Kelelahan
adalah gejala umum pada pasien MS, hal ini dialami oleh 90 % dari
pasien tersebut. Kelelahan ini diikuti dengan adanya gejala pada traktus
piramidal dan waktu reaksi memori, namun hal ini berbeda dari depresi.46 – 48
Pasien dengan MS disertai kelelahan mengalami peninggian reduksi
metabolisme glukosa pada bagian lateral maupun medial prefrontal,
premotor cortex, putamen, dan daerah suplementary motor.
Kelelahan
adalah gejala umum pada pasien MS, hal ini dialami oleh 90 % dari
pasien tersebut. Kelelahan ini diikuti dengan adanya gejala pada traktus
piramidal dan waktu reaksi memori, namun hal ini berbeda dari depresi.46 – 48
Pasien dengan MS disertai kelelahan mengalami peninggian reduksi
metabolisme glukosa pada bagian lateral maupun medial prefrontal,
premotor cortex, putamen, dan daerah suplementary motor.
Pada autopsi, terlihat adanya lesi dengan ukuran yang berbeda-beda yang terdistribusi
melalui jalur substansia alba CNS. Hal ini terutama pada daerah sekitar
ventrikel dan diantara badan nukleus caudatus dan corpus callosum yang
terhubung dengan wetter winkle atau ”storm center”50.
Bagaimanapun, lesi ini mungkin akan terlihat jelas dimanapun dengan
substansia alba dari hemispher corpus callosum yang berada di
mesencephalon, ponds, medulla oblongata, cerebellum dan medulla
spinalis. Hal ini terutama dipengaruhi oleh nervus opticus. Pada lesi
papula MS didapati adanya aktivitas inflamasi, demyelinisasi, dan
gliosis. Pada infiltrat inflamasi didapati adanya limfosit dan monosit
di daerah sekitar ventrikel dan leptomeninx; pada lesi parenkim didapati
adanya limfosit, monosit dan makrofag. Transeksi axon umum pada lesi
aktif.7
Penatalaksanaan
MS dapat melalui rehabilitasi untuk menjaga atau memperbaiki aktivitas
kehidupan sehari-hari agar tetap berlangsung; terapi anti-inflamasi
dengan steroid dan imunomudulator; dan penatalaksanaan gejala
neuropsikiatrik dengan bahan psikotropik. Hormon adrenocorticotrophic
dan steroid tidak memiliki pengaruh yang lama pada penderita MS tapi
tampak lebih singkat pada penderita yang penyakitnya berulang.
Komplikasi neuropsikiatrik dari penggunaan steroid dapat berupa gangguan psikis dan kekacauan mental.51
Immunomuodulasi dapat menunjukkan pengurangan jumlah kambuhan dan
derajat kecacatan pada pasien yang mengalami MS kambuhan.
Immunomodulator mengandung glatiramer asetat (diberikan melalui subkutan
setiap hari), interferon β – 1b (diberikan melalui subkutan setiap hari
tertentu), interferon β – 1a (diberikan melalui intramuscular setiap
minggu), dan mitoxantrone (diberikan setiap 3 bulan melalui intravena)
(tabel 26.5).52-56 Gejala depresi dilaporkan sebagai
komplikasi dari pemberian interferon β – 1b (bab 14). Kelelahan pada MS
mungkin terjadi pada pemberian amantadin atau pemolin.57,58 Pengobatan depresi pada pasien MS dengan pemberian
inhibitor serotonin selektif, antidepressant tricyclic, atau inhibitor
oksidasi monoamine pada umumnya berhasil mengurangi gejala depresi.59-61 Psikoterapi dapat menjadi pilihan pada pasien tertentu yang dapat mengubah penyakit mereka.
Multiple sklerosis harus dibedakan dari berbagai
jenis kelainan substansia alba lainnya (tabel 26.6). Demyelinasi,
infeksi, racun, vascular, genetik, inflamasi, metabolisme, neoplastik,
dan proses hydrocephalis dapat menjadi hasil yang menambah tanda pada T2
– weighted MRI dan fakta dari demyelinasi pada autopsi. Tidak ada
pathognomonic neurobehavioral atau gejala neuropsikiatri pada kelainan
substansia alba, tapi bradykinesia (perlambatan kognisi), attensi yang
tidak normal, penurunan bahkan kerusakan kemampuan memori dengan
prosedur memori yang utuh, tidak berfungsinya visuospatial, dan rusaknya
pelaksana kognitif dengan kemampuan berbahasa yang merupakan tipe dari
syndrom kognitif dengan penyakit substantia alba.63