KEPEMIMPINAN DALAM KEPERAWATAN
Untuk
memastikan bahwa staf keperawatan melaksanakan tugasnya dengan baik,
manajer keperawatan harus mampu memimpin, meminta, meyakinkan, mendesak
dan membujuk stafnya untuk melakukan apa yang seharusnya dikerjakan,
tidak bergantung kepada kapan meraka mau melakukannya tetapi pada kapan
klien dan rekan kerja memerlukan bantuan mereka, tidak berdasarkan atas
kesukaan mereka tetapi pada apa yang seharusnya dilakukan demi
tercapainya tujuan asuhan keperawatan.
Kepemimpinan dalam keperawatan merupakan penerapan pengaruh dan bimbingan yang ditujukan kepada semua staf keperawatan untuk menciptakan kepercayaan dan ketaatan sehingga timbul kesediaan melaksanakan tugas dalam rangka mencapai tujuan bersama secara efektif dan efisien.
A. PENGERTIAN KEPEMIMPINAN
Beberapa ahli mengungkapkan pengertian kepemimpinan sebagai berikut:
1) Kepemimpinan adalah kemampuan membuat seseorang mengerjakan apa yang tidak ingin mereka lakukan dan menyukainya (Truman, dikutip dari Gillies, 1996).
2) Kepemimpinan merupakan penggunaan keterampilan mempengaruhi orang lain untuk melaksanakan sesuatu dengan sebaik-baiknya sesuai dengan kemampuannya (Sullivan dan Decleur, 1989).
3) Kepemimpinan adalah serangkaian kegiatan untuk mempengaruhi anggota kelompok bergerak menuju pencapaian tujuan yang ditentukan (Baily, Lancoster dan Lancoster, 1989)
4) Kepemimpinan adalah sebuah hubungan dimana satu pihak memiliki kemampuan yang lebih besar untuk mempengaruhi perilaku pihak lain yang didasarkan pada perbedaan kekuasaan antara pihak-pihak tersebut (Gillies, 1996).
Berdasarkan berbagai pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa:
1. Kepemimpinan merupakan kemampuan mengarahkan, membimbing dan mempengaruhi perilaku orang lain.
2. Kepemimpinan diperlukan untuk mencapai tujuan organisasi.
3. Kepemimpinan dapat berjalan bila ada perbedaan kekuasaan atau wewenang antara pemimpin dan anggota organisasi yang dipimpinnya.
B. TEORI KEPEMIMPINAN
1. Teori Bakat
Teori
ini menyatakan bahwa seseorang dilahirkan dengan bakat pimpinan yang
tidak dapat dipelajari. Kemampuan seorang pemimpin ditentukan oleh
bakat, intelegensi, stabilitas emosi dan kebugaran fisik.
2. Teori Perilaku
Douglas
Mc Gregor mengemukakan bahwa para pimpinan organisasi birokratis
menganut asumsi tentang sifat alami manusia yang oleh Mc Gregor disebut
Teori X. Asumsi tersebut adalah:
1) Rata-rata individu memiliki ketidaksukaan pada pekerjaan dan akan menghindarinya sewaktu ada kesempatan.
2) Rata-rata
individu memilih diarahkan dengan harapan menghidari tanggung jawab dan
lebih tertarik kepada insentif materi daripada prestasi diri.
3) Karena
manusia tidak menyukai pekerjaan, mereka harus dikendalikan, diancam
dan dipaksa untuk mengerahkan usaha yang cukup untuk mencapai tujuan
organisai.
Mc
Gregor mempertanyakan asumsi tersebut dengan mengajukan asumsi yang
berbeda (Teori Y) agar dapat mendorong pekerja untuk mengembangkan
potensi yang dimilikinya secara utuh. Asumsi teori Y adalah:
1) Pengeluaran usaha fisik dan mental dalam bekerja harus seimbang dengan istirahat atau hiburan.
2) Manusia akan membiasakan kontrol diri dan mengarahkan diri untuk mencapai tujuan-tujuan yang dipatuhinya secara pribadi.
3) Rata-rata individu belajar di bawah kondisi yang sesuai untuk mencari dan menerima tanggung jawab.
4) Kapasitas
untuk menerapkan imajinasi dan kreatifitas terhadap pemecahan
masalah-masalah organisasi secara lebih luas terbagi di antara para
pekerja.
C. GAYA KEPEMIMPINAN
Gaya kepemimpinan dapat diartikan sebagai penampilan atau karakteristik khusus dari suatu bentuk kepemimpinan (Follet, 1940; dikutip dari Gillies,
1996). Ada 4 (empat) gaya kepemimpinan yang telah dikenal yaitu:
otokratis, demokratis, partisipatif dan laissez faire (Gillies, 1996).
1. Gaya Kepemimpinan Otokratis:
Gaya
kepemimpinan otokratis adalah gaya kepemimpinan yang menggunakan
kekuatan jabatan dan kekuatan pribadi secara otoriter, melakukan sendiri
semua perencanaan tujuan dan pembuatan keputusan dan memotivasi bawahan
dengan cara paksaan, sanjungan, kesalahan dan penghargaan untuk
mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
2. Gaya Kepemimpinan Demokratis:
Gaya
kepemimpinan demokratis adalah gaya seorang pemimpin yang menghargai
karakteristik dan kemampuan yang dimiliki oleh setiap anggota
organisasi. Pemimpin yang demokratis menggunakan
kekuatan jabatan dan kekuatan pribadi untuk menggali dan mengolah
gagasan bawahan dan memotivasi mereka untuk mencapai tujuan bersama.
3. Gaya Kepemimpinan Partisipatif:
Gaya
kepemimpinan partisipatif adalah gabungan bersama antara gaya
kepemimpinan otoriter dan demokratis dengan cara mengajukan masalah dan
mengusulkan tindakan pemecahannya kemudian mengundang kritikan, usul dan
saran bawahan. Dengan mempertimbangkan masukan tersebut, pimpinan
selanjutnya menetapkan keputusan final tentang apa yang harus dilakukan
bawahannya untuk memecahkan masalah yang ada.
4. Gaya Kepemimpinan Laisses Faire:
Gaya
kepemimpinan laisses faire dapat diartikan sebagai gaya “membiarkan”
bawahan melakukan sendiri apa yang ingin dilakukannya. Dalam hal ini,
pemimpin melepaskan tanggung jawabnya, meninggalkan bawahan tanpa arah,
supervisi atau koordinasi sehingga terpaksa mereka merencanakan,
melakukan dan menilai pekerjaan yang menurut mereka tepat.
Selanjutnya
dapat dikemukan bahwa keempat gaya kepemimpinan di atas memiliki
kelebihan dan kekurangan tersendiri. Setiap gaya kepemimpinan bisa
efektif dalam situasi tertentu tetapi tidak efektif dalam situasi lainya
(Tannenbaum dan Schmit, 1973; dikutif dari Gillies, 1996). Faktor yang
menetukan efektifitas gaya kepemimpinan secara situasional meliputi:
kesulitan atau kompleksitas tugas yang diberikan, waktu yang tersedia
untuk menyelesaikan tugas, ukuran unit organisasi, pola komunikasi dalam
organisasi, latar belakang pendidikan dan pengalaman pegawai, kebutuhan
pegawai dan kepribadian pemimpin (Gillies, 1996).
D. PEMIMPIN YANG EFEKTIF
Tidak
ada gaya atau karakteristik kepemimpinan yang dpat dikatakan efektif
tanpa mempetimbangkan situasi kultural, situasi kerja dan kebutuhan
pekerja yang terus-menerus berubah dari waktu ke waktu. Karakteristik
kepemimpinan yang efektif dikemukan oleh beberapa ahli sebagai berikut:
1. Fiedler (1977), dikutif dari Gillies (1996) menyatakan bahwa kepemimpinan dapat berjalan efektif bila:
1) Kepemimpinan
berganti dari satu orang ke orang lain dan berganti dari satu gaya ke
gaya lainnya seiring dengan terjadinya perubahan situasi kerja.
2) Pemimpin
sebaiknya berasal dari anggota kelompok kerja, mengenal situasi kerja
dan memiliki kemampuan yang lebih tinggi dibanding anggota kelompok
kerja lainnya.
2. Bennis menyatakan bahwa pemimpin yang efektif adalah pemimpin yang memenuhi karakteristik sebagai berikut:
1) Mempunyai pengetahuan yang luas dan kompleks tentang sistem manusia.
2) Menerapkan pengetahuan tentang pengembangan dan pembinaan bawahan.
3) Mempunyai kempuan menjalin hubungan antar manusia.
4) Mempunyai sekelompok nilai dan kemampuan yang memungkinkan untuk mengenal orang lain dengan baik.
3. Swanburg (1990) menyatakan bahwa karakteristik pemimpin yang efektif adalah sebagai berikut:
1) Intelegensi (pengetahuan, pendapat, keputusan, berbicara)
2) Kepribadian
(mudah adaptasi, waspada, kreatif, kerjasama, integritas pribadi yang
baik, keseimbangan emosi dan tidak ketergantungan kepada orang lain)
3) Kemapuan (bekerjasama, hubungan antar manusia dan partisipasi sosial).
E. HUBUNGAN KEPEMIMPINAN DAN KEKUASAAN
Kepemimpinan
dan kekuasaan adalah dua hal yang berbeda tetapi tidak dapat dipisahkan
antara satu dengan lainnya. Kepemimpinan dapat dijalankan hanya bila
pada diri pemimpin terdapat kekuasaan karena jabatan yang diembannya dan
penerimaan atau pengakuan bawahan atas perannya sebagai pemimpin
(Gillies, 1996). Kekuasaan seorang pemimpin dapat diuraikan sebagai
berikut:
1. Reward power
atau kekuasaan memberikan penghargaan terhadap bawahan baik berupa
insentif material, memenuhi permintaan rotasi tugas atau kesempatan
untuk mengikuti program pengembangan staf.
2. Coecieve power
atau kekuasaan untuk menerapkan perintah atau hukuman secara paksa
kepada bawahan berupa penurunan atau penundaan kenaikan pangkat,
skorsing maupun pemecatan.
3. Referent power
merupakan kemampuanan untuk menjadi panutan bawahan sehingga dapat
menimbulkan kebanggaan dan upaya bawahan untuk mengidentifikasikan diri
sesuai dengan pemimpinnya.
4. Expert power merupakan kemampuan untuk meyakinkan, membimbing dan mengarahkan bawahan berdasarkan keahlian yang dimiliki seorang pemimpin.
Ruang lingkup atau batasan kekuasaan yang secara tegas ditentukan dalam jabatan tertentu dapat disebut wewenang.
F. PENERAPAN KEPEMIMPINAN DALAM KEPERAWATAN
Menurut Kron (1981), ruang lingkup kegiatan kepemimpinan dalam keperawatan meliputi:
1. Perencanaan dan pengorganisasian
2. Membuat penugasan dan memberi pengarahan
3. Pemberian bimbingan
4. Mendorong kerjasama dan partisipatif
5. Kegiatan koordinasi
6. Evaluasi hasil kerja.
--oo00oo--
DAFTAR PUSTAKA
Gillies, DA. (1996), Manajemen Keperawatan, suatu Pendekatan Sistem; W.B. Saunders Company, Philadephia.
Lancoster, J. dan Lancoster, W. (1982), Change Agent as Leaders in Nursing; CV. Mosby Company, St. Louis.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar