ASUHAN KEPERAWATAN (ASKEP) HIPERTENSI PULMONAL
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Hipertensi pulmonal (Pulmonary hypertension) atau yang disebut hipertensi paru, barangkali belum familiar di telinga. Padahal ini adalah jenis penyakit fatal yang menyerang banyak orang pada usia produktif. Sedihnya, angka kejadian pada perempuan dua setengah kali lipat dibanding laki-laki. Pada kasus hipertensi pulmonal primer, penyakit ini diturunkan, atau terkait faktor genetik.
Meski diakui, meluasnya penyakit hipertensi pulmonal saat ini kurang diketahui, namun diperkirakan sekitar 1-2 juta orang per tahun terdiagnosis menderita penyakit ini. Bahkan, angka yang sebenarnya diprediksi lebih tinggi mengingat diagnosis penyakit ini masih minim.(wanita ) Di Indonesia dan kawasan Asia Pasifik, hipertensi pulmonal kurang terdiagnosis dan kurang pengobatan antara lain faktor kurangnya kesadaran mengenai penyakit ini. Mereka yang menderita hipertensi pulmonal kebanyakan tidak terobati. Bahkan penderita tidak sadar bahwa mereka terkena penyakit berbahaya ini, tidak tahu tentang pengobatan yang dapat meningkatkan harapan hidup dan memberi kualitas hidup yang lebih baik.
Di Indonesia dan kawasan Asia Pasifik, hipertensi pulmonal kurang terdiagnosis dan kurang pengobatan antara lain karena faktor kurangnya kesadaran mengenai penyakit ini. Mereka yang menderita hipertensi paru kebanyakan tidak terobati. Bahkan penderita tidak sadar bahwa mereka terkena penyakit berbahaya ini, tidak tahu tentang pengobatan yang dapat meningkatkan harapan hidup dan memberi kualitas hidup yang lebih baik. endala lain adalah banyak gejala yang dikaitkan dengan hipertensi paru ternyata tidak spesifik mengarah pada hipertensi paru, sehingga tak heran diagnosis penyakit ini kian sulit saja.
Atas dasar itulah, kami membahas lebih lanjut mengenai hipertensi pulmonal yang kurang diketahui oleh masyarakat, khususnya mengenai Asuhan Keperawatan pada Klien hipertensi pulmonal. Sehingga diharapkan perawat mampu memberikan asuhan keperawatan yang tepat pada klien hipertensi pulmonal.
1.2 Rumusan Masalah
- Bagaimana konsep teori dari hipertensi pulmonal?
- Bagaimana asuhan keperawatan pada pasien dengan hipertensi pulmonal?
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Mengetahui dan memahami bagaimana membuat asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan hipertensi pulmonal
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Mengetahui dan memahami definisi hipertensi pulmonal.
2. Mengetahui dan memahami etiologi hipertensi pulmonal.
3. Mengetahui dan memahami patofisiologi hipertensi pulmonal.
4. Mengetahui dan memahami manifestasi klinis yang dapat ditemukan pada klien dengan hipertensi pulmonal.
Pmx diagnostik?
5. Mengetahui dan memahami penatalaksanaan klien dengan hipertensi pulmonal.
6. Mahasiswa mampu memahami asuhan keperawatan dari hipertensi pulmonal, meliputi :
- Pengkajian
- Diagnosa keperawatan
- Perencananaan Intervensi Keperawatan
- WOC
1.4 Manfaat
Dengan adanya makalah ini, diharapkan mahasiswa mampu memahami asuhan keperawatan pada klien dengan hipertensi pulmonal, serta mampu mengimplementasikannya dalam proses keperawatan.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi Hipertensi Pulmonal
Hypertensi Pulmonary atau yang biasa disebut Hipertensi Paru merupakan kondisi yang tidak terlihat secara klinis sampai pada tahap lanjut kemajuan penyakitnya. Penyakit ini ditandai dengan peningkatan tekanan darah pada pembuluh darah arteri paru-paru yang menyebabkan sesak nafas, pusing dan pingsan pada saat melakukan aktivitas. Berdasar penyebabnya hipertensi pulmonal dapat menjadi penyakit berat yang ditandai dengan penurunan toleransi dalam melakukan aktivitas dan gagal jantung kanan. Penyakit ini pertama kali ditemukan oleh Dr Ernst von Romberg pada tahun 1891.
Awalnya PH diklasifikasikan menjadi hipertensi pulmonal idiopatik (IPAH, atau hipertensi pulmonal primer) dan PH sekunder.
- Primer
- Sekunder
Namun kemudian diketahui bahwa beberapa hipertensi pulmonal sekunder sangat mirip dengan IPAH dalam hal gambaran histopatologis, natural history, dan respon terhadap terapi. Jadi, berdasarkan mekanisme penyakitnya, WHO kemudian membagi hipertensi pulmonal menjadi 5 kelas
- I. Hipertensi Arteri Pulmonal (PAH). Gambaran hemodinamik kelompok ini adalah:
- Mean pulmonary artery pressure (MPAP) >25 mmHg pada istirahat, atau > 30 mmHg pada aktivitas fisik, dan
- Pulmonary capillary wedge pressure (PCWP) > 15 mmHg, dan
- Peningkatan tahanan vaskular pulmonal dan gradien transpulmonal (gradien tekanan tekanan diastolik arteri pulmonal dan PCWP)
- II. Hipertensi Vena Pulmonal. Kelompok ini disebabkan oleh kelainan pada atrium kiri, ventrikel kiri atau katup jantung kiri.
- III. Hipertensi pulmonal yang berhubungan dengan penyakit paru-paru atau hipoksemia. Penyebabnya antara lain penyakit paru interstitial, PPOK, sleep-disordered breathing, kelainan hipoventilasi alveoli, dan sebab-sebab lain dari hipoksemia.
- IV. Hipertensi pulmonal yang disebabkan oleh penyakit trombotik dan embolik kronis. Pada kelompok ini penyebab PH adalah oklusi trombus di proksimal atau distal pembuluh darah paru (misalnya penyakit tromboembolik kronis), atau emboli pulmonal nontrombotik (misalnya schistosomiasis).
- V. Hipertensi Pulmonal pada kelompok ini disebabkan oleh inflamasi, obstruksi mekanis, atau kompresi ekstrinsik pada pembuluh darah paru (misalnya pada sarcoidosis, histiocytosis X, dan fibrosing mediastinitis).
1. Hipertensi pulmonal pasif
Agar darah dapat mengalir melalui paru dan kemudian masuk ke dalam vena pulmonalis, maka tekan dalam arteri pulmonalis harus lebih tinggi daripada vena pulmonalis. Dengan demikian, maka setiap kenaikan tekanan dalam vena pulmonalis seperti pada stenosis mitral, insufisiensi mitral dan ventrikel kiri yang hipertrofi akan menyebabkan peningkatan tekanan dalam arteri pulmonalis pula.
- Hipertensi pulmonal reaktif
- Aliran darah dalam paru yang meningkat
- Vaskularisasi paru yang berkurang
2.3 Komplikasi
- Gagal jantung kanan
- Gagal Nafas
Gejala yang timbul biasanya berupa :
- sesak nafas yang timbul secara bertahap
- kelemahan
- batuk tidak produktif
- pingsan atau sinkop
- edema perifer (pembengkakan pada tungkai terutama tumit dan kaki)
- gejala yang jarang timbul adalah hemoptisis (batuk berdarah)
- Distensi vena jugularis
- Impuls ventrikel kanan dominan
- Komponen katup paru menguat.
- Murmur trikuspid
- Hepatomegali
Karena pada hipertensi pulmonal, curah jantung berkurang maka terjadi penimbunan darah yang abnormal dalam ventrikel kanan sehingga kemungkinan untuk mengalami gagal jantung kanan dapat terjadi setiap saat. Kelelahan, dispnoe, angina pektoris, kejang dan sinkop merupakan gejala yang umumnya ditemukan. Edema biasanya terlihat pada keadaan yang lanjut, sedangkan hemoptisis terjadi akibat adanya infark atau robeknya pembuluh darah yang abnormal dalam paru. Pada pemeriksaan fisis ditemukan anggota gerak yang dingin, sianosis perifer, nadi dengan amplitudo yang kecil, tekanan vena jugularis meningkat, aktivitas daerah jantung kanan bertambah, komponen pulmonal bunyi jantung II mengeras, terdengar pula “pulmonary ejection click” dan bising sistolik ejeksi, bising pansistolitik pada daerah tricuspid, bising mid-diastolik pada sisi tulang sternum sebelah kiri dan terdapatnya irama derap atrium pada daerah tricuspid.
2.5 Patofisiologi
Hipertensi pulmonal dapat menyebabkan pengerasan pembuluh darah pada dan di dalam paru. Hal ini memperberat kerja jantung dalam memompa darah ke paru. Lama-kelamaan pembuluh darah yang terkena akan menjadi kaku dan menebal hal ini akan menyebabkan tekanan dalam pembuluh darah meningkat dan aliran darah juga terganggu. Hal ini akan menyebabkan bilik jantung kanan membesar sehingga menyebabkan suplai darah dari jantung ke paru berkurang sehigga terjadi suatu keadaan yang disebut dengan gagal jantung kanan. Sejalan dengan hal tersebut maka aliran darah ke jantung kiri juga menurun sehingga darah membawa kandungan oksigen yang kurang dari normal untuk mencukupi kebutuhan tubuh terutama pada saat melakukan aktivitas.
2.6 Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Non Invasif
Pertama kali mencurigai klinis hipertensi pulmonal, harus melakukan pemeriksaan konfirmasi dan pemeriksaan untuk mengeklusi tipe lain penyebab hipertensi pulmonal,di samping untuk menentukan beratnya atau prognosis.Baru-baru ini suatu konsensus merekomendasikan pemeriksaan untuk hipertensi pulmonal.
- Ekokardiograf
- Tes berjalan 6 menit
- Tes fungsi paru
- Radiografi Torak (Ro Torak)
- Elektrokardiografi
- CT Scan Resolusi Tinggi
Pemeriksaan Invasif
- Kateterisasi jantung
Kateterisasi jantung kanan dengan mengukur hemodinamik pulmonal adalah gold standart untuk konfirmasi PAH. Dengan definisi hipertensi pulmonal adalah tekanan PAP ≥25 mHg pada saat istirahat, atau ≥30 mmHg pada saat aktivitas. Kateterisasi membantu diagnosis dengan menyingkirkan etiologi lain seperti penyakit jantung kiri dan memberikan informasi penting untuk prosnotik hipertensi pulmonal.
Pengukuran Kateterisasi Jantung pada Klien PAH
- Systemic arterial pressure (BP) and heart rate (HR)
- Right arterial pressure (RAP)
- Right ventrikuler pressure (RVP)
- Pulmonaly artery pressure (PAP)
- Pulmonaly capillary wedge pressure (PCWP)
- Cardiac output and index
- Pulmonaly vasoreactivity
- Sistemic and pulmonaly arteril oxygen saturation
- Tes vasodilator
- Biopsi paru
Penatalaksanaan
- Pengobatan
1). Obat-obatan vasoaktif
Obat-obat vasoaktif yang digunakan pada saat ini antara lain adalah antagonis reseptor endotelial, PDE-5 inhibitor dan derivat prostasiklin. Obat-obat tersebut bertujuan untuk mengurangi tekanan dalam pembuluh darah paru. Sildenafil adalah obat golongan PDE-5 inhibitor yang mendapat persetujuan dari FDA pada tahun 2005 untuk mengatasi hipertensi pulmonal
Untuk vasodilatasi pada paru, ada beberapa obat-obatan yang dapat digunakan. Antara lain Beraprost sodium (Dorner), infus PGI, Injeksi lipo PGE-1, ACE Inhibitor, Antagonis Kalsium dan Inhalasi NO. Beraprost sodium efeknya tidak hanya sebagai vasodilator, tetapi juga efek pleiotropik, seperti menghambat agresi platelet, mencegah cedera sel endotel dan memperbaiki cedera sel endotel.
Pasien yang diberikan Beraprost, memiliki harapan hidup yang lebih baik (86%) dibandingkan yang tidak diberi Beraprost (75%). Hal ini karena Beraprost bekerja sebagai vasodilator yang menurunkan curah jantung dan ini mengurangi beban ventrikel kanan, menghambat progresifitas gagal jantung kanan, memperbaiki toleransi olahraga dan meningkatkan harapan hidup.
- Terapi bedah
Atrial septosotomi
Blade ballon atrial septostomy dilakukan pada pasien dengan tekanan ventrikel kanan yang berat. Tujuan prosedur ini adalah dekompresi overload jantung kanan dan perbaikan output sistemik ventrikel kiri. Septastotomi atrial harus dilakukan pada. fasilitas yang memadai dan operator yang berpengalaman
Thromboenarterectomy pulmonary
Menjadi pilihan pengobatan pada pasien hipertensi pulmonal yang berhubungan dengan penyakit tromboembolik kronik. Dilakukan melalui median stertonomi pada cardiopulmonary baypass. Secara keseluruhan angka kematian terus membaik dan kini kirang dari 5%.
- Transplantasi paru-paru
BAB 3
ASUHAN KEPERAWATAN
HIPERTENSI PULMONAL
3.1 Pengkajian
- 1. Identitas / biodata klien
- Keluhan utama
- Riwayat kesehatan sekarang
- Riwayat kesehatan dahulu
- Pemeriksaan Fisik
- Otak – sakit kepala, mual, muntah, epistaksis, kesemutan pada ekstremitas, enchepalopati, hipertensis ( mengantuk, kejang atau koma)
- Mata – retinopati ( hanya dapat dideteksi dengan penggunaan oftalmuskop, yang akan menunjukkan hemoragie retinal dan eksudat dengan papiledema), penglihatan kabur
- Jantung – gagal jantung (dispnea pada pergerakan tenaga, takhikardia)
- Ginjal – penurunan keluaran urine dalam hubungannya dengan pemasukan cairan, penambahan berat badan tiba-tiba, dan edema.
- 5. Review of Sistem pada klien hipertensi pulmonal
- sesak nafas yang timbul secara bertahap
- kelemahan
- batuk tidak produktif
- gejala yang jarang timbul adalah hemoptisis
- nyeri (pada hipertensi pulmonal akut)
2). Kardiovaskular B2 (blood)
- tekanan dalam pembuluh darah meningkat dan aliran darah terganggu
- gagal jantung kanan
- oksigen yang kurang dari normal
- edema perifer (pembengkakan pada tungkai terutama tumit dan kaki)
- distensi vena jugularis
- hepatomegali
3). Persyarafan B3 (brain)
- pusing
4). Perkemihan B4 (bladder)
normal
5). Pencernaan B5 (bowel)
normal
6). Muskuloskeletal/integument B6 (bone)
- penurunan toleransi dalam melakukan aktivitas
- kelemahan
3.2 Diagnosis Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang dapat muncul pada hipertensi pulmonal antara lain:
- Gangguan pertukaran gas b.d kerusakan jaringan paru
- Nyeri berhubungan dengan kerusakan jaringan paru
- Kelebihan volume cairan b.d edema perifer
- Penurunan curah jantung b.d kerusakan ventrikular
- Intoleransi aktivitas b.d kelemahan fisik.
3.3 Intervensi
- Gangguan pertukaran gas b.d kerusakan jaringan paru
Kriteria Hasil : a. Secara subjectif klien menyatakan penurunan sesak napas
b. Secara objektif didapatkan tanda vital dalam batas normal (RR 16-20 x/menit), tidak ada penggunaan otot bantu napas, analisa gas darah dalam batas normal
No |
Intervensi |
Rasional |
1. |
Evaluasi perubahan tingkat kesadaran, catat sianosis dan perubahan warna kulit, termasuk membrane mukosa dan kuku |
Perubahan warna kulit, membrane mukosa dapat mengindikasikan gangguan perfusi gas ke jaringan terganggu. |
2. |
Berikan tambahan oksigen |
Untuk meningkatkan konsentrasi oksigen dalam proses pertukaran gas |
3. |
Pantau saturasi (oksimetri), PH, BE, HCO3 dengan analisa gas darah |
Untuk mengetahui tingkat oksigenasi pada jaringan sebagai dampak adekuat tidaknya proses pertukaran gas |
4. |
Koreksi keseimbangan asam basa |
Mencegah asidosis yang dapat memperberat fungsi penapasan |
2. Nyeri berhubungan dengan kerusakan jaringan paru
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam, nyeri dapat teratasi
Kriteria Hasil : a. Pasien mengatakan nyeri berkurang
b. Skala nyeri turun
c. Wajah pasien tampak rileks
d. Tanda-tanda vital normal
No |
Intervensi |
Rasional |
1. |
Tingkatkan istirahat yang adekuat |
Istirahat dapat menurunkan tingkat nyeri |
2. |
Lakukan manajemen sentuhan |
Manajemen sentuhan pada saat nyeri berupa sentuhan dukungan
psikologis dapat membantu menurunkan nyeri. Massase ringan dapat
meningkatkan aliran darah dan menurunkan sensasi nyeri |
3. |
Anjurkan tindakan pengurangan nyeri untuk membantu pengobatan nyeri (misalnya, teknik relaksasi,atau distraksi) |
Teknik relaksasi,atau distraksi dapat mengalihkan perhatian klien
dari rasa nyeri dan dapat meningkatkan produksi endorfin dan enkafalin
yang dapat memblok reseptor nyeri untuk tidak dikirimkan ke korteks
serebri. |
4. |
Kolaborasi pemberian analgesik sesuai indikasi |
Analgesik dapat menurunkan tingkat nyeri |
- Kelebihan volume cairan b.d edema perifer
Kriteria Hasil : a. Edema ekstremitas berkurang
b. Produksi urine > 600 ml/hari
No |
Intervensi |
Rasional |
1. |
Ukur intake dan output |
Penurunan curah jantung mengakibatkan gangguan perfusi ginjal, retensi natrium/air, dan penurunan output urin |
2. |
Bantu posisi yang membantu drainase ekstremitas, lakukan latihan gerak pasif |
Meningkatkan aliran balik vena dan mendorong berkurangnya edema perifer |
3. |
Kolaborasi berikan diet tanpa garam |
Natrium meningkatkan retensi cairan dan meningkatkan volume plasma yang berdampak terhadap peningkatan beban kerja jantung |
4. |
Kolaborasi berikan diuretik, contoh : furosemid, sprinolakton, hidronolakton |
Diuretik bertujuan untuk menurunkan volume plasma dan menurunkan
retensi cairan di jaringan sehingga menurunkan risiko terjadinya edema
paru |
- Penurunan curah jantung b.d kerusakan ventrikular
Kriteria Hasil : a. Tidak ditemukan dyspnea
b. Turgor kulit bagus
c. Sirkulasi dan perfusi menjadi lebih baik
No |
Intervensi |
Rasional |
1. |
Istirahatkan klien dengan tirah baring optimal |
Istirahat dapat mengurangi kerja otot pernapasan dan penggunaan oksigen |
2. |
Atur posisi tirah baring yang ideal. Kepala tempat tidur harus dinaikkan 20-30cm |
Dengan posisi kepala yang lebih tinggi dapat mengurangi kesulitan
bernapas dan mengurangi jumlah darah yang kembali ke jantung yang
dapat mengurangi kongesti paru |
3. |
Berikan oksigen tambahan dengan kanula nasal/masker sesuai dengan indikasi |
Meningkatkan sediaan oksigen dapat melawan efek hipoksia/iskemia |
4. |
Kolaborasi berikan antikoagulan, contoh heparin dosis rendah, Warfarin (Coumadin) |
Antikoagulan dapat mencegah pembentukan trombus/emboli perifer |
- Intoleransi aktivitas b.d ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen
Kriteria Hasil : Pasien tidak mengalami kondisi yang abnormal setelah melakukan aktivitas
No |
Intervensi |
Rasional |
1. |
Tingkatkan istirahat, batasi aktivitas, dan berikan aktivitas senggang yang tidak berat |
Istirahat dapat menurunkan kerja miokardium dan konsumsi oksigen |
2. |
Pertahankan klien tirah baring sementara sakit akut |
Tirah baring dapat mengurangi beban jantung |
3. |
Pertahankan penambahan oksigen sesuai program |
Penambahan oksigen meningkatkan oksigenasi jaringan |
BAB 4
PENUTUPAN
4.1 Kesimpulan
Hipertensi pulmonal adalah suatu penyakit yang ditandai dengan peningkatan tekanan darah pada pembuluh darah arteri paru-paru yang menyebabkan sesak nafas, pusing dan pingsan pada saat melakukan aktivitas.
Penyebab hipertensi pulmonal terdiri dari hipertensi pulmonal primer dan hipertensi pulmonal sekunder. hipertensi pulmonal primer adalah hipertensi pulmonal yang tidak diketahui penyebabnya, sedangkan penyebab yang paling umum dari hipertensi pulmonal sekunder adalah konstriksi arteri pulmonar akibat hipoksia karena penyakit paru obstruksi kronik (PPOK), obesitas, inhalasi asap dan kelainan neuromuskular.
4.2 Saran
1. Seorang perawat hendaknya memberikan suatu health education kepada masyarakat agar hipertensi pulmonal dapat terminimalisir
2. Masyarakat hendaknya berperilaku hidup sehat sehingga memungkinkan penyakit-penyakit khususnya hipertensi pulmonal bisa dihindari dan masyarakat dihimbau untuk mengerti terhadap bahaya penyakit khususnya penyakit hipertensi pulmonal
DAFTAR PUSTAKA
Latief, abdul dkk. 1985. Buku Kuliah Ilmu Kesehatan Anak 2. Jakarta : Fakultas Kedokteran UI.
Muttaqin, Arif. 2009. Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem Kardiovaskular. Jakarta : Salemba Medika.
Sudoyo, Aru W dkk. 2007. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta : Fakultas Kedokteran UI.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar