ASUHAN KEPERAWATAN (ASKEP) MORBID OBESITY
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Morbid obesitas merupakan suatu penyakit multifaktorial, yang terjadi akibat akumulasi jaringan lemak yang berlebihan, sehingga dapat menganggu kesehatan. Obesitas terjadi bila besar dan jumlah sel lemak bertambah pada tubuh seseorang. Bila seseorang bertambah berat badannya maka ukuran sel lemak akan bertambah besar dan kemudian jumlahnya bertambah banyak. Penelitian untuk mempelajari berbagai hormon dan sistem neuroendokrin, yang mengatur keseimbangan energi dan lemak tubuh merupakan tantangan lama dalam bidang biologi, dengan obesitas sebagai fokus kesehatan masyarakat yang penting. Saat ini kita hidup pada masa dimana berat badan lebih (indeks massa tubuh (IMT) 23-24.9 kg/m2) dan obesitas (IMT 25-30 kg/m2) sudah menjadi suatu epidemi, dengan dugaan bahwa peningkatan prevalensi obesitas akan mencapai 50% pada tahun 2025 bagi negara-negara maju.
Saat ini sebenarnya tenaga kesehatan harus bersama-sama lebih tampil dan lebih tahu mengenai regulasi berat badan, mekanisme perkembangan berat badan dan obesitas, dan banyaknya komorbiditas yang berhubungan dengan hampir semua subspesialisasi. Karena hanya dengan mendalami ini kita dapat melakukan pendekatan komprehensif pengobatan yang efektif bagi obesitas.
1.2 Rumusan Masalah
- Apa definisi dari Morbid Obesity?
- Apa saja klasifikasi dari Morbid Obesity?
- Bagaimana etiologi dari Morbid Obesity?
- Bagaiamana patofisiologi dari Morbid Obesity?
- Bagaiamana manifestasi klinis Morbid Obesity?
- Apa saja pemeriksaan penunjang pada Morbid Obesity?
- Bagaimana penatalaksanaan medis pada Morbid Obesity?
- Bagaimana asuhan keperawatan pada Morbid Obesity?
1.3 Tujuan
- 1. Tujuan Umum
- 2. Tujuan Khusus
- Definisi dari Morbid Obesity.
- Klasifikasi dari Morbid Obesity.
- Etiologi dari Morbid Obesity.
- Patifisiologi dari Morbid Obesity.
- Manifestasi klinis dari Morbid Obesity.
- Pemeriksaan diagnostik pada Morbid Obesity.
- Penatalaksanaan pada Morbid Obesity.
- Komplikasi klien dengan Morbid Obesity.
- WOC dari Morbid Obesity.
- Asuhan keperawatan klien dengan Morbid Obesity.
1.4 Manfaat
- Mahasiswa mampu memahami konsep dan asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan Morbid Obesity sehingga menunjang pembelajaran mata kuliah pencernaa.
- Mahasiswa mwngetahui asuhan keperawatan yang benar sehingga dapat menjadi bekal dalam persiapan praktik di rumah sakit.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi
Obesitas adalah istilah yang sering digunakan
untuk menyatakan adanya kelebihan berat badan. Kata obesitas berasal
dari bahasa Latin yang berarti makan berlebihan, tetapi saat ini
obesitas didefinisikan sebagai kelainan ata penyakit yang ditandai
dengan penimbunan jaringan lemak tubuh secara berlebihan.
Morbid obesity adalah keadaan kesehatan dan
status gizi dengan akumulasi lemak tubuh berlebih disertai resiko
kelainan patologis yang multi organ.
Klasifikasi berat badan rendah, normal,berat badan lebih berdasarkan indeks masa tubuh.
Indeks Massa Tubuh (BMI) |
Kg/m2 |
Berat Badan Rendah |
<18,5 |
Normal |
18,5 – 22,9 |
Berat Badan Lebih |
23,0 |
Berat Bdan Lebih dengan Resiko |
23,0 – 24,9 |
Obes 1 (ringan) |
25,0 – 40,0 |
Obes 2 (sedang) |
40,0 – 100,0 |
Jenis obesitas:
a. Tipe Android (tipe buah apel)
Kegemukan tipe ini ditandai dengan penumpukan lemak yang berlebihan dibagian tubuh sebelah atas yaitu disekitar dada, bahu, leher dan muka. Pada muka ini lebih mudah menurunkan berat badan dibanding tipe Genoid (tipe buah pear) asal bersamaan dengan diet dan olah raga yang tepat.
b. Tipe Genoid (tipe buah pear)
Pada tipe ini lemak tertimbun dibagian tubuh sebelah bawah yaitu disekitar perut, pinggul, paha, pantat, dan umumnya banyak ditemui pada wanita yang lebih sukar untuk menurunkan berat badan.
2.3 Etiologi
Penyebab morbid obesity adalah multifaktor, faktor berikut ini sedikitnya terlibat pada beberapa kasus obesitas:
a. Genetik Atau Keturunan
Obesitas pada manusia biasanya keturunan, tetapi memisahkan penyebab genetik dengan lingkungan adalah sukar, kemungkinan:
a) Menempatkan senter makan di atas senter makan normal.
b) Herediter abnormal pada faktor psikik
c) Faktor genetik pada pemakaian energi dan penyimpanan energi
Bakat gemuk faktor keturunan dapat mempengaruhi terjadinya kegemukan. Pengaruhnya belum jelas, tetapi ada bukti yang mendukung fakta bahwa keturunan merupakan faktor penguat terjadinya kegemukan. Dari hasil penelitian gizi di Amerika serikat dilaporkan bahwa anak-anak dari orang tua normal mempunyai 10% peluang menjadi gemuk, peluang tersebut akan meningkat menjadi 40-45% bila salah satu orang tuanya menderita obesitas, dan akan meningkat lagi menjadi 70-80% bila kedua orang tuanya mengalami obesitas. Ada penyakit Impaired Glucose Tolerance (IGT) dengan pemeriksaan biologi molekular (b cell dysfunction) menunjukkan ada kelainan genetik dan dengan gejala obesitas.
b. Faktor Endokrin
Hipotiroidei menjadi obesitas, kemungkinan karena hilangnya aktivitas katabolisme, juga karena kerja tiroksin untuk liposis, dapat dilihat pada miksudem
Resisten insulin pada diabetes tipe II sering merupakan akibat obesitas, menurunnya reseptor insulin terutama di otot skelet, hati dan jaringan lemak.
Fenomena ini diikuti dengan menurunnya kemampuan insulin untuk transpor glukose, oksidasi glukose, dan hipogenesis leh sel adipose.
Sensitivitas penghambat liposis dalam sel lemak individu obesitas menjadi naik.
c. Faktor Sarafi (nerognik)
Pada manusia kerusakan fungsional atau strktural seperti tumor, trauma dan inflamasi sampai dengan memberikan obesitas.
d. Pola Makan
Saat ini pola makan adalah faktor yang paling memengaruhi terjadinya kasus obesitas. Bayangkan di mana-mana ada mall baru, setiap kali anak-anak muda jadi kepingin mencoba mall yang baru. Janjian sama teman di mall. Menunggu waktu ekstrakulikuler ke mall. Weekend ke mall lagi. Padahal di mall jarang ada restoran yang menyediakan makanan sehat. Yang ada hanya burger, pizza, ayam goreng, crepes, dan lain-lain yang masuk kategori junk food.” Padahal junk food mempunyai kandungan tinggi kalori, dari karbohidrat dan dari lemak. Itu yang menyebabkan berat badan cepat naik," ujar Dr Leane.
Pola hidup modern, dengan pola makan modern pula, yang sekarang ini banyak dianut orang ternyata sangat berpotensi rawan Obesitas. Sebab, gaya hidup dan pola makan yang disebut modern ini jelas sangat mengancam kualitas kesehatan, justru karena kelebihan gizinya. Kelebihan gizi membuat orang menjadi kegemukan yang mengarah munculnya penyakit kronis, khususnya diabetes melitus (DM).
Obesitas dapat terjadi karena salah satu faktor atau kombinasi faktor, antara lain (1) suatu asupan makanan yang berlebih, (2) rendahnya pengeluaran energi basal, dan (3) kurangnya aktivitas fisik. Terjadinya obesitas karena adanya ketidakseimbangan antara asupan energi dan energi yang dikeluarkan atau digunakan untuk beraktivitas. Karena asupan terlalu banyak sementara pengeluaran kurang, maka terjadilah mula-mula overweight (kelebihan berat) dan selanjutnya menjadi obese (gemuk).
e. Gaya Hidup
Seberapa sering anak-anak muda kita berjalan kaki, Ke mal atau ke kafe sewaktu weekend banyak yang mengendarai mobil, Banyak diantaranya yang malas ikut kegiatan ekstrakulikuler, dan mereka merasa lebih nyaman di kamar sambil main PS. Itulah yang menyebabkan tidak adanya output energi,
f. Lingkungan
Pengaruh keluarga, biasanya dari keluarga mampu membelikan anak atau keluarganya makanan, atau uang saku yang berlebihan, pengaruh trend makanan junk fod seperti kentang goreng, pizza, burger, salad, ice cream,dll.
1) Kebiasaan
Kebiasaan makan dalam suatu keluarga secara tidak langsung di contoh oleh anak – anaknya, misalnya makan yang berlebih, frekuensi makan yang sering, kelebihan snack dan makan di luar waktu makan.
2) Cara Memilih Makan Yang Salah
Hal ini terjadi terutama disebabkan semakin banyaknya di jual makanan cepat saji yang mengandung kalori tinggi (padat energi), seperti pizza, hamburger, fried chicken, spageti, es krim, kue tart, donat, dan sebagainya yang mengandung lemak tinggi dan gula berlebih.
3) Menggoreng dan Memasak Dengan Santan:
Minyak dan santan adalah lemak yang mengandung ikatan jenuh sehingga sukar dipecah menjadi bahan bakar. Selain itu, makanan yang digoreng dan diberi santan biasanya terdiri dari bahan – bahan makanan tinggi kolesterol misalnya daging goreng, gulai, dan rendang. Oleh karena itu biasakanlah lebih sering memasak dengan cara memepes, mengetim, membakar atau memanggang.
4) Kebiasaan Mengemil
Makan di luar waktu makan, bila tidak dibatasi, kalori yang masuk akan sanggat tinggi karena biasanya makanan yang dipakai kue – kue manis dan gurih.
5) Melupakan Makan Pagi
Karena buru – buru dan dianggap tidak praktis, orang biasanya akan melewatkan makan paginya. Tidak disadari bahwa hal tersebut mengakibatkan cepat lapar. Makan pagi sangat diperlukan untuk mendapat energi saat akan kerja, Rasa lapar akibat tidak makan pagi akan dikompensasikan beberapa jam kemudian sehingga secara tidak sadar timbul perasaan lapar dan akan mencari makanan camilan ataupun makan siang yang jumlahnya jauh lebih baik banyak dibandingkan kalau sudah makan pagi sebelumnya.
6) Makan Makanan Secara Berlebihan
Frekuensi makan yang tidak teratur Menghindari nasi: penderita obesitas terkadang begitu hobi terhadap nasi, mereka beranggapan bahwa seolah – olah nasi adalah sumber peningkatan berat badan. Tanpa disadari, perasaan ini dikompensasikan kemakanan lain sebagai pengganti nasi.
g. Psikologi
Makan berlebihan dapat terjadi sebagai respon terhadap kesepian, berduka depresi. Karena dapat di konotasikan waktu luang sebagi jam makan.
Stres atau depresi merupakan faktor pisikologis (emosional). Menurut Dr.Hilde Bruch, faktor tersebut berhubungan erat dengan rasa lapar dan nafsu makan. Sejumlah hormon akan disekresi sebagai tanggapan dari keadaan psikologis sehingga terjadi peningkatan metabolisme energi untuk dipecah dan digunakan untuk aktifitas fisik. Jika seseorang tidak dapat mengunakan bahan bakar yang telah disediakan maka tubuh tidak mempunyai alternatif lain sehinga menyimpanya sebagai lemak. Proses tersebut menyebabkan glukosa darah menurun sehingga menyebabkan rasa lapar pada orang yang mempunyai tekanan psikologis.
Stres (rasa cemas, takut) akan muncul pada pola yang berbeda untuk setiap orang. Beberapa orang dalam menghadapinya akan mengalihkan perhatian pada makanan, terutama yang menjadi kesukaanya, memang sementara waktu, hal tersebut dapat mengatasi kejemuan, menimbulkan perasaan puas, dan mengatasi suasana stres. Apabila keadaan ini berlanjut dan tidak terkontrol, otomatis akan timbul suatu kebiasaan makan yang tidak baik karena dapat mengakibatkan kegemukan (obesitas). Terutama bila makanan yang sering dimakan kaya akan kalori, tinggi lemak dan karbohidrat.(http.e-psikologi.com,07)
2.4 Patofisiologi
Metabolisme glukosa berperan penting dalam mengatur penumpukan lemak, selama kelebihan kalori disimpan sebagai lemak dan kekurangan glukosa akan terjadi pelepasan lemak sebagai sumber energi. Individu yang obesitas mampu menyimpan lemaknya dengan mudah, namun tidak mampu melepas lemak ini atau membakarnya untuk energi.
Faktor heredity juga berperan penting dalam perkrmbangan obesity. Individu yang obes ditandai dengan kebiasaan makan pada malam hari dan sering kali tidak makan saat pagi hari.
Ada teori yang menjelaskan mengenai perkembangan obesitas yaitu pertama, teori sel adipose menjelaskan jumlah sel di jaringan adipose meningkat maka ukuran sel lemak juga meningkat. Kedua, teori point set bahwa individu yang mempunyai tingkat predetermine untuk berat badan relatif stabil selama usia dewasa, maka dengan meningkatnya intake kalori maka metabolic rate meningkat untuk membakar kelebihannya, bila intake dikuirangi maka metabolisme menurun untuk menyimpan energi.
Faktor sosial budaya juga berperan penting dalam peningkatan berat badan.pola makan tiap budaya dan sosial berbeda. Begitu juga denga faktor psikologis bisa memberikan suatu dasar untuk pola makan. Pada remaja juga kebiasaan makannya adalah mencoba berbagai makanan dan senang makan dengan kawan bermainn dibandingkan dengan keluarga. Para remaja umumnya emosional mereka yang dipengaruhi adalah gangguan body image, harga diri rendah, isolasi sosial, depresi dan merasa ditolak.
2.5 Manifestasi klinis
Obesitas dapat terjadi pada semua golongan umur, akan tetapi pada anak biasanya timbul menjelang remaja dan dalam masa remaja terutama anak wanita, selain berat badan meningkat dengan pesat, juga pertumbuhan dan perkembangan lebih cepat (ternyata jika periksa usia tulangnya), sehingga pada akhirnya remaja yang cepat tumbuh dan matang itu akan mempunyai tinggi badan yang relative rendah dibandingkan dengan anak yang sebayanya.
Bentuk tubuh, penampilan dan raut muka penderita obesitas :
a. Paha tampak besar, terutama pada bagian proximal, tangan relatif kecil dengan jari – jari yang berbentuk runcing.
b. Kelainan emosi raut muka, hidung dan mulut relatif tampak kecil dengan dagu yang berbentuk ganda.
c. Dada dan payudara membesar, bentuk payudara mirip dengan payudara yang telah tumbuh pada anak pria keadaan demikian menimbulkan perasaan yang kurang menyenangkan.
d. Abdomen, membuncit dan menggantung serupa dengan bentuk bandul lonceng, kadang – kadang terdapat strie putih atau ungu.
e. Lengan atas membesar, pada pembesaran lengan atas ditemukan biasanya pada biseb dan trisebnya
Pada penderita sering ditemukan gejala gangguan emosi yang mungkin merupakan penyebab atau keadaan dari obesitas.
Penimbunan lemak yang berlebihan dibawah diafragma dan di dalam dinding dada bisa menekan paru - paru, sehingga timbul gangguan pernafasan dan sesak nafas, meskipun penderita hanya melakukan aktivitas yang ringan. Gangguan pernafasan bisa terjadi pada saat tidur dan menyebabkan terhentinya pernafasan untuk sementara waktu (tidur apneu), sehingga pada siang hari penderita sering merasa ngantuk.
Obesitas bisa menyebabkan berbagai masalah ortopedik, termasuk nyeri punggung bawah dan memperburuk osteoartritis (terutama di daerah pinggul, lutut dan pergelangan kaki). Juga kadang sering ditemukan kelainan kulit. Seseorang yang menderita obesitas memiliki permukaan tubuh yang relatif lebih sempit dibandingkan dengan berat badannya, sehingga panas tubuh tidak dapat dibuang secara efisien dan mengeluarkan keringat yang lebih banyak. Sering ditemukan edema (pembengkakan akibat penimbunan sejumlah cairan) di daerah tungkai dan pergelangan kaki.
"http://id.wikipedia.org/wiki/Obesitas,"
2.6 Pemeriksaan Diagnostik
1. Pemeriksaan metabolik atau endorin
Dapat menyatakan ketidaknormalan misalnya hipotiroidisme, hipogonadisme, peningkatan pada insulin, hiperglikemi. Dapat juga menyebabkan gangguan neuroendokrin dalam hipotalamus yang mengakibatkan berbagai gangguan kimia.
2. Pemeriksaan antropometrik
Dapat memperkirakan rasio lemak dan otot.
2.7 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan Obesitas dianjurkan agar melalui banyak cara secara bersama-sama. Terdapat banyak pilihan antara lain:
- Gaya hidup
- Bedah bariatrik
- Obat-obat anti obesitas
- Balon Intragastrik
- Pintasan Usus
2.8 Komplikasi
Seorang obesitas menghadapi risiko masalah kesehatan yang berat, antara lain:
- Hipertensi.
- Diabetes.
- Dislipidemia.
- 4. Penyakit jantung koroner dan Stroke
- Osteoartritis.
- 6. Apnea tidur.
- Asthma
- 8. Kanker
- 9. Penyakit perlemakan hati
10. Penyakit kandung empadu
Orang dengan BBL dapat menghasilkan banyak kolesterol yang berisiko batu kandung empedu.
2.9 WOC
DOWNLOAD : WOC MORBID OBESITY
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian
a) Biodata :
- Nama
- Usia : dewasa dan lebih sering pada wanita
- Jenis kelamin : perbandingan penderita gastritis wanita dan laki- laki 7: 6
- Jenis pekerjaan : tidak dipengaruhi jenis pekerjaan
- Alamat
- Suku/bangsa
- Agama
- Tingkat pendidikan : bagi orang yang tingkat pendidikan rendah/minim mendapatkan pengetahuan tentang gastritis, maka akan menganggap remeh penyakit ini, bahkan hanya menganggap gastritis sebagai sakit perut biasa dan akan memakan makanan yang dapat menimbulkan serta memperparah penyakit ini.
b) Riwayat penyakit sekarang
c) Keluhan utama
d) Riwayat penyakit dahulu
e) Riwayat penyakit keluarga: pada umumnya morbid obesity berhubungan dengan genetika keluarga.
f) Riwayat psikososial : klien mengalami gangguan pencitraan diri karena merasa tidak percaya diri dengan kondisi tubuhnya yang kelebihan berat badan.
g) Pemeriksaan fisik (ROS)
1) B1 (breath)
RR dapat meningkat karena penimbunan lemak yang berlebihan dibawah diafragma dan di dalam dinding dada bisa menekan paru - paru, sehingga timbul gangguan pernafasan dan sesak nafas, meskipun penderita hanya melakukan aktivitas yang ringan. Gangguan pernafasan bisa terjadi pada saat tidur dan menyebabkan terhentinya pernafasan untuk sementara waktu (tidur apneu), sehingga pada siang hari penderita sering merasa ngantuk.
2) B2 (blood)
Ditemukan edema (pembengkakan akibat penimbunan sejumlah cairan) di daerah tungkai dan pergelangan kaki.
3) B3 (brain)
Nyeri tungkai dan punggung bawah
4) B4 (bladder)
Terjadi kenaikan intake cairan
5) B5 (bowel)
Nafsu makan meningkat
6) B6 (bone)
Malaise
3.2 Diagnosa Keperawatan dan Intervensi
- Perubahan nutrisi lebih dari kebutuhan berhubungan dengan peningkatan asupan nutrisi.
Kiteria hasil :
- Pasien menunjukan perubahan pola makan dan keterlibatan individu dalam progam latihan.
- Menunjukan penurunan berat badan dengan pemeliharaan kesehatan optimal.
Intervensi |
Rasional |
Mandiri
Health Education
|
|
- Pola nafas tak efektif berhubungan dengan penurunan ekspansi paru.
Kriteria hasil:
- Memperthankan ventilasi adekuat.
- Tak mengalamai sianosis atau tanda hipoksia lainnya.
Intervensi |
Rasional |
Mandiri:
Kolaborasi:
|
|
- Diare berhubungan dengan perubahan diet serat.
Kriteria hasil:
- Meningkatkan fungsi usus mendekati normal.
- Menyatakan pemahaman faktor penyebab dan rasional pengobatan.
Intervensi |
Rasioanl |
Mandiri:
|
|
- Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan imobilisasi atau tirah baring.
Kriteria hasil:
- Mempertahankan perfusi individu yang tepat, misal, kulit hangat/kering dan tanda vital dalam rentang normal.
- Mengidentifikasi faktor penyebab/resiko.
- Menunjukkan perilaku memperbaiki/mempertahankan sirkulasi.
Intervensi |
Rasional |
Mandiri:
|
|
- Gangguan citra tubuh atau harga diri berhubungan dengan factor psikososial (penekanan untuk menguruskan badan).
Kriteria Hasil :
- Mengakui diri sebagai individu yang memiliki tanggung jawab.
- Klien mampu bersosialisasi dengan lingkungan secara normal.
- Menunjukkan beberapa penerimaan diri.
- Mencari informasi dan secara aktif mengikuti penurunan berat badan dengan tepat.
Intervensi |
Rasional |
Mandiri:
Kolaborasi :
|
|
- Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelebihan berat badan.
Kriteria hasil :
- Aktivitas fisik meningkat
- ROM normal
- Klien bisa melakukan aktivitas
Intervensi |
Rasional |
Mandiri :
|
|
- Kelebihan cairan berhubungan dengan kelebihan asupan natrium/cairan
Kriteria hasil :
- Menunjukkan perubahan-perubahan berat badan badan yang lambat
- Mempertahankan pembatasan diet dan cairan
- Menunjukkan turgor kulit normal tanpa edema
- Melaporkan adanya kemudahan dalam bernafas atau tidak terjadi napas pendek
- Melaporkan penurunan rasa haus
- Melaporkan berkurangnya kekeringan pada membran mukosa mulut
Intervensi |
Rasional |
|
|
BAB IV
PENUTUP
Obesitas adalah suatu keadaan patologis yang ditandai dengan penimbunan lemak berlebihan di dalam tubuh. Masukan makanan, kekurangan energi, dan keturunan merupakan tiga faktor yang dianggap mengatur perlemakan tubuh dalam proses terjadinya obesitas, dua faktor pertama, yaitu masukan energi dan kekurangan energi, dianggap sebagai penyebab langsung, sedangkan keturunan sebagai penyebab tidak langsung. Penimbunan lemak tersebut terjadi karena adanya ketidakseimbangan antara jumlah energi yang dikonsumsi dengan yang digunakan.
Seorang obesitas menghadapi risiko masalah kesehatan yang berat, antara hipertensi, Diabetes. Dislipidemia, Stroke, Penyakit jantung koroner dan Osteoartritis, Apnea tidur, Asthma, kanker, Penyakit perlemakan hati, Penyakit kandung empedu.
7.2 Saran
Pada kasus morbid obesiity tenaga kesehatan harus bersama-sama lebih tampil dan lebih tahu mengenai regulasi berat badan, mekanisme perkembangan berat badan dan obesitas, dan banyaknya komorbiditas yang berhubungan dengan hampir semua subspesialisasi. Karena hanya dengan mendalami ini kita dapat melakukan pendekatan komprehensif pengobatan yang efektif bagi obesitas.
Daftar Pustaka
Capernito, Lynda J. 2000. Diagnosa Keperawatan Aplikasi pada Praktik Klinis. EGC: Jakarta.
Doengoes,Marilyn.E.dkk.2006.Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI
Smeltzer, Suzanne C dan Brenda G.Bare.2002.Keperawatan Medikal Bedah.Jakarta:EGC
Sudoyo,Aru.W dkk.2006.Buku Ajar Ilmu penyakit Dalam Jilid III Edisi IV.Jakarta: Pusat Penerbitan Depertemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI
http//: id.wikipedia.org.wik.obesitas
http//: www.mediaindo.co.id
Tidak ada komentar:
Posting Komentar