A. KONSEP DASAR PENYAKIT
- 1. Pengertian
Demensia adalah istilah umum yang digunakan untuk menggambarkan
kerusakan fungsi kognitif global yang biasanya bersifat progresif dan
mempengaruhi aktivitas social dan okupasi yang normal juga aktivitas
kehidupan sehari-hari (AKS). (Mickey Stanley, 2006)
Sindrom demensia dapat didefinisikan sebagai deteriorasi kapasitas
intelektual dapat diakibatkan oleh pnyakit di otak. Sindrom ini ditandai
olah gangguan kognitif, emosional, dan psikomotor. (Lumbantobing, 2006)
Demensia tipe alzhimer adalah proses degenerative yang terjadi
pertama-tama pada sel yang terletak pada dasar otak depan yang mengirim
informasi ke korteks serebral dan hipokampus. Sel yang terpengaruh
pertama kali kehilangan kemampuannya untuk mengeluarkan asetilkolin lalu
terjadi degenerasi. Jika degenerasi ini mulai berlangsung, dewasa ini
tidak ada tindakan yang dapat dilakukan untuk menghidupkan kembali
sel-sel atau menggantikannya.(Kushariyadi, 2010)
Demensia adalah penurunan kemampuan mental yang biasanya berkembang
secara perlahan, dimana terjadi gangguan ingatan, fikiran, penilaian dan
kemampuan untuk memusatkan perhatian, dan bisa terjadi kemunduran
kepribadian. (http://medicastore.com/penyakit/699/Demensia.html)
- 2. Epidemiologi
Laporan Departemen Kesehatan tahun 1998, populasi usia lanjut diatas
60 tahun adalah 7,2 % (populasi usia lanjut kurang lebih 15 juta).
Peningkatan angka kejadian kasus demensia berbanding lurus dengan
meningkatnya harapan hidup suatu populasi. Kira-kira 5 % usia lanjut 65 –
70 tahun menderita demensia dan meningkat dua kali lipat setiap 5 tahun
mencapai lebih 45 % pada usia diatas 85 tahun. Pada negara industri
kasus demensia 0.5 –1.0 % dan di Amerika jumlah demensia pada usia
lanjut 10 – 15% atau sekitar 3 – 4 juta orang. Demensia terbagi menjadi
dua yakni Demensia Alzheimer dan Demensia Vaskuler. Demensia Alzheimer
merupakan kasus demensia terbanyak di negara maju Amerika dan Eropa
sekitar 50-70%. Demensia vaskuler penyebab kedua sekitar 15-20% sisanya
15- 35% disebabkan demensia lainnya. Di Jepang dan Cina demensia
vaskuler 50 – 60 % dan 30 – 40 % demensia akibat penyakit Alzheimer.
- 3. Etiologi
Disebutkan dalam sebuah literatur bahwa penyakit yang dapat
menyebabkan timbulnya gejala demensia ada sejumlah tujuh puluh lima.
Beberapa penyakit dapat disembuhkan sementara sebagian besar tidak dapat
disembuhkan (Mace, N.L. & Rabins, P.V. 2006). Sebagian besar
peneliti dalam risetnya sepakat bahwa penyebab utama dari gejala
demensia adalah penyakit Alzheimer, penyakit vascular (pembuluh darah),
demensia Lewy body, demensia frontotemporal dan sepuluh persen
diantaranya disebabkan oleh penyakit lain.
Tiap penyakit yang melibatkan otak dapat menyebabkan demensia,
misalnya : gangguan peredaran darah di otak, radang, neoplasma, gangguan
metabolic, penyakit degenerative. Semua hal ini harus ditelusuri.
Gejala atau kelainan yang menyertai demensia kita teliti. Sering
diagnose – etiologi dapat ditegakkan melalui atau dengan bantuan
kelainan yang menyertai, seperti : hemiparese, gangguan sensibilitas,
afasia, apraksia, rigiditas, tremor. (Lumbantobing, 2006)
Lima puluh sampai enam puluh persen penyebab demensia adalah penyakit
Alzheimer. Alzhaimer adalah kondisi dimana sel syaraf pada otak mati
sehingga membuat signal dari otak tidak dapat di transmisikan
sebagaimana mestinya (Grayson, C. 2004). Penderita Alzheimer mengalami
gangguan memori, kemampuan membuat keputusan dan juga penurunan proses
berpikir.
- 4. Klasifikasi
- Demensia Tipe Alzheimer
Dari semua pasien dengan demensia, 50 – 60 % memiliki demensia tipe
ini. Orang yang pertama kali mendefinisikan penyakit ini adalah Alois
Alzheimer sekitar tahun 1910. Demensia ini ditandai dengan gejala :
- Penurunan fungsi kognitif dengan onset bertahap dan progresif,
- Daya ingat terganggu, ditemukan adanya : afasia, apraksia, agnosia, gangguan fungsi eksekutif,
- Tidak mampu mempelajari / mengingat informasi baru,
- Perubahan kepribadian (depresi, obsesitive, kecurigaan),
- Kehilangan inisiatif.
Demensia pada penyakit Alzheimer belum diketahui secara pasti
penyebabnya, walaupun pemeriksaan neuropatologi dan biokimiawi post
mortem telah ditemukan lose selective neuron kolinergik yang strukturnya
dan bentuk fungsinya juga terjadi perubahan.
- Demensia Vaskuler
Penyakit ini disebabkan adanya defisit kognitif yang sama dengan
Alzheimer tetapi terdapat gejala-gejala / tanda-tanda neurologis fokal
seperti :
- Peningkatan reflek tendon dalam,
- Respontar eksensor,
- Palsi pseudobulbar,
- Kelainan gaya berjalan,
- Kelemahan anggota gerak.
Demensia vaskuler merupakan demensia kedua yang paling sering pada lansia, sehingga perlu dibedakan dengan demensi Alzheimer.
Pencegahan pada demensia ini dapat dilakukan dengan menurunkan faktor
resiko misalnya ; hipertensi, DM, merokok, aritmia. Demensia dapat
ditegakkan juga dengan MRI dan aliran darah sentral.
Pedoman diagnostik penyakit demensia vaskuler :
- Terdapat gejala demensia
- Hendaya fungsi kognitif biasanya tidak merata
- Onset mendadak dengan adanya gejala neurologis fokal
- 5. Tanda dan Gejala
Secara umum tanda dan gejala demensia adalah sbb:
- Menurunnya daya ingat yang terus terjadi. Pada penderita demensia, “lupa” menjadi bagian keseharian yang tidak bisa lepas.
- Gangguan orientasi waktu dan tempat, misalnya: lupa hari, minggu, bulan, tahun, tempat penderita demensia berada
- Penurunan dan ketidakmampuan menyusun kata menjadi kalimat yang
benar, menggunakan kata yang tidak tepat untuk sebuah kondisi, mengulang
kata atau cerita yang sama berkali-kali
- Ekspresi yang berlebihan, misalnya menangis berlebihan saat melihat
sebuah drama televisi, marah besar pada kesalahan kecil yang dilakukan
orang lain, rasa takut dan gugup yang tak beralasan. Penderita demensia
kadang tidak mengerti mengapa perasaan-perasaan tersebut muncul.
- Adanya perubahan perilaku, seperti : acuh tak acuh, menarik diri dan gelisah
- 6. Patofisiologi
Penyakit Alzheimer mengakibatkan
sedikitnya dua per tiga kasus demensia. Penyebab spesifik penyakit
Alzheimer belum diketahui, meskipun tampaknya genetika berperan dalam
hal itu. Teori-teori lain yang pernah popular, tetapi saat ini kurang
mendukung, antara lain adalah efek toksik dari aluminium, virus yang
berkembang perlahan sehingga menimbulkan respon atau imun, atau
defisiensi biokimia. Dr. Alois Alzheimer pertama kali mendeskripsikan
dua jenis struktur abnormal yang ditemukan pada otak mayat yang
menderita penyakit Alzheimer:plak amiloid dan kekusutan neurofibril
trdapat juga penurunan neurotransmitter tertentu, terutama asetilkolin.
Area otak yang terkena penyakit Alzheimer terutama adalah korteks
serebri dan hipokampus, keduanya merupakan bagian penting dalam fungsi
kognitif dan memori.
Amiloid menyebabkan rusaknya jaringan otak. Plak amiloid berasal dari
protei yang lebih besar, protein precursor amiloid (amyloid precursor
protein[APP]). Keluarga-keluarga dngan awitan dini penyakit Alzheimer
yang tampak sebagaisesuatu yang diturunkan telah menjalani penelitian,
dan beberapa diantaranya mengalami mutasi pada gen APP-nya. Mutasi
genAPP lainnya yang berkaitan dengan awitan lambat AD dan penyakit
serebrovaskular juga telah diidentifikasi. Terdapat peningkatan risiko
awitan lambat penyakit Alzheimer dengan menurunnya alel apo E4 pada
kromosom 19. Simpul neurofibriler adalah sekumpulan serat-serat sel
saraf yang saling berpilin,yang disebut pasangan filamen heliks. Peran
spesifik dari simpul tersebut pada penyakit ini sedang diteliti.
Asetilkolin dan neurotransmiter merupakan zat kimia yang diperlukan
untuk mengirim pesan melewati system saraf. Deficit neurotransmiter
menyebabkan pemecahan proses komunikasi yang kompleks di antara sel-sel
pada system saraf. Tau dalah protein dalam cairan srebrospinal yang
jumlahnya sudah meningkat sekalipun pada penyakit Alzheimer tahap awal.
Temuan-temuan yang ada menunjukan bahwa penyakit Alzheimer dapat bermula
di tingkat selular, dengan atau menjadi penanda molecular di sel-sel
tersebut.
Demensia multi-infark adalah penyebab demensia kedua yang paling
banyak terjadi. Pasien-pasien yang menderita penyakit serebrovaskular
yang seperti namanya, berkembang menjadi infark multiple di otak. Namun,
tidak semua orang yang menderita infark serebral multiple mengalami
demensia. Dalam perbandingannya dengan penderita penyakit Alzheimer,
orang-orang dengan demensia multi infark mengalami awitan penyakit yang
tiba-tiba, lebih dari sekedar deteriorasi linear pada kognisi dan
fungsi, dan dapat menunjukan beberapa perbaikan di antara
peristiwa-peristiwa serebrovaskular.
Sebagian besar pasien dengan penyakit Parkinson yang menderita
perjalanan penyakiy yang lama dan parah akan mengalami demensia. Pada
satu studi, pasien-pasien diamati selama 15 sampai 18 tahun setelah
memasuki program pengobatan levodopa, dan 80% di antaranya menderita
demensia sedang atau [parah sebelum akhirnya meninggal dunia. (Mickey
Stanley, 2006)
- 7. Pathway (terlampir)
- 8. Diagnosis
Diagnosis difokuskan pada hal-hal berikut ini:
- Pembedaan antara delirium dan demensia
- Bagian otak yang terkena
- Penyebab yang potensial reversibel
- Perlu pembedaan dan depresi (ini bisa diobati relatif mudah)
- Pemeriksaan untuk mengingat 3 benda yg disebut
- Mengelompokkan benda, hewan dan alat dengan susah payah
- Pemeriksaan laboratonium, pemeriksaan EEC
- Pencitraan otak amat penting CT atau MRI
- 9. Penatalaksanaan
Beberapa kasus demensia dianggap dapat diobati karena jaringan otak
yang disfungsional dapat menahan kemampuan untuk pemulihan jika
pengobatan dilakukan tepat pada waktunya. Riwayat medis yang lengkap,
pemeriksaan fisik, dan tes laboratorium, termasuk pencitraan otak yang
tepat, harus dilakukan segera setelah diagnosis dicurigai. Jika pasien
menderita akibat suatu penyebab demensia yang dapat diobati, terapi
diarahkan untuk mengobati gangguan dasar.
Pendekatan pengobatan umum pada pasien demensia adalah untuk
memberikan perawatan medis suportif, bantuan emosional untuk pasien dan
keluarganya, dan pengobatan farmakologis untuk gejala spesifik, termasuk
gejala perilaku yang mengganggu. Pemeliharaan kesehatan fisik pasien,
lingkungan yang mendukung, dan pengobatan farmakologis simptomatik
diindikasikan dalam pengobatan sebagian besar jenis demensia. Pengobatan
simptomatik termasuk pemeliharaan diet gizi, latihan yang tepat, terapi
rekreasi dan aktivitas, perhatian terhadap masalah visual dan
audiotoris, dan pengobatan masalah medis yang menyertai, seperti infeksi
saluran kemih, ulkus dekubitus, dan disfungsi kardiopulmonal. Perhatian
khusus karena diberikan pada pengasuh atau anggota keluarga yang
menghadapi frustasi, kesedihan, dan masalah psikologis saat mereka
merawat pasien selama periode waktu yang lama.
Jika diagnosis demensia vaskular dibuat, faktor risiko yang berperan
pada penyakit kardiovaskular harus diidentifikasi dan ditanggulangi
secara terapetik. Faktor-faktor tersebut adalah hipertensi,
hiperlipidemia, obesitas, penyakit jantung, diabetes dan ketergantungan
alkohol. Pasien dengan merokok harus diminta untuk berhenti, karena
penghentian merokok disertai dengan perbaikan perfusi serebral dan
fungsi kognitif.
v Obat untuk demensia
- Cholinergic-enhancing agents
Untuk terapi demensia jenis Alzheimer, telah banyak dilakukan
penelitian. Pemberian cholinergic-enhancing agents menunjukkan hasil
yang lumayan pada beberapa penderita; namun demikian secara keseluruhan
tidak menunjukkan keberhasilan sama sekali. Hal ini disebabkan oleh
kenyataan bahwa demensia alzheimerntidak semata-mata disebabkan oleh
defisiensi kolinergik; demensia ini juga disebabkan oleh defisiensi
neurotransmitter lainnya. Sementara itu, kombinasi kolinergik dan
noradrenergic ternyata bersifat kompleks; pemberian obat kombinasi ini
harus hati-hati karena dapat terjadi interaksi yang mengganggu sistem
kardiovaskular.
- Cholinedan lecithin
Defisit asetilkolin di korteks dan hipokampus pada demensia Alzheimer
dan hipotesis tentang sebab dan hubungannya dengan memori mendorong
peneliti untuk mengarahkan perhatiannya pada neurotransmitter. Pemberian
prekursor, cholinedan lecithin merupakan salah satu pilihan dan memberi
hasil lumayan, namun demikian tidak memperlihatkan hal yang istimewa.
Dengancholine ada sedikit perbaikan terutama dalam fungsi verbal dan
visual. Denganlecith in hasilnya cenderung negatif, walaupun dengan
dosis yang berlebih sehingga kadar dalam serum mencapai 120 persen dan
dalam cairan serebrospinal naik sampai 58 persen.
- Neuropeptide, vasopressin dan ACTH
Pemberian neuropetida, vasopressin dan ACTH perlu memperoleh
perhatian. Neuropeptida dapat memperbaiki daya ingat semantik yang
berkaitan dengan informasi dan kata-kata. Pada lansia tanpa gangguan
psiko-organik, pemberian ACTH dapat memperbaiki daya konsentrasi dan
memperbaiki keadaan umum.
- Nootropic agents
Dari golongan nootropic substances ada dua jenis obat yang sering
digunakan dalam terapi demensia, ialahnicer goline dan co-dergocrine
mesylate. Keduanya berpengaruh terhadap katekolamin. Co-dergocrine
mesylate memperbaiki perfusi serebral dengan cara mengurangi tahanan
vaskular dan meningkatkan konsumsi oksigen otak. Obat ini memperbaiki
perilaku, aktivitas, dan mengurangi bingung, serta memperbaiki kognisi.
Disisi lain,nicergoline tampak bermanfaat untuk memperbaiki perasaan
hati dan perilaku.
- Dihydropyridine
Pada lansia dengan perubahan mikrovaskular dan neuronal, L-type
calcium channels menunjukkan pengaruh yang kuat. Lipophilic
dihydropyridine bermanfaat untuk mengatasi kerusakan susunan saraf pusat
pada lansia. Nimodipin bermanfaat untuk mengembalikan fungsi kognitif
yang menurun pada lansia dan demensia jenis Alzheimer. Nimodipin
memelihara sel-sel endothelial/kondisi mikrovaskular tanpa dampak
hipotensif; dengan demikian sangat dianjurkan sebagai terapi alternatif
untuk lansia terutama yang mengidap hipertensi esensial
- 10. Pencegahan dan Perawatan
Hal yang dapat kita lakukan untuk menurunkan resiko terjadinya
demensia diantaranya adalah menjaga ketajaman daya ingat dan senantiasa
mengoptimalkan fungsi otak, seperti :
- Mencegah masuknya zat-zat yang dapat merusak sel-sel otak seperti alkohol dan zat adiktif yang berlebihan
- Membaca buku yang merangsang otak untuk berpikir hendaknya dilakukan setiap hari.
- Melakukan kegiatan yang dapat membuat mental kita sehat dan aktif
- Kegiatan rohani & memperdalam ilmu agama.
- Tetap berinteraksi dengan lingkungan, berkumpul dengan teman yang memiliki persamaan minat atau hobi
- Mengurangi stress dalam pekerjaan dan berusaha untuk tetap relaks
dalam kehidupan sehari-hari dapat membuat otak kita tetap sehat.
- B. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
- 1. Pengkajian
Tanda dan Gejala yang ditemukan pada saat melakukan pengkajian pada pasien dengan demensia adalah sebagai berikut :
- Kesukaran dalam melaksanakan kegiatan sehari-hari
- Pelupa
- Sering mengulang kata-kata
- Tidak mengenal dimensi waktu, misalnya tidur di ruang makan
- Cepat marah dan sulit di atur.
- Kehilangan daya ingat
- Kesulitan belajar dan mengingat informasi baru
- Kurang konsentrasi
- Kurang kebersihan diri
- Rentan terhadap kecelakaan: jatuh
- Tremor
- Kurang koordinasi gerakan.
- 2. Diagnosa keperawatan
1) Perubahan proses pikir berhubungan dengan perubahan fisiologis
(degenerasi neuron ireversibel) ditandai dengan hilang ingatan atau
memori, hilang konsentrsi, tidak mampu menginterpretasikan stimulasi dan
menilai realitas dengan akurat.
2) Perubahan persepsi sensori berhubungan dengan perubahan
persepsi, transmisi atau integrasi sensori (penyakit neurologis, tidak
mampu berkomunikasi, gangguan tidur, nyeri) ditandai dengan cemas,
apatis, gelisah, halusinasi.
3) Sindrom stress relokasi berhubungan dengan perubahan dalam
aktivitas kehidupan sehari-hari ditandai dengan kebingungan,
keprihatinan, gelisah, tampak cemas, mudah tersinggung, tingkah laku
defensive, kekacauan mental, tingkah laku curiga, dan tingkah laku
agresif.
4) Perubahan pola tidur berhubungan dengan perubahan pada sensori
ditandai dengan keluhan verbal tentang kesulitan tidur, terus-menerus
terjaga, tidak mampu menentukan kebutuhan/ waktu tidur.
5) Kurang perawatan diri berhubungan dengan penurunan kognitif,
frustasi atas kehilangan kemandiriannya ditandai dengan penurunan
kemampuan melakukan perawatan diri.
6) Koping individu tidak efektif berhubungan dengan pemecahan
masalah tidak adekuat ditandai dengan cepat marah, curiga, mudah
tersinggung.
7) Hambatan komunikasi verbal berhubungan dengan perubahan persepsi ditandai dengan disorientasi tempat, orang dan waktu.
8) Risiko terhadap perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan mudah lupa, kemunduran hobi, perubahan sensori.
9) Risiko terhadap cedera berhubungan dengan kesulitan keseimbangan, kelemahan, otot tidak terkoordinasi, aktivitas kejang.
- 3. Perencanaan
No
|
Diagnosa keperawatan
|
Tujuan dan kriteria hasil
|
Intervensi
|
Rasional
|
1 |
Perubahan proses pikir berhubungan dengan
perubahan fisiologis (degenerasi neuron ireversibel) ditandai dengan
hilang ingatan atau memori, hilang konsentrsi, tidak mampu
menginterpretasikan stimulasi dan menilai realitas dengan akurat. |
Setelah diberikan tindakan keperawatan
diharapkan klien mampu mengenali perubahan dalam berpikir dengan
KH:- Mampu memperlihatkan kemampuan kognitifuntuk menjalani
konsekuensi kejadian yang menegangkan terhadap emosi dan pikiran tentang
diri
- Mampu mengembangkan strategi untuk mengatasi anggapan diri yang negative
- Mampu mengenali perubahan dalam berpikir atau tingkah laku dan factor penyebab
- Mampu memperlihatkan penurunan tingkah laku yang tidak diinginkan, ancaman, dan kebingungan |
- Kembangkan lingkungan yang mendukung dan hubungan klien-perawat yang terapeutik
- Kaji derajat gangguan kognitif, seperti perubahan orientasi, rentang
perhatian, kemampuan berpikir. Bicarakan dengan keluarga mengenai
perubahan perilaku
- Pertahankan lingkungan yang menyenangkan dan tenang
- Lakukan pendekatan dengan cara perlahan dan tenang
- Tatap wajah ketika berbicara dengan klien
- Panggil klien dengan namanya
- Gunakan suara yang agak rendah dan berbicara dengan perlahan pada klien
- Gunakan kata-kata pendek, kalimat dan Ulangi instruksi tersebut sesuai kebutuhan
- Berhenti sejenak di antara kalimat/pertanyaan. Beri isyarat tertentu, gunakan kalimat terbuka
- Dengarkan dengan penuh perhatian pembicaraan klien. Interpretasikan pertanyaan, arti, dan kata. Beri kata yang benar
- Hindari kritikan, argumentasi, dan konfrontasi negative
- Gunakan distraksi. Bicarakan tentang kejadian yang sebenarnya saat
klien mengungkapkan ide yang salah, jika tidak meningkatkan kecemasan
- Hindari klien dari aktivitas dan komunikasi yang dipaksakan
- Gunakan hal yang humoris saat berinteraksi pada klien
- Mengurangi kecemasan dan emosional, seperti kemarahan, meningkatkan
pengembangan evaluasi diri yang positif dan mengurangi konflik
psikologis
- Memberikan dasar perbandingan yang akan datang dan memengaruhi
rencan intervensi. Catatan: evaluasi orientasi secara berulang dapat
meningkatkan respon yang negative/tingkat frustasi
- Kebisingan merupakan sensori berlebihan yang meningkatkan gangguan neuron
- Pendekatan terburu-buru menyebabkan klien bingung, kesalahan persepsi/perasaan, terancam
- Menimbulkan perhatian, terutama pada klien dengan gangguan perceptual
- Nama adalah bentuk identitas diri dan menimbulkan pengenalan terhadap realita dan klien
- Meningkatkan pemahaman. Ucapan tinggi dank eras menimbulkan stress/marah yang mencetuskan konfrontasi dan respons marah
- Seiring perkembangan penyakit, pusat komunikasi dalam otak terganggu
sehingga menghilangkan kemampuan klien dalam respons penerimaan pesan
dan percakapan secara keseluruhan
- Menimbulkan respons verbal, meningkatkan pemahaman. Isyarat menstimulasi komunikasi, memberi pengalaman positif
- Mengarahkan perhatian dan penghargaan. Membantu klien dengan alat bantu proses kata dalam menurunkan frustasi
- Provokasi menurunkan harga diri dan merupakan ancaman yang mencetuskan agitasi yang tidak sesuai
- Lamunan membantu dalam meningkatkan disorientasi. Orientasi pada
realita meningkatkan perasaan realita klien, penghargaan diri dan
kemuliaan (kebahagiaan) personal
- Keterpaksaan menurunkan keikutsertaan dan meningkatkan kecurigaan, delusi
- Tertawa membantu dalam komunikasi dan meningkatkan kestabilan emosi
|
|
2 |
Perubahan persepsi sensori berhubungan
dengan perubahan persepsi, transmisi atau integrasi sensori (penyakit
neurologis, tidak mampu berkomunikasi, gangguan tidur, nyeri) ditandai
dengan cemas, apatis, gelisah, halusinasi. |
Setelah diberikan tindakan keperawatan
diharapkan perubahan persepsi sensori klien dapat berkurang atau
terkontrol dengan KH:- Mengalami penurunan halusinasi
- Mengembangkan strategi psikososial untuk mengurangi stress atau mengatur prilaku.
- Mendemonstrasikan respon yang sesuai stimulasi
- Perawat mampu mengidentifikasi factor eksternal yang berperan terhadap perubahan
- kemampuan persepsi sensori |
- kembangkan lingkungan yang suportif dan hubungan perawat –klien terapeutik
- Bantu klien untuk memahami halusinasi
- beri informasi tentang sifat halusinasi ,hubungannya dengan
stresor/pengalaman emosional yang traumatic,pengobatan dan cara
mengatasi
- kaji derajat sensori atau gangguan persepsi dan bagaimana hal
tersebut mempengaruhi klien termasuk penurunan penglihatan atau
pendengaran
- ajarkan strategi untuk mengurangi stress
- anjurkan untuk menggunakan kaca mata atau alat bantu pendengaran sesuai keperluan
- Meningkatkan kenyamanan dan menurunkan kecemasan pada klien
- Meningkatkan koping dan menurunkan halusinasi
- Untuk membantu klien dalam memahami halusinasi
|
- Keterlibatan otak memperlihatkan masalah yang bersifat asimetris
menyebabkan klien kehilangan kemampuan pada salah satu sisi tubuh
(gangguan unilateral). Klien tidak dapat mengenali rasa lapar
- Untuk menurunkan kebutuahan akan halusinasi
- Meningkatkan masukan sensori,membatasi /menurunkan kesalahan interpretasi stimulasi
|
3 |
Sindrom stress relokasi berhubungan dengan
perubahan dalam aktivitas kehidupan sehari-hari ditandai dengan
kebingungan, keprihatinan, gelisah, tampak cemas, mudah tersinggung,
tingkah laku defensive, kekacauan mental, tingkah laku curiga, dan
tingkah laku agresif. |
Setelah diberikan tindakan keperawatan
diharapkan klien dapat beradaptasi dengan perubahan aktivitas sehari-
hari dan lingkungan dengan KH :- Mengidentifikasi perubahan
- Mampu beradaptasi pada perubahan lingkungan dan aktivitas kehidupan sehari- hari
- Mempertahankan rasa berharga pada diri dan identitas pribadi yang positif
- Membuat pernyataan positif tentang lingkungan yang baru
- Memperlihatkan penerimaan terhadap perubahan lingkungan dan penyesuaian kehidupan
- Mampu menunjukan tentang perasaan yang sesuai/tidak cemas dan rasa takut berkurang
- Tidak menyimpan pengalaman menyakitkan
- Menggunakan bantuan dari sumber yang tepat selama waktu pengaturan pada lingkungan baru |
- Jalin hubungan saling mendukung dengan klien
- Orientasikan pada lingkungan dan rutinitas baru
- Kaji tingkat stressor (seperti penyesuaian diri, krisis perkembangan, peran keluarga, akibat perubahan status kesehatan)
- Tempatkan pada ruangan pribadi jika mungkin dan bergabung dengan
orang terdekat dalam aktivitas perawatan, waktu makan, dan sebaginya
- Tentukan jadwal aktivitas yang wajar dan masukkan dalam kegiatan rutin
- Identifikasi kekuatan klien yang dimiliki sebelumnya
- Berikan penjelasan dan informasi yang menyenangkan mengenai kegiatan/peristiwa
- Catat tingkah laku, munculnya perasaan curiga/paranoid, mudah tersinggung, defensive
- Pertahankan keadaan tenang. Tempatkan dalam lingkungan tenang yang memberikan kesempatan untuk “beristirahat”
- Atasi tingkah laku agresif dengan pendekatan yang tenang
- Gunakan sentuhan jika tidak mengalami paranoid/sedang mengalami agitasi sesaat
- Rujuk ke sumber pendukung perawatan diri
- Untuk membangun kepercayaan dan rasa aman
- Menurunkan kecemasan dan perasaan terganggu
- Untuk menentukan persepsi klien tentang kejadian dan tingkat serangan
- Perawatan di rumah sakit mengubah aktivitas klien dan meningkatkan
masalah tingkah laku. Memberi kesempatan mengontrol lingkungan dan
melindungi dari kelainan tingkah laku
- Konsistensi mengurangi kebingungan dan meningkatkan rasa kebersamaan
- Memfasilitasi bantuan dengan komunikasi dan manajemen dari kekurangan sekarang serta selanjutnya
- Menurunkan ketegangan, mempertahankan rasa saling percaya dan
orientasi. Saat klien mengetahui secara perlahan tentang apa yang
terjadi, koping klien akan meningkat
- Stress meningkat, rasa tidak nyaman/nyeri fisik dan kelelahan
mencetuskan penurunan tingkah laku dan gangguan komunikasi. Perilaku
katastropik ini menimbulkan panic dan rasa bermusuhan
- Menenangkan situasi dan member klien waktu untuk memperoleh kendali terhadap perilaku dan emosinya
- Rasa diterima menurunkan rasa takut, dan respons agresif
- Memberikan keyakinan, menuunkan stress, dan meningkatkan kualitas hidup
- Meningkatkan perasaan, dukungan selama penyesuaian
|
|
4 |
Perubahan pola tidur berhubungan dengan
perubahan lingkungan ditandai dengan keluhan verbal tentang kesulitan
tidur, terus-menerus terjaga, tidak mampu menentukan kebutuhan/ waktu
tidur. |
Setelah dilakukan tindakan keperawatan
diharapkan tidak terjadi gangguan pola tidur pada klien dengan KH
:- Memahami factor penyebab gangguan pola tidur
- Mampu menentukan penyebab tidur inadekuat
- Mampu memahami rencana khusus untuk menangani/mengoreksi penyebab tidur tidak adekuat
- Mampu menciptakan pola tidur yang adekuat dengan penurunan terhadap pikiran yang melayang-layang (melamun)
- Tampak atau melaporkan dapat beristirahat yang cukup |
- Jangan menganjurkan klien tidur siang apabila berakibat efek negative terhadap tidur pada malam hari
- Evaluasi efek obat klien (steroid ,diuretik) yang mengganggu tidur
- Tentukan kebiasaan dan rutinitas waktu tidur malam dengan kebiasaan klien (memberi susu hangat)
- Memberika lingkungan yang nyaman untuk meningkatkan tidur (mematikan
lampu, ventilasi ruang adekuat, suhu yang sesuai, menghindari
kebisingan)
- Buat jadwal intervensi untuk memungkinkan waktu tidur lebih lama(memeriksa tanda vital, mengubah posisi)
- Berikan kesempatan untuk tidur sejenak, anjurkan latihan saat siang hari, turunkan aktivitas mental/fisik pada sore hari
- Hindari penggunaan “pengikatan” secara terus menerus
- Evaluasi tingkat stress/orientasi sesuai perkembangan hari demi hari
- Buat jadwal tidur secara teratur. Katakan pada klien bahwa saat ini adalah waktu untuk tidur
- Berikan makanan kecil sore hari, susu hangat, mandi, dan masase punggung
- Turunkan jumlah minuman sore. Lakukan berkemih sebelum tidur
- Putarkan musik yang lembut atau “suara yang jernih”
- Irama sirkadian (siklus tidur-bangun)yang tersinkronisasi disebabkan oleh tidur siang yang singkat
- Derangement psikis terjadi bila terdapat penggunaan kortikosteroid, termasuk perubahan mood, insomnia
- Mengubah pola yang sudah terbiasa dari asupan makan klien pada malam hari terbukti mengganggu tidur
- Hambatan kortikal pada formasi reticular akan berkurang selama
tidur, emningkatkan respons otomatik, karenanya respons kardiovaskular
terhadap suara meningkat selama tidur
- Gangguan tidur terjadi dengan seringnya tidur dan mengganggu
pemulihan sehubungan dengan gangguan psikologis dan fisiologis, sehingga
irama sirkadian terganggu
- Aktivitas fisik dan mental yang lama mengakibatkan kelelahan yang
dapat meningkatkan kebingungan, aktivitas yang terprogram tanpa
stimulasi berlebihan meningkatkan waktu tidur
- Risiko gangguan sensori, meningkatkan agitasi dan menghambat waktu istirahat
- Peningkatan kebingungan, disorientasi, tingkah laku tidak kooperatif (sindrom sundower) dapat mengurangi tidur
- Penguatan bahwa saatnya tidur dan mempertahankan kestabilan
lingkungan. Catatan : penundaan waktu tidur diindikasikan agar klien
membuang kelebihan energy dan memfasilitasi tidur
- Meningkatkan relaksasi dengan perasaan mengantuk
- Menurunkan kebutuhan akan bangun untuk berkemih selama malam hari
- Menurunkan stimulasi sensori dengan menghambat suara lain dari lingkungan sekitar yang akan menghambat tidur
|
|
5 |
Kurang perawatan diri berhubungan dengan
intoleransi aktivitas, menurunnya daya tahan dan kekuatan ditandai
dengan penurunan kemampuan melakukan aktivitas sehari-hari. |
Setelah diberikan tindakan keperawatan
diharapkan klien dapat merawat dirinya sesuai dengan kemampuannya dengan
KH :- Mampu melakukan aktivitas perawatan diri sesuai dengan tingkat
kemampuan.
- Mampu mengidentifikasi dan menggunakan sumber pribadi/ komunitas yang dapat memberikan bantuan. |
- Identifikasi kesulitan dalam berpakaian/ perawatan diri, seperti:
keterbatasan gerak fisik, apatis/ depresi, penurunan kognitif seperti
apraksia.
- Identifikasi kebutuhan kebersihan diri dan berikan bantuan sesuai
kebutuhan dengan perawatan rambut/kuku/ kulit, bersihkan kaca mata, dan
gosok gigi.
- Perhatikan adanya tanda-tanda nonverbal yang fisiologis.
d. Beri banyak waktu untuk melakukan tugas.
- Bantu mengenakan pakaian yang rapi dan indah.
|
a. Memahami penyebab yang mempengaruhi
intervensi. Masalah dapat diminimalkan dengan menyesuaikan atau
memerlukan konsultasi dari ahli lain.b.Seiring perkembangan penyakit,
kebutuhan kebersihan dasar mungkin dilupakan.
c. Kehilangan sensori dan penurunan fungsi bahasa menyebabkan klien
mengungkapkan kebutuhan perawatan diri dengan cara nonverbal, seperti
terengah-engah, ingin berkemih dengan memegang dirinya.
- Pekerjaan yang tadinya mudah sekarang menjadi terhambat karena penurunan motorik dan perubahan kognitif.
e. Meningkatkan kepercayaan untuk hidup. |
6. |
Koping individu tidak efektif berhubungan
dengan pemecahan masalah tidak adekuat ditandai dengan cepat marah,
curiga, mudah tersinggung. |
Setelah diberikan asuhan keperawatan
diharapkan koping individu menjadi efektif dengan kriteria hasil
:- Mampu menyatakan atau mengkomunikasikan dengan orang terdekat
tentang situasi dan perubahan yang sedang terjadi
- Mampu menyatakan penerimaan diri terhadap situasi
- Mengakui dan menggabungkan perubahan ke dalam konsep diri dengan cara yang akurat tanpa haraga diri yang negatif |
- Kaji perubahan dari gangguan persepsi dan hubungan dengan derajat ketidakmampuan
- Dukung kemampuan koping
- Pernyataan pengakuan terhadap penolakan tubuh, mengingatkan kembali
fakta kejadian tentang realitas bahwa masih dapat menggunakan sisi yang
sakit dan belajar mengontrol sisi yang sehat
- Beri dukungan psikologis secara menyeluruh
- Bentuk program aktivitas pada keseluruhan hari
- Anjurkan orang yang terdekat untuk mengizinkan klien melakukan hal-hal untuk dirinya semaksimal mungkin
- Dukung perilaku atau usaha seperti peningkatan minat atau partisipasi dalam aktivitas rehabilitasi
- Monitor gangguan tidur peningkatan konsentrasi, letargi, dan withdrawal
Kolaborasi
- Rujuk pada ahli neuropsikologi dan konseling bila ada indikasi
|
a. Menentukan bantuan individual dalam
menyusun rencana perawatan atau pemilihan intervensib. Kepatuhan
terhadap program latihan dan berjalan membantu memperlambat kemajuan
penyakit. Dukungan dan sumber bantuan dapat diberikan melalui ketekunan
berdoa dan penekanan keluar terhadap aktivitas dengan mepertahankan
patisipasi aktif
c. Membantu klien untuk melihat bahwa perawat menerima kedua bagian
sebagai bagian dari seluruh tubuh. Mengizinkan klien untuk merasakan
adanya harapan dan mulai menerima situasi baru.
d.Klien Demensia sering merasa malu, apatis, tidak adekuat, bosan dan
merasa sendiri. Perasaan ini dapat disebabkan akibat keadaan fisik yang
lambat dan upaya yang besar dibutuhkan terhadap tugas-tugas kecil.
Klien dibantu dan didukung untuk mencapai tujuan yang ditetapkan
(seperti meningkatnya mobilitas)
e. Bentuk program aktivitas pada keseluruhan hari untuk mencegha
waktu tidur yang terlalu banyak yang dapat mengarah padda tidak adanya
keinginan dari apatis. Setiap upaya dibuat untuk mendukung klien keluar
darii tugas-tugas yang termasuk koping dengan kebutuhan mereka setiap
hari dan untuk membentuk klien mandiri. Apapun yang dilakukan hanya
untuk keamanan sewaktu mencapai tujuan dengan meningkatnya kemampuan
koping.
- Menghidupkan kembali perasaan kemandirian dan membantu perkembangan harga diri serta mempengaruhi proses rehabilitasi.
g. Klien dapat beradaptasi terhadap perubahan dan pengertian tentang peran individu masa mendatang.
h. Dapat mengindikasikan terjadinya depresi dimana memerlukan intervensi dan evaluasi lebih lanjut
Kolaborasi
- Dapat memfasilitasi perubahan peran yang penting untuk perkembangan
perasaan. Kerjasama fisioterapi, psikoterapi, terapi obat-obatan, dan
dukungan partisipasi kelompok dapat menolong mengurangi depresi yang
juga sering muncul pada kejadian ini.
|
7. |
Hambatan komunikasi verbal berhubungan dengan perubahan persepsi ditandai dengan disorientasi tempat, orang dan waktu. |
Setelah diberikan asuhan keperawatan,
diharapkan klien tidak mengalami hambatan komunikasi verbal dengan
kriteria hasil :- Membuat teknik/metode komunikasi yang dapat
dimengerti sesuai kebutuhan dan meningkatkan kemampuan berkomunikasi |
- Kaji kemampuan klien untuk berkomunikasi.
- Menentukan cara-cara berkomunikasi seperti mempertahankan kontak
mata, pertanyaan dengan jawaban ya atau tidak, menggunakan kertas dan
pensil/bolpoint, gambar, atau papan tulis; bahasa isyarat, penjelas arti
dari komunikasi yang disampaikan.
- Letakkan bel/lampu panggilan di tempat mudah dijangkau dan berikan
penjelasan cara menggunakannya. Jawab panggilan tersebut dengan segera.
Penuhi kebutuhan klien. Katakan kepada klien bahwa perawat siap membantu
jika dibutuhkan.
Kolaborasi
- Kolaborasi dengan ahli wicara bahasa.
- Untuk menentukan tingkat kemampuan klien dalam berkomunikasi.
- Untuk membantu proses berkomunikasi dengan klien, dan agar tidak terjadi miskomunikasi.
|
- Untuk memudahkan klien dalam memanggil perawat saat membutuhkan bantuan.
Kolaborasi
- Memberikan terapi bicara pada klien.
|
8. |
Risiko terhadap perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mudah lupa, kemunduran hobi, perubahn sensori. |
Setelah dilakukan tindakan keperawatan
diharapkan klien mendapat nutrisi yang seimbang dengan KH:-
Mengubah pola asupan yang benar.
- Mendapat diet nutrisi yang seimbang.
- Mempertahankan/ mendapat kembali berat badan yang sesuai.
- Ikut serta dalam aktifitas yang mempermudah koping adaptif. |
- Kaji pengetahuan klien/keluarga mengenai kebutuhan makan
- Usahakan/ berikan bantuan dalam memilih menu
- Berikan makanan kecil setiap jam sesuai kebutuhan
- Hindari makanan yang terlalu panas
Kolaborasi :
- Rujuk atau konsultasikan dengan ahli gizi
- Identifikasi kebutuhan untuk membantu perencanaan pendidikan
- Klien tidak mampu menentukan pilihan kebutuhan nutrisi
- Makan makanan kecil meningkatkan masukan yang sesuai
- Makan panas mengakibatkan mulut terbakar atau menolak untuk makan
|
- Bantuan diperlukan untuk mengembangkan keseimbangan diet dan menemukan kebutuhan / makan yang disukai
|
9. |
Risiko terhadap cedera berhubungan dengan kesulitan keseimbangan, kelemahan, otot tidak terkoordinasi, aktivitas kejang. |
Setelah dilakukan tindakan keperawatan
diharapkan Risiko cedera tidak terjadi dengan KH :-
Meningkatkan tingkat aktivitas
- Dapat beradaptasi dengan lingkungan untuk mengurangi risiko trauma/cedera
- Tidak mengalami trauma/cedera
- Keluarga mengenali potensial di lingkungan dan mengidentifikasi tahap-tahap untuk memperbaikinya |
- Kaji derajat gngguan kemampuan,tingkah laku impulsive dan penurunan
persepsi visual. Bantu keluarga mengidentifikasi risiko terjadinya
bahaya yang mungkin timbul
- Hilangkan sumber bahaya lingkungan
- Alihkan perhatian saat perilaku teragitasi
- Gunakan pakaian sesuai dengan lingkungan fisik/kebutuhan klien
- Kaji efek samping obat, tanda keracunan (tanda
ekstrapiramidal,hipotensi ortostatik,gangguan penglihatan, gangguan
gastrointestinal)
- Hindari penggunaan restrain terus-menerus. Berikan kesempatan keluarga tinggal bersama klien selama periode agitasi akut
|
- Mengidentifikasi risiko di lingkungan dan mempertinggi kesadaran
perawat akan bahaya. Klien dengan tingkah laku impulsif berisiko trauma
karena kurang mampu memgendalikan perilaku. Penurunan persepsi visual
berisiko terjatuh
- Klien dengan gangguan kognitif, gangguan persepsi adalah awal
terjadi trauma akibat tidak bertanggung jawab terhadap kebutuhan
keamanan dasar
- Mempertahankan keamanan dengan menghindari konfrontasi yang meningkatkan risiko terjadinya trauma
- Perlambatan proses metabolisme mengakibatkan hipotermia. Hipotalamus
dipengaruhi proses penyakit yang menyebabkan rasa kedinginan
- Klien yang tidak dapat melaporkan tanda/gejala obat dapat
menimbulkan kadar toksisitas pada lansia. Ukuran dosis/penggantian obat
diperlukan untuk mengurangi gangguan
- Membahayakan klien, meningkatkan agitasi dan timbul risiko fraktur
pada klien lansia (berhubungan dengan penurunan kalsium tulang)
|
- 4. Evaluasi
1) Mampu memperlihatkan kemampuan kognitif untuk menjalani konsekuensi.
2) Perubahan persepsi sensori tidak terjadi atau terkontrol.
3) Mampu beradaptasi pada perubahan lingkungan dan aktivitas.
4) Perubahan pola tidur tidak terjadi atau terkontrol.
5) Perawatan diri dapat terpenuhi.
6) Klien menyatakan penerimaan diri terhadap situasi
7) Teknik/metode klien komunikasi yang dapat dimengerti sesuai kebutuhan dan meningkatkan kemampuan berkomunikasi
8) Nutrisi klien seimbang
9) Risiko cedera tidak terjadi.
DAFTAR PUSTAKA
Kushariyadi.2010. Askep pada Klien Lanjut Usia. Jakarta: Salemba Medika
Lumbantobing. 2006. Kecerdasan Pada Usia Lanjut dan Demensia. Jakarta: FKUI
Nugroho,Wahjudi.1999. Keperawatan Gerontik.Edisi2.Buku Kedokteran. Jakarta: EGC
Stanley,Mickey. 2006. Buku Ajar Keperawatan Gerontik.Edisi2. Jakarta: EGC
Tidak ada komentar:
Posting Komentar