BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi
Haid
atau menstruasi adalah perdarahan secara periodik dan siklik dari
uterus, disertai dengan pelepasan (deskuamasi) endometrium.
2.2 Menstruasi Normal
Panjang siklus haid adalah jarak antara tanggal mulainya haid yang lalu dengan mulainya haid berikutnya. Hari
petama mulainya perdarahan dinamakan hari pertama siklus. Karena jam
mulainya haid tidak diperhitungkan dan tepatnya waktu keluar haid dari
osteum uteri eksternum tidak dapat diketahui, maka panjang siklus
mengandung kesalahan kurang lebih satu hari. Panjang siklus haid yang
normal atau dianggap sebagai siklus, lama dan jumlah perdarahan yang
normal adalah sebagai berikut :
|
NORMAL
|
ABNORMAL
|
LAMA
JUMLAH
SIKLUS
|
2 – 6 hari
30 – 80 ml
21 – 35 hari
|
< 2 hari
> 7 hari
> 80 ml / hari
< 21 hari
> 35 hari
|
Saat
terjadinya menstruasi secara normal disertai pula dengan terjadinya
penurunan kadar Hb sebesar 0,25 - 0,5 gr%. Menstruasi yang normal
meliputi warna darah haid merah tua kehitaman, cair tidak membeku dan
berbau anyir. Kandungan dari cairan haid terdiri dari
darah yaitu sebesar 50-70%, lendir yang berasal dari vagina, bagian dari
endometrium dan epitel vagina yang terlepas, microorganisme dan
transudat dari vagina.
2.3 Sistem hormonal
Perubahan
hormonal siklik mengawali dan mengatur fungsi ovarium dan perubahan
endometrium. Siklus menstruasi yang berlangsung secara teratur tiap
bulan, bergantung pada serangkaian langkah-langkah siklik yang
terkoordinasi dengan baik, yang melibatkan sekresi hormon pada berbagai
tingkat dalam sistem integrasi. Pusat pengendalian hormon dari sistem
reproduksi adalah hipotalamus. Dua hormon hipotalamus gonadotropic releasing hormon (GnRH), yaitu follicle stimulating hormone -releasing hormone (FSHRH) dan luteinizing hormone-releasing hormone (LHRH). Kedua hormon itu masing-masing merangsang hipofisis anterior untuk menyekresi follicle stimulating hormone (FSH) dan luteinizing hormone (LH).
2.4 Siklus menstruasi normal
Siklus
menstruasi normal dapat dibagi menjadi 2 segmen yaitu, siklus ovarium
(indung telur) dan siklus uterus (rahim). Siklus ovarium terbagi lagi
menjadi 2 bagian, yaitu siklus folikular dan siklus luteal, sedangkan
siklus uterus dibagi menjadi masa proliferasi (pertumbuhan) dan masa
sekresi.
Perubahan
di dalam uterus merupakan respon terhadap perubahan hormonal. Uterus
terdiri dari 3 lapis yaitu perimetrium (lapisan terluar), miometrium
(lapisan otot, terletak di bagian tengah), dan endometrium (lapisan
paling dalam). Endometrium adalah lapisan yang berperan di dalam siklus
menstruasi. 2/3 bagian endometrium disebut desidua fungsionalis yang
terdiri dari kelenjar, dan 1/3 bagian terdalamnya disebut sebagai
desidua basalis.
Sistem hormonal yang mempengaruhi siklus menstruasi adalah :
- FSH-RH (follicle stimulating hormone releasing hormone) yang dikeluarkan oleh hipotalamus yang berfungsi merangsang hipofisis untuk mengeluarkan FSH.
- LH-RH (luteinizing hormone releasing hormone) yang dikeluarkan oleh hipotalamus untuk merangsang hipofisis untuk mengeluarkan LH.
- PIH (prolactine inhibiting hormone) yang menghambat hipofisis untuk mengeluarkan prolaktin.
Gambar 1 Siklus Hormonal
Pada
setiap siklus menstruasi, FSH yang dikeluarkan oleh hipofisis
merangsang perkembangan folikel-folikel di dalam ovarium. Pada umumnya
hanya 1 folikel yang terangsang namun dapat juga mengalami perkembangan
sehingga bisa menjadi lebih dari 1, dan folikel tersebut berkembang
menjadi folikel de graaf yang membuat estrogen. Estrogen ini
menekan produksi FSH, sehingga hipofisis mengeluarkan hormon yang kedua
yaitu LH. Produksi hormon LH dan FSH barada di bawah pengaruh releasing hormones yang disalurkan hipotalamus ke hipofisis. Penyaluran RH dipengaruhi oleh mekanisme umpan balik estrogen terhadap hipotalamus.
Produksi hormon gonadotropin (FSH dan LH) yang baik akan menyebabkan pematangan dari folikel de graaf yang mengandung estrogen. Estrogen mempengaruhi pertumbuhan dari endometrium. Di bawah pengaruh LH, folikel de graaf
menjadi matang sampai terjadi ovulasi. Setelah ovulasi terjadi,
dibentuklah korpus rubrum yang akan menjadi korpus luteum, di bawah
pengaruh hormon LH dan LTH (luteotrophic hormones, suatu hormon
gonadotropik). Korpus luteum menghasilkan progesteron yang dapat
mempengaruhi pertumbuhan kelenjar endometrium. Bila tidak ada pembuahan
maka korpus luteum berdegenerasi dan mengakibatkan penurunan kadar
estrogen dan progesteron. Penurunan kadar hormon ini menyebabkan
degenerasi, perdarahan, dan pelepasan dari endometrium. Proses ini
disebut haid atau menstruasi. Apabila terdapat pembuahan dalam masa
ovulasi, maka korpus luteum tersebut dipertahankan.
Siklus
menstruasi normal dapat dibagi menjadi 2 segmen yaitu, siklus ovarium
(indung telur) dan siklus uterus (rahim). Siklus ovarium terdiri dari :
1. Fase folikular
Pada
fase ini hormon reproduksi bekerja mematangkan sel ovum yang berasal
dari 1 folikel kemudian matang pada pertengahan siklus dan siap untuk
proses ovulasi. Waktu rata-rata fase folikular pada manusia berkisar
10-14 hari, dan variabilitasnya mempengaruhi panjang siklus menstruasi
keseluruhan.
2. Fase luteal
Fase luteal adalah fase dari ovulasi hingga menstruasi dengan jangka waktu rata-rata 14 hari.
Siklus endometrium dikenal 3 fase utama yaitu :
- Fase proliferasi
Berlangsung
mulai dari berhentinya darah menstruasi sampai hari ke-14. Setelah
menstruasi berakhir, dimulailah fase proliferasi dimana terjadi
pertumbuhan dari desidua fungsionalis untuk mempersiapkan uterus untuk
perlekatan janin. Pada fase ini endometrium tumbuh kembali. Antara hari
ke-12 sampai ke-14 dapat terjadi pelepasan sel ovum dari ovarium yang
disebut ovulasi.
- Fase sekresi
Fase
sekresi adalah fase sesudah terjadinya ovulasi. Hormon progesteron
dikeluarkan dan mempengaruhi pertumbuhan endometrium untuk membuat
kondisi uterus siap untuk implantasi (perlekatan janin ke uterus) .
- Fase menstruasi
Berlangsung
2-8 hari. Pada fase ini endometrium dilepaskan sehingga timbul
perdarahan dan hormon-hormon ovarium berada dalam kadar paling rendah.
Siklus hormonal dan hubungannya dengan siklus ovarium serta uterus di dalam siklus menstruasi normal adalah sebagai berikut :
- Setiap permulaan siklus menstruasi, kadar hormon gonadotropin (FSH,LH) berada pada level yang rendah dan sudah menurun sejak akhir dri fase luteal siklus sebelumnya.
- Hormon FSH dari hipotalamus perlahan mengalami peningkatan setelah akhir dari korpus luteum dan pertumbuhan dan pertumbuhan folikel dimulai pada fase folikular. Hal ini merupakan pemicu untuk pertumbuhan lapisan endometrium.
- Peningkatan level estrogen menyebabkan feedback negatif pada pengeluaran FSH hipofisis. Hormon LH kemudian menurun sebagai akibat dari peningkatan level estradiol, tetapi pada akhir dari fase folikular level hormon LH meningkat drastik (LH surge) merupakan respon bifasik.
- Pada akhir fase folikular, hormon FSH merangsang reseptor (penerima) hormon LH yang terdapat pada sel granulosa, dan dengan rangsangan dari hormon LH, keluarlah hormon progesteron.
- Setelah perangsangan oleh hormon estrogen, hipofisis LH terpicu kemudian menyebabkan terjadinya ovulasi yang muncul 24-36 jam kemudian. Ovulasi adalah penanda fase transisi dari fase proliferasi ke sekresi ataupun dari folikular ke luteal.
- Kadar estrogen menurun pada awal fase luteal dari sesaat sebelum ovulasi sampai sampai fase pertengahan, dan kemudian meningkat kembali karena sekresi dari korpus luteum.
- Progesteron meningkat setelah ovulasi dan dapat merupakan penanda bahwa sudah terjadi ovulasi.
- Kedua hormon estrogen dan progesteron meningkat selama masa hidup korpus luteum dan kemudian menurun untuk mempersiapkan siklus berikutnya.
Gambar 2. Siklus menstruasi normal
Mekanisme
terjadinya haid selain dipengaruhi oleh adanya hormon estrogen dan
progesteron yang meningkat akan tetapi terjadinya haid juga dipengaruhi
oleh beberapa faktor yang juga berperan yaitu antara lain :
- Faktor enzim
Dalam
fase proliferasi estrogen mempengaruhi tersimpannya enzim-enzim
hidrolitik dalam endometrium, serta merangsang pembentukan glikogen dan
asam-asam mukopolisakarida. Zat-zat yang terakhir ini ikut serta dalam
pembentukan endometrium, khususnya dengan pembentukan stroma di bagian
bawahnya. Pada pertengahan fase luteal sintesis
mukopolisakarida terhenti, dengan akibat mempertinggi permeabilitas
pembuluh-pembuluh darah yang sudah berkembang sejak permulaan fase
proliferasi. Dengan demikian, lebih banyak zat-zat makanan yang mengalir
ke stroma endometrium sebagai persiapan untuk implantasi ovum, apabila
terjadi kehamilan. Jika kehamilan tidak terjadi, maka dengan menurunnya
kadar progesteron, enzim-enzim hidrolitik dilepaskan dan merusakkan
bagian dari sel-sel yang berperan dalam sintesis protein. Karena itu
timbul gangguan dalam metabolisme endometrium yang mengakibatkan regresi
endometrium dan perdarahan.
- Faktor vaskuler
Mulai
fase proliferasi terjadi pembentukan sistem vaskularisasi dalam lapisan
fungsional endometrium. Pada pertumbuhan endometrium ikut tumbuh pula
arteri-arteri, vena-vena dan hubungan antaranya. Dengan regresi
endometrium timbul stasis dalam vena-vena serta saluran-saluran yang
menghubungkannya dengan arteri dan akhirnya terjadi nekrosis dan
perdarahan dengan pembentukan hematom, baik dari arteri maupun dari
vena.
- Faktor prostaglandin
Endometrium
mengandung banyak prostaglandin E2 dan F2 α. Dengan desintegrasi
endometrium, prostaglandin terlepas dan menyebabkan berkontraksinya
miometrium sebagai suatu faktor untuk membatasi perdarahan pada haid.
Terjadinya menstruasi terbagi menjadi 2 yaitu sebagai berikut :
- Menstruasi ovulatoir
Terjadinya menstruasi yang didahului oleh proses ovulasi. Merupakan menstruasi yang normal.
- Menstruasi anovulatoir
Menstruasi
tanpa didahului proses ovulasi (tidak terjadi korpus luteum dan
pembentukan progesteron). Endometrium tetap dalam stadium proliferasi
sampai terjadinya menstruasi. Normal terjadi pada wanita laktasi,
pubertas dan menjelang menopause.
Beberapa istilah yang dikenal dalam siklus menstruasi adalah sebagai berikut :
- Menarche : Haid yang pertama kali datang. Biasanya pada wanita usia antara 12-14 tahun. Pada saat ini biasanya menstruasi belum teratur.
- Menopause : masa berhentinya haid dimana 12 bulan berturut-turut sebelumnya tidak terjadi menstruasi. Akibat penurunan hormon estrogen, biasanya terjadi pada wanita usia lebih dari 45 tahun.
- Amenorrhoe : Amenorrhoe bukan suatu penyakit tetapi merupakan gejala, amenorrhoe adalah tidak adanya haid selama 3 bulan atau lebih.
Amenorrhoe
terbagi menjadi primer dan sekunder. Amenorrhoe primer kita pergunakan
bila seorang wanita belum pernah mendapat menstruasi dan didiagnosis
saat pasien mencapai umur 18 tahun.
Amenorrhoe sekunder adalah hilangnya darah haid setelah menarche.
- Pseudoamenorrhoe (kryptomenorrhoe). Pada keadaan ini haid ada, tetapi darah haid tidak keluar karena tertutupnya cervix, vagina atau hymen.
- Menstruasi precox. Perdarahan pervaginam pada anak muda (kurang dari 8-10 tahun yang disertai dengan timbulnya tanda-tanda kelamin sekunder sebelum waktunya) belum tentu menstruasi, karena dapat disebabkan oleh Sarcoma dari uterus atau vagina.
- Hypomenorroe ialah pendarahan haid yang lebih pendek dan atau lebih kurang dari biasa. Secara normal haid sudah berhenti dalam 7 hari
- Oligomenorroe : Haid yang jarang, siklus haid lebih dari 35 hari,
- Hipermenorre. Adalah perdarahan haid yang lebih banyak dari normal, atau lebih lama dari normal (lebih dari 8 hari).
- Polimenorroe. Haid sering datang, siklus pendek kurang dari 25 hari
- Menorrhagia : pengeluaran darah yang terlalu banyak biasanya disertai dengan bekuan darah sewaktu menstruasi, siklus haidnya normal.
- Metrorrhagia : lama dan jumlah darah haid yang keluar meningkat disertai siklus haid yang yang tidak normal atau interval antara haid yang terakhir dengan haid berikutnya dekat.
- Dismenorroe : nyeri sewaktu haid. Nyeri dapat dirasakan sebelum, selama atau sesudah haid.
DAFTAR PUSTAKA
Guyton,C Arthur, Fisiologi Kedokteran, 1997, Jakarta : EGC
Price, Silvia, Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit, Jakarta : EGC
Sastrawinata, Sulaiman, Ginekologi, 1999, Bandung : Fakultas Kedokteran Universitas Padjajaran Bandung
Wiknjosastro, Hanifa, Ilmu Kebidanan, 2005, Jakarta : Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
Tidak ada komentar:
Posting Komentar