 Tuhan
menciptakan setiap makhluk hidup dengan kemampuan untuk mempertahankan
diri terhadap ancaman dari luar dirinya. Salah satu ancaman terhadap
manusia adalah penyakit, terutama penyakit infeksi yang dibawa oleh
berbagai macam mikroba seperti virus, bakteri, parasit, jamur. Tubuh
mempunyai cara dan alat untuk mengatasi penyakit sampai batas tertentu.
Beberapa jenis penyakit seperti pilek, batuk, dan cacar air dapat
sembuh sendiri tanpa pengobatan. Dalam hal ini dikatakan bahwa sistem
pertahanan tubuh (sistem imun) orang tersebut cukup baik untuk mengatasi
dan mengalahkan kuman-kuman penyakit itu. Tetapi bila kuman penyakit
itu ganas, sistem pertahanan tubuh (terutama pada anak-anak atau pada
orang dewasa dengan daya tahan tubuh yang lemah) tidak mampu mencegah
kuman itu berkembang biak, sehingga dapat mengakibatkan penyakit berat
yang membawa kepada cacat atau kematian.
Apakah yang dimaksudkan dengan sistem imun? Kata imun berasal dari
bahasa Latin ‘immunitas’ yang berarti pembebasan (kekebalan) yang
diberikan kepada para senator Romawi selama masa jabatan mereka
terhadap kewajiban sebagai warganegara biasa dan terhadap dakwaan.
Dalam sejarah, istilah ini kemudian berkembang sehingga pengertiannya
berubah menjadi perlindungan terhadap penyakit, dan lebih spesifik
lagi, terhadap penyakit menular. Sistem imun adalah suatu sistem dalam
tubuh yang terdiri dari sel-sel serta produk zat-zat yang
dihasilkannya, yang bekerja sama secara kolektif dan terkoordinir untuk
melawan benda asing seperti kuman-kuman penyakit atau racunnya, yang
masuk ke dalam tubuh.
Kuman disebut antigen. Pada saat pertama kali antigen masuk ke dalam
tubuh, maka sebagai reaksinya tubuh akan membuat zat anti yang disebut
dengan antibodi. Pada umumnya, reaksi pertama tubuh untuk membentuk
antibodi tidak terlalu kuat, karena tubuh belum mempunyai “pengalaman.”
Tetapi pada reaksi yang ke-2, ke-3 dan seterusnya, tubuh sudah
mempunyai memori untuk mengenali antigen tersebut sehingga pembentukan
antibodi terjadi dalam waktu yang lebih cepat dan dalam jumlah yang
lebih banyak. Itulah sebabnya, pada beberapa jenis penyakit yang
dianggap berbahaya, dilakukan tindakan imunisasi atau vaksinasi. Hal
ini dimaksudkan sebagai tindakan pencegahan agar tubuh tidak terjangkit
penyakit tersebut, atau seandainya terkena pun, tidak akan menimbulkan
akibat yang fatal.
Imunisasi ada dua macam, yaitu imunisasi aktif dan pasif. Imunisasi
aktif adalah pemberian kuman atau racun kuman yang sudah dilemahkan
atau dimatikan dengan tujuan untuk merangsang tubuh memproduksi
antibodi sendiri. Contohnya adalah imunisasi polio atau campak.
Sedangkan imunisasi pasif adalah penyuntikan sejumlah antibodi,
sehingga kadar antibodi dalam tubuh meningkat. Contohnya adalah
penyuntikan ATS (Anti Tetanus Serum) pada orang yang mengalami luka
kecelakaan. Contoh lain adalah yang terdapat pada bayi yang baru lahir
dimana bayi tersebut menerima berbagai jenis antibodi dari ibunya
melalui darah placenta selama masa kandungan, misalnya antibodi
terhadap campak.
“Lindungi diri anda dan keluarga dari serangan berbagai penyakit yang berbahaya“
Data statistik menunjukkan makin banyak penyakit menular bermunculan
dan senantiasa mengancam kesehatan anda. Jangan biarkan anak anda dan
diri anda sendiri terserang oleh infeksi yang dapat membahayakan hidup
anda. Lindungi anda dan keluarga dari infeksi dengan melalui vaksinasi
terkontrol.
“Pencegahan lebih baik dari pada mengobati“
Setiap tahun diseluruh dunia, ratusan ibu anak-anak dan dewasa
meninggal Karena penyakit yang sebenarnya masih dapat dicegah. Hal ini
dikarenakan kurangnya informasi tentang pentingnya Imunisasi. Bayi-bayi
yang baru lahir, anak-anak usia muda yang bersekolah dan orang dewasa
sama-sama memiliki resiko tinggi terserang penyakit-penyakit menular
yang mematikan seperti ; Diferi, Tetanus, Hepatitis B, Influenza,
Typhus, Radang selaput otak, Radang paru-paru, dan masih banyak penyakit
lainnya yang sewaktu-waktu muncul dan mematikan. Untuk itu salah satu
pencegahan yang terbaik dan sangat vital agar bayi-bayi, anak-anak muda
dan orang dewasa terlindungi hanya dengan melakukan Imunisasi.
Mengapa perlu Imunisasi?
Untuk melindungi tubuh agar tetap sehat dan bahagia selalu
Siapa yang perlu Imunisasi?
¤ Bayi dan anak balita, anak sekolah, remaja
¤ Orang tua, manula
¤ Top management / Executive perusahaan
¤ Calon jemaah haji/umroh
¤ Anda yang akan bepergian ke luar negeri
¤ Dll. |
|
|
B C G ( BACILLUS CALMETTE-GUERIN )
|
Penularan penyakit TBC terhadap seorang anak dapat terjadi karena
terhirupnya percikan udara yang mengandung kuman TBC. Kuman ini dapat
menyerang berbagai organ tubuh, seperti paru-paru (paling sering
terjadi), kelenjar getah bening, tulang, sendi, ginjal, hati, atau
selaput otak (yang terberat). Pemberian imunisasi BCG sebaiknya
dilakukan pada bayi yang baru lahir sampai usia 12 bulan, tetapi
imunisasi ini sebaiknya dilakukan sebelum bayi berumur 2 bulan.
Imunisasi ini cukup diberikan satu kali saja. Bila pemberian imunisasi
ini “berhasil,” maka setelah beberapa minggu di tempat suntikan akan
timbul benjolan kecil. Karena luka suntikan meninggalkan bekas, maka
pada bayi perempuan, suntikan sebaiknya dilakukan di paha kanan atas.
Biasanya setelah suntikan BCG diberikan, bayi tidak menderita demam.
|
 |
Pemberian Imunisasi ini akan memberikan kekebalan aktif terhadap
penyakit Tuberkulosis ( TBC ), Imnunisasi ini diberikan hanya sekali
sebelum bayi berumur dua bulan. Reaksi yang akan nampak setelah
penyuntikan imunisasi ini adalah berupa perubahan warna kulit pada
tempat penyuntikan yang akan berubah menjadi pustula kemudian pecah
menjadi ulkus, dan akhirnya menyembuh spontan dalam waktu 8 – 12 minggu
dengan meninggalkan jaringan parut, reaksi lainnya adalah berupa
pembesaran kelenjar ketiak atau daera leher, bial diraba akan terasa
padat dan bila ditekan tidak terasa sakit. Komplikasi yang dapat
terjadi adalah berupa pembengkakan pada daerah tempat suntikan yang
berisi cairan tetapi akan sembuh spontan.
|
|
|
DIFTERI
|
|
Penyakit Difteri adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh
bakteri Corynebacterium Diphteriae. Mudah menular dan menyerang terutama
saluran napas bagian atas dengan gejala Demam tinggi, pembengkakan
pada amandel ( tonsil ) dan terlihat selaput puith kotor yang makin
lama makin membesar dan dapat menutup jalan napas. Racun difteri dapat
merusak otot jantung yang dapat berakibat gagal jantung. Penularan
umumnya melalui udara ( betuk / bersin ) selain itu dapat melalui benda
atau makanan yang terkontamiasi.
Pencegahan paling efektif adalah dengan imunisasi bersamaan dengan
tetanus dan pertusis sebanyak tiga kali sejak bayi berumur dua bulan
dengan selang penyuntikan satu – dua bulan. Pemberian imunisasi ini
akan memberikan kekebalan aktif terhadap penyakit difteri, pertusis dan
tetanus dalam waktu bersamaan. Efek samping yang mungkin akan timbul
adalah demam, nyeri dan bengkak pada permukaan kulit, cara mengatasinya
cukup diberikan obat penurun panas .
|
|
PERTUSIS
|
Penyakit Pertusis atau batuk rejan atau dikenal dengan “ Batuk
Seratus Hari “ adalah penyakit infeksi saluran yang disebabkan oleh
bakteri Bordetella Pertusis. Gejalanya khas yaitu Batuk yang terus
menerus sukar berhenti, muka menjadi merah atau kebiruan dan muntah
kadang-kadang bercampur darah. Batuk diakhiri dengan tarikan napas
panjang dan dalam berbunyi melengking.
Penularan umumnya terjadi melalui udara ( batuk / bersin ). Pencegahan
paling efektif adalah dengan melakukan imunisasi bersamaan dengan
Tetanus dan Difteri sebanyak tiga kali sejak bayi berumur dua bulan
dengan selang pentuntikan.
|
TETANUS
|
Penyakit tetanus merupakan salah satu
infeksi yan berbahaya karena mempengaruhi sistim urat syaraf dan otot.
Bagaimana gejala dan apa penyebabnya? Gejala tetanus umumnya diawali
dengan kejang otot rahang (dikenal juga dengan trismus atau kejang
mulut) bersamaan dengan timbulnya pembengkakan, rasa sakit dan kaku di
otot leher, bahu atau punggung. Kejang-kejang secara cepat merambat ke
otot perut, lengan atas dan paha.
Neonatal tetanus umumnya terjadi pada bayi yang baru lahir. Neonatal
tetanus menyerang bayi yang baru lahir karena dilahirkan di tempat yang
tidak bersih dan steril, terutama jika tali pusar terinfeksi. Neonatal
tetanus dapat menyebabkan kematian pada bayi dan banyak terjadi di
negara berkembang. Sedangkan di negara-negara maju, dimana kebersihan
dan teknik melahirkan yang sudah maju tingkat kematian akibat infeksi
tetanus dapat ditekan. Selain itu antibodi dari ibu kepada jabang
bayinya yang berada di dalam kandungan juga dapat mencegah infeksi
tersebut.
Apa yang menyebabkan infeksi tetanus? Infeksi tetanus disebabkan oleh
bakteri yang disebut dengan Clostridium tetani yang memproduksi toksin
yang disebut dengan tetanospasmin. Tetanospasmin menempel pada urat
syaraf di sekitar area luka dan dibawa ke sistem syaraf otak serta
saraf tulang belakang, sehingga terjadi gangguan pada aktivitas normal
urat syaraf. Terutama pada syaraf yang mengirim pesan ke otot. Infeksi
tetanus terjadi karena luka. Entah karena terpotong, terbakar, aborsi ,
narkoba (misalnya memakai silet untuk memasukkan obat ke dalam kulit)
maupun frosbite. Walaupun luka kecil bukan berarti bakteri tetanus
tidak dapat hidup di sana. Sering kali orang lalai, padahal luka
sekecil apapun dapat menjadi tempat berkembang biaknya bakteria
tetanus.
Periode inkubasi tetanus terjadi dalam waktu 3-14 hari dengan gejala
yang mulai timbul di hari ketujuh. Dalam neonatal tetanus gejala mulai
pada dua minggu pertama kehidupan seorang bayi. Walaupun tetanus
merupakan penyakit berbahaya, jika cepat didiagnosa dan mendapat
perawatan yang benar maka penderita dapat disembuhkan. Penyembuhan
umumnya terjadi selama 4-6 minggu. Tetanus dapat dicegah dengan
pemberian imunisasi sebagai bagian dari imunisasi DPT. Setelah lewat
masa kanak-kanak imunisasi dapat terus dilanjutkan walaupun telah
dewasa. Dianjurkan setiap interval 5 tahun : 25, 30, 35 dst. Untuk
wanita hamil sebaiknya diimunisasi juga dan melahirkan di tempat yang
terjaga kebersihannya. |
|
Gejala yang umum terjadi akibat serangan virus polio adalah anak
mendadak lumpuh pada salah satu anggota geraknya setelah demam selama
2-5 hari. Terdapat 2 jenis vaksin yang beredar, dan di Indonesia yang
umum diberikan adalah vaksin Sabin (kuman yang dilemahkan). Cara
pemberiannya melalui mulut. Di beberapa negara dikenal pula
Tetravaccine, yaitu kombinasi DPT dan polio. Imunisasi dasar diberikan
sejak anak baru lahir atau berumur beberapa hari dan selanjutnya
diberikan setiap 4-6 minggu. Pemberian vaksin polio dapat dilakukan
bersamaan dengan BCG, vaksin hepatitis B, dan DPT. Imunisasi ulangan
diberikan bersamaan dengan imunisasi ulang DPT Pemberian imunisasi
polio akan menimbulkan kekebalan aktif terhadap penyakit Poliomielitis.
Imunisasi polio diberikan sebanyak empat kali dengan selang waktu
tidak kurang dari satu bulan
|
 |
|
imunisasi ulangan dapat diberikan sebelum anak masuk sekolah ( 5 –
6 tahun ) dan saat meninggalkan sekolah dasar ( 12 tahun ).Cara
memberikan imunisasi polio adalah dengan meneteskan vaksin polio
sebanyak dua tetes langsung kedalam mulut anak atau dengan menggunakan
sendok yang dicampur dengan gula manis. Imunisasi ini jangan diberikan
pada anak yang lagi diare berat. Efek samping yang mungkin terjadi
sangat minimal dapat berupa kejang-kejang.
|
|
Rabies adalah penyakit zoonotik yang disebarkan oleh
Virus Rabies ( Rhabdovirus ). Penyakit zoonotik lainnya adalah
Toxoplasmosis, Japanese Encephalitis, Leptospirosis. Kota Jakarta
sebenarnya sudah tidak ada rabies, namun terdapat resiko penduduk
terkena Rabies melalui gigitan anjing, kucing atau kera dari uar
Jakarta dan menunjukan gejala Rabies di Jakarta. Angka kematian (
fatalitas ) masih 100%. Penderita Rabies diisolasi secara ketat dalam
ruangan khusus.
- Penyakit Rabies disebabkan oleh virus rabies.
- Rabies di Jawa Barat pertama kali ditemukan pada hewan tahun 1894,
sampai saat ini masih belum dapat diberantas secara tuntas dan
menyebabkan Jawa Barat merupakan satu-satunya propinsi di Pulau Jawa
yang belum bebas dari penyakit rabies.
- Penyakit rabies menular pada manusia melalui gigitan hewan
penderita rabies atau dapat pula melalui luka yang terkena air liur
hewan penderita rabies.
PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN
- Anjing peliharaan, tidak boleh dibiarkan lepas berkeliaran, harus
didaftarkan ke Kantor Kepala Desa / Kelurahan atau Petugas Dinas
Peternakan setempat.
- Anjing harus diikat dengan rantai yang panjangnya tidak boleh lebih dari 2 meter.
- Anjing yang hendak dibawa keluar halaman harus diikat dengan rantai
tidak lebih dari 2 meter dan moncongnya harus menggunakan berangus
(beronsong).
- Pemilik anjing wajib untuk menvaksinasi rabies.
- Anjing liar atau anjing yang diliarkan harus segera dilaporkan
kepada petugas Dinas Peternakan atau Pos Kesehatan Hewan untuk
diberantas / dimusnahkan.
- Kurangi sumber makanan di tempat terbuka Untuk mengurangi anjing liar atau anjing yang diliarkan.
- Daerah yang terbebas dari penyakit rabies, harus mencegah masuknya
anjing, kucing, kera dan hewan sejenisnya dari daerah tertular rabies.
- Masyarakat harus waspada terhadap anjing yang diliarkan dan segera
melaporkannya kepada Petugas Dinas Peternakan atau Posko Rabies.
PENANGANAN HEWAN RABIES
- Hewan yang telah menggigit manusia harus diusahakan tertangkap dan
jangan dibunuh, laporkan kepada petugas Dinas Peternakan, Pos Kesehatan
Hewan atau diserahkan langsung kepada Dinas Peternakan setempat untuk
dilakukan observasi selama 14 hari.
- Hewan yang telah menggigit manusia dan tertangkap tetapi terpaksa
dibunuh atau mati, kepalanya harus diserahkan kepada Dinas Peternakan
setempat sebagai bahan pemeriksaan laboratorium.
GEJALA PENYAKIT RABIES
- Hewan yang menjadi garang atau ganas ( furious rabies)
- Sikap hewan tenang ( dum rabies )
TINDAKAN PADA ORANG YANG DIGIGIT HEWAN TERSANGKA RABIES
- Cuci luka bekas gigitan dengan sabun kemudian keringkan dengan lap yang bersih atau kapas.
- Luka yang sudah bersih dan kering diberi alkohol 70% kemudian diberi obat merah , Iodium atau Betadine.
- Penderita segera dikirim ke Puskesmas atau Rumah Sakit terdekat
|
|
Campak adalah penyakit yang sangat menular yang dapat disebabkan
oleh sebuah virus yang bernama Virus Campak. Penularan melalui udara
ataupun kontak langsung dengan penderita.Gejala-gejalanya adalah :
Demam, batuk, pilek dan bercak-bercak merah pada permukaan kulit 3 – 5
hari setelah anak menderita demam. Bercak mula-mula timbul dipipi bawah
telinga yang kemudian menjalar ke muka, tubuh dan anggota tubuh
lainnya.
Komplikasi dari penyakit Campak ini adalah radang Paru-paru, infeksi
pada telinga, radang pada saraf, radang pada sendi dan radang pada otak
yang dapat menyebabkan kerusakan otak yang permanen ( menetap ).
Pencegahan adalah dengan cara menjaga kesehatan kita dengan makanan
yang sehat, berolah raga yang teratur dan istirahat yang cukup, dan
paling efektif cara pencegahannya adalah dengan melakukan imunisasi.
Pemberian Imunisasi akan menimbulkan kekebalan aktif dan bertujuan
untuk melindungi terhadap penyakit campak hanya dengan sekali suntikan,
dan diberikan pada usia anak sembilan bulan atau lebih.
CAMPAK DI INDONESIA
Program Pencegahan dan pemberantasan Campak di Indonesia pada saat
ini berada pada tahap reduksi dengan pengendalian dan pencegahan KLB.
Hasil pemeriksaan sample darah dan urine penderita campak pada saat KLB
menunjukkan Igm positip sekitar 70% – 100%. Insidens rate semua
kelompok umur dari laporan rutin Puskesmas dan Rumah Sakit selama tahun
1992 – 1998 cenderung menurun, terutama terjadi penurunan yang tajam
pada kelompok umur = 90%) dan merata disetiap desa masih merupakan
strategi ampuh saat ini untuk mencapai reduksi campak di Indonesia pada
tahun 2000. CFR campak dari Rumah Sakit maupun dari hasil penyelidikan
KLB selama tahun 1997 – 1999 cenderung meningkat, kemungkinan hal ini
terjadi berkaitan dengan dampak kiris pangan dan gizi, namun masih
perlu dikaji secara mendalam dan komprehensive.
Sidang WHO tahun 1988, menetapkan kesepakatan global untuk membasmi
polio atau Eradikasi Polio (Rapo), Eliminasi Tetanus Neonatorum (ETN)
dan Reduksi Campak (RECAM) pada tahun 2000. Beberapa negara seperti
Amerika, Australia dan beberapa negara lainnya telah memasuki tahap
eliminasi campak. Pada sidang CDC/PAHO/WHO tahun 1996 menyimpulkan
bahwa campak dimungkinkan untuk dieradikasi, karena satu-satunya pejamu
(host) atau reservoir campak hanya pada manusia dan adanya vaksin
dengan potensi yang cukup tinggi dengan effikasi vanksin 85%.
Diperkirakan eradikasi akan dapat dicapai 10 – 15 tahun setelah
eliminasi.
Program imunisasi campak di Indonesia dimulai pada tahun 1982 dan masuk
dalam pengembangan program imunisasi. Pada tahun 1991, Indonesia
dinyatakan telah mencapai UCI secara nasional. Dengan keberhasilan
Indonesia mencapai UCI tersebut memberikan dampak positip terhadap
kecenderungan penurunan insidens campak, khususnya pada Balita dari
20.08/10.000 – 3,4/10.000 selama tahun 1992 – 1997 (ajustment data rutin
SST). Walaupun imunisasi campak telah mencapai UCI namun dibeberapa
daerah masih terjadi KLB campak, terutama di daerah dengan cakupan
imunisasi rendah atau daerah kantong.
Tahapan pemberantasan Campak
Pemberantasan campak meliputi beberapa tahapan, dengan kriteria pada tiap tahap yang berbeda-beda.
a. Tahap Reduksi.
Tahap reduksi campak dibagi dalam 2 tahap: Tahap pengendalian campak.
Pada tahap ini terjadi penurunan kasus dan kematian, cakupan imunisasi
>80%, dan interval terjadinya KLB berkisar antara 4 – 8 tahun.
Tahap pencegahan KLB. Pada tahun ini cakupan imunisasi dapat
dipertahankan tinggi dan merata, terjadi penurunan tajam kasus dan
kematian, dan interval terjadinya KLB relative lebih panjang.
b. Tahap Eliminasi
Pada tahap eliminasi, cakupan imunisasi sudah sangat tinggi (>95%),
dan daerah-daerah dengan cakupan imunisasi rendah sudah sangat kecil
jumlahnya. Kasus campak sudah jarang dan KLB hampir tidak pernah
ternadi. Anak-anak yang dicurigai tidak terlindung (susceptible) harus
diselidiki dan mendapat imunisasi tambahan.
C. Tahap Eradikasi
Cakupan imunisasi tinggi dan merata, dan kasus campak sudah tidak
ditemukan. Transmisi virus sudah dapat diputuskan, dan negara-negara di
dunia sudah memasuki tahap eliminasi. Pada TCG Meeting, Dakka, 1999,
menetapkan Indonesia berada pada tahap reduksi dengan pencegahan
terjadinya KLB.
Tujuan Reduksi Campak
Reduksi campak bertujuan menurunkan angka insidens campak sebesar 90%
dan angka kematian campak sebesar 95% dari angka sebelum program
imunisasi campak dilaksanakan. Di Indonesia, tahap reduksi campak
diperkirakan dengan insiden menjadi 50/10.000 balita, dan kematian
2/10.000 (berdasarkan SKRT tahun 1982).
Strategi Reduksi Campak
Reduksi campak mempunyai 5 strategi yaitu:
Imunisasi Rutin 2 kali, pada bayi 9-11 bulan dan anak Sekolah Dasar
Kelas I (belum dilaksanakan secara nasional) dan Imunisasi Tambahan
atau Suplemen. Surveilans Campak.
Penyelidikan dan Penanggulangan KLB Manajemen Kasus
Pemeriksaan Laboratorium Masalah pokok Surveilans dalam reduksi campak di Indonesia.
Surveilans dalam reduksi campak di Indonesia masih belum sebaik
surveilans eradikasi polio. Kendala utama yang dihadapi adalah,
kelengkapan data/laporan rutin Rumah Sakit dan Puskesmas yang masih
rendah, beberapa KLB campak yang tidak terlaporkan, pemantauan dini (SKD
– KLB) campak pada desa-desa berpotensi KLB pada umumnya belum
dilakukan dengan baik terutama di Puskesmas, belum semua unit pelayanan
kesehatan baik Pemerintah maupun Swasta ikut berkontribusi melaporkan
bila menemukan campak. Dukungan dana yang belum memadai, terutama untuk
melaksanakan aktif surveilans ke Rumah Sakit dan pengembangan
surveilans campak pada umumnya. Surveilans campak sangat penting untuk
menilai perkembangan pemberantasan campak dan untuk menentukan strategi
pemberantasannya di setiap daerah.
Angka Insidens
Insidens campak di Indonesia selama tahun 1992 – 1998 dari data rutin
Rumah sakit dan Puskesmas untuk semua kelompok umur cenderung menurut
dengan keleng – kapan laporan rata-rata Puskesmas kurang lebih 60% dan
Rumah sakit 40%. Penurunan Insidens paling tajam terjadi pada kelompok
umur Kejadian Luar Biasa (KLB).
Dampak keberhasilan cakupan imunisasi campak nasional yang tinggi dapat
menekan insidens rate yang cukup tajam selama 5 tahun terakhir, namun
di beberapa desa tertentu masih sering terjadi KLB campak. Asumsi
terjadinya KLB campak di beberapa desa tersebut, disebabkan karena
cakupan imunisasi yang rendah (90%) atau kemungkinan masih rendahnya
vaksin effikasi di desa tersebut. Rendahnya vaksin effikasi ini dapat
disebabkan beberapa hal, antara lain kurang baiknya pengelolaar: rantai
dingin vaksi yang dibawa kelapangan, penyimpanan vaksin di Puskesmas
cara pemberian imunisasi yang, kurang baik dan sebagainya.
Dari beberapa hasil penyelidikan lapangan KLB campak dilakukan oleh
Subdit Surveilans dan Daerah selama tahun 1998 – 1999, terlihat
kasus-kasus campak yang belum mendapat imunisasi masih cukup tinggi,
yaitu kurang lebih 40% – 100% (Grafik: 9). Dari sejumlah kasus-kasus
yang belum mendapat imunisasi tersebut, pada umumnya (>70%) adalah
Balita. Frekuensi KLB campak berdasarkan laporan yang dikirim dari
seluruh propinsi Indonesia ke Subdit Surveilans melalui laporan (W 1)
selam tahun 1994 – 1999 terlihat ber fluktuasi, dan cenderung meningkat
dari tahun 1998 – 1999 yaitu dari 32 kejadian menjadi 56 kejadian
(grafik: 2). Angka frekuensi tersebut sangat dipengaruhi oleh
intensitas laporan W1 dari Propinsi atau Kabupaten/Kota. Daerah-daerah
dengan sistern pencatatan dan pelaporan Wl yang cukup intensive dan
mempunyai kepedulian yang cukup tinggi terhadap pelaporan Wl KLB,
mempunyai kontribusi yang besar terhadap kecenderungan meningkatnya
frekuensi KLB campak di Indonesia (Jawa Barat, NTB, Jambi Bengkulu,
Yogyakarta). Dari sejumlah KLB yang dilaporkan ke Subdit Surveilans,
diperkirakan KLB campak yang sesungguhnya terjadi jauh lebih baik.
Dengan pengertian lain, masih cukup banyak KLB campak yang tidak
terlaporkan oleh Daerah dengan berbagai kendala. Walaupun frekuensi KLB
campak yang dilaporkan mengalami peningkatan, namun jumlah kasusnya
cenderung menurun dengan rata-rata kasus setiap KLB selam tahun 1994 –
1999 sekitar 15 – 55 kasus pada setiap kejadian. Berarti besarnya
jumlah kasus setiap episode KLB campak selama periode tahun tersebut
rata-rata tidak lebih dari 15 kasus (grafik: 3 dan 4).
Dari 19 lokasi KLB campak yang diselidiki o1eh Subdit Surveilans dan
Daerah serta mahasiswa FETP (UGM) selama tahun 1999, terlihat Attack
Rate pada KLB campak dominan pada kelompok umur Balita, (Grafik 5 dan
6′). (pie diagram). Angka proporsi penderita pada KLB campak tahun 1998
– 1999 juga menunjukkan proporsi terbesar pada kelompok umur 1 – 4
tahun dan S – 9 tahun dibandingkan pada kelompok umur yang lebih tua
(10 – 14 tahun) grafik:7.
Pada kelompok KLB campak telah dilakukan pengambilan spesimen
serologis dan urine untuk memastikan diagnosa lapangan dan mengetahui
virus campak. Hasil pemeriksaan sampel serologis dan urine penderita
campak pada 12 lokasi KLB campak di beberapa Daerah selama tahun 1998 –
1999 yang diperiksa oleh Puslit. Penyakit Menular Badan Litbangkes RI,
menunjukkan IgM positif sekitar 70% – 100%, (tabel: l). Angka tersebut
mengindikasikan ketajaman diagnosa campak dilapangan pada saat KLB
berlangsung.
Angka Fatalitas Kasus (AFP atau CFR) campak di Rumah Sakit maupun pada
saat KLB terjadi selama tahun (1997 – 1999) cenderung meningkat,
masing-masing dari 0,1% – 1,1% dan 1,7% – 2,4% (grafik 8).
Kecenderungan peningkatan CFR ini perlu pengkajian yang mendalam dan
koprehensive.
Kesimpulan.
Insidens Rate Campak dari data rutin selama tahun 1992 – 1998 di
Indonesia cenderung menurun untuk semua kelompok umur. Penurutan paling
tajam pada kelompok umur
|
HEPATITIS |
Masalah Hepatitis B makin maningkat. Prevalensi pengidap
di Indonesia tahun 1993 bervariasi antar daerah yang berkisar dari
2,8% – 33,2% . Bila rata-rata 5% penduduk Indonesia adalah carier
Hepatitis B maka diperkirakan saat ini ada 10 juta orang. Para pengidap
ini akan makin menyebar ke masyarakat luas. Negara dengan tingkat
HbsAg >8% dihimbau oleh WHA untuk menyertakan Hepatitis B ke dalam
program imunisasi nasional. Target di tahun 2007 adalah Indonesia bebas
dari Hepatitis B. Sebesar 50% dari Ibu hamil pengidap Hepattis B akan
menularkan penyakit tersebut kepada bayinya. Data epidemiologi
menyatakan sebagian kasus yang terjadi pada penderita Hepatitis B ( 10 %
) akan menjurus kepada kronis dan dari kasusu yang kronis ini 20%-nya
menjadi hepatoma. Dan kemungkinan akan kronisitas kan lebih banyak
terjadi pada anak-anak Balita oleh karena respon imun pada mereka belum
sepenuhnya berkembang sempurna. |
INFLUENZA |
Influenza adalah penyakit infeksi yang mudah menular dan
disebabkan oleh virus influenza, yang menyerang saluran pernapasan.
Penularan virus terjadi melalui udara pada saat berbicara, batuk dan
bersin, Influenza sangat menular selama 1 – 2 hari sebelum gejalanya
muncul, itulah sebabnya penyebaran virus ini sulit dihentikan.
Berlawanan dengan pendapat umum, influenza bukan batuk – pilek biasa
yang tidak berbahaya. Gejala Utama infleunza adalah : Demam, sakit
Kepala,sakit otot diseluruh badan, pilek, sakit tenggorok, batuk dan
badan lemah. Pada Umumnya penderita infleunza tidak dapat bekerja /
bersekolah selama beberapa hari.
Dinegara bermusim empat, setiap tahun pada musim dingin terjadi letusan
influenza yang banyak menimbulkan konmplikasi dan kematian pada
orang-orang beresiko tinggi :
o Usia lanjut ( > 60 tahun )
o Anak – anak penderita Asma
o Penderita penyakit kronis ( Paru , Jantung, Ginjal, Diabetes )
o Penderita gangguan sistem kekebalan tubuh.
Dinegara-negara tropis seperti Indonesia, influenza terjadi sepanjang
tahun. Setiap tahun influenza menyebabkan ribuan orang meninggal
diseluruh dunia. Biaya pengobatan, biaya penanganan komplikasi, dan
kerugian akibat hilangnya hari kerja ( absen dari sekolah dan tempat
kerja ) sangat tinggi.
Berbeda dengan batuk pilek biasa influenza dapat mengakibatkan
komplikasi yang berat. Virus influenza menyebabkan kerusakan sel-sel
selaput lendir saluran pernapasan sehingga penderita sangat mudah
terserang kuman lain, seperti pneumokokus, yang menyebabkan radang paru
( Pneumonia ) yang berbahaya. Selain itu, apabila penderita sudah
mempunyai penyakit kronis lain sebelumnya ( Penyakit Jantung,
Paru-paru, ginjal, diabetes dll ), penyakit-penyakit itu dapat menjadi
lebih berat akibat influenza.
Setiap orang dapat terserang influenza tanpa membedakan usia dan
tingkat sosial. Cara mencegah agar kita tidak terserang penyakit
Influenza adalah dengan memelihara cara hidup sehat, yakni dengan
makanan sehat dan berolah raga teratur serta istirahat yang cukup. Cara
yang lain adalah dengan melakukan Vaksinasi, cara ini paling efektif
dan aman dan dapat memberikan perlindungan selama satu tahun terhadap
serangan penyakit Influenza..
Bagi ummat Islam yang akan menunaikan Ibadah haji baik ibadah haji
Umroh maupun ibadah haji biasa sebaiknya dilakukan imunisasi influenza
ini, karena bila jamaah terjangkit penyakit influenza maka pelaksanaan
ibadah hajinya tentu akan terhambat, sementara dengan melakukan
Imunisasi ( pencegahan ) kiranya lebih mudah daripada bila jamaah haji
sudah terkena penyakit influenza ini.
MENGENAL INFLUENZA PADA JEMAAH INDONESIA Dalam musim
haji tahun ini, jamaah haji Indonesia perlu mewaspadai kemungkinan
tertular penyakit Influenza selama di Arab Saudi. Hal ini mengingat
penyakit Influenza berpotensi sebagai salah satu masalah kesehatan
jamaah berbagai bangsa yang sedang berhaji termasuk jamaah haji
Indonesia.
WHO melaporkan penyakit ini telah beberapa kali menimbulkan pandemi
yang dikenal dengan Spanis Flu ( 1918 ), Asian Flu ( 1968 ), Hongkong
Flu( 1968), Russian Flu( 1977 ) dan Flu Burung di Hongkong ( 1997 ).
WHO menekankan pula, adanya kecenderungan peningkatan jumlah baik
kesakitan dan kematian karena Influenza akhir-akhir ini di Eropah dan
Amerika serta penyakit ini diperkirakan akan merebak ke seluruh dunia
termasuk Arab Saudi.
Beberapa kondisi yang diidentifikasi dapat berhubungan dengan kejadian
Influenza pada jemaah Indonesia. Adapun kondisi tersebut, seperti;
besarnya jumlah jemaah yang datang berhaji dari seluruh dunia haji pada
setiap tahunnya, peningkatan jumlah kasus Influenza dapat terjadi pada
musim hujan atau dingin disuatu negara, kualitas fisik jemaah yang
memperihatinkan dan ruas perjalanan haji yang panjang serta berbagai
pengaruhnya kepada kesehatan. Disamping itu, lebih kurang dua perlima
dari jemaah haji Indonesia termasuk golongan risti. Perdefinisi risti
adalah kondisi/ penyakit pada calon jemaah haji/ jemaah haji yang dapat
memperburuk kesehatannya selama perjalanan ibadah haji. Kondisi risti
ini juga dikenal sebagai kelompok berisiko tinggi bagi penyakit
Influenza. Kesemua hal ini dapat berdampak tidak menguntungkan bagi
kesehatan jemaah haji Indonesia.
Tulisan ini memuat gambaran ringkas tentang penyakit Influenza,
perlunya kewaspadaan serta upaya pencegahan yang dilakukan oleh jemaah
haji. Melalui tulisan ini diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan
jamaah haji tentang Influenza sekaligus mampu berprilaku semestinya
selama perjalanan haji.
Apa yang disebut penyakit Influenza?
Penyakit Influenza adalah suatu infeksi saluran pernafasan yang
bersifat akut dan menular. Apa penyebab penyakit ini? Penyebab penyakit
inluenza adalah Virus Influenza( yang termasuk dalam kelompok virus
Orthomyxoviruses ). Ada 3( tiga ) type virus penyebab penyakit
Influenza, yaitu; A, B, dan C. Type A dikenal bersifat sangat menular
dan dapat tersebar pada kelompok penduduk secara lokal, nasional atau
bahkan secara global.
Bagaimana cara penularan dan perjalanannya ditubuh manusia? Penularan
penyakit Influenza dapat terjadi secara kontak langsung ataupun tidak
langsung. Umumnya, penularan terjadi melalui percikan air ludah /liur
yang keluar dari penderita sewaktu bercakap-cakap atau percikan batuk
maupun bersin.
Adapun periode masuknya virus penyebab sampai timbulnya gejala dan
tanda penyakit Influenza rata-rata 2 hari dengan rentang jarak 1 – 4
hari, sedangkan kemungkinan penularan mulai dapat terjadi 1-2 hari
sebelum dan 4-5 hari setelah gejala penyakit.
Apa gejala dan tanda penyakit Influenza?
Gejala berupa;
- Demam mendadak disertai menggigil
- Sakit kepala
- Badan lemah
- Nyeri otot dan sendi
Gejala ini bertahan selama 3 – 7 hari. Bila penyakit bertambah berat,
gejala tersebut diatas akan berganti dengan gejala penyakit saluran
pernafasan seperti batuk, pilek dan sakit tenggorokan. Kadang-kadang
juga disertai gejala sakit perut, mual dan muntah. Pada pemeriksaan
fisik : muka kemerahan, mata kemerahan dan berair serta kelenjar getah
bening leher dapat teraba.
Apa yang dapat diakibatkan Penyakit Influenza? Akibat penyakit
Influenza yang ditakutkan adalah timbulnya infeksi sekunder, seperti;
radang paru-paru( Pneumonia ), myositis, sindroma Reye, gangguan syaraf
pusat. Disamping itu, penderita/ pengidap penyakit kronis dapat
bertambah berat bila terkena penyakit Influenza. Beberapa penyakit
kronis tersebut, seperti; Asma, paru–paru kronis, jantung, kencing
manis, ginjal kronis, gangguan status imunitas tubuh, kelainan darah
dll.
Mengapa Jemaah Haji Indonesia Perlu Mewaspadai Tertular Penyakit
Influenza Selama Perjalanan Haji? Jemaah haji Indonesia perlu
mewaspadai tertular Penyakit Influenza, karena: penyakit inluenza
bersifat menular dan kepadatan manusia dalam musim haji dapat
memudahkan penularan penyakit diantara jemaah; jemaah haji terpajan
musim dingin dimana penderita penyakit ini biasanya meningkat; status
kesehatan jemaah berpenyakit risti dan usia lanjut cukup besar yang
dikategorikan sebagai kelompok berisiko tinggi tertular penyakit
influenza, kualitas fisik jemaah haji cukup memperhatinkan dan
perjalanan haji yang panjang menjadikan jemaah cukup rentan tertular
penyakit. Untuk kesemua hal diatas jemaaah haji patut meningkatkan
kewaspadaan dari tertular penyakit Influenza.
Bagaimana upaya-upaya yang dilakukan jamaah haji untuk mencegah dari risiko tertular penyakit Influenza?
-
Upaya-upaya pencegahan yang harus dilakukan jemaah haji, yaitu:
Memelihara kebersihan diri dan lingkungan pondokan secara baik.
-
Istirahat yang cukup, banyak mengkonsumsi buah-bahan segar dan sayur-sayuran hijau.
-
Minum air yang cukup dan upayakan membawa air minum serta tempat minum( mangkuk/ gelas ) masing-masing.
-
Membiasakan diri untuk membersihkan ingus memakai kertas tissu
atau sapu tangan yang dapat menyerap cairan hidung dan membuangnya di
tempat sampah.
-
Selalu memakai masker(penutup) hidung dan mulut yang bersih selama
berada di Arab Saudi. Pemakaian masker bertujuan untuk mencegah jamaah
haji dari terkena percikan air ludah/ liur yang keluar dari penderita
sewaktu bercakap-cakap atau terkena percikan dahak, ingus, batuk dan
bersin.
-
Bagi jemaah haji yang terkena penyakit Influenza agar tetap
menggunakan masker baik di pemondokan atau diluar pemondokan agar tidak
menularkan kepada jemaah haji yang sehat.
-
Mengurangi keluar dari pondokan bila tidak perlu.
-
Menghindari diri agar tidak kontak dekat dengan penderita bergejala dan tanda penyakit Influenza.
-
Sedapat mungkin menghindari kerumunan kepadatan manusia atau
tempat – tempat yang dipadati orang terutama pada tempat yang tidak ada
kaitannya dengan kegiatan ibadah haji.
-
Hindari hidup berdesakan dalam satu kamar pondokan di luar jumlah yang sudah ditentukan selama di Arab Saudi.
-
Bila merasa sakit, segera berobat ke TKHI Kloter atau BPHI setempat.
|
DEMAM TIFOID (TIFUS) |
Penyakit Demam Tifoid adalah infeksi akut yang disebabkan oleh
Salmonella Typhi yang masuk melalui saluran pencernaan dan menyebar
keseluruh tubuh ( sistemik), Bakteri ini akan berkembang biak di
kelenjar getah bening usus dan kemudian masuk kedalam darah sehingga
meyebabkan penyebaran kuman dalam darah dan selanjutnya terjadilah
peyebaran kuman kedalam limpa, kantung empedu, hati, paru-paru, selaput
otak dan sebagainya. Gejala-gejalanya adalah : Demam, dapat berlangsung
terus menerus. Minggu Pertama, suhu tubuh berangsur-angsur meningat
setiap hari, biasanya menurun pada pagi hari dan meningkat pada sore /
malam hari. Minggu Kedua, Penderita terus dalam keadaan demam. Minggu
ketiga, suhu tubuh berangsung-angsur turun dan normal kembali diakhir
minggu. Gangguan Pada Saluran Pencernaan, Nafas tak sedap, bibir kering
dan pecah-pecah, lidah ditutupi selaput lendir kotor, ujung dan tepinya
kemerahan. Bisa juga perut kembung, hati dan limpa membesar serta
timbul rasa nyeri bila diraba. Biasanya sulit buang air besar, tetapi
mungkin pula normal dan bahkan dapat terjadi diare. Gangguan Kesadaran,
Umumnya kesadaran penderita menurun walaupun tidak seberapa dalam,
yaitu menjadi apatis ( acuh tak acuh) sampai somnolen ( mengantuk )
Bakteri ini disebarkan melalui tinja. Muntahan, dan urin orang yang
terinfeksi demam tofoid, yang kemudian secara pasif terbawa oleh lalat
melalui perantara kaki-kakinya dari kakus kedapur, dan mengkontaminasi
makanan dan minuman, sayuran ataupun buah-buahan segar. Mengkonsumsi
makanan / minuman yang tercemar demikian dapat menyebabkan manusia
terkena infeksi demam tifoid. Salah satu cara pencegahannya adalah
dengan memberikan vaksinasi yang dapat melindungi seseorang selama 3
tahun dari penyakit Demam Tifoid yang disebabkan oleh Salmonella Typhi.
Pemberian vaksinasi ini hampir tidak menimbulkan efek samping dan
kadang-kadang mengakibatkan sedikit rasa sakit pada bekas suntikan yang
akan segera hilang kemudian.
|
|
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar