selamat datang

Kampus ku

Pesan Kami

DATA

Postingan
Komentar

Total Tayangan Halaman

Like Facebook


Senin, 05 Maret 2012

SATUAN ACARA PENYULUHAN PROMOSI KESEHATAN DALAM PRAKTEK PENYAKIT GANGGUAN REPRODUKSI TENTANG ENDOMETRIOSIS PADA WANITA SUBUR




I.              IDENTIFIKASI MASALAH
Endometriosis merupakan penyakit yang hanya diderita kaum perempuan. Prevalensi endometriosis cenderung meningkat setiap tahun, walaupun data pastinya belum dapat diketahui. Menurut Jacoeb (2007), angka kejadian di Indonesia belum dapat diperkirakan karena belum ada studi epidemiologik, tapi dari data temuan di rumah sakit, angkanya berkisar 13,6-69,5% paa kelompok infertilitas. Jika dikaitkan dengan jumlah penduduk sekarang, ditemukan sekitar 13 juta penderita endometriosis pada usai produktif. Kaum perempuan perlu waspada pada usai produktif yang seringkali ditandai dengan nyeri hebat pada saat haid.

Penyebab endometriosis dapat disebabkan oleh kelainan genetik, gangguan sistem kekebalan yang memungkinkan sel ondometrium melekt dan berkembang, serta pengaruh-pengaruh dari lingkungan. Sumber lain menyebutkan bahwa pestisida dalam makanan dapat menyebabkan ketidakseimbangan hormon. Faktor-faktor lingkungan seperti pemakaian wadah plastik, microwave, dan alat memasak dengan jenis tertentu dapat menjadi penyebab endometriosis (Wood, 2008).
Penyakit endometriosis umumnya muncul pada usia reproduktif. Angka kejadian endometriosis mencapai 5-10% pada wanita umumnya dan lebih dari 50% terjadi padawanita perimenopause .Gejala endometriosis sangat tergantung pada letak sel endometrium ini berpindah.Yang paling menonjol adalah adanya nyeri pada panggul, sehingga hampir 71-87% kasus didiagnosa akibat keluhan nyeri kronis hebat pada saat haid, dan hanya38% yang muncul akibat keluhan infertil (mandul). Tetapi ada juga yang melaporkan pernah terjadi pada masa  menopause dan bahkan ada yang melaporkan terjadi pada 40% pasien histerektomi (pengangkatan rahim). Selain itu juga 10% endometriosis ini dapat muncul pada mereka yang mempunyai riwayat endometriosis dalam keluarganya (Widhi, 2007).

II.           PENGANTAR
    Bidang studi     :

III.        TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM (TIU)
Setelah mengikuti kegiatan penyuluhan diharapkan keluarga dapat memahami dan mengerti tentang Endometriosis pada wanita subur.

IV.        TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS (TIK)
Setelah mengikuti kegiatan penyuluhan keluarga dapat menjelaskan  kembali :
a.       Pengertian Endometriosis
b.       Penyebab
c.       Tanda gejala
d.      Faktor resiko
e.       Pengobatan

V.           MATERI
   Terlampir


VI.        METODE
1.       Ceramah
2.       Tanya jawab

VII.     MEDIA
- Materi SAP
- Leaflet

VIII.  KEGIATAN PEMBELAJARAN
No
Waktu
Kegiatan penyuluhan
Kegiatan peserta
1.
3 menit
Pembukaan :
-          Memberi salam
-          Menjelaskan tujuan pembelajaran
-          Menyebutkan materi / pokok bahasan yang akan disampaikan
-          Menjawab salam
-          Mendengarkan dan memperhatikan
2.
10 menit
Pelaksanaan :
Menjelaskan materi penyuluhan secara berurutan dan teratur.
Materi :
a.    Pengertian Endometriosis
b.    Penyebab
c.    Tanda dan bahaya
d.   Faktor resiko
e.    Pengobatan
-          Menyimak dan memperhatikan
3.
5 menit
Evaluasi :
Meminta kepada ibu menjelaskan atau menyebutkan kembali :
a.    Pengertian Endometriosis
b.   Penyebab
c.    Tanda dan gejala
d.   Faktor resiko
e.    Pengobatan
-          Bertanya dan menjawab pertanyaan
4.
2  menit
Penutup :
Mengucapkan terima kasih dan mengucapkan salam.
-          Menjawab salam


IX. PENGESAHAN

             


X.  EVALUASI
     Tanya jawab







XI. LAMPIRAN MATERI

ENDOMETRIOSIS PADA WANITA SUBUR

1.      Pengertian Endometriosis
Endometriosis adalah suatu penyakit di mana bercak-bercak jaringan endometrium tumbuh di luar rahim, padahal dalam keadaan normal endometrium hanya ditemukan di dalam lapisan rahim. Biasanya endometriosis terbatas pada lapisan rongga perut atau permukaan organ perut. Endometrium yang salah tempat ini biasanya melekat pada ovarium (indung telur) dan ligamen penyokong rahim. Endometrium juga bisa melekat pada lapisan luar usus halus dan usus besar, ureter (saluran yang menghubungan ginjal dengan kandung kemih), kandung kemih, vagina, jaringan parut di dalam perut atau lapisan rongga dada. Kadang jaringan endometrium tumbuh di dalam paru-paru.


2.      Penyebab
Penyebabnya tidak diketahui, tetapi beberapa ahli mengemukakan teori berikut:
1.      Teori menstruasi retrograd (menstruasi yang bergerak mundur). Sel-sel endometrium yang dilepaskan pada saat menstruasi bergerak mundur ke tuba falopii lalu masuk ke dalam panggul atau perut dan tumbuh di dalam rongga panggul/perut.

2.      Teori sistem kekebalan. Kelainan sistem kekebalan menyebabkan jaringan menstruasi tumbuh di daerah selain rahim.
3.      Teori genetik keluarga tertentu memiliki faktor tertentu yang menyebabkan kepekaan yang tinggi terhadap endometriosis.
4.      Polusi dan penurunan kualitas lingkungan. Zat kimia pencemar lingkungan dianggap paling berperan sebagai penyebab utamanya, yaitu senyawa yang disebut dioksin. Dioksin adalah salah satu zat kimia yang diduga menyebabkan kanker.
5.      Hormon kekebalan. Rangsangan hormon estrogen yang tinggi kadarnya dalam darah dapat menjadi salah satu penyebab penyakit ini.
Setiap bulan ovarium menghasilkan hormon yang merangsang sel-sel pada lapisan rahim untuk membengkak dan menebal (sebagai persiapan terhadap kemungkinan terjadinya kehamilan). Endometriosis juga memberikan respon yang sama terhadap sinyal ini, tetapi mereka tidak mampu memisahkan dirinya dari jaringan dan terlepas selama menstruasi. Kadang terjadi perdarahan ringan tetapi akan segera membaik dan kembali dirangsang pada siklus menstruasi berikutnya.
Proses yang berlangsung terus menerus ini menyebabkan pembentukan jaringan parut dan perlengketan di dalam tuba dan ovarium, serta di sekitar fimbrie tuba. Perlengketan ini bisa menyebabkan pelepasan sel telur dari ovarium ke dalam tuba falopii terganggu atau tidak terlaksana. Selain itu, perlengketan juga bisa menyebabkan terhalangnya perjalanan sel telur yang telah dibuahi menuju ke rahim.

3.      Tanda dan gejala
1.      Nyeri di perut bagian bawah dan di daerah panggul setiap kali haid, terkadang disertai muntah-muntah, pusing, kram dan pingsan
2.      Menstruasi yang tidak teratur (misalnya spotting sebelum menstruasi)
3.      Kemandulan
4.      Dispareunia (nyeri ketika melakukan hubungan seksual)
5.      Nyeri saat buang air besar
Jaringan endometrium yang melekat pada usus besar atau kandung kemih bisa menyebabkan pembengkakan perut, nyeri ketika buang air besar, perdarahan melalui rektum selama menstruasi atau nyeri perut bagian bawah ketika berkemih.
Jaringan endometrium yang melekat pada ovarium atau struktur di sekitar ovarium bisa membentuk massa yang terisi darah (endometrioma). Kadang endometrioma pecah dan menyebabkan nyeri perut tajam yang timbul secara tiba-tiba.
Kadang tidak ditemukan gejala sama sekali.
4.      Faktor resiko
Resiko tinggi terjadinya endometriosis ditemukan pada:
1.      Wanita yang ibu atau saudara perempuannya menderita endometriosis
2.      Wanita yang siklus menstruasinya 27 hari atau kurang
3.      Wanita yang mengalami menarke (menstruasi pertama) terjadi lebih awal
4.      Wanita yang biasa mengalami menstruasi selama 7 hari atau lebih
5.      Wanita yang mengalami orgasme ketika menstruasi
6.      Wanita usia reproduktif, mulai dari usia saat mendapat haid pertama, sekitar 15 tahun hingga menjelang menopause, sekitar usia 45 tahun
7.      Wanita karier di kota lebih banyak ditemukan atau yang terlambat menikah atau belum mempunyai anak
5.      Pengobatan
Walaupun penyebabnya belum diketahui secara pasti, sebagai pencegahan dan pengobatan, lakukan pola hidup sehat. Misalnya asupan gizi seimbang, olahraga, dan selalu berfikir positif dalam mengatasi problem kehidupan.

Faktor penanganan terhadap endometriosis pada setiap wanita berbeda-beda. Diantaranya, keinginan memiliki keturunan lagi, usia ibu, dan keberadaan endometriosis dalam tubuh ibu.

Pilihan pengobatan dan penanganan untuk endometriosis:
1.      Obat-obatan yang menekan aktivitas ovarium dan memperlambat pertumbuhan jaringan endometrium.
2.      Pembedahan untuk membuang sebanyak mungkin endometriosis.
3.      Kombinasi obat-obatan atau hormon dan pembedahan. Kombinasi antara tindakan operasi dan terapi hormon, kemungkinan penyakit itu untuk kambuh lagi hanya 5-10%.
4.      Histerektomi, seringkali disertai dengan pengangkatan tuba falopii dan ovarium. Dikalukan jika endometriosis sudah stadium lanjut atau berada pada otot rahim (adenomiosis). Misalnya, endometriosis sudah besar dan menyebar ke berbagai organ lainnya dan pasien merasakan keluhan sakit yang luar biasa. Tindakan ini merupakan alternatif terakhir, terutama bagi pasien yang sudah mempunyai keturunan.
5.      Tindakan operatif dengan laparaskopi. Tindakan ini dilakukan untuk mendiagnosis kelainan dan mengobati, yaitu mematikan atau mengambil jaringan “liar”. Hal ini dilakukan, terutama yang sudah membentuk kista endometriosis.
6.      Obat-obatan hormon progesteron dan antigonadotropin. Penanganan ini kemungkinan kambuh lagi sebesar 30%. Obat untuk terapi adalah obat suntik yang harganya relatif mahal.
7.      Tidak melakukan tindakan apapun. Berlaku untuk endometriosis ringan yang tidak menimbulkan keluhan yang berarti. Beberapa kasus, walaupun sering diobati atau dioperasi, endometriosis tidak dapat sembuh total, apalagi bisa hamil. Namun, dengan tidak dilakukan apapun ternyata sembuh sendiri dan bisa hamil.
Adapun nyeri yang disebabkan karena endometriosis dapat dilakukan tindakan seperti:
a.       Sentuhan terapeutik (Kunz & Krieger)
Pada individu yang sehat, terdapat ekuilibrium antara aliran energy didalam dan diluar tubuh. Dengan menggunakan tangan secara sadar melakukan pertukaran energy dengan menggunakan teknik pemusatan, pengkajian, terapi dan evaluasi.
b.      Alur energi/meredian tubuh dan memberi tekanan pada tititk-titik tertentu.
c.        Relaksasi dan teknik imajinasi :
·         Distraksi    : mengalihkan perhatian pada sesuatu yang menyenangkan.
·         Akupuntur : cara pengobatan yang memanfaatkan rangsangan pada titik-titik akupuntur pada tubuh pasien, telinga, kepala, sekitar telapak kaki dan tangan untuk memperbaiki kesalahan aliran bioenergi tubuh yang menggunakan jarum.
·         Hipnosa, tekhnik atau praktek yang dapat mempengaruhi perhatian menjadi sangat terpusat sehingga tingkat sugestibilitas (daya terima saran) meningkat sangat tinggi.
·         Analgetik, terapi dengan obat-obatan anti nyeri.
·         Stimulasi kuntaneus (massage, mandi, kompres air hangat/es)


Sumber :

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP) SKABIES



SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)
SKABIES

             I.      IDENTIFIKASI MASALAH

Skabies adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh infestisasi dan sensitisasi terhadap sarcoptes scabiei varian hominis dan produknya. Sinonim dari penyakit ini adalah kudis, the itch, gudig, budukan, dan gatal agogo.
Penyakit scabies ini merupakan penyakit menular oleh kutu tuma gatal sarcoptes scabei tersebut, kutu tersebut memasuki kulit stratum korneum, membentuk kanalikuli atau terowongan lurus atau berkelok sepanjang 0,6 sampai 1,2 centimeter.

Akibatnya, penyakit ini menimbulkan rasa gatal yang panas dan edema yang disebabkan oleh garukan. Kutu betina dan jantan berbeda. Kutu betina panjangnya 0,3 sampai 0,4 milimeter dengan empat pasang kaki, dua pasang di depan dengan ujung alat penghisap dan sisanya di belakang berupa alat tajam. Sedangkan, untuk kutu jantan, memiliki ukuran setengah dari betinanya. Dia akan mati setelah kawin. Bila kutu itu membuat terowongan dalam kulit, tak pernah membuat jalur yang bercabang.
Penanganan skabies yang terutama adalah menjaga kebersihan untuk membasmi skabies seperti mandi dengan sabun, sering ganti pakaian, cuci pakaian secara terpisah, menjemur alat-alat tidur, handuk tidak boleh dipakai bersama.
Syarat obat yang ideal adalah efektif terhadap semua stadium tungau, tidak menimbulkan iritasi dan toksik, tidak berbau atau kotor, tidak merusak atau mewarnai pakaian, mudah diperoleh dan harganya murah.


          II.      PENGANTAR
Bidang studi               : Penyakit kulit
Topik                           : Penyakit kulit oleh parasit hewani
Sub topik                     : Skabies
Sasaran                        :
Hari / tanggal              :
Jam                              :
Waktu                         :
Tempat                        :

       III.      TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM (TIU)
Setelah mengikuti kegiatan penyuluhan selama 20 menit, diharapkan warga wirobrajan I dapat mengerti tentang penyakit skabies.

       IV.      TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS (TIK)
Setelah mengikuti kegiatan penyuluhan selama 20 menit, diharapkan warga wirobrajan I dapat mengerti dan memahami tentang:
1.      Pengertian skabies.
2.      Etiologi atau penyebab skabies.
3.      Patofisiologi skabies.
4.      Gejala klinis skabies.
5.      Epidemiologi skabies.
6.      Cara penularan skabies.
7.      Klasifikasi skabies.
8.      Komplikasi skabies.
9.      Penanganan atau Pengobatan skabies.

          V.      MATERI
Terlampir


       VI.      METODE
1.      Ceramah
2.      Tanya Jawab

    VII.      MEDIA
1.      Materi SAP
2.      Leaflet

 VIII.      KEGIATAN PEMBELAJARAN
No
Waktu
Kegiatan Penyuluhan
Kegiatan Peserta
1
3 menit
Pembukaan:
a)      Memberi salam
b)      Perkenalan
c)      Menjelaskan tujuan penyuluhan
d)     Menyebutkan materi / pokok bahasan yang akan disampaikan

Menjawab salam
Mendengarkan dan memperhatiakn materi yang disampaikan
2
10 menit
Pelaksanaan / penyampaian materi:
a)      Pengertian skabies
b)      Etiologi atau penyebab skabies
c)      Patofisiologi skabies
d)     Gejala klinis skabies
e)      Epidemiologi skabies
f)       Cara penularan skabies
g)      Klasifikasi skabies
h)      Komplikasi skabies
i)        Penanganan atau Pengobatan skabies

Menyimak dan memperhatikan
3
5 menit
Evaluasi:
a)      Memberi kesempatan kepada peserta untuk bertanya
b)      Memberi pertanyaan kepada peserta:
Pengertian skabies, cara penularan skabies, dan  penanganan skabies yang utama.

Peserta bertanya mengenai masalah yang belum dipahami
Peserta menjawab pertanyaan
4
2 menit
Penutup:
a)      Menyimpulkan materi yang telah disampaikan
b)      Mengakhiri pertemuan dengan mengucapkan terimakasih dan salam
Peserta menjawab salam





















       IX.      PENGESAHAN



              S



          X.      EVALUASI
Metode evaluasi          : Tanya jawab
Jenis pertanyaan          : Lisan
Pertanyaan :
1.      Apa pengertian skabies?
2.      Sebutkan cara penularan skabies?
3.      Sebutkan penanganan skabies yang utama?

Jawab :
1.    Skabies adalah penyakit kulit menular yang disebabkan oleh Sarcoptes scabiei varian hominis (sejenis kutu, tungau) dan ditularkan melalui kontak langsung atau tidak langsung.
2.    Cara penularan skabies yaitu
a.         Kontak langsung yaitu kontak kulit dengan kulit, misalnya berjabat tangan, tidur bersama dan berhubungan seksual.
b.         Kontak tak langsung yaitu melalui benda, misalnya pakaian, handuk, sprei, bantal, dan lain-lain.
3.    Penanganan skabies yang utama adalah menjaga kebersihan untuk membasmi skabies seperti mandi dengan sabun, sering ganti pakaian, cuci pakaian secara terpisah, menjemur alat-alat tidur, handuk tidak boleh dipakai bersama.










       XI.      LAMPIRAN MATERI

SKABIES

A.    Pengertian Skabies
Penyakit ini disebut juga kudis, the itch, seven year itch, Noerwegian itch, penyakit ampera, gudig, budukan, dan gatal agogo.
Skabies adalah penyakit kulit menular yang disebabkan oleh Sarcoptes scabiei varian hominis (sejenis kutu, tungau), ditandai dengan keluhan gatal, terutama pada malam hari dan
ditularkan melalui kontak langsung atau tidak langsung
.
Pada tahun 1687, Benomo menemukan kutu skabies pada manusia dan Von hebra pada abad XIX telah melukiskan tentang pengetahuan dasar dari penyakit ini.

B.     Etiologi atau penyebab Skabies
Scabies dapat disebabkan oleh kutu atau kuman sercoptes scabei varian hominis. Sarcoptes scabieiini termasuk filum Arthopoda, kelas Arachnida, ordo Ackarina, superfamili Sarcoptes. Pada manusia disebut Sarcoptes scabiei var. hominis. Kecuali itu terdapat S. scabiei yang lainnya pada kambing dan babi. Secara morfologik merupakan tungau kecil, berbentuk oval, punggungnya cembung dan bagian perutnya rata. Tungau ini translusen, berwarna putih kotor, dan tidak bermata.
Skabies ditularkan oleh kutu betina yang telah dibuahi, melalui kontak fisik yang erat. Kutu dapat hidup di luar kulit hanya 2-3 hari dan pada suhu kamar 21̊ C dengan kelembaban relatif 40-80%.
Kutu betina berukuran 0,4-0,3 mm. Kutu jantan membuahi kutu betina dan kemudian mati. Kutu betina, setelah impregnasi, akan menggali lobang ke dalam epidermis kemudian membentuk terowongan di dalam stratum korneum dan lucidum. Kecepatan menggali terowongan 1-5 mm/hari. Dua hari setelah fertilisasi, skabies betina mulai mengeluarkan yang berkulit telur yang kemudian berkembang melalui stadium larva, nimpa, dan kemudian menjadi kutu dewasa dalam 10-14 hari. Lama hidup kutu betina kira-kira 30 hari. Kemudian kutu mati diujung terowongan. Terowongan lebih banyak terdapat di daerah yang berkulit tipis dan tidak banyak mengandung folikel pilosebasea. Di dalam terowongan inilah Sarcoptes betina bertelur dan dalam waktu singkat telur tersebut menetas menjadi hypopi yakni sarcoptes muda. Akibat terowongan yang digali Sarcoptes betina dan hypopi yang memakan sel-sel di lapisan kulit itu penderita mengalami rasa gatal.
Masa inkubasi skabies bervariasi, ada yang beberapa minggu bahkan berbulan-bulan tanpa menunjukkan gejala. Mellanby menunjukkan sensitisasi dimulai 2-4 minggu setelah penyakit dimulai. Selama waktu itu kutu berada diatas kulit atau sedang menggali terowongan tanpa menimbulkan gatal. Gejala gatal timbul setelah penderita tersensitasi oleh ekskreta kutu.

C.     Patofisiologi Skabies  
Kelainan kulit dapat disebabkan tidak hanya dari tungau scabies, akan tetapi juga oleh penderita sendiri akibat garukan. Dan karena bersalaman atau bergandengan sehingga terjadi kontak kulit yang kuat,menyebabkan lesi timbul pada pergelangan tangan. Gatal yang terjadi disebabkan oleh sensitisasi terhadap secret dan ekskret tungau yang memerlukan waktu kira-kira sebulan setelah infestasi. Pada saat itu kelainan kulit menyerupai dermatitis dengan ditemuannya papul, vesikel, dan urtika. Dengan garukan dapat timbul erosi, ekskoriasi, krusta, dan infeksi sekunder. Kelainan kulit dan gatal yang terjadi dapat lebih luas dari lokasi tungau.

D.    Gejala Klinis Skabies
Ada 4 tanda cardinal berikut :
1.      Pruritus nokturna, artinya gatal pada malam hari yang disebabkan karena aktivitas tungau lebih tinggi pada suhu yang lebih lembab dan panas.
2.      Penyakit ini menyerang manusia secara kelompok, misalnya dalam sebuah keluarga biasanya seluruh anggota keluarga terkena infeksi. Begitu pula dalam sebuah perkampungan yang padat penduduknya, sebagian besar tetangga yang berdekatan akan diserang oleh tungau tersebut. Dikenal keadaan hiposensitisasi, yang seluruh anggota keluarganya terkena. Walaupun mengalami infestasi tungau, tetapi tidak memberikan gejala. Penderita ini bersifat sebagai pembawa (carier).
3.      Adanya terowongan (kunikulus) pada tempat-tempat predileksi yang berwarna putih atau keabu-abuan, berbentuk garis lurus atau berkelok, rata-rata panjang 1cm, pada ujung terowongan itu ditemukan papul atau vesikel. Jika timbul infeksi sekunder ruam kulitnya menjadi polimorf (pustul, ekskoriosi dan lain-lain). Tempat predileksi biasanya merupakan daerah dengan stratum korneum yang tipis, yaitu sela-sela jari tangan, pergelangan tangan bagian volar, siku bagian luar, lipat ketiak bagian depan, aerola mammae (wanita) dan lipat glutea, umbilicus, bokong, genitalia eksterna (pria), dan perut bagian bawah. Pada bayi dapat menyerang bagian telapak tangan dan telapak kaki bahkan seluruh permukaan kulit. Pada remaja dan orang dewasa dapat timbul pada kulit kepala dan wajah.
4.      Menemukan tungau, dengan membuat kerokan kulit pada daerah yang berwarna kemerahan dan terasa gatal. Kerokan yang dilakukan agak dalam hingga kulit mengeluarkan darah karena sarcoptes betina bermukim agak dalam dikulit. Dapat ditemukan satu atau lebih stadium hidup tungau ini.      
Diagnosis dibuat dengan menemukan 2 dari 4 tanda cardinal tersebut.       
Pada pasien yang selalu menjaga h
igiene, lesi yang timbul hanya sedikit sehingga diagnosis kadang kala sulit ditegakkan. Jika penyakit berlangsung lama, dapat timbul likenifikasi, impetigo, dan furunkulsis.

E.     Epidemiologi Skabies
Ada dugaan bahwa setiap siklus 30 tahun terjadi epidemi skabies. Banyak faktor yang menunjang perkembangan penyakit ini, antara lain : sosial ekonomi yang rendah, higiene yang buruk, hubungan seksual yang sifatnya promiskuitas, kesalahan diagnosis, dan perkembangan demografik serta ekologik. Penyakit ini dapat dimasukkan dalam Penyakit akibat Hubungan Seksual (P.H.S).

F.      Cara penularan Skabies
1.      Kontak langsung yaitu kontak kulit dengan kulit, misalnya berjabat tangan, tidur bersama dan berhubungan seksual.
2.      Kontak tak langsung yaitu melalui benda, misalnya pakaian, handuk, sprei, bantal, dan lain-lain.
Penularannya biasanya oleh Sarcoptes Scabiei betina yang sudah dibuahi atau kadang-kadang berbentuk larva. Dikenal pula Sarcoptes scabiei var, animalis yang kadang-kadang dapat menulari manusia, terutama pada mereka yang banyak memelihara binatang peliharaan misalnya anjing.
                                                                                                            
G.    Klasifikasi Skabies
1.      Scabies pada orang bersih      
Skabies yang terdapat pada orang yang tingkat kebersihannya cukup bisa salah didiagnosis. Biasanya sangat sukar ditemukan terowongan. Kutu biasanya hilang akibat mandi secara teratur.
2.      Scabies pada bayi dan anak   
Lesi skabies pada anak dapat mengenai seluruh tubuh, termasuk seluruh kepala, leher, telapak tangan, telapak kaki, dan sering terjadi infeksi sekunder berupa impetigo, ektima sehingga terowongan jarang ditemukan. Pada bayi, lesi terdapat di muka.
3.      Scabies yang ditularkan oleh hewan  
Sarcoptes scabiei varian canis dapat menyerang manusia yang pekerjaannya berhubungan erat dengan hewan tersebut. Misalnya peternak dan gembala. Gejalanya ringan, rasa gatal kurang, tidak timbul terowongan, lesi terutama terdapat pada tempat-tempat kontak. Dan akan sembuh sendiri bila menjauhi hewan tersebut dan mandi bersih-bersih.
4.      Scabies nodular          
Nodul terjadi akibat reaksi hypersensitifitas. Tempat yang sering di kenai adalah genitalia pria, lipat paha, dan aksila. Lesi ini dapat menetap beberapa minggu hingga beberapa bulan, bahkan hingga satu tahun walaupun telah mendapat pengobatan anti skabies.
5.      Skabies inkognito
Obat steroid topikal atau sistemik dapat menyamarkan gejala dan tanda skabies, sementara infestasi tetap ada. Sebaliknya, pengobatan dengan steroid topikal yang lama dapat pula menyebabkan lesi bertambah hebat. Hal ini mungkin di sebabkan oleh karena penurunan respons imun seluler.
6.      Scabies terbaring ditempat tidur (bed ridden)           
Penderita penyakit kronis dan orang tua yang terpaksa harus tinggal di tempat tidur dan menderita skabies yang lesinya terbatas.
7.      Scabies Norwegia atau scabies krustosa        
Lesinya berupa gambaran eritrodermi, yang disertai skuama generalisata, eritema, dan distrofi kuku. Krusta terdapat banyak sekali. Krusta ini melindungi Sarcoptes scabiei di bawahnya. Bentuk ini mudah menular karena populasi Sarcoptes scabiei sangat tinggi dan gatal tidak menonjol. Bentuk ini sering salah didiagnasis, malahan kadang diagnosisnya baru dapat di tegakkan setelah penderita menularkan penyakitnya ke orang banyak. Sering terdapat pada orang tua dan orang yang menderita radiasi mental (Down’s syndrome) sensasi kulit yang rendah (lepra, syringomelia dan tabes doralis), penderita penyakit sistemik yang berat (leukemia dan diabetes), dan penderita imunosupresif (misalnya pada penderita AIDS atau setelah pengobatan glukokortikoid atau sitotoksit jangka panjang).

H.    Komplikasi Skabies
Bila skabies tidak diobati selama beberapa minggu atau bulan, dapat timbul dermatitis akibat garukan. Erupsi dapat berbentuk impetigo, ektima, selulitis, dan furunkel. Infeksi bakteri pada bayi dan anak kecil yang diserang skabies dapat menimbulkan komplikasi pada ginjal yaitu glomerulonefritis. Dermatitis iritan dapat timbul karena penggunaan preparat antiskabies yang berlebihan, baik pada terapi awal atau dari pemakaian yang terlalu sering. Salep sulfur, dengan konsentrasi 15% dapat menyebabkan dermatitis bila digunakan terus menerus selama beberapa hari pada kulit yang tipis. Benzilbenzoat juga dapat menyebabkan iritasi bila digunakan 2 kali sehari selama beberapa hari, terutama di sekitar genetalia pria. Gamma benzena heksaklorida sudah diketahui menyebabkan dermatitis iritan bila digunakan secara berlebihan.

I.       Penanganan dan Pengobatan Skabies
Penanganan skabies yang terutama adalah menjaga kebersihan untuk membasmi skabies seperti mandi dengan sabun, sering ganti pakaian, cuci pakaian secara terpisah, menjemur alat-alat tidur, handuk tidak boleh dipakai bersama.
Syarat obat yang ideal adalah efektif terhadap semua stadium tungau, tidak menimbulkan iritasi dan toksik, tidak berbau atau kotor, tidak merusak atau mewarnai pakaian, mudah diperoleh dan harganya murah.  

Jenis obat topical :
1.      Belerang endap (sulfur presipitatum) 4-20% dalam bentuk salep atau krim. Pada bayi dan orang dewasa sulfur presipitatum 5% dalam minyak sangat aman dan efektif. Kekurangannya adalah pemakaian tidak boleh kurang dari 3 hari karena tidak efektif terhadap stadium telur, berbau, mengotori pakaian dan dapat menimbulkan iritasi.   
2.      Emulsi benzyl-benzoat 20-25% efektif terhadap semua stadium, diberikan setiap malam selama 3 kali. Obat ini sulit diperoleh, sering memberi iritasi, dan kadang-kadang makin gatal setelah dipakai.
3.      Gama benzena heksa klorida (gameksan) 1% dalam bentuk krim atau lotion, termasuk obat pilihan arena efektif terhadap semua stadium, mudah digunakan, dan jarang memberi iritasi. Obat ini tidak dianurkan pada anak dibawah umur 6 tahun dan wanta hamil karena toksi terhadap susunan saraf pusat. Pemberiannya cup sekali dalam 8 jam. Jika masihada gejala, diulangi seminggu kemudian.
4.      Krokamiton 10% dalam krim atau losio mempunyai dua efek sebagai antiskabies dan antigatal. Harus dijauhkan dari mata, mulut, dan uretra. Krim( eurax) hanya efetif pada 50-60% pasien. Digunakan selama 2 malam berturut-turut dan dbersihkan setelah 24 jam pemakaian terakhir.
5.      Krim permetrin 5% merupakan obat yang paling efektif dan aman karena sangat mematikan untuk parasit S.scabei dan memiliki toksisitas rendah pada manusia.
6.      Pemberian antibiotika dapat digunakan jika ada infeksi sekunder, misalnya bernanah di area yang terkena (sela-sela jari, alat kelamin) akibat garukan.

    XII.      DAFTAR PUSTAKA

Djuanda, Adhi. 1999. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi ketiga. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia : Jakarta.

Harahap, Marwali. 2000. Ilmu Penyakit Kulit. Cetakan 1. Hipocrates : Jakarta.
 
http://www.askep-scabies.html