-zat seperti asam amino, dekstrosa, elektrolit dan vitamin.

Walaupun cairan infus intravena yang diinginkan adalah larutan yang isotonis untuk meminimalisasi trauma pada pembuluh darah, namun cairan hipotonis maupun hipertonis dapat digunakan. Untuk meminimalisasi iritasi pembuluh darah, larutan hipertonis diberikan dalam kecepatan yang lambat.

Persyaratan

1. Sesuai kandungan bahan obat yang dinyatakan didalam etiket dan yang ada dalam sediaan; terjadi pengurangan efek selama penyimpanan akibat perusakan obat secara kimia.

2. Penggunaan wadah yang cocok, yang tidak hanya memungkinkan sediaan tetap steril tetapi juga mencegah terjadinya interaksi bahan obat dengan material dinding wadah.

3. Tersatukan tanpa terjadi reaksi. untuk itu, beberapa faktor yang paling banyak menentukan adalah:

a) bebas kuman

b) bebas pirogen

c) bebas pelarut yang secara fisiologis tidak netral

d) isotonis

e) isohidris

f) bebas bahan melayang

Keuntungan pemberian infus intravena adalah menghasilkan kerja obat yang cepat dibandingkan cara-cara pemberian lain dan tidak menyebabkan masalah terhadap absorbsi obat. Sedangkan kerugiannya yaitu obat yang diberikan sekali lewat intravena maka obat tidak dapat dikeluarkan dari sirkulasi seperti dapat dilakukan untuk obat bila diberikan per oral, misalnya dengan cara dimuntahkan

Pembahasan:

Infus tidak perlu pengawetkarena volume sediaan besa. Jika ditambahkan pengawet maka jumlah pengawet yang dibutuhkan besar sehingga dapat menimbulkan efek toksis

INFUS IV Ca GLUKONAT / GLUKONAT

Dalam percobaan ini akan dibuat sediaan infus intravena kalsium glukonat yang merupakan larutan supersaturasi yang distabilkan dengan penambahan 35 mg kalsium D-saccharate, dan harus disimpan pada suhu kamar. Laju infus maksimum yang disarankan adalah 200 mg/menit.

Farmakologi :

Kalsium merupakan mineral yang penting untuk pemeliharaan kesempurnaan fungsi susunan saraf, otot, sistem rangka, dan permeabilitas membran sel. Kalsium adalah aktivator yang penting pada beberapa reaksi enzimatis dan berperan dalam proses fisiologi yang mencakup transmisi rangsangan oleh saraf, kontraksi jantung, otot polos dan otot rangka, fungsi renal, pernafasan dan koagulasi darah. Kalsium juga berperan dalam reaksi pelepasan dan penyimpanan neurotransmiter dan hormon, pengambilan dan pengikatan asam amino, absorbsi vitamin B12 dan sekresi asam lambung.

Farmakokinetik :

Injeksi garam kalsium langsung masuk kedalam pembuluh darah. Setelah diinjeksi, kalsium darah meningkat dengan cepat dan kembali turun dalam 30 menit sampai 2 jam, terdistribusi cepat dalam jaringan serta dieliminasi melalui urine.

INFUS IV DEKSTRAN

Kehilangan darah, sejauh jumlahnya tidak melampaui 10% dari jumlah total, tubuh masih dapat menyeimbangkannya kembali. Jika kehilangannya lebih besar, harus disuplai cairan pengganti darah untuk mengisi plasma melalui jalan infus ke dalam tubuh. Hal tersebut dibutuhkan juga pada syok perdarahan, akibat luka (kebakaran, luka dalam) pada sakit perut atau muntah yang berkepanjangan.

Infus dextran 70 merupakan larutan makromolekul yang memiliki waktu tinggal yang lebih panjang dalam pembuluh darah, karena tidak atau sedikit mengalami difusi, juga airnya terikat secara hidratasi. Yang menentukan dextran 70 sebagai bahan pengganti plasma adalah berat molekulnya diatas 20.000. Pengisisan volume darah dapat dilakukan dengan larutan NaCl fisiologis atau dengan larutan elektrolit, namun jumlah cairan yang dimasukkan tersebut hanya sebentar berada dalam peredaran darah, untuk kemudian segera dieliminasi keluar tubuh melalui ginjal

INFUS IV ELEKTROLIT UNTUK DEHIDRASI

Fungsi larutan elektrolit secara klinis digunakan untuk mengatasi perbedaan ion atau penyimpangan jumlah normal elektrolit dalam darah. Ada 2 jenis kondisi plasma yang menyimpang, yaitu :

1. Asidosis

Kondisi plasma darah yang terlampau asam akibat adanya ion klorida dalam jumlah berlebih.

2. Alkalosis

Kondisi plasma yang terlampau basa akibat ion Na, K, Ca dalam jumlah berlebih

Kehilangan natrium disebut hipovolemia, sedangkan kekurangan H2O disebut dehidrasi, kekurangan HCO3 disebut asidosis, metabolic dan kekurangan K+ disebut hipokalemia. (Formulasi Steril, Stefanus Lukas, hal. 62)

Dehidrasi adalah hilangnya elektrolit lebih rendah secara disproporsional dibandingkan dengan hilangnnya air. Dehidrasi sebagai akibat meningkatnya tekanan osmotic cairan tubuh akibat dari rasa haus yang tidak merangsang penggantian air yang hilang dengan cukup (Dorlan ed. 26, hal. 498)

Pada pasien yang tidak sadar atau mengalami gangguan keseimbangan elektrolit akut, sehingga harus segera diberikan ion-ion Ca2+, Na+, K+, Ce- dan HCO3-, dan sebagai sumber kalori dimana pengganti cairan dan kalori dibutuhkan, karena ion-ion tersebut dibutuhkan oleh tubuh untuk memnuhi kebutuhan elektrolit tubuh pada ekstrasel dan intrasel. Cairan ekstrasel baik plasma darah maupun cairan intrsel mengandung ion natrium dan klorida dalam jumlah yang besar, ion bilarbonat dalam jumlah yang agak besar, tetapi hanya sejumlah kecil ion kalium, magnesium phospat, sulfat, dan asam organic.disamping itu plasma mengandung protein dalam jumlah yang besar, sedangkan cairan intrasel hanya mengandung protein dalm jumlah protein yang leih kecil.

Cairan intasel hanya mengandung sejumlah kecil ion natrium dan klorida serta hampir tidak mengandung ion kalsium, tetapi ia mengandung ion kalium dan phospat dalam jumlah besar serta ion magnesium dan sulfat dalam jumlah cukup besar, semuanya hanya ada dalam konsentrasi yang kecil dalam cairan ekstrasel.

Bahan-bahan yang digunakan (NaCl, KCl, NaHCO3, CaCl2) mudah larut dalam air, sehingga dapat digunakan air sebagai pembawanya. Air yang digunakan harus bebas pirogen. Pirogen merupakan produk metabolisme m.o (umumnya bakteri, kapang dan virus). Secara kimiawi, pirogen adalah zat lemak yang berhubungan dengan suatu molekul pembawa yang biasanya merupakan polisakarida, tapi bisa juga peptide.

Pirogen menyebabkan kenaikan suhu tubuh yang nyata, demam, sakit badan, kenaikan tekanan darah arteri, kira-kira 1 jam setelah injeksi. Pirogen dapat dihilangkan dari larutan dengan absorbsi menggunakan absorban pilihan. (Lachman, hal. 1295-1296). Ion-ion ini diberikan dalam bentuk injeksi iv karena diharapkan dapat segera memberikan efek.

INFUS IV GLUKOSA NaCl / GLUKOSA 10%

Pada umumnya larutan glukosa untuk injeksi digunakan sebagai pengganti kehilangan cairan tubuh, sehingga tubuh kita mempunyai energi kembali untuk melakukan metabolismenya dan juga sebagai sumber kalori. Dosis glukosa adalah 2,5-11,5 % (Martindale), pada umumnya digunakan 5 %. Dalam formula ini ditambahkan NaCl supaya diapat larutan yang isotonis, dimana glukosa disini bersifat hipotonis. Dalam pembuatan aqua p.i ditambahkan H2O2 yang dimaksudkan untuk menghilangkan pirogen, serta di dalam pembuatan formula ini ditambahkan norit untuk menghilangkan kelebihan H2O2.

INFUS IV MENGANDUNG Na, Ca, K

Kalium klorida (KCl), kalium merupakan kation (positif) yang terpenting dalam cairan intraseluler dan sangat esensial untuk mengatur keseimbangan asam-basa serta isotonis sel.

Natrium klorida (NaCl), natrium merupakan kation utama dalam cairan ekstraseluler dan memegang peranan penting pada regulasi tekanan osmotisnya. Sering digunakan dalam infus dengan elektrolit lain.

Equvalent elektrolit (Steril Dosage Form, hal 250) :

Na+ = 135 mEq

K+ = 5 mEq

Ca+ = 5 mEq

Mg+ = 2 mEq

Kesetaraan ekuivalen elektrolit (Martindale) :

1g NaCl ~ 17,1 mEq Na+ E1 = 1,00

1g KCl ~ 13,4 mEq K+ E1 = 0,76

1g CaCl ~ 13,6 mEq Ca+ E1 = 0,51

1g MgCl ~ 9,8 mEq Mg+ E1 = 0,45

INFUS IV NaCl

Natrium merupakan kation utama dalam cairan ekstraseluler dan memegang peranan penting pada regulasi tekanan osmotisnya, juga pada pembentukan perbedaan potensial ( listrik ) yang perlu bagi kontraksi otot dan penerusan impuls di syaraf.

Defisiensi natrium dapat terjadi akibat kerja fisik yang terlampau berat dengan banyak berkeringat dan banyak minum air tanpa tambahan garam ekstra. Gejalanya berupa mual, muntah, sangat lelah, nyeri kepala, kejang otot betis, kemudian juga kejang otot lengan dan perut.

Selain pada defisiensi Na, natrium juga digunakan dalam bilasan 0,9 % ( larutan garam fisiologis ) dan dalam infus dengan elektrolit lain.

INFUS IV PENGGANTI CAIRAN TUBUH

Air beserta unsur-unsur didalamnya yang diperlukan untuk kesehatan sel disebut cairan tubuh.

Cairan tubuh dibagi menjadi dua yaitu :

1. Cairan Intraseluler, cairan ini mengandung sejumlah ion Na dan klorida serta hampir tidak mengandung ion kalsium, tetapi cairan ini mengandung ion kalium dan fosfat dalam jumlah besar serta ion Magnesium dan Sulfat dalam jumlah cukup besar.

2. Cairan Ekstraseluler, cairan ini mengandung ion Natrium dan Klorida dalam jumlah besar, ion bikarbonat dalam jumlah besar, tetapi hanya sejumlah kecil ion Kalium, Kalsium, Magnesium, Posfat, Sulfat,dan asam-asam organik (Guyton hal 309).

Keseimbangan air dalam tubuh harus dipertahankan supaya jumlah yang diterima sama dengan jumlah yang dikeluarkan. Penyesuaian dibuat dengan penambahan / pengurangan jumlah yang dikeluarkan sebagai urin juga keringat.

Ini menekankan pentingnya perhitungan berdasarkan fakta tentang jumlah cairan yang masuk dalam bentuk minuman maupun makanan dan dalam bentuk pemberian cairan lainnya. Elektrolit yang penting dalam komposisi cairan tubuh adalah Na, K, Ca, dan Cl. Berdasarkan latar belakang tersebut diatas maka dibuatlah sediaan infuse pengganti cairan tubuh yaitu infuse Ringers.

Injeksi Ringer adalah larutan steril Natrium klorida, Kalium klorida, dan Kalsium klorida dalam air untuk obat suntik. Kadar ketiga zat tersebut sama dengan kadar zat-zat tersebut dalam larutan fisiologis. Larutan ini digunakan sebagai penambah cairan elektrolit yang diperlukan tubuh (Ansel hal 408).

INFUS IV PROTEIN UNTUK DBD

Bilamana seorang penderita harus diberikan makanan yang memadai tetapi tidak dapat melalui saluran cerna. Indikasi cara ini biasanya digunakan untuk persiapan bedah pada penderita kurang gizi, persiapan kemoterapi radioterapi dan kelainan saluran cerna berat. Nutrisi parenteral total memerlukan larutan yang mengandung asam amino; glukosa; lemak; elektrolit; dan vitamin.

Glukosa merupakan sumber karbohidrat yang lebih disukai, tapi bila tiap harinya diberikan lebih dari 180 g maka harus ada monitoring kadar gula darah. Bila mungkin diperlukan insulin. Glukosa dengan ragam kekuatan 10 – 50 % harus di infus melalui kateter vena central. Untuk menghindari trombosis (gumpalan darah yang terbentuk pembuluh darah).

Jumlah volume infuse intravena biasanya 500 mL dan 250 mL mengandung zat-zat sebagai nutrisi, penambah darah, elektrolit, asam amino, antibiotik, dan obat yang umumnya diberikan lewat jarum yang dibiarkan di vena atau kateter dengan diteteskan terus menerus. Tetesan atau kecepatan mengalir dapat diatur oleh dokter atau perawat sesuai dengan kebutuhan pasien. Umumnya 2-3 mL permenit.

Untuk Infus, intravena jarum/kateter biasanya ditusukkan divena yang menonjol di lengan atau kaki dan diikat erat di tempat tersebut sehingga tidak akan bergeser dari tempat selama diinfus. Bahaya utama infus intravena ialah kemungkinan terbentuknya trombus akibat rangsang tusukan jarum pada dinding vena.

Trombus akan lebih mungkin terjadi bila larutan infus bersifat mengiritasi jaringan tubuh. Trombus adalah gumpalan darah yang terbentuk dalam pembuluh darah (atau jantung) yang umumnya disebabkan oleh melambatnya aliran atau perubahan darah atau pembuluh darah. Bila gumpalan darah itu beredar maka gumpalan tersebut menjadi embolus, dibawa oleh aliran darah sampai tersangkut di pembuluh darah, menghalangi dan mengakibatkan hambatan atau sumbatan yang disebut emboli. Suatu hambatan dapat sangat berbahaya tergantung pada tempat dan keparahan hambatan tersebut. Obat-obat yang diberikan lewat intravena biasanya harus berupa larutan air, bercampur dengan darah dan tidak mengendap. Keadaan tertentu dapat menimbulkan terjadinya trombus dan kemudian menghalangi aliran darah. (Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi edisi keempat, Howard C Ansel, hal 402)

Demam berdarah adalah suatu penyakit infeksi yang disebabkan virus Dengue tipe I-IV, disertai demam 5-7 hari gejala-gejala perdarahan, dan bila timbul syok: angka kematian cukup tinggi.

Gejala dan tanda :

1. panas 5-7 hari, gejala umum tidak khas

2. perdarahan spontan (petekie, ekimosa, epistaksis , derajat hematemesis, melena, perdarahan gusi, uterus, telinga, dll)

3. ada gejala kegagalan peredaran darah seperti nadi lemah dan cepat (> 120/menit), tekanan nadi sempit (<>

4. nadi tidak teraba, tekanan darah tidak terukur, denyut jantung > 140/menit, acral dingin, berkeringat, kulit biru

Gejala Lain :

1. Hati membesar, nyeri spontan dan pada perabaan

2. Asites

3. Cairan dalam rongga pleura (kanan)

4. Ensepalopati: kejang, gelisah, sopor, koma

Prinsip penatalaksanaan :

1. Memperbaiki keadaan umum

2. Mencegah keadaan yang lebih parah

3. Memperbaiki syok dan perdarahan (pen: rehidrasi sampai hari ke 7, namun hati-hati pada hari ke 6 dapat terjadi arus balik cairan intersitiel ke pembuluh darah)

INFUS IV UNTUK MEMPERTAHANKAN KESEIMBANGAN ASAM TUBUH

Pembuatan infus ini mengacu pada penggunaannya sebagai cairan infus yang dapat menstabilkan jumlah elektrolit-elektrolit yang sama kadarnya dalam cairan fisiologis normal, sehingga diharapkan pasien dapat mempertahankan kondisi elektrolitnya agar sesuai dengan batas-batas atau jumlah elektrolit yang normal pada plasma. Selain itu, digunakan pengisotonis dekstrosa yang diharapkan mampu menambah kalori bagi pasien serta meningkatkan stamina karena biasanya kondisi pasien yang kekurangan elektrolit dalam keadaan lemas (sehingga perlu diinfus).

Ion natrium (Na+) dalam injeksi berupa natrium klorida dapat digunakan untuk mengobati hiponatremia, karena kekurangan ion tersebut dapat mencegah retensi air sehingga dapat menyebabkan dehidrasi.

Kalium klorida (KCl), kalium merupakan kation (positif) yang terpenting dalam cairan intraseluler dan sangat esensial untuk mengatur keseimbangan asam-basa serta isotonis sel.

Ion kalsium (Ca2+), bekerja membentuk tulang dan gigi, berperan dalam proses penyembuhan luka pada rangsangan neuromuskuler. Jumlah ion kalsium di bawah konsentrasi normal dapat menyebabkan iritabilitas dan konvulsi.

Ion Magnesium (Mg2+) juga diperlukan tubuh untuk aktivitas neuromuskuler sebagai koenzim pada metabolisme karbohidrat dan protein.

Dekstrosa, suatu bentuk karbohidrat yang diberikan secara parenteral diharapkan dapat memberikan tambahan kalori yang diperlukan untuk menambah energi pada tubuh.

Batas konsentrasi normal elektrolit dalam plasma (Steril Dosage Form, hal 251-252) :

Na+ = 135-145 mEq/L

K+ = 3,5-5 mEq/L

Ca2+ = 5 mEq/L

Mg2+ = 2 mEq/L

INFUS IV UNTUK PENGELOLAAN DEHIDRASI

Sekitar 60% berat badan manusia terdiri dari cairan. Setiap hari sekitar 1,7 liter cairan di dalam tubuh keluar melalui urin, tinja, keringat dan pernapasan. Cairan yang keluar tersebut akan digantikan oleh cairan yang masuk ke dalam tubuh melalui makanan dan minuman, yakni sebanyak 3 liter perhari. Jika cairan yang keluar dai tubuh terjadi secara berlebihan dan tidak diimbangi dengan cairan yang masuk, maka terjadilah dehidrasi (kekurangan cairan tubuh).

Dehidrasi adalah gangguan dalam keseimbangan cairan atau air pada tubuh, karena terjadi pengeluaran yang lebih banyak daripada pemasukan. Gangguan kehilangan cairan tubuh ini disertai dengan gangguan keseimbangan zat elektrolit tubuh. Zat eletrolit yang diperlukan tubuh terdiri dari anion dan kation antara lain Na+, K+, Ca2+, SO42-, dan Cl-.

Dehidrasi terdiri dari :

a. Absolut :Kandungan air dibawah normal atau dibawah standar.

b. Hypenatermic : Keadaan hilangnya elektrolit lebih rendah secara disproporsional dibandingkan dengan hilangnya air.

c. Relatif : Dehidrasi sebagai akibat meningkatnya tekanan osmotik cairan tubuh.

d. Voluntari : Akibat dari rasa haus yang tidak merangsang penggantian air yang hilang dengan cukup.

INFUS MENGANDUNG KARBOHIDRAT

Karbohidrat merupakan bahan bakar utama (sumber energi) bagi tubuh yang didalam makanan terdapat sebagai monosakarida, disakarida dan polisakarida. Selain sumber energi juga berperan penting dalam menjaga keseimbangan asam-basa, pembentukan struktur sel, jaringan dan organ tubuh. Bilamana seorang penderita harus diberikan makanan yang memadai tetapi tidak dapat melalui saluran cerna atau mengalami gangguan saluran cerna seperti diare maka sumber energi utama yakni karbohidrat dapat diberikan melalui infus yang mengandung karbohdrat.

Glukosa merupakan sumber karbohidrat yang lebih disukai dan salah satu senyawa yang penting didalam tubuh sebagai sumber energi.

INFUS Na BIKARBONAT UNTUK ASIDOSIS METABOLIK

Asidosis metabolic adalah suatu keadaan dimana pH arterial bersifat asam dan konsentrasi bikarbonat plasma dibawah normal. Pada asidosis metabolic akut, pH arterial dibawah 7,1-7,2 dan konsentrasi bikarbonat plasma, <8>

Farmakologi

Na.bikarbonat merupakan agen pengalkali yang berdisosiasi membentuk ion bikarbonat. Bikarbonat merupakan komponen basa konjugasi dari buffer ekstraseluler utama yang ada di tubuh,yaitu buffer bikarbonat-asam karbonat. Pada kondisi normal buffer ini menjaga pH plasma yaitu 7,37-7,42. Namun bila terjadi gangguan pada system buffer ini maka pH plasma dapat naik ataupun turun. pH plasma yang dibawah normal mengindikasikan terjadinya asidosis metabolic. Pemberian Na.bikarbonat akan menigkatkan konsentrasi bikarbonat plasma dan meningkatkan pH plasma sehingga pH plasma normal kembali (DI 2003 hal 2472-2473).

INFUS PROTEIN

Protein merupakan makromolekul yang pada hidrolisa hanya menghasilkan asam amino. Sel hidup menghasilkan berbagai macam makromolekul (protein, asam nukleat dan polisakarida) yang berfungsi sebagai komponen struktural, biokatalisator, hormon, reseptor dan sebagai tempat penyimpanan informasi genetik. Makromolekul ini merupakan biopolimer yang dibentuk dari unit monomer atau bahan pembangun.

Asam amino dibagi menjadi dua bagian yaitu:

1. Asam amino essensial yaitu asam amino yang diperlukan oleh tubuh tetapi tidak dapat disintesis dalam tubuh sehingga harus diperoleh dari luar. Contoh : Arginin, histidin, isoleusin, lisin, metionin, fenil alanin, treonin, triptofan, dan valin.

2. Asam amino non essensial yaitu asam amino yang dapat disintesa didalam tubuh. Contoh: Alanin, asparagin, asam aspartat, sistein, asam glutamate, glutamin, glisin, prolin, hidroksiprolin, serin, dan tirosin.

Arginin mempunyai fungsi yang sama seperti asam amino, yaitu meningkatkan stimulan hormon pertumbuhan, prolaktin, dan glukosa darah. Arginin dapat menambah konsentrasi glukosa darah. Efek ini dapat langsung berpengaruh dari hati menjadi asam amino yang berkualitas.(DI hal 1341)

INFUS IV DEKSTROSA

Farmakologi (DI, hal 1427)

Dekstrosa dengan mudah dimetabolisme, dapat meningkatkan kadar glukosa darah dan menambah kalori. Dekstrosa dapat menurunkan atau mengurangi protein tubuh dan kehilangan nitrogen, meningkatkan pembentukan glikogen dan mengurangi atau mencegah ketosis jika diberikan dosis yang cukup. Dekstrosa dimetabolisme menjadi CO2 dan air, maka larutan dekstrosa dan air dapat mengganti cairan tubuh yang hilang. Injeksi dekstrosa dapat juga digunakan sebagai diuresis dan volume pemberian tergantung kondisi klinis pasien.

LARUTAN PENCUCI PADA OPERASI LAMBUNG

Larutan irigasi adalah larutan steril, bebas pyrogen yang digunakan untuk tujuan pencucian dan pembilasan. Sodium Klorida ( NaCl ) secara umum digunakan untuk irigasi ( seperti irigasi pada rongga tubuh, jaringan atau luka ). Larutan irigasi NaCl hipotonis 0,45% dapat digunakan sendiri atau tanpa penambahan bahan tambahan lain. Larutan irigasi NaCl 0,9% dapat digunakan untuk mengatasi iritasi pada luka. ( DI 2003 hal 2555 )

Larutan irigasi dimaksudkan untuk mencuci dan merendam luka atau lubang operasi, sterilisasi pada sediaan ini sangat penting karena cairan tersebut langsung berhubungan dengan cairan dan jaringan tubuh yang merupakan tempat infeksi dapat terjadi dengan mudah.( Ansel hal 399 )

INFUS PENDERITA DIARE BERAT

(LOCKE RINGER)

Locke – Ringer mengandung zat-zat yang dibutuhkan tubuh yaitu elektrolit-elektrolit dan karbohidrat sesuai untuk penderita diare berat

Digunakan norit, yaitu untuk menyerap pirogen dan mengurangi kelebihan H2O2. Cara sterilisasi yang digunakan adalah dengan teknik otoklaf karena bahan-bahan yang digunakan tahan panas

Pembahasan : hipertonis (harap diperhatikan laju tetesan per menit)

INFUS UNTUK PENGELOLAAN METABOLIK ALKALOSIS

Alkalosis metabolik adalah suatu keadaan dimana darah dalam keadaan basa karena tingginya kadar bikarbonat. Alkaosis metabolik terjadi jika tubuh kehilangan banyak asam. Sebagai contoh adalah kehilangan sejumlah asam lambung selama periode muntah yang berkepanjangan atau bila asam lambung disedot dengan selang lambung (seperti yang kadang-kadang dilakukan di rumah sakit, terutama setelah pembedahan perut)

Pada kasus yang jarang, alkalosis metabolik terjadi pada seseorang yang mengkonsumsi terlalu banyak basa dari bahan-bahan seperti soda bikarbonat. Selain itu, alkalosis metabolik dapat terjadi bia kehilangan natrium atau kalium dalam jumlah yang banyak mempengaruhi kemampuan ginjal dalam mengendalikan keseimbangan asam basa darah.

Penyebab utama alkalosis metabolik :

1. Penggunaan diuretik (tiazid, furosemid, asam etakrinat)

2. Kehilangan asam karena muntah atau pengosongan lambung

3. Kelenjar adrenal yang terlalu aktif (sindroma cushing atau akibat penggunaan kortikosteroid).

Gejala :

1. Alkalosis metabolik dapat menyebabkan iritabilitas (mudah tersinggung), otot berkedut dan kejang otot, atau tanpa gejala sama sekali.

2. Bila terjadi alkalosis yang berat, dapat terjadi kontraksi (pengerutan) dan spasme (kejang) otot yang berkepanjangan (tetani).

3. Diagnosa dilakukan pemeriksaan darah arteri untuk menunjukkan darah dalam keadaan basa.

Pengobatan :

Biasanya alkalosis metabolik diatasi dengan pemberian cairan dan elektrolit (natrium dan kalium)

INFUS LARUTAN IRIGASI GLISIN

Larutan irigasi adalah sediaan larutan steril dalam jumlah besr. Larutan tidak disuntikkan ke dalam vena, tapi digunakan di luar sistem peredaran darah dan umumnya menggunakan jenis tutup yang diputar atau plastik yang dipatahkan, sehingga memungkinkan pengisian larutan dengan cepat. Larutan ini digunakan untuk merendam atau mencuci luka2. Sayatan bedah atau jaringan tubuh dan dapat pula mengurangi pendarahan.

Persyaratan larutan irigasi adalah sbb :

1. Isotonik

2. Steril

3. Tidak disbsorpsi

4. bukan larutan elektrolit

5. Tidak mengalami metabolisme

6. Cepat diekskresi

7. Mempunyai tekanan osmotik diuretik

8. bebas pirogen

Larutan irigasi glisin digunakan selama operasi kelenjar prostat dan prosedur transuretral lainnya. Larutan yg digunakan untuk luka dan kateter uretra yg mengenai jaringan tubuh hrs disterilkan dgn cara aseptis.

INFUS IV YG MGD NUTRISI

Glukosa termasuk monosakarida dimana sebagian besar monosakarida dibawa oleh aliran darah ke hati. Di dalam hati, monosakarida mengalami proses sintetis menghasilkan glikogen, oksidasi menjadi CO2 dan H2O atau dilepaskan untuk dibawa dengan aliran darah ke bagian tubuh yg memerlukannya. Sebagian lain monosakarida dibawa langsung ke sel jaringan organ tertentu dan mengalami proses metabolisme lbh lanjut. Karena pengaruh berbagai faktor dan hormon insulin yg dihasilkan oleh kelnjar pankreas, hati dapat mengatur kadar glukosa dalam darah. Kadar glukosa dalam darah merupakan faktor yg sgt penting utk kelancaran kerja tubuh.

INFUS IV RINGER LAKTAT

Jika untuk mengatasi kondisi kekurangan volume darah, larutan natrium klorida 0,9% - 1,0% menjadi kehilangan maka secara terapeutik sebaiknya digunakan larutan ringer, larutan ini mengandung KCl dan CaCl2 disamping NaCl. Beberapa larutan modifikasi jg mengandung NaHCO3 maka larutan dapat disterilakan dengan panas yang stabil. Pengautoklafan larutan natrium hidrogen karbonat hanya diproses mempunyai penyaringan kuman.

Pembahasan : larutan ini bersifat hipertonis. Harap diperhatikan laju tetesan per menit. Laju tetesan maksimal 5 ml per menit

INFUS IV AMMONIUM KLORIDA

(PENDAHULUANNYA SAMA DENGAN ALKALOSIS METABOLIK)

Ammonium klorida digunakan sebagai z.a yang dapat berkhasiat untuk pengobatan gangguan metabolisme alkalosis dalam tubuh serta menggantikan ion klorida yang hilang dalam tubuh.

INFUS IV MENGANDUNG ELEKTROLIT DAN KARBOHIDRAT

Walaupun cairan infus intravena yang diinginkan adalah larutan yang isotonis untuk meminimalisasi trauma pada pembuluh darah, namun cairan hipotonis maupun hipertonis dapat digunakan. Untuk meminimalisasi iritasi pembuluh darah, larutan hipertonis diberikan dalam kecepatan yang lambat.

FORMULA INFUS


Infus iv glukosa NaCl (pengganti cairan tubuh, infus mengandung karbohidrat)

Glukosa 5%

NaCl q.s

Aqua p.i ad 500 ml
Perhitungan Tonisitas

Þ Perhitungan ekivalensi NaCl

E = 17 x L

M

E = 17 x 1,9

198,17

E = 0,163

Tonisitas

Glukosa = 5 % x 0,0163 = 0.815 %

NaCl = a x 1 = a

0,9 % (isotonis)

a = 0,085 %

Formula jadi

Glukosa 5 %

NaCl 0,085 %

Aqua p.i ad 500 ml

Dibuat 2 botol infus @ 500 ml, total volume infus 1000 ml

Glukosa = 5 % x 1000 = 50 g

NaCl = 0,085 % x 1000 = 0,85 g

Volume = 1000 ml + ( 10 % x 1000 )

= 1100 ml

Glukosa = 1100 x 50 g + 5 % x 1100 x 50 g 1000 1000

= 57,75 g

NaCl

= 1100 x 0,85 g + 5 % x 1100 x 0,85 g

1000 1000

= 0,98175 g

Norit = 0,1 % x 1100 = 1,1 g

H2O2 = 0,1 % x 1100 = 1,1 g

Tiap 500 ml mengandung

Glukosa 25 g

NaCl 0,425 g

Aqua p.i ad 500 ml

Infus Uiv ntuk penderita diare berat

Locke Ringer

Formula dasar (FI IV hal 1175)

NaCl 9,0 g

KCl 0,42 g

CaCl2 0,24 g

MgCl2 0,2 g

NaHCO3 0,5 g

Dekstrosa 0,5 g

Agua p.i ad. 1000ml

Formula jadi : ad. 500ml (ambil ½ nya)

Latar belakang :

- Locke – Ringer mengandung zat-zat yang dibutuhkan tubuh yaitu elektrolit-elektrolit dan karbohidrat sesuai untuk penderita diare berat

- Digunakan norit, yaitu untuk menyerap pirogen dan mengurangi kelebihan H2O2

- Cara sterilisasi yang digunakan adalah dengan teknik otoklaf karena bahan-bahan yang digunakan tahan panas

Perhitungan tonisitas:

v = Σ (w x E) x 111,1

= [(4,5 x 1) + (0,21 x 0,76) + (0,12 x 0,51) + (0,50 x 0,16) + (0,25 x 0,65)] x 111,1

= 551,4226 mL

% tonisitas = 551,4226/500 x 0,9 = 0,993 %

Injeksi iv mengandung glukonat

formula

Ca glukonat 5 meq /l ( steril DF hal 248)

NaCl q.s

Aqua PI ad 500 ml

Latarbelakang

Ca glukonat untuk memenuhi kebutuhan Ca tubuh

NaCl untuk membuat larutan isotonis

Pembuatan : otoklaf

Spesifik : 1 g Ca glukonat 4,5 mEq Ca ( DI 88 hal 1401)

Kebutuhan tubuh 4,5-5,5 mEq kalsium perhari

Dipilih dosis 4,5 mEq

1 g Ca. glukonat (monohidrat) ~ 4,5 mEq kalsium

Dikonversi menjadi :

4,5 mEq x 1 g = 1 g

4,5 mEq

Maka, formula menjadi :

Ca glukonat 1 g

Aqua pro injeksi ad 1000 mL

Tonisitas

E NaCl = 0,18

Ca glukonat 1g → 1 g/100 mL = 0,1 %

0,1 % x 0,18 = 0,018 % (hipotonis)

Pengisotonis (NaCl) = 0,9 % – 0,018 % = 0,882 %

Maka, NaCl yang dibutuhkan:

0,882 % x 100 mL/ 1000 mL = 8,82 g

Maka, formula menjadi :

Ca glukonat 1 g

NaCl 8,82 g

Aqua pro injeksi ad 1000 mL

Perhitungan lihat di infus lain!!!!!

Injeksi iv glukosa 10%

Formula

Glukosa 10%

NaCl q.s

Aqua p.i ad. 500ml

Latar belakang

- Glukosa sebagai zat aktif untuk menambah energy pada pasien yang kehilangan banyak cairan tubuh karena diare berat, hipoglikemik, dehidrasi

- Pembuatan : Sterilisasi akhir (otoklaf 121OC, 15 menit)

Tonisitas:

Lihat infus lain!!!

Perhitungan:

Lihat infus lain!!!!

Infus iv ammonium klorida

(Alkalosis metabolik)

Tiap 100 ml mengandung (Martindale hal 1085)

Ammonium klorida 1%

(pemilihannya tergantung kondisi pasien sesuaikan dengan pendahuluan)

Aqua pi ad 100 ml

Sterilisasi : otoklaf

Latar belakang:

o Pada formula ini digunakan zat aktif tersebut karena pada penyakit alkalosis metabolik terjadi kelebihan basa. Oleh karena itu kelompok kami memilih zat aktif tersebut untuk mengembalikan suasana kelebihan basa menjadi netral, infus ini dapat juga untuk cairan pengganti elektrolit.

o Pada formula ini juga ditambahkan zat aktif ammonium klorida karena biasanya orang atau pasien yang datang ke rumah sakit sudah dalam kondisi yang parah penyakit alkalosisnya yang ditandai dengan spasme dan kontraksi otot yang berkepanjangan (kejang) dan pada kondisi yang sudah parah segera diberikan ammonium klorida untuk menetralkan keadaan darah yang kelebihan basa.

o Pada formula ini digunakan aqua pro injeksi sebagai pelarut.

o Pada formula ini dari perhitungan tonisitas ternyata infus yang kami buat ini hipertonis. Oleh karena itu perlu diperhatikan tetesan tiap menitnya agar infus menjadi isotonis. Perlu diingat bahwa infus yang isotonis tetesan per menitnya adalah 2 ml per menit. Maka pada pemakaiannya infus ini diusahakan tetesan per menitnya kurang dari 2 ml.

o Pada formula ini dibuat 1 botol 100 ml karena hanya untuk pengelolaan alkalosis metabolik

o Pada formula ini infus diberikan secara intravena untuk segera dapat memberikan efek.

o Pada formula ini digunakan H2O2 untuk menghilangkan pirogen yang terdapat pada air untuk injeksi sedangkan norit digunakan untuk menghilangkan pirogen dari botol infus.

Perhitungan dan Penimbangan

Kesetaraan equivalent elektrolit

1 g NH4Cl ≈ 18,69 mEq Cl E3 = 1,12

NH4Cl : 2% x 100 ml = 2 g

Perhitungan tonisitas

V = [(W x E)] x 111,11

= [ (2 x 1,12)] x 111,11

= 248,8864 ml

% Tonisitas = Z ml / 100 ml x 0,9 %

= 248,8864 ml / 100 ml x 0,9 %

= 2,240 %

Kesimpulan :

Larutan infus ini hipertonis maka perlu diperhatikan tetesan per menitnya isotonis (0,9%) tetesan per menit = 2 ml / menit

Hipertonis (3,15%) maka tetesan permenitnya

= 0,9%/2,240% x 2 ml = 0,8036 ml

INFUS IV RINGER LAKTAT (Na laktat)

Infus intravena Na laktat, misal 2 botol

Formula dasar (DI 2003 hal 2474)

Na laktat 50 mEq

Aqua pi ad 300 ml

Formula jadi

(Sterilisasi akhir dengan otoklaf 121oC 15 menit)

Na laktat 83,33 mEq

Aqua pi ad 500 ml

Perhitungan

1 g Na laktat ~ 8,9 mEq Na laktat

(Martindale 28 hal 640)

83,3 mEq x 1 g = 9,36 g

8,9 mEq

E NaCl Na laktat = 0,55 (Sprowls hal 189)

V = (W x E) x 111,1

= (9,36 x 0,55) x 111,1 = 571,94 ml

% tonisitas = 571,94 ml x 0,9 %

500 ml

= 1,029%(hipertonis)

Maka di etiket ditulis:

Larutan ini bersifat hipertonis. Harap diperhatikan laju tetesan per meit, laju tetesan maksimal 5 ml/ menit

Penimbangan:

V = (v x n) + 10 % (vx n )

= (2 x 500) + 10 % (2 x 500)

= 1100 ml
class="fullpost">
Latar belakang

- Na laktat sebaga zat aktif dimana zat ini merupakan agen pengalkali yang digunakan sebagai sumber bikarbonat untuk pencegahan dan pengobatan asidosis metabolik ringan – seddang

- Tidak ditambah zat pengisotonis karena didapat larutan hipertonis dengan catatan laju tetesan tidak lebih dari 300 ml/jam (DI 2003 hal 2474)

- H2O2 untuk menghilangkan pirogen pada aqua pi karena injeksi vol. 10 ml harus bebas pirogen

- Norit untuk menghilangkan pirogen pada larutan obat

INFUS IVPROTEIN

Formula jadi

Dosis : 5-10 % dalam air

Tiap botol mengandung (500 ml) :(Martindale P 49)

Arginin Hidroksida 5%

NaCl qs

Aqua p.i ad 100 ml

Alasan pemilihan formula: : takut hiperproteinemia

· Protein merupakan makromolekul, dimana monomernya adalah asam amino. Dipilih asam amino Arginin HCl karena merupakan salah satu asam amino essensial yang dibutuhkan oleh tubuh..

· Walaupun pada sediaan infus ini tidak mengandung pengawet, uji sterilisasinya dilakukan secara filtrasi karena volumenya yang besar sehingga tidak memungkinkan untuk di inokulasi langsung.

Indikasi : pengobatan hyperammonaemia

Perhitungan Tonisitas

E arginin HCl = 17 L / M

L = ptb molal

M= BM Arginin

E = 17 x ( 1,9/ 210,7)

= 0,15

Arginin untuk 1 L = 40g

Hitung tonisitas: lihat di infuse lain!!!!

Perhitungan, lihat di infuse lain!!!

INFUS MEMPERTAHANKAN KESEIMBANGAN ION / ELEKTROLIT / DEHIDRASI

Formula Dasar: berdasarkan buku Steril Dossage Form hal 253-254, dilihat dari kandungan atau konsentrasi ion-ion (elektrolit) yang normal pada plasma.

Tiap Liter mengandung :

NaCl 135-145 mEq

KCl 3,5-5,0 mEq

CaCl2 5 mEq

MgCl2 2 mEq

Sehingga di buat infus dengan formula yang dipilih:

NaCl 70 mEq

KCl 2 mEq

CaCl2 2,5 mEq

MgCl2 1 mEq

Dekstrosa qs (ad isotonis)

Aqua pi ad 500 ml

Penimbangan (setiap 1 L)

NaCl = 2 x 70 mEq x 1g = 8,187 g

17,1 mEq

KCl = 2 x 2 mEq x 1g = 0,2985 g

13,4 mEq

CaCl2 = 2 x 2,5 mEq x 1g = 0,367 g

13,6 mEq

MgCl2 = 2 x 1 mEq x 1g = 0,204 g

9,8 mEq

V = {( W1 x E1 )+( W2 x E2 )+( W3 x E3 )+( W4 x E4 )} x 111,11

1100 = {( 9,006 x 1,0 )+( 0,328 x 0,76 )+( 0,4037 x 0,51 )+( 0,224 x 0,45 )+ (0,18 x W5)} x 111,11

1100 = {( 9,006 + 0,2493 + 0,206 + 0,1008 ) + (0,18 x W5) } x 111,11

1100 = {9,5621 + (0,18 x W5) } x 111,11

1100 = 1062,445 + 19,9998 x W5

37,555 = 19,9998 x W5

W5 = 1,8777 g

W5 = Dekstrosa yang dibutuhkan agar infus isotonis (0,9%)

% isotonis setelah penambahan dekstrosa = 0,9 %

Kandungan dekstrosa setiap botol infus

= 500/1100 x 1,8777 g = 0,8535 g ~ 0,854 g

INFUS iv DEKSTROSA NaCL

Rencana formula

Dekstrosa 5 %

NaCl q.s

Aqua p.i ad 500 ml

Perhitungan tonisitas:lihat tonisitas yang lain:

Latar Belakang Penetapan Formula

1. Dosis Dekstrosa untuk injeksi IV adalah 5% dan berfungsi sebagai penambah / pelengkap cairan tubuh.

2. NaCl digunakan sebagai larutan pengisotonis agar sediaan infus setara dengan 0,9% larutan NaCl, dimana larutan tersebut mempunyai tekanan osmosis yang sama dengan cairan tubuh.

3. Tidak digunakan pengawet karena berdasarkan literatur (DI 88 hal. 1427) karena sediaan infus yang dibuat merupakan tekanan tunggal sehingga kemungkinan terjadinya kontaminasinya mikroba sangat kecil.

INFUS IV MENGANDUNG NUTRISI

Formula:

Glucosa 5%

Arginin HCl qs

Vitamin C qs

Aqua.p.i ad 500 ml

Hitung tonisisitas!!!

INJEKSI LARUTAN GLISIN

Formula Dasar (DI hal 2556)

Glisin 15mg/ml

Aqua pi ad 500 ml

Formula jadi

Glisin 15 mg/ml

NaCl qs

Aqua pi ad 500 ml

Infuse iv glisin ( asupan protein)

(yuki punya)

Glisin 1,5 % ( martin 28 hal 53)

Aqua pi ad 500 ml

Pembuatan : otoklaf 121 ®c 15

HITUNG TONISISTAS!!!

:

INFUS IV NaCL

Formula:

NaCl 0,9%

Aqua pi ad 500 ml

INFUS IV MENGANDUNG ELEKTROLIT DAN KARBOHIDRAT

Formula jadi :

Dekstrosa 5 % ( DI p. 2505 )

NaCl qs

Aqua pi ad 500 ml

Perhitungan tonisitas

E dekstrosa = 5 % x 0,16 = 0,8 %

NaCl yang dibutuhkan = 0,9 % - 0,8 % = 0,1 %

g NaCl = 0,1 g /100ml x 500 ml = 0,5 g

Rute = iv

Sterilisasi = autoklaf 121 ºC, 15 menit

INFUS UNTUK PENGELOLAAN METABOLIK ASIDOSIS (Na bikarbonat)

Formula :

Na Bikarbonat 5 mEq/kg BB

Aqua pi ad 500 ml

Latar Belakang :

Na. Bikarbonat dipilih sebagai zat aktif dimana Na.bikarbonat merupakan agen pengalkali yang menghasilkan ion bikarbonat untuk pengobatan asidosis metabolit akut.

H2O2 untuk menghilangkan pirogen pada aqua pi sehingga diperoleh aqua bebas pirogen karena injeksi yang dibuat dengan volume lebih dari 10 ml harus bebas pirogen.

Norit digunakan untuk menghilangkan pirogen pada larutan obat karena injeksi yang bervolume besar harus bebas pirogen.

Perhitungan Dosis Infus Na bikarbonat

Dosis = 5 mEq / Kg BB (DI 2003 halaman 2472)

Sehingga dosis= 5 mEq

----------- x 50 Kg = 250 mEq

1 kg

Dosis (mEq) Yang diperoleh kurang lebih memenuhi untuk dosis pengobatan asidosis metaolik akut , dimana pemberian Na.bikarbonat utnuk asidosis metabolic akut yang konsentrasi nya serum bikarbonat ≤ 8 mEq/ L (DI 2003 hal 2471)

- Rentang ion bikarbonat normal pada orang dewasa 26-30 mEq steril sossage Form Hal 248)

- Rumus dosis mEq Na bikarbonat ( DI 2003 hal 2472)

- MEq NaHCO3 = 0,3 x 50 kg x ( 26-8) mEq/L

= 270 mEq

Dosis 250 mE kurang lebih memenuhi dosis pengobatan asidosis metabolik akut yang tertera pada mertindale 28 hal 634 yang sampI DENGAN 4,2% ( 0,5 % mmol / ml) dimana:

1g Na. Bikarbonat setara dengan 12 mEq ion Na dan bikarbat (Handbook injectable hal 1165)

Bobot Na bikarbonat

= 250 mEq

-------------- x 1 g = 20,83 g

12 mEq

Jadi dosis = 20,83 NHCO3/ 500 ml

= 4,167 g NaHCO3 / 100 ml

= 4,167 % NaHCO3

INFUS YANG MENGANDUNG NA, K, Ca, dekstrosa

Formula ( Formularium nasional edisi II 1978 hal 203 )

Tiap 500 ml mengandung :

NaCl 4,3 g

KCl 150 g

CaCl2 2,4 g

Aqua pi ad 500 ml

Rancangan formula

Tiap 500 ml mengandung :

NaCl 7,018 g

KCl 0,149 g

CaCl2 0,147 g

Dekstrosa 11,218 g

Aqua pi ad 500 ml

Latar belakang pemilihan formula

1. Dekstrosa digunakan sebagai pengisotonis karena syarat infus yaitu larutan harus isotonis. Dekstrosa dikhususkan untuk sediaan parenteral sedangakan glukosa cair tidak cocok untuk sediaan parenteral.

2. Aqua pro injeksi digunakan sebagai pelarut dan pembawa karena bahan-bahan larut dalam air.

3. Kalium merupakan kation utama dalam cairan intraseluler dan lebih penting dalam mengatur keseimbangan asam basa, tonisitas dan elektrodinersitas. Untuk menggantikan kalium yang hilang digunakan KCl yang lebih mudah larut dalam air.

4. Kalsium merupakan kation yang penting sebagai aktivator dan berbagai macam reaksi enzimatis, dipakai dalam bentuk CaCl2 yang lebih mudah larut dalam air.

5. Norit digunakan untuk menyerap bahan-bahan pengotor yang mungkin ada.

6. H2O2 digunakan untuk membebaskan pirogen dalam sediaan infus karena syarat untuk sediaan infus harus bebas pirogen.

7. Natrium merupakan kation mayor dalam cairan ekstraseluler. Fungsinya adalah pengontrol distribusi air, cairan keseimbangan elektrolit dan tekanan osmotik dari cairan tubuh. NaCl digunakan karena larut dalam air dan digunakan sebagai natrium yang hilang

Penimbangan

NaCl : 120 mEq x 1g = 7,018 g

17,1 mEq

KCl : 2 mEq x 1g = 0,149 g

13,4 mEq

CaCl2 : 2 mEq x 1g = 0,147 g

13,6 mEq

Perhitungan isotonis

V = {( W1 x E1 ) + ( W2 x E2 ) + ( W3 x E3 )} x 111,1

= {(7,018 x 1) + (0,149 x 0,76) + (0,147 x 0,51)} x 111,1

= 800,57 ml

% Tonisitas = 800,57 ml x 0,9 %

1000 ml

= 0,72 %

Dekstrosa yang dibutuhkan agar infus isotonis :

V = 800,57 + ( 0,16 x W5 ) x 111,1

1000 = 800,57 – 17,7776 W5

199,43 = 17,7776 W5

W5 = 11,218 g

LARUTAN PENCUCI PADA OPERASI LAMBUNG

Rencara formula :

Formula I : NaCl fisiologis ( DI 2003 hal 2555 )

Formula II : Air steril pro injeksi (DI 2003 hal 2555 )

Formula III : Ringer ( DI 2003 hal 2556 ), isinya :

- NaCl 8,6 g

- KCl 0,3 g

- CaCl2 0,33 g

- Air ad 1000 ml

Usulan formula :

NaCl 0,9 %

Aqua p.i ad 500 ml

Alasan pemilihan formula :

* Hanya menggunakan NaCl saja karena untuk mencuci lambung ( DI )
* Menggunakan aqua p.i karena menggunakan metode sterilisasi akhir

Cara kerja Otoklaf dan LAF



CARA KERJA

Menggunakan metode Sterilisasi akhir dengan Otoklaf

· Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan

· Kalibrasi botol infus, vial, botol tetes mata/larutan cuci mata

· Sterilisasikan alat – alat dan botol infus, tetes mata,

· Buat aqua pro injeksi ( aqua mendidih , setelah mendidih 15 menit ,

+ H2O2, lalu panaskan 15 menit, lalu dinginkan )

· Larutkan zat aktif dalam pelarutnya…...(jika ada yang perlu diserus, maka zat aktif digerus terlebih dahulu, untuk meningkatkan kelarutan)

· Tambahkan aqua pro injeksi ad ....

· Tambahkan norit 15 menit sambil aduk (khusus infus)

· Cek pH (berdasarkan pH sediaan)

· Saring dengan kertas saring steril rangkap ad jenuh(khusus infus)

· Masukan dalam wadah

· Lakukan sterilisasi dalam autoklaf 121oC, 15 menit

· Diberi etiket, dikemas dalam dus dan diserahkan

Menggunakan teknik aseptik dalam ruangan LAF

· Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan

· Kalibrasi botol, vial, botol tetes mata/larutan untuk cuci mata

· Buat aqua pro injeksi ( aqua mendidih , setelah mendidih 15 menit , + H2O2, lalu panaskan 15 menit, lalu dinginkan )

· Timbang bahan-bahan yang digunakan

· Sterilkan semua alat dan bahan yang digunakan sesuai dengan cara sterilisasi masing-masing.

· Larutkan bahan-bahan dalam aqua p.i.

· Cek pH.

· Lakukan sterilisasi dengan cara filtrasi menggunakan filter membran 0,22 µm di LAF (dispensasi menggunakan kertas saring), lalu masukkan dalam wadah, tutup