selamat datang
Kampus ku
Pesan Kami
DATA
Postingan
Komentar
Komentar
Total Tayangan Halaman
Like Facebook
Sabtu, 10 Maret 2012
Senin, 05 Maret 2012
SATUAN ACARA PENYULUHAN PROMOSI KESEHATAN DALAM PRAKTEK PENYAKIT GANGGUAN REPRODUKSI TENTANG ENDOMETRIOSIS PADA WANITA SUBUR
I. IDENTIFIKASI MASALAH
Endometriosis
merupakan penyakit yang hanya diderita kaum perempuan. Prevalensi
endometriosis cenderung meningkat setiap tahun, walaupun data pastinya
belum dapat diketahui. Menurut Jacoeb (2007), angka kejadian di
Indonesia belum dapat diperkirakan karena belum ada studi epidemiologik,
tapi dari data temuan di rumah sakit, angkanya berkisar 13,6-69,5% paa
kelompok infertilitas. Jika dikaitkan dengan jumlah penduduk sekarang,
ditemukan sekitar 13 juta penderita endometriosis pada usai produktif.
Kaum perempuan perlu waspada pada usai produktif yang seringkali
ditandai dengan nyeri hebat pada saat haid.
Penyebab
endometriosis dapat disebabkan oleh kelainan genetik, gangguan sistem
kekebalan yang memungkinkan sel ondometrium melekt dan berkembang, serta
pengaruh-pengaruh dari lingkungan. Sumber lain menyebutkan bahwa
pestisida dalam makanan dapat menyebabkan ketidakseimbangan hormon.
Faktor-faktor lingkungan seperti pemakaian wadah plastik, microwave, dan alat memasak dengan jenis tertentu dapat menjadi penyebab endometriosis (Wood, 2008).
Penyakit endometriosis umumnya muncul pada usia reproduktif. Angka kejadian endometriosis mencapai 5-10% pada wanita umumnya dan lebih dari 50% terjadi padawanita perimenopause .Gejala
endometriosis sangat tergantung pada letak sel endometrium ini
berpindah.Yang paling menonjol adalah adanya nyeri pada panggul,
sehingga hampir 71-87% kasus didiagnosa akibat keluhan nyeri kronis hebat pada saat haid, dan hanya38% yang muncul akibat keluhan infertil (mandul). Tetapi ada juga yang melaporkan pernah terjadi pada masa menopause dan bahkan ada yang melaporkan terjadi pada 40% pasien histerektomi (pengangkatan rahim). Selain itu juga 10% endometriosis ini dapat muncul pada mereka yang mempunyai riwayat endometriosis dalam keluarganya (Widhi, 2007).
II. PENGANTAR
Bidang studi :
III. TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM (TIU)
Setelah mengikuti kegiatan penyuluhan diharapkan keluarga dapat memahami dan mengerti tentang Endometriosis pada wanita subur.
IV. TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS (TIK)
Setelah mengikuti kegiatan penyuluhan keluarga dapat menjelaskan kembali :
a. Pengertian Endometriosis
b. Penyebab
c. Tanda gejala
d. Faktor resiko
e. Pengobatan
V. MATERI
Terlampir
VI. METODE
1. Ceramah
2. Tanya jawab
VII. MEDIA
- Materi SAP
- Leaflet
VIII. KEGIATAN PEMBELAJARAN
No
|
Waktu
|
Kegiatan penyuluhan
|
Kegiatan peserta
|
1.
|
3 menit
|
Pembukaan :
- Memberi salam
- Menjelaskan tujuan pembelajaran
- Menyebutkan materi / pokok bahasan yang akan disampaikan
|
- Menjawab salam
- Mendengarkan dan memperhatikan
|
2.
|
10 menit
|
Pelaksanaan :
Menjelaskan materi penyuluhan secara berurutan dan teratur.
Materi :
a. Pengertian Endometriosis
b. Penyebab
c. Tanda dan bahaya
d. Faktor resiko
e. Pengobatan
|
- Menyimak dan memperhatikan
|
3.
|
5 menit
|
Evaluasi :
Meminta kepada ibu menjelaskan atau menyebutkan kembali :
a. Pengertian Endometriosis
b. Penyebab
c. Tanda dan gejala
d. Faktor resiko
e. Pengobatan
|
- Bertanya dan menjawab pertanyaan
|
4.
|
2 menit
|
Penutup :
Mengucapkan terima kasih dan mengucapkan salam.
|
- Menjawab salam
|
IX. PENGESAHAN
X. EVALUASI
Tanya jawab
XI. LAMPIRAN MATERI
ENDOMETRIOSIS PADA WANITA SUBUR
1. Pengertian Endometriosis
Endometriosis adalah suatu penyakit di mana bercak-bercak jaringan endometrium tumbuh di luar rahim, padahal dalam keadaan normal endometrium hanya ditemukan di dalam lapisan rahim.
Biasanya endometriosis terbatas pada lapisan rongga perut atau
permukaan organ perut. Endometrium yang salah tempat ini biasanya
melekat pada ovarium (indung telur) dan ligamen penyokong rahim. Endometrium juga bisa melekat pada lapisan luar usus halus dan usus besar, ureter (saluran yang menghubungan ginjal dengan kandung kemih), kandung kemih, vagina, jaringan parut di dalam perut atau lapisan rongga dada. Kadang jaringan endometrium tumbuh di dalam paru-paru.
Endometriosis
bisa diturunkan dan lebih sering ditemukan pada keturunan pertama (ibu,
anak perempuan, saudara perempuan). Faktor lain yang meningkatkan
risiko terjadinya endometriosis adalah memiliki rahim yang abnormal,
melahirkan pertama kali pada usia di atas 30 tahun dan kulit putih. Endometriosis diperkirakan terjadi pada 10-15% wanita subur yang berusia 25-44 tahun, 25-50% wanita mandul dan bisa juga terjadi pada usia remaja. Endometriosis yang berat bisa menyebabkan kemandulan karena menghalangi jalannya sel telur dari ovarium ke rahim.
2. Penyebab
Penyebabnya tidak diketahui, tetapi beberapa ahli mengemukakan teori berikut:
1. Teori menstruasi retrograd (menstruasi yang bergerak mundur). Sel-sel endometrium yang dilepaskan pada saat menstruasi bergerak mundur ke tuba falopii lalu masuk ke dalam panggul atau perut dan tumbuh di dalam rongga panggul/perut.
2. Teori sistem kekebalan. Kelainan sistem kekebalan menyebabkan jaringan menstruasi tumbuh di daerah selain rahim.
3. Teori genetik keluarga tertentu memiliki faktor tertentu yang menyebabkan kepekaan yang tinggi terhadap endometriosis.
4. Polusi dan penurunan kualitas lingkungan. Zat
kimia pencemar lingkungan dianggap paling berperan sebagai penyebab
utamanya, yaitu senyawa yang disebut dioksin. Dioksin adalah salah satu
zat kimia yang diduga menyebabkan kanker.
5. Hormon kekebalan. Rangsangan hormon estrogen yang tinggi kadarnya dalam darah dapat menjadi salah satu penyebab penyakit ini.
Setiap bulan ovarium menghasilkan hormon yang merangsang sel-sel pada lapisan rahim
untuk membengkak dan menebal (sebagai persiapan terhadap kemungkinan
terjadinya kehamilan). Endometriosis juga memberikan respon yang sama
terhadap sinyal ini, tetapi mereka tidak mampu memisahkan dirinya dari
jaringan dan terlepas selama menstruasi. Kadang terjadi perdarahan ringan tetapi akan segera membaik dan kembali dirangsang pada siklus menstruasi berikutnya.
Proses
yang berlangsung terus menerus ini menyebabkan pembentukan jaringan
parut dan perlengketan di dalam tuba dan ovarium, serta di sekitar
fimbrie tuba. Perlengketan ini bisa menyebabkan pelepasan sel telur dari
ovarium ke dalam tuba falopii terganggu atau tidak terlaksana. Selain
itu, perlengketan juga bisa menyebabkan terhalangnya perjalanan sel
telur yang telah dibuahi menuju ke rahim.
3. Tanda dan gejala
1. Nyeri di perut bagian bawah dan di daerah panggul setiap kali haid, terkadang disertai muntah-muntah, pusing, kram dan pingsan
3. Kemandulan
5. Nyeri saat buang air besar
Jaringan endometrium yang melekat pada usus besar atau kandung kemih bisa menyebabkan pembengkakan perut, nyeri ketika buang air besar, perdarahan melalui rektum selama menstruasi atau nyeri perut bagian bawah ketika berkemih.
Jaringan endometrium yang melekat pada ovarium atau struktur di sekitar ovarium bisa membentuk massa yang terisi darah (endometrioma). Kadang endometrioma pecah dan menyebabkan nyeri perut tajam yang timbul secara tiba-tiba.
Kadang tidak ditemukan gejala sama sekali.
4. Faktor resiko
Resiko tinggi terjadinya endometriosis ditemukan pada:
1. Wanita yang ibu atau saudara perempuannya menderita endometriosis
2. Wanita yang siklus menstruasinya 27 hari atau kurang
4. Wanita yang biasa mengalami menstruasi selama 7 hari atau lebih
6. Wanita
usia reproduktif, mulai dari usia saat mendapat haid pertama, sekitar
15 tahun hingga menjelang menopause, sekitar usia 45 tahun
7. Wanita karier di kota lebih banyak ditemukan atau yang terlambat menikah atau belum mempunyai anak
5. Pengobatan
Walaupun
penyebabnya belum diketahui secara pasti, sebagai pencegahan dan
pengobatan, lakukan pola hidup sehat. Misalnya asupan gizi seimbang,
olahraga, dan selalu berfikir positif dalam mengatasi problem kehidupan.
Faktor
penanganan terhadap endometriosis pada setiap wanita berbeda-beda.
Diantaranya, keinginan memiliki keturunan lagi, usia ibu, dan keberadaan
endometriosis dalam tubuh ibu.
Pilihan pengobatan dan penanganan untuk endometriosis:
2. Pembedahan untuk membuang sebanyak mungkin endometriosis.
3. Kombinasi obat-obatan atau hormon dan pembedahan. Kombinasi antara tindakan operasi dan terapi hormon, kemungkinan penyakit itu untuk kambuh lagi hanya 5-10%.
4. Histerektomi, seringkali disertai dengan pengangkatan tuba falopii dan ovarium.
Dikalukan jika endometriosis sudah stadium lanjut atau berada pada otot
rahim (adenomiosis). Misalnya, endometriosis sudah besar dan menyebar
ke berbagai organ lainnya dan pasien merasakan keluhan sakit yang luar
biasa. Tindakan ini merupakan alternatif terakhir, terutama bagi pasien
yang sudah mempunyai keturunan.
5. Tindakan
operatif dengan laparaskopi. Tindakan ini dilakukan untuk mendiagnosis
kelainan dan mengobati, yaitu mematikan atau mengambil jaringan “liar”.
Hal ini dilakukan, terutama yang sudah membentuk kista endometriosis.
6. Obat-obatan
hormon progesteron dan antigonadotropin. Penanganan ini kemungkinan
kambuh lagi sebesar 30%. Obat untuk terapi adalah obat suntik yang
harganya relatif mahal.
7. Tidak
melakukan tindakan apapun. Berlaku untuk endometriosis ringan yang
tidak menimbulkan keluhan yang berarti. Beberapa kasus, walaupun sering
diobati atau dioperasi, endometriosis tidak dapat sembuh total, apalagi
bisa hamil. Namun, dengan tidak dilakukan apapun ternyata sembuh sendiri
dan bisa hamil.
Adapun nyeri yang disebabkan karena endometriosis dapat dilakukan tindakan seperti:
a. Sentuhan terapeutik (Kunz & Krieger)
Pada individu yang sehat, terdapat
ekuilibrium antara aliran energy didalam dan diluar tubuh. Dengan
menggunakan tangan secara sadar melakukan pertukaran energy dengan
menggunakan teknik pemusatan, pengkajian, terapi dan evaluasi.
b. Alur energi/meredian tubuh dan memberi tekanan pada tititk-titik tertentu.
c. Relaksasi dan teknik imajinasi :
· Distraksi : mengalihkan perhatian pada sesuatu yang menyenangkan.
· Akupuntur : cara
pengobatan yang memanfaatkan rangsangan pada titik-titik akupuntur pada
tubuh pasien, telinga, kepala, sekitar telapak kaki dan tangan untuk
memperbaiki kesalahan aliran bioenergi tubuh yang menggunakan jarum.
· Hipnosa, tekhnik
atau praktek yang dapat mempengaruhi perhatian menjadi sangat terpusat
sehingga tingkat sugestibilitas (daya terima saran) meningkat sangat
tinggi.
· Analgetik, terapi dengan obat-obatan anti nyeri.
· Stimulasi kuntaneus (massage, mandi, kompres air hangat/es)
Sumber :
SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP) SKABIES
SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)
SKABIES
I. IDENTIFIKASI MASALAH
Skabies
adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh infestisasi dan sensitisasi
terhadap sarcoptes scabiei varian hominis dan produknya. Sinonim dari penyakit ini adalah kudis, the itch, gudig, budukan, dan gatal agogo.
Penyakit
scabies ini merupakan penyakit menular oleh kutu tuma gatal sarcoptes
scabei tersebut, kutu tersebut memasuki kulit stratum korneum, membentuk
kanalikuli atau terowongan lurus atau berkelok sepanjang 0,6 sampai 1,2
centimeter.
Akibatnya,
penyakit ini menimbulkan rasa gatal yang panas dan edema yang
disebabkan oleh garukan. Kutu betina dan jantan berbeda. Kutu betina
panjangnya 0,3 sampai 0,4 milimeter dengan empat pasang kaki, dua pasang
di depan dengan ujung alat penghisap dan sisanya di belakang berupa
alat tajam. Sedangkan, untuk kutu jantan, memiliki ukuran setengah dari
betinanya. Dia akan mati setelah kawin. Bila kutu itu membuat terowongan
dalam kulit, tak pernah membuat jalur yang bercabang.
Penanganan skabies yang terutama adalah menjaga kebersihan untuk membasmi skabies seperti mandi
dengan sabun, sering ganti pakaian, cuci pakaian secara terpisah,
menjemur alat-alat tidur, handuk tidak boleh dipakai bersama.
Syarat
obat yang ideal adalah efektif terhadap semua stadium tungau, tidak
menimbulkan iritasi dan toksik, tidak berbau atau kotor, tidak merusak
atau mewarnai pakaian, mudah diperoleh dan harganya murah.
II. PENGANTAR
Bidang studi : Penyakit kulit
Topik : Penyakit kulit oleh parasit hewani
Sub topik : Skabies
Sasaran :
Hari / tanggal :
Jam :
Waktu :
Tempat :
III. TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM (TIU)
Setelah mengikuti kegiatan penyuluhan selama 20 menit, diharapkan warga wirobrajan I dapat mengerti tentang penyakit skabies.
IV. TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS (TIK)
Setelah mengikuti kegiatan penyuluhan selama 20 menit, diharapkan warga wirobrajan I dapat mengerti dan memahami tentang:
1. Pengertian skabies.
2. Etiologi atau penyebab skabies.
3. Patofisiologi skabies.
4. Gejala klinis skabies.
5. Epidemiologi skabies.
6. Cara penularan skabies.
7. Klasifikasi skabies.
8. Komplikasi skabies.
9. Penanganan atau Pengobatan skabies.
V. MATERI
Terlampir
VI. METODE
1. Ceramah
2. Tanya Jawab
VII. MEDIA
1. Materi SAP
2. Leaflet
VIII. KEGIATAN PEMBELAJARAN
No
|
Waktu
|
Kegiatan Penyuluhan
|
Kegiatan Peserta
|
1
|
3 menit
|
Pembukaan:
a) Memberi salam
b) Perkenalan
c) Menjelaskan tujuan penyuluhan
d) Menyebutkan materi / pokok bahasan yang akan disampaikan
|
Menjawab salam
Mendengarkan dan memperhatiakn materi yang disampaikan
|
2
|
10 menit
|
Pelaksanaan / penyampaian materi:
a) Pengertian skabies
b) Etiologi atau penyebab skabies
c) Patofisiologi skabies
d) Gejala klinis skabies
e) Epidemiologi skabies
f) Cara penularan skabies
g) Klasifikasi skabies
h) Komplikasi skabies
i) Penanganan atau Pengobatan skabies
|
Menyimak dan memperhatikan
|
3
|
5 menit
|
Evaluasi:
a) Memberi kesempatan kepada peserta untuk bertanya
b) Memberi pertanyaan kepada peserta:
Pengertian skabies, cara penularan skabies, dan penanganan skabies yang utama.
|
Peserta bertanya mengenai masalah yang belum dipahami
Peserta menjawab pertanyaan
|
4
|
2 menit
|
Penutup:
a) Menyimpulkan materi yang telah disampaikan
b) Mengakhiri pertemuan dengan mengucapkan terimakasih dan salam
|
Peserta menjawab salam
|
IX. PENGESAHAN
S
X. EVALUASI
Metode evaluasi : Tanya jawab
Jenis pertanyaan : Lisan
Pertanyaan :
1. Apa pengertian skabies?
2. Sebutkan cara penularan skabies?
3. Sebutkan penanganan skabies yang utama?
Jawab :
1. Skabies adalah penyakit kulit menular yang disebabkan oleh Sarcoptes scabiei varian hominis (sejenis kutu, tungau) dan ditularkan melalui kontak langsung atau tidak langsung.
2. Cara penularan skabies yaitu
a. Kontak langsung yaitu kontak kulit dengan kulit, misalnya berjabat tangan, tidur bersama dan berhubungan seksual.
b. Kontak tak langsung yaitu melalui benda, misalnya pakaian, handuk, sprei, bantal, dan lain-lain.
3. Penanganan skabies yang utama adalah menjaga kebersihan untuk membasmi skabies seperti mandi
dengan sabun, sering ganti pakaian, cuci pakaian secara terpisah,
menjemur alat-alat tidur, handuk tidak boleh dipakai bersama.
XI. LAMPIRAN MATERI
A. Pengertian Skabies
Penyakit ini disebut juga kudis, the itch, seven year itch, Noerwegian itch, penyakit ampera, gudig, budukan, dan gatal agogo.
Skabies adalah penyakit kulit menular yang disebabkan oleh Sarcoptes scabiei varian hominis (sejenis kutu, tungau), ditandai dengan keluhan gatal, terutama pada malam hari dan
ditularkan melalui kontak langsung atau tidak langsung.
ditularkan melalui kontak langsung atau tidak langsung.
Pada
tahun 1687, Benomo menemukan kutu skabies pada manusia dan Von hebra
pada abad XIX telah melukiskan tentang pengetahuan dasar dari penyakit
ini.
B. Etiologi atau penyebab Skabies
Scabies
dapat disebabkan oleh kutu atau kuman sercoptes scabei varian hominis.
Sarcoptes scabieiini termasuk filum Arthopoda, kelas Arachnida, ordo
Ackarina, superfamili Sarcoptes. Pada manusia disebut Sarcoptes scabiei
var. hominis. Kecuali itu terdapat S. scabiei yang lainnya pada kambing
dan babi. Secara morfologik merupakan tungau kecil, berbentuk oval,
punggungnya cembung dan bagian perutnya rata. Tungau ini translusen, berwarna putih kotor, dan tidak bermata.
Skabies
ditularkan oleh kutu betina yang telah dibuahi, melalui kontak fisik
yang erat. Kutu dapat hidup di luar kulit hanya 2-3 hari dan pada suhu
kamar 21̊ C dengan kelembaban relatif 40-80%.
Kutu
betina berukuran 0,4-0,3 mm. Kutu jantan membuahi kutu betina dan
kemudian mati. Kutu betina, setelah impregnasi, akan menggali lobang ke
dalam epidermis kemudian membentuk terowongan di dalam stratum korneum dan lucidum. Kecepatan menggali
terowongan 1-5 mm/hari. Dua hari setelah fertilisasi, skabies betina
mulai mengeluarkan yang berkulit telur yang kemudian berkembang melalui
stadium larva, nimpa, dan kemudian menjadi kutu dewasa dalam 10-14 hari.
Lama hidup kutu betina kira-kira 30 hari. Kemudian kutu mati diujung
terowongan. Terowongan lebih banyak terdapat di daerah yang berkulit
tipis dan tidak banyak mengandung folikel pilosebasea. Di
dalam terowongan inilah Sarcoptes betina bertelur dan dalam waktu
singkat telur tersebut menetas menjadi hypopi yakni sarcoptes muda.
Akibat terowongan yang digali Sarcoptes betina dan hypopi yang memakan
sel-sel di lapisan kulit itu penderita mengalami rasa gatal.
Masa
inkubasi skabies bervariasi, ada yang beberapa minggu bahkan
berbulan-bulan tanpa menunjukkan gejala. Mellanby menunjukkan
sensitisasi dimulai 2-4 minggu setelah penyakit dimulai. Selama waktu
itu kutu berada diatas kulit atau sedang menggali terowongan tanpa
menimbulkan gatal. Gejala gatal timbul setelah penderita tersensitasi
oleh ekskreta kutu.
C. Patofisiologi Skabies
Kelainan
kulit dapat disebabkan tidak hanya dari tungau scabies, akan tetapi
juga oleh penderita sendiri akibat garukan. Dan karena bersalaman atau
bergandengan sehingga terjadi kontak kulit yang kuat,menyebabkan lesi
timbul pada pergelangan tangan. Gatal yang terjadi disebabkan oleh sensitisasi terhadap secret dan ekskret tungau yang memerlukan waktu kira-kira sebulan setelah infestasi. Pada saat itu
kelainan kulit menyerupai dermatitis dengan ditemuannya papul, vesikel,
dan urtika. Dengan garukan dapat timbul erosi, ekskoriasi, krusta, dan
infeksi sekunder. Kelainan kulit dan gatal yang terjadi dapat lebih luas
dari lokasi tungau.
D. Gejala Klinis Skabies
Ada 4 tanda cardinal berikut :
1. Pruritus nokturna, artinya gatal pada malam hari yang disebabkan karena aktivitas tungau lebih tinggi pada suhu yang lebih lembab dan panas.
2. Penyakit
ini menyerang manusia secara kelompok, misalnya dalam sebuah keluarga
biasanya seluruh anggota keluarga terkena infeksi. Begitu pula dalam
sebuah perkampungan yang padat penduduknya, sebagian besar tetangga yang
berdekatan akan diserang oleh tungau tersebut. Dikenal keadaan
hiposensitisasi, yang seluruh anggota keluarganya terkena. Walaupun
mengalami infestasi tungau, tetapi tidak memberikan gejala. Penderita
ini bersifat sebagai pembawa (carier).
3. Adanya terowongan (kunikulus)
pada tempat-tempat predileksi yang berwarna putih atau keabu-abuan,
berbentuk garis lurus atau berkelok, rata-rata panjang 1cm, pada ujung terowongan itu ditemukan papul atau vesikel. Jika timbul infeksi sekunder ruam kulitnya menjadi polimorf (pustul, ekskoriosi dan lain-lain). Tempat predileksi biasanya merupakan daerah dengan stratum korneum yang tipis, yaitu sela-sela jari tangan, pergelangan tangan bagian volar, siku bagian luar, lipat ketiak bagian depan, aerola mammae (wanita) dan lipat glutea, umbilicus, bokong, genitalia eksterna (pria), dan perut bagian bawah. Pada bayi dapat menyerang bagian telapak tangan dan telapak kaki bahkan seluruh permukaan kulit. Pada remaja dan orang dewasa dapat timbul pada kulit kepala dan wajah.
4. Menemukan tungau, dengan membuat kerokan kulit pada daerah yang berwarna kemerahan dan terasa gatal. Kerokan yang dilakukan agak dalam hingga kulit mengeluarkan darah karena sarcoptes betina bermukim agak dalam dikulit. Dapat ditemukan satu atau lebih stadium hidup tungau ini.
Diagnosis dibuat dengan menemukan 2 dari 4 tanda cardinal tersebut.
Pada pasien yang selalu menjaga higiene, lesi yang timbul hanya sedikit sehingga diagnosis kadang kala sulit ditegakkan. Jika penyakit berlangsung lama, dapat timbul likenifikasi, impetigo, dan furunkulsis.
Diagnosis dibuat dengan menemukan 2 dari 4 tanda cardinal tersebut.
Pada pasien yang selalu menjaga higiene, lesi yang timbul hanya sedikit sehingga diagnosis kadang kala sulit ditegakkan. Jika penyakit berlangsung lama, dapat timbul likenifikasi, impetigo, dan furunkulsis.
E. Epidemiologi Skabies
Ada
dugaan bahwa setiap siklus 30 tahun terjadi epidemi skabies. Banyak
faktor yang menunjang perkembangan penyakit ini, antara lain : sosial
ekonomi yang rendah, higiene yang buruk, hubungan seksual yang sifatnya
promiskuitas, kesalahan diagnosis, dan perkembangan demografik serta
ekologik. Penyakit ini dapat dimasukkan dalam Penyakit akibat Hubungan
Seksual (P.H.S).
F. Cara penularan Skabies
1. Kontak langsung yaitu kontak kulit dengan kulit, misalnya berjabat tangan, tidur bersama dan berhubungan seksual.
2. Kontak tak langsung yaitu melalui benda, misalnya pakaian, handuk, sprei, bantal, dan lain-lain.
Penularannya
biasanya oleh Sarcoptes Scabiei betina yang sudah dibuahi atau
kadang-kadang berbentuk larva. Dikenal pula Sarcoptes scabiei var,
animalis yang kadang-kadang dapat menulari manusia, terutama pada mereka
yang banyak memelihara binatang peliharaan misalnya anjing.
G. Klasifikasi Skabies
1. Scabies pada orang bersih
Skabies yang terdapat pada orang yang tingkat kebersihannya cukup bisa salah didiagnosis. Biasanya sangat sukar ditemukan terowongan. Kutu biasanya hilang akibat mandi secara teratur.
Skabies yang terdapat pada orang yang tingkat kebersihannya cukup bisa salah didiagnosis. Biasanya sangat sukar ditemukan terowongan. Kutu biasanya hilang akibat mandi secara teratur.
2. Scabies pada bayi dan anak
Lesi skabies pada anak dapat mengenai seluruh tubuh, termasuk seluruh kepala, leher, telapak tangan, telapak kaki, dan sering terjadi infeksi sekunder berupa impetigo, ektima sehingga terowongan jarang ditemukan. Pada bayi, lesi terdapat di muka.
Lesi skabies pada anak dapat mengenai seluruh tubuh, termasuk seluruh kepala, leher, telapak tangan, telapak kaki, dan sering terjadi infeksi sekunder berupa impetigo, ektima sehingga terowongan jarang ditemukan. Pada bayi, lesi terdapat di muka.
3. Scabies yang ditularkan oleh hewan
Sarcoptes scabiei varian canis dapat menyerang manusia yang pekerjaannya berhubungan erat dengan hewan tersebut. Misalnya peternak dan gembala. Gejalanya ringan, rasa gatal kurang, tidak timbul terowongan, lesi terutama terdapat pada tempat-tempat kontak. Dan akan sembuh sendiri bila menjauhi hewan tersebut dan mandi bersih-bersih.
Sarcoptes scabiei varian canis dapat menyerang manusia yang pekerjaannya berhubungan erat dengan hewan tersebut. Misalnya peternak dan gembala. Gejalanya ringan, rasa gatal kurang, tidak timbul terowongan, lesi terutama terdapat pada tempat-tempat kontak. Dan akan sembuh sendiri bila menjauhi hewan tersebut dan mandi bersih-bersih.
4. Scabies nodular
Nodul terjadi akibat reaksi hypersensitifitas. Tempat yang sering di kenai adalah genitalia pria, lipat paha, dan aksila. Lesi ini dapat menetap beberapa minggu hingga beberapa bulan, bahkan hingga satu tahun walaupun telah mendapat pengobatan anti skabies.
Nodul terjadi akibat reaksi hypersensitifitas. Tempat yang sering di kenai adalah genitalia pria, lipat paha, dan aksila. Lesi ini dapat menetap beberapa minggu hingga beberapa bulan, bahkan hingga satu tahun walaupun telah mendapat pengobatan anti skabies.
5. Skabies inkognito
Obat
steroid topikal atau sistemik dapat menyamarkan gejala dan tanda
skabies, sementara infestasi tetap ada. Sebaliknya, pengobatan dengan
steroid topikal yang lama dapat pula menyebabkan lesi bertambah hebat.
Hal ini mungkin di sebabkan oleh karena penurunan respons imun seluler.
6. Scabies terbaring ditempat tidur (bed ridden)
Penderita penyakit kronis dan orang tua yang terpaksa harus tinggal di tempat tidur dan menderita skabies yang lesinya terbatas.
Penderita penyakit kronis dan orang tua yang terpaksa harus tinggal di tempat tidur dan menderita skabies yang lesinya terbatas.
7. Scabies Norwegia atau scabies krustosa
Lesinya berupa gambaran eritrodermi, yang disertai skuama generalisata, eritema, dan distrofi kuku. Krusta terdapat banyak sekali. Krusta ini melindungi Sarcoptes scabiei di bawahnya. Bentuk ini mudah menular karena populasi Sarcoptes scabiei sangat tinggi dan gatal tidak menonjol. Bentuk ini sering salah didiagnasis, malahan kadang diagnosisnya baru dapat di tegakkan setelah penderita menularkan penyakitnya ke orang banyak. Sering terdapat pada orang tua dan orang yang menderita radiasi mental (Down’s syndrome) sensasi kulit yang rendah (lepra, syringomelia dan tabes doralis), penderita penyakit sistemik yang berat (leukemia dan diabetes), dan penderita imunosupresif (misalnya pada penderita AIDS atau setelah pengobatan glukokortikoid atau sitotoksit jangka panjang).
Lesinya berupa gambaran eritrodermi, yang disertai skuama generalisata, eritema, dan distrofi kuku. Krusta terdapat banyak sekali. Krusta ini melindungi Sarcoptes scabiei di bawahnya. Bentuk ini mudah menular karena populasi Sarcoptes scabiei sangat tinggi dan gatal tidak menonjol. Bentuk ini sering salah didiagnasis, malahan kadang diagnosisnya baru dapat di tegakkan setelah penderita menularkan penyakitnya ke orang banyak. Sering terdapat pada orang tua dan orang yang menderita radiasi mental (Down’s syndrome) sensasi kulit yang rendah (lepra, syringomelia dan tabes doralis), penderita penyakit sistemik yang berat (leukemia dan diabetes), dan penderita imunosupresif (misalnya pada penderita AIDS atau setelah pengobatan glukokortikoid atau sitotoksit jangka panjang).
H. Komplikasi Skabies
Bila
skabies tidak diobati selama beberapa minggu atau bulan, dapat timbul
dermatitis akibat garukan. Erupsi dapat berbentuk impetigo, ektima,
selulitis, dan furunkel. Infeksi bakteri pada bayi dan anak kecil yang
diserang skabies dapat menimbulkan komplikasi pada ginjal yaitu
glomerulonefritis. Dermatitis iritan dapat timbul karena penggunaan
preparat antiskabies yang berlebihan, baik pada terapi awal atau dari
pemakaian yang terlalu sering. Salep sulfur, dengan konsentrasi 15%
dapat menyebabkan dermatitis bila digunakan terus menerus selama
beberapa hari pada kulit yang tipis. Benzilbenzoat juga dapat
menyebabkan iritasi bila digunakan 2 kali sehari selama beberapa hari,
terutama di sekitar genetalia pria. Gamma benzena heksaklorida sudah
diketahui menyebabkan dermatitis iritan bila digunakan secara
berlebihan.
I. Penanganan dan Pengobatan Skabies
Penanganan skabies yang terutama adalah menjaga kebersihan untuk membasmi skabies seperti mandi
dengan sabun, sering ganti pakaian, cuci pakaian secara terpisah,
menjemur alat-alat tidur, handuk tidak boleh dipakai bersama.
Syarat
obat yang ideal adalah efektif terhadap semua stadium tungau, tidak
menimbulkan iritasi dan toksik, tidak berbau atau kotor, tidak merusak
atau mewarnai pakaian, mudah diperoleh dan harganya murah.
Jenis obat topical :
1. Belerang endap
(sulfur presipitatum) 4-20% dalam bentuk salep atau krim. Pada bayi dan
orang dewasa sulfur presipitatum 5% dalam minyak sangat aman dan
efektif. Kekurangannya adalah pemakaian tidak boleh kurang dari 3 hari
karena tidak efektif terhadap stadium telur, berbau, mengotori pakaian
dan dapat menimbulkan iritasi.
2. Emulsi benzyl-benzoat
20-25% efektif terhadap semua stadium, diberikan setiap malam selama 3
kali. Obat ini sulit diperoleh, sering memberi iritasi, dan
kadang-kadang makin gatal setelah dipakai.
3. Gama benzena heksa klorida (gameksan) 1% dalam bentuk krim atau lotion,
termasuk obat pilihan arena efektif terhadap semua stadium, mudah
digunakan, dan jarang memberi iritasi. Obat ini tidak dianurkan pada
anak dibawah umur 6 tahun dan wanta hamil karena toksi terhadap susunan
saraf pusat. Pemberiannya cup sekali dalam 8 jam. Jika masihada gejala,
diulangi seminggu kemudian.
4. Krokamiton 10% dalam krim atau losio mempunyai dua
efek sebagai antiskabies dan antigatal. Harus dijauhkan dari mata,
mulut, dan uretra. Krim( eurax) hanya efetif pada 50-60% pasien.
Digunakan selama 2 malam berturut-turut dan dbersihkan setelah 24 jam
pemakaian terakhir.
5. Krim permetrin 5% merupakan obat yang paling efektif dan aman karena sangat mematikan untuk parasit S.scabei dan memiliki toksisitas rendah pada manusia.
6. Pemberian antibiotika
dapat digunakan jika ada infeksi sekunder, misalnya bernanah di area
yang terkena (sela-sela jari, alat kelamin) akibat garukan.
XII. DAFTAR PUSTAKA
Djuanda, Adhi. 1999. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi ketiga. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia : Jakarta.
Harahap, Marwali. 2000. Ilmu Penyakit Kulit. Cetakan 1. Hipocrates : Jakarta.
http://www.askep-scabies.html
Langganan:
Postingan (Atom)