Pelatihan BTLS adalah pelatihan yang ditujukan kepada perawat dan atau
mahasiswa keperawatan tingkat akhir untuk meningkatkan pengetahuan dan
keterampilan dalam menangani penderita gawat darurat karena trauma.
Latar belakang Pro Emergency menyelenggarakan pelatihan ini karena
masih tingginya tingkat kematian dan kecacatan akibat kegawat-daruratan
(emergency case)pada
kejadian kecelakaan transportasi, industri, rumah tangga, gejolak
sosial (terorisme, konflik masyarakat, kejahatan dan kekerasan) dan
bencana yang tidak henti-hentinya melanda negeri ini.
Penyebab tingginya angka kematian dan kecacatan akibat kegawatdaruratan
tersebut adalah tingkat keparahan, kurang memadainya peralatan, sistem
yang belum memadai dan pengetahuan/keterampilan dalam penanggulangan
penderita gawat darurat kurang mumpuni. Pengetahuan penanggulangan
penderita gawat darurat memegang porsi besar dalam menentukan
keberhasilan pertolongan. Pada banyak kejadian banyak penderita gawat
darurat yang justeru meninggal atau mengalami kecacatan yang diakibatkan
oleh kesalahan dalam melakukan pertolongan (kesalahan petugas).
Oleh
karena itu perlu adanya peningkatan pengetahuan dan keterampilan
penanggulangan penderita gawat darurat pada perawat terutama yang
bekerja di Unit Gawat Darurat (UGD).
Seperti kita ketahui perawat
merupakan petugas yang berada digarda depan dalam penanggulangan
penderita gawat darurat. Oleh karena itu pengetahuan dan keterampilan
penanggulangan penderita gawat darurat trauma mutlak harus dikuasai.
Berikut ini adalah materi-materi yang dipelajari oleh peserta pada pelatihan BTLS for Nurse :
1. Introduction And Course Review
Pada
awal pelatihan peserta diajak untuk mengetahui GOAL dari pelatihan BTLS
for Nurse yaitu mengidentifikasi dan menangani masalah yang mengancam
nyawa penderita. Peserta juga diajak untuk mengetahui sejak dini
skenario dari pelatihan yang terdiri dari teori dan praktek.
2. Medical Emergency Response System
Ini
merupakan materi pertama pelatihan yang berisi tentang sistem
penanggulangan penderita gawat darurat secara terpadu. Sistem yang
dimaksud adalah penanggulangan yang berkesinambungan dari mulai fase pra
rumah sakit, fase rumah sakit dan paska rumah sakit. Materi ini juga
menekankan bahwa penanganan fase pra rumah sakit sangat penting untuk
meningkatkan keberhasilan pertolongan di fase rumah sakit. Keberhasilan
pertolongan di fase pra rumah sakit dan fase rumah sakit akan menentukan
fase paska rumah sakit, apakah penderita pulang dengan selamat (sembuh
total), cacat atau bahkan meninggal.
3. Basic Life Support
Basic
Life Support adalah penanggulangan penderita gawat darurat tanpa
menggunakan alat dan obat. Pada materi ini di fokuskan pada pengetahuan
dan keterampilan Resusitasi Jantung Paru (Cardio Pulmonary
Resucitation-CPR). Setiap peserta harus mampu menangani penderita yang
mengalami henti jantung dan henti napas dari mulai safety first, cek
respons, Minta tolong, Penanganan Airway, Breathing dan Circulation.
Prinsip penanganan DR ABC adalah pengetahuan dasar yang harus dipahami
oleh peserta. Proses CPR yang mengadopsi revisi yang dilakukan oleh
American Heart Association (AHA) pada tahun 2005.
4. Airway And Breathing : Basic And Advance
Berdasarkan
prioritas Airway, Breathing, Circulation (ABC) maka peserta harus
menguasai terlebih dahulu penilaian dan penanganan masalah-masalah yang
terjadi pada jalan napas dan pernapasan. Peserta harus memahami bahwa
sumbatan pada jalan napas merupakan pembunuh paling cepat dari pada
gangguan pada pernapasan. Goal dari materi ini peserta harus mengasai
teknik pembebasan jalan napas yang terdiri dari chinlift, jaw trust,
pemasangan Oro-Naso pharyngeal Air Way, Suctioning, Pemasangan ETT (Endo
Tracheal Intubation) dan Nedle Crycothyroidotomy.
5. Circulation And Shock
Setelah
menguasai penanganan Airway-Breathing maka selanjutnya peserta harus
menguasai tentang indentifikasi masalah pada sirkulasi. Pada sesi ini
terutama dikaji mengenai syok haemoragik yang diakibatkan oleh trauma.
Peserta harus mampu menjelaskan derajat syok berdasarkan kehilangan
darah dan tanda vital yang bisa dikenali. Peserta juga harus mampu
mengenali tanda syok secara cepat dan melakukan resusitasi cairan.
6. Initial Assessment And Management of The Trauma Patients
Pengetahuan
peserta mengenai ABC akan dimanifestasikan secara terintegrasi dalam
Initial Assessment And Management. Prinsip ABC merupakan modal dalam
menangani penderita gawat darurat dalam rangka life saving baik
secara berurutan berdasar prioritas maupun secara simultan. Secara
garis besar Initial Assessment and Management terbagi dalam Primary
Survey dan Secondary Survey.
7. Mechanism Of Injury
Mechanism
of Injury adalah proses sebelum, saat dan setelah terjadinya trauma
(kecelakaan). Hal ini penting untuk dipelajari sebagai penilaian awal
kemungkinan cedera yang bisa terjadi pada penderita akibat dari
kecelakaan tersebut. Sebagai contoh orang dengan riwayat pengendara
sepeda motor yang tertabrak mobil dan terpental sejauh 20 meter
kemungkinan akan mengalami multiple trauma termasuk cedera kepala dan
curiga mengalami patah tulang leher (servical fracture).
8. Head Trauma
Benturan
kepala dengan objek pada saat terjadi kecelakaan akan mengakibatkan
cedera kepala baik ringan, sedang ataupun berat. Cedera pada kepala akan
mengakibatkan gangguan kesadaran. Selain itu cedera pada kepala
disertai penurunan kesadaran menimbulkan kecurigaan pada cedera tulang
belakang. Sehubungan dengan kesadaran maka peserta harus menguasai
penghitungan skor glasgow Coma Scale (GCS) atau dengan teknik cepat AVPU
(Alert, verbal, Pain, Unrespons)
9. Spinal Trauma
Tulang
belakang (Spinal) terdiri dari Servikal, Thorakal, Lumbal, Sacral, dan
Koksigis. Cedera pada tulang belakang yang tidak ditangani dengan benar
(misal : pengangkatan yang sembarangan) akan mengakibatkan cedera
tambahan (cedera sekunder) seperti kelumpuhan, henti napas, henti
jantung bahkan samapi dengan kematian. Oleh karena itu peserta harus
menguasai teknik stabilisasi servikal, penggunaal Long Spine Board,
Teknik Log Roll, termasuk teknik mengeluarkan penderita dari medan sulit
di TKP dengan teknik ekstrikasi yang benar.
10. Thoracic Trauma
Cedera
pada dada akan berpengaruh pada fungsi pernapasan penderita. Peserta
harus mampu mengenali masalah cedera dada yang mengancam nyawa seperti
Tension Pneumothorak, Open Pneumothorak, dan Tamponade jantung.
Keterampilan yang harus dikuasai oleh peserta pada cedera dada
diantaranya teknik pemberian oksigen dan melakukan Chest Decompresi
dengan Nedle Thorakocintesis.
11. Abdominal Trauma
Trauma
Abdomen seringkali mengakibatkan gangguan pada sirkulasi. Didalam
abdomen terdapat organ hati, ginjal, usus, lambung, limpa dan Aorta.
Apabila organ tersebut mengalami benturan atau luka tembus maka akan
mengakibatkan perdarahan yang hebat. Keadaan yang sulit dikenali sebagai
keadaan yang mengancam nyawa adalah luka tumpul (benturan) yang
mengakibatkan perdarahan dalam. Hal ini karena perdarahan tersebut tidak
bisa dilihat dengan mata telanjang dari luar. Seringkali apabila
keadaan ini tidak bisa dikenali dengan segera akan membahayakan jiwa
penderita.
12. Musculosceletal Trauma
Materi ini membahas tentang Fraktur, Strain, Sprain, Luka dan Perdarahan. Pada sesi ini peserta harus mampu melakukan Splinting dan Bandaging (Balut-Bidai) dengan benar.
13. Thermal Trauma (Burn)
Peserta harus mampu mengenali luas luka bakar dengan rumus Rule Of Nine dan
mengenali derajat luka bakar berdasarkan kedalaman luka. Peserta juga
harus mampu menangani penderita luka bakar termasuk melakukan resusitasi
cairan sesuai dengan rumus Baxter.
14. Extrication, Stabilization And Transfering Of The Patients
Selain
penanganan di dalam UGD Rumah sakit peserta juga harus mampu melakukan
penanganan di lokasi kejadian. Oleh karena itu kepada peserta diajarkan
cara melakukan Ekstrikasi (mengeluarkan penderita dari medan Sulit),
Stabilisasi setelah penderita berada ditempat aman dan Transportasi dari
TKP ke Rumah sakit rujukan.
15. Triage
Triage
adalah pemilahan penderita untuk menentukan prioritas penanganan.
Apabila jumlah penderita banyak sedangkan penolong dan peralatannya
terbatas (misal : pada bencana) maka dilakukan teknik Simple Triage And Rapid Treatment (START) dengan prioritas penderita dengan tingkat survival (harapan hidup) paling tinggi. Sedangkan apabila sumberdaya penolong memadai maka prioritas pertolongan adalah penderita yang paling gawat terlebih dahulu.
16. Drill And Exercise
Pelatihan
ini mengedepankan kemampuan keterampilan dan pemahaman terhadap sistem
pertolongan. Oleh karena itu selain harus melalui Skill Station peserta
juga harus menyelesaikan Drill/latihan menangani penderita yang
dikondisikan seperti keadaan yang sesungguhnya.