selamat datang

Kampus ku

Pesan Kami

DATA

Postingan
Komentar

Total Tayangan Halaman

Like Facebook


Minggu, 09 Oktober 2011

ASKEP BATU SALURAN KEMIH (UROLITHIASIS)


  1. TEORI adalah batu di traktur urinarius mencakup ginjal, ureter , vesika urinaria
    PATOGENESIS DAN KLASIFIKASI

    Pembentukan batu saluran batu kemih memerlukan keadaan supersaturasi dalam pembentukan batu. Inhibor pembentukan batu dijumpai dalam air kemih normal. Batu kalsium oksalat dengan inhibor sitrat dan glikoprotein. Beberapa promotor (rekatan) dapat memacu pembentukan batu sepeti asam urat, memacu batu kalsium oksalat.therapi "
    non farmakologis
    1. Batu kalsium : kurangi asupan garam dan protein hewani
    2. Batu urat diet rendah asam urat
    3. Minum yang banyak (2,5 lt perhari) bila fungsi ginjal baik

    farmakologis
    1. Anti spasmodik bila ada kolik
    2. ANti mikroba bila ada infeksi
    3. Batu kalsium - kalium sitrat
    4. Batu asam urat dengan alopurinol
    PENYEBAB PEMBENTUKAN BATU SALURAN KEMIH
    Batu kalsium (kalsium oksalat dan /atau kalsium fosfat)
    • Hiperkalisiuria
    hiperkalsiuria idiopatik (meliputi hiperkalsiuria disebabkan masukan tinggi natrium, kalsium dan protein)
    Hiperparatiroidisme primer
    Sarkodosis
    Kelebihan vitamin D atau kelebihan kalsium
    Asidosis tubulus ginjal tipe I
    • Hiperoksaluria
    Hiperoksaluria enterik
    Hiperoksida idiomatik (hiperoksaluria dengan masukan tinggi oksalat, protein.
    Hiperoksaluria herediter (tipe I & II)
    • Hiperurikosuria
    Akibat masukan diet purin berlebih
    • Hipositraturia
    Idopatik
    Asidosis
    Tubulus ginjal tipe I (lengkap atau tidak lengkap)
    Minum asetazolamid
    Diare, latihan jasmani dan masukan protein tinggi
    •Ginjal spongiosa medular
    Volume air kemih sedikit
    Batu kalsium idiomatik (tidak dijumpai pedisposisi metabolik)
    • Batu asam urat
    PH air kemih rendah
    Hiperurikosuria (primer dan sekunder)
    • Batu struvit
    Infeksi saluran kemih dengan organisme yang memproduksi urease
    • Batu sistin
    Sistinuriah herediter
    Batu lain seperti matriks, xantin 2.8 dihidroksadenin, amonium urat, triamteren, silikat
    FAKTOR RISIKO PENYEBAB BATU
    1. Hiperkalsiuria
    kelainan ini dapat menyebabkan hematuria tanpa ditemukan pembentukan batu. kejadian hematuria diduga disebabkan kerusakan jaringan lokal yang dipengaruhi oleh ekskresi kalsium dalam air kemih dengan atau tanpa faktor risiko lainnya, ditemukan pada setengah dari pembentukan batu kalsium idiopatik.
    2. Hiposituria
    suatu penurunan ekskresi inhibitor perbentukan kristal dalam air kemih, khususnya sitrat merupakan suatu mekanisme lain untuk timbulnya batu ginjal.
    3. Hiperurikosuria
    Hiperurikosuria merupakan suatu peningkatan asam urat air kemih yang dapat memacu pembentukan batu kalsium.
    4. penurunan jumlah air kemih
    keadaan ini biasanya disebabkan masukkan cairan sedikit. selanjutnya dapat menimbulkan pembentukan batu dengan peningkatan reaktan dan penguranganaliran air kemih.
    5. jenis cairan yang diminum
    minuman soft drink lebih dari 1 liter per minggu menyebabkan pengasaman dengan asam fosfor dapat meningkatkan risiko penyakit batu. kejadian ini tidak jelas, tetapi sedikit beban asam dapat meningkatkan ekskresi kalsium dan ekskresi asam urat dalam air kemih serta mengurangi kadar sitrat air kemih. jus apel dan jus anggur juga dihubungkan dengan peningkatan risiko pembentukan batu, sedangkan kopi, teh, bir, dan anggur diduga dapat mengurangi risiko kejadian batu ginjal.
    6. hiperoksaluria
    merupakan kenaikan ekskresi oksalat di atas normal. ekskresi oksalat air kemih normal di bawah 45 mg/hari (0,5 mmol/hari)
    7. Ginjal spongiosa medula
    pembentukan batu kalsium meningkat pada kelainan ginjal spongiosa medula, terutama
    8. batu kalsium fosfat dan tubulus ginjal tipe 1.
    faktor risiko batu kalsium fosfat pada umumnya berhubungan dengan faktor risiko yang sama seperti batu kalsium oksalat. keadaan ini pada beberapa kasus diakibatkan ketidakmampuan menurunkan nilai pH air kemih sampai normal.
    9. faktor diet.
    pengobatan ditujukan :
    1. mengatasi simtom. Batu saluran kemih dapat menimbulkan keadaan darurat bila batu turun dalam kolektivus dan dapat menyebabkan kelainan sebagai kolik ginjal atau infeksi di dalam sumbatan saluran kemih. nyeri akibat batu saluran kemih dapat dijelaskan lewat dua mekanisme;
    (1) dilatasi sistem sumbatan dengan peregangan reseptor sakit dan
    (2) iritasi lokal dinding ureter atau dinding pelvis ginjal disertai edema dan penglepasan mediator sakit.
    2. Pengambilan batu
    - gelombang kejutan litotripsi ekstra korporeal
    - perkutaneus nefrolitomi/cara lain
    - pembedahan

  1. PATHWAYS
    Pathways dapat dilihat disini

  2. ANALISA DATA
    NO TGL / JAM DATA PROBLEM ETIOLOGI
    1 Diisi pada saat tanggal pengkajian Berisi data subjektif dan data objektif yang didapat dari pengkajian keperawatan masalah yang sedang dialami pasien seperti gangguan pola nafas, gangguan keseimbangan suhu tubuh, gangguan pola aktiviatas,dll Etiologi berisi tentang penyakit yang diderita pasien
  3. DIAGNOSA KEPERAWATAN

    • Nyeri sehubungan dengan cedera jaringan sekunder terhadap batu ginjal dan spasme otot polos (Engram, 1998).
    • Perubahan pola eliminasi urine sehubungan dengan obstruksi mekanik, inflamasi (Doenges, 1999)
    • Ansietas sehubungan dengan kurang pengetahuan tentang kondisi, pemeriksaan diagnostik dan rencana tindakan (Engram, 1998).
    • Ansietas sehubungan dengan tindakan pembedahan, kehilangan kontrol, hasil yang tidak dapat diperkirakan dan ketidakcukupan pengetahuan tentang rutinitas pra operasi, latihan dan aktifitas pasca operasi (Carpenito, 1999).
    • Resiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan sehubungan dengan mual/muntah (iritasi saraf abdominal dan pelvik umum dari ginjal atau kolik uretral) (Doenges, 1999).
    • Resiko tinggi terhadap cedera sehubungan dengan adanya batu pada saluran ginjal (Engram, 1998).
    • Kurang pengetahuan tentang prosedur operasi sehubungan dengan prosedur/tindakan operasi (Ignatavius, 1995)

  4. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
    NO DIAGNOSA KEPERAWATAN TUJUAN PERENCANAAN
    1 Nyeri sehubungan dengan cedera jaringan sekunder terhadap batu ginjal dan spasme otot polos
    mendemonstrasikan rasa nyeri hilang
    Dengan Kriteria Hasil :
    tak ada nyeri, ekspresi wajah rileks, tak ada mengerang dan perilaku melindungi bagian yang nyeri, frekwensi nadi 60-100 kali/menit, frekwensi nafas 12-24 kali/menit
    1. Kaji dan catat lokasi, intensitas (skala 0-10) dan penyebarannya. Perhatikan tanda-tanda verbal : tekanan darah, nadi, gelisah, merintih
    2. Jelaskan penyebab nyeri dan pentingnya melaporkan ke staf terhadap perubahan kejadian/karakteristik nyeri
    3. Berikan tindakan untuk meningkatkan kenyamanan seperti pijatan punggung, lingkungan nyaman, istirahat
    4. Bantu atau dorong penggunaan nafas berfokus, bimbingan imajinasi dan aktifitas terapeutik
    5. Dorong/bantu dengan ambulasi sesuai indikasi dan tingkatkan pemasukan cairan sedikitnya 3-4 l/hari dalam toleransi jantung
    6. Kolaborasi, berikan obat sesuai indikasi :
    7. Berikan kompres hangat pada punggung
    8. Pertahankan patensi kateter bila digunakan
    2 Perubahan pola eliminasi urine sehubungan dengan obstruksi mekanik, inflamasi
    klien berkemih dengan jumlah normal dan pola biasa atau tidak ada gangguan
    Kriteria Hasil :
    jumlah urine 1500 ml/24 jam dan pola biasa, tidak ada distensi kandung kemih dan oedema
    1. Monitor pemasukan dan pengeluaran serta karakteristik urine
    2. Tentukan pola berkemih normal klien dan perhatikan variasi
    3. Dorong klien untuk meningkatkan pemasukan cairan
    4. Periksa semua urine, catat adanya keluaran batu dan kirim ke laboratorium untuk analisa
    5. Selidiki keluhan kandung kemih penuh : palpasi untuk distensi suprapubik. Perhatikan penurunan keluaran urine, adanya edema periorbital/tergantung
    6. Observasi perubahan status mental, perilaku atau tingkat kesadaran
    7. Awasi pemeriksaan laboratorium, contoh elektrolit, BUN kreatinin
    8. Ambil urine untuk kultur dan sensitivitas
    9. Berikan obat sesuai indikasi, contoh :
    10. Perhatikan patensi kateter tak menetap, bila menggunakan
    11. Irigasi dengan asam atau larutan alkali sesuai indikasi

SKEP LUKA BAKAR





  1. TEORI Definisi
    Luka bakar adalah kerusakan atau kehilangan jaringan yang disebabkan kontak dengan sumber panas seperti api, air panas, bahan kimia, listrik, dan radiasi ( Moenajat).

    Etiologi
    Disebabkan oleh perpindahan energi dari sumber panas ke tubuh melelui konduksi atau radiasi elektromagnitik.
    Berdasarkan perjalanan penyakitnya luka bakar dibagi menjadi 3 fase, yaitu :
    1. Fase akut
      Pada fase ini problema yang ada berkisar pada gangguan saluran napas karena adanya cedera inhalasi dan gangguan sirkulasi. Pada fase ini terjadi gangguan keseimbangan sirkulasi cairan dan elektrolit akibat cedera termis bersifat sistemik.
    2. Fase sub akut
      Fase ini berlangsung setelah shock berakhir. Luka terbuka akibat kerusakan jaringan (kulit dan jaringan dibawahnya) menimbulkan masalah inflamasi, sepsis dan penguapan cairan tubuh disertai panas/energi.
    3. Fase lanjut
      Fase ini berlangsung setelah terjadi penutupan luka sampai terjadi maturasi. Masalah pada fase ini adalah timbulnya penyulit dari luka bakar berupa parut hipertrofik, kontraktur, dan deformitas lainnya.

    Patofisiologi
    Luka bakar mengakibatkan peningkatan permebilitas pembuluh darah sehingga air, klorida dan protein tubuh akan keluar dari dalam sel dan menyebabkan edema yang dapat berlanjut pada keadaan hipovolemia dan hemokonsentrasi. Burn shock ( shock Hipovolemik ) merupakan komplikasi yang sering terjadi, manisfestasi sistemik tubuh trhadap kondisi ini adalah :
    1. Respon kardiovaskuiler
      perpindahan cairan dari intravaskuler ke ekstravaskuler melelui kebocoran kapiler mengakibatkan kehilangan Na, air dan protein plasma serta edema jaringan yang diikuti dengan penurunan curah jantung Hemokonsentrasi sel darah merah, penurunan perfusi pada organ mayor edema menyeluruh.
    2. Respon Renalis
      Dengan menurunnya volume inravaskuler maka aliran ke ginjal dan GFR menurun mengakibatkan keluaran urin menurun dan bisa berakibat gagal ginjal
    3. Respon Gastro Intestinal
      Respon umum pada luka bakar > 20 % adalah penurunan aktivitas gastrointestinal. Hal ini disebabkan oleh kombinasi efek respon hipovolemik dan neurologik serta respon endokrin terhadap adanya perlukan luas. Pemasangan NGT mencegah terjadinya distensi abdomen, muntah dan aspirasi.
    4. Respon Imonologi
      Sebagian basis mekanik, kulit sebgai mekanisme pertahanan dari organisme yang masuk. Terjadinya gangguan integritas kulit akan memungkinkan mikroorganisme masuk kedalam luka.


    Klasifikasi luka bakar
    Untuk membantu mempermudah penilaian dalam memberikan terapi dan perawatan, luka bakar diklasifikasikan berdasarkan penyebab, kedalaman luka, dan keseriusan luka, yakni :
    1. Berdasarkan penyebab
      • Luka bakar karena api
      • Luka bakar karena air panas
      • Luka bakar karena bahan kimia
      • Luka bakar karena listrik
      • Luka bakar karena radiasi
      • Luka bakar karena suhu rendah (frost bite).
    2. Berdasarkan kedalaman luka bakar
      1. Luka bakar derajat I
        • Kerusakan terjadi pada lapisan epidermis
        • Kulit kering, hiperemi berupa eritema
        • Tidak dijumpai bulae
        • Nyeri karena ujung-ujung saraf sensorik teriritasi
        • Penyembuhan terjadi spontan dalam waktu 5-10 hari
      2. Luka bakar derajat II
        • Kerusakan meliputi epidermis dan sebagian dermis, berupa reaksi inflamasi disertai proses eksudasi.
        • Dijumpai bulae.
        • Nyeri karena ujung-ujung saraf teriritasi.
        • Dasar luka berwarna merah atau pucat, sering terletak lebih tinggi diatas kulit normal.
        Luka bakar derajat II ini dibedakan menjadi 2 (dua), yaitu :
        1. Derajat II dangkal (superficial)
          • Kerusakan mengenai bagian superfisial dari dermis.
          • Organ-organ kulit seperti folikel rambut, kelenjar keringat, kelenjar sebasea masih utuh.
          • Penyembuhan terjadi spontan dalam waktu 10-14 hari.
        2. Derajat II dalam (deep)
          • Kerusakan mengenai hampir seluruh bagian dermis.
          • Organ-organ kulit seperti folikel rambut, kelenjar keringat, kelenjar sebasea sebagian besar masih utuh.
          • Penyembuhan terjadi lebih lama, tergantung epitel yang tersisa. Biasanya penyembuhan terjadi lebih dari sebulan.
      3. Luka bakar derajat III
        • Kerusakan meliputi seluruh lapisan dermis dan lapisan yang lebih dalam.
        • Organ-organ kulit seperti folikel rambut, kelenjar keringat, kelenjar sebasea mengalami kerusakan.
        • Tidak dijumpai bulae.
        • Kulit yang terbakar berwarna abu-abu dan pucat. Karena kering letaknya lebih rendah dibanding kulit sekitar.
        • Terjadi koagulasi protein pada epidermis dan dermis yang dikenal sebagai eskar.
        • Tidak dijumpai rasa nyeri dan hilang sensasi, oleh karena ujung-ujung saraf sensorik mengalami kerusakan/kematian.
        • Penyembuhan terjadi lama karena tidak terjadi proses epitelisasi spontan dari dasar luka.
      Berdasarkan tingkat keseriusan luka
      American Burn Association menggolongkan luka bakar menjadi tiga kategori, yaitu:
      1. Luka bakar mayor
        • Luka bakar dengan luas lebih dari 25% pada orang dewasa dan lebih dari 20% pada anak-anak.
        • Luka bakar fullthickness lebih dari 20%.
        • Terdapat luka bakar pada tangan, muka, mata, telinga, kaki, dan perineum.
        • Terdapat trauma inhalasi dan multiple injuri tanpa memperhitungkan derajat dan luasnya luka.
        • Terdapat luka bakar listrik bertegangan tinggi.
      2. Luka bakar moderat
        • Luka bakar dengan luas 15-25% pada orang dewasa dan 10-20% pada anak-anak.
        • Luka bakar fullthickness kurang dari 10%.
        • Tidak terdapat luka bakar pada tangan, muka, mata, telinga, kaki, dan perineum.
      3. Luka bakar minor Luka bakar minor seperti yg didefinisikan oleh Trofino (1991) dan Griglak (1992)adalah :
        • Luka bakar dengan luas kurang dari 15% pada orang dewasa dan kurang dari 10 % pada anak-anak.
        • Luka bakar fullthickness kurang dari 2%.
        • Tidak terdapat luka bakar di daerah wajah, tangan, dan kaki.
        • Luka tidak sirkumfer.
        • Tidak terdapat trauma inhalasi, elektrik, fraktur.

    Ukuran luas luka bakar
    Dalam menentukan ukuran luas luka bakar kita dapat menggunakan beberapa metode yaitu :
    1. Rule of nine
      • Kepala dan leher : 9%
      • Dada depan dan belakang : 18%
      • Abdomen depan dan belakang : 18%
      • Tangan kanan dan kiri : 18%
      • Paha kanan dan kiri : 18%
      • Kaki kanan dan kiri : 18%
      • Genital : 1%
    2. Diagram Penentuan luas luka bakar secara lebih lengkap dijelaskan dengan diagram Lund dan Browder sebagai berikut:
      LOKASI USIA (Tahun)
      0-1 1-4 5-9 10-15 DEWASA
      KEPALA 19 17 13 10 7
      LEHER 2 2 2 2 2
      DADA & PERUT 13 13 13 13 13
      PUNGGUNG 13 13 13 13 13
      PANTAT KIRI 2,5 2,5 2,5 2,5 2,5
      PANTAT KANAN 2,5 2,5 2,5 2,5 2,5
      KELAMIN 1 1 1 1 1
      LENGAN ATAS KA. 4 4 4 4 4
      LENGAN ATAS KI. 4 4 4 4 4
      LENGAN BAWAH KA 3 3 3 3 3
      LENGAN BAWAH KI. 3 3 3 3 3
      TANGAN KA 2,5 2,5 2,5 2,5 2,5
      TANGAN KI 2,5 2,5 2,5 2,5 2,5
      PAHA KA. 5,5 6,5 8,5 8,5 9,5
      PAHA KI. 5,5 6,5 8,5 8,5 9,5
      TUNGKAI BAWAH KA 5 5 5,5 6 7
      TUNGKAI BAWAH KI 5 5 5,5 6 7
      KAKI KANAN 3,5 3,5 3,5 3,5 3,5
      KAKI KIRI 3,5 3,5 3,5 3,5 3,5

    Komplikasi
    • Hypertropi jaringan.
    • Kontraktur.
    Penatalaksanaan medis
    • Penanggulangan terhadap shock
    • mengatasi gangguan keseimbangan cairan
      • Protokol pemberian cairan mengunakan rumus Brooke yang sudah dimodifikasi yaitu :
      • 24 jam I : Ciran Ringer Lactat : 2,5 – 4 cc/kg BB/% LB.
        1. ½ bagian diberikan dalam 8 jam pertama (dihitung mulai dari jam kecelakaan).
        2. ½ bagian lagi diberikan dalam 16 jam berikutnya.
      • 24 jam II : Cairan Dex 5 % in Water : 24 x (25 + % LLB) X BSA cc.
      • Albumin sebanyak yang diperlukan, (0,3 – 0,5 cc/kg/%).
    • Mengatasi gangguan pernafasan
    • Mengataasi infeksi
    • Eksisi eskhar dan skin graft.
    • Pemberian nutrisi
    • Rahabilitasi
    • Penaggulangan terhadap gangguan psikologis.

    Pemeriksaan Penunjang
    1. Diagnosa medis
    2. pemeriksaan dignostik
      • laboratorium : Hb, Ht, Leucosit, Thrombosit, Gula darah, Elektrolit, Ureum, Kreatinin, Protein, Albumin, Hapusan luka, Urine lengkap, Analisa gas darah (bila diperlukan), dan lain – lain.
      • Rontgen : Foto Thorax, dan lain-lain.
      • EKG
      • CVP : untuk mengetahui tekanan vena sentral, diperlukan pada luka bakar lebih dari 30 % dewasa dan lebih dari 20 % pada anak.
      • Dan lain-lain.

  2. PATHWAYS
    Pathways dapat dilihat disini

  3. ANALISA DATA
    NO TGL / JAM DATA PROBLEM ETIOLOGI
    1 Diisi pada saat tanggal pengkajian Berisi data subjektif dan data objektif yang didapat dari pengkajian keperawatan masalah yang sedang dialami pasien seperti gangguan pola nafas, gangguan keseimbangan suhu tubuh, gangguan pola aktiviatas,dll Etiologi berisi tentang penyakit yang diderita pasien
  4. DIAGNOSA KEPERAWATAN
    • Tidak efektifnya pertukaran gas/oksigen b.d kerusakan jalan nafas.
    • Tidak efektifnya pertukaran gas/oksigen b.d kerusakan jalan nafas
    • Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit b.d banyaknya penguapan/cairan tubuh yang keluar.
    • Nyeri b.d kerusakan kulit dan tindakan pencucian .
    • Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d peningkatan metabolik(BMR)
    • Risti infeksi b.d kerusakan integritas kulit
    • Gangguan mobilisasi b.d keruskan jaringan dan kontraktur
    • Cemas/takut b.d hospitalisasi/prosedur isolasi
    • Gangguan body image b.d perubahan penampilan fisik
    • Kurang pengetahuan tentang kondisi luka bakar, prognosis dan perawatan luka bakar b.d kurangnya informasi
  5. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
    NO DIAGNOSA KEPERAWATAN TUJUAN PERENCANAAN
    1 Tidak efektifnya pertukaran gas/oksigen b.d kerusakan jalan nafas.
    Oksigenasi jaringan adekuat Dengan Kriteria Hasil :
    • Tidak ada tanda-tanda sianosis
    • Frekuensi nafas 12 - 24 x/mnt
    • SP O2 > 95
    1. kaji tanda-tanda distress nafas, bunyi, frekuensi, irama, kedalaman nafas.
    2. monitor tanda-tanda hypoxia(agitsi,takhipnea, stupor,sianosis)
    3. monitor hasil laboratorium, AGD, kadar oksihemoglobin, hasil oximetri nadi,
    4. Kolaborasi dengan tim medis untuk pemasangan endotracheal tube atau tracheostomi tube bila diperlukan.
    5. kola bolarasi dengan tim medis untuk pemasangan ventilator bila diperlukan.
    6. kolaborasi dengan tim medis untuik pemberian inhalasi terapi bila diperlukan
    2 Tidak efektifnya pertukaran gas/oksigen b.d kerusakan jalan nafas
    Oksigenasi jaringan adekuat
    Kriteria Hasil :
    • Tidak ada tanda-tanda sianosis
    • Frekuensi nafas 12 - 24 x/mnt
    • SP O2 > 95
    1. kaji tanda-tanda distress nafas, bunyi, frekuensi, irama, kedalaman nafas.
    2. monitor tanda-tanda hypoxia(agitsi,takhipnea, stupor,sianosis)
    3. monitor hasil laboratorium, AGD, kadar oksihemoglobin, hasil oximetri nadi,
    4. Kolaborasi dengan tim medis untuk pemasangan endotracheal tube atau tracheostomi tube bila diperlukan.
    5. kola bolarasi dengan tim medis untuk pemasangan ventilator bila diperlukan.
    6. kolaborasi dengan tim medis untuik pemberian inhalasi terapi bila diperlukan
    3 Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit b.d banyaknya penguapan/cairan tubuh yang keluar.
    Pemulihan cairan optimal dan keseimbangan elektrolit serta perfusi organ vital tercapai Kriteria Hasil :
    • BP 100-140/60 –90 mmHg
    • Produksi urine >30 ml/jam (minimal 1 ml/kg BB/jam)
    • Ht 37-43 %
    • Turgor elastis
    • Mucosa lembab
    • Akral hangat
    • Rasa haus tidak ada
    1. Berikan banyak minum kalau kondisi lambung memungkinkan baik secara langsung maupun melalui NGT
    2. Monitor dan catat intake, output (urine 0,5 – 1 cc/kg.bb/jam)
    3. Beri cairan infus yang mengandung elektrolit (pada 24 jam ke I), sesuai dengan rumus formula yang dipakai.
    4. Monitor vital sign
    5. Monitor kadar Hb, Ht, elektrolit, minimal setiap 12 jam.
    4 Nyeri b.d kerusakan kulit dan tindakan pencucian .
    Nyeri berkurang
    Kriteria hasil :
    • Skala 1-2
    • Expresi wajah tenang
    • Nadi 60-100 x/mnt
    • Klien tidak gelisah
    1. Kaji rasa nyeri
    2. Atur posisi tidur senyaman mungkin
    3. Anjurkan klien untuk teknik rileksasi
    4. Lakukan prosedur pencucian luka dengan hati-hati
    5. Anjurkan klien untuk mengekspresikan rasa nyeri yang dirasakan
    6. Beri tahu klien tentang penyebab rasa sakit pada luka bakar
    7. Kolaborasi dengan tinm medis untuik pemberian analgetik
    5 Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d peningkatan metabolik(BMR)
    Intake nutrisi adekuat dengan mempertahankan 85-90% BB
    Kriteria hasil :
    • Intake kalori 1600 -2000 kkal
    • Intake protein +- 40 gr /hari
    • Makanan yang disajikan habis dimakan
    1. kaji sejauh mana kurangnya nutrisi
    2. lakukan penimbangan berat badan klien setiap hari (bila mungkin)
    3. pertahankan keseimbangan intake dan output
    4. jelaskan kepada klien tentang pentingnya nutrisi sebagai penghasil kalori yang sangat dibutuhkan tubuh dalam kondisi luka bakar.
    5. Kolaborasi dengan tim medis untuk pemberian nutrisi parenteral
    6. Kolaborsi dengan tim ahli gizi untuk pemberian nutrisi yang adekuat.
    6 Risti infeksi b.d kerusakan integritas kulit
    Infeksi tidak terjadi
    Kriteria hasil :
    • Suhu 36 – 37 C
    • BP 100-140/60 –90 mmHg
    • Leukosit 5000 -10.000.ul
    • Tidak ada kemerahan, pembengkakan, dan kelainan fungsi
    1. Beritahu klien tentang tindakan yang akan dilakukan
    2. Cuci tangan sebelum dan sesudah melekukan tindakan
    3. Gunakan sarung tangan steril, masker, penutup kepala dan tehnik aseptic selama dalam perawatan
    4. Kaji sampai dimana luas dan kedalaman luka klien, kalau memungkinkan beritahu klien tentang kondisinya
    5. Kaji tanda-tanda infeksi (dolor, kolor, rubor, tumor dan fungsiolesa)
    6. Lakukan ganti balutan dengan tehnik steril, gunakan obat luka (topical)yang sesuai dengan kondisi luka dan sesuai dengan program medis
    7. Monitor vital sign
    8. Petahankan personal hygiene

    Gangguan mobilisasi b.d keruskan jaringan dan kontraktur Mobilitas fisik optimal Kriteria hasil :
    • OS mampu melakukan ROM aktif
    • Tidak ada tanda-tanda kontraktur daerah luka bakar
    • Kebutuhan sehari-hari terpenuhi
    1. Kaji kemampuan ROM (Range Of Motion)
    2. Ajarkan dan anjurkan klien untuk berlatih menggerakan persendian pada eksteremitas secara bertahap.
    3. Beri support mental
    4. Kolaborasi dengan tim fisioterapi
    5. untuk program latihan selanjutnya

    Cemas/takut b.d hospitalisasi/prosedur isolasi Rasa cemas/takut hilang dan klien dapat beradaptasi Kriteria hasil :
    • Klien terlihat tenang
    • Os mengerti tentang prosedur perawatan luka bakar
    1. Kaji sejauh mana rasa/takut klien
    2. Beri kesempatan klien untuk mengungkapkan perasaannya
    3. Beri tahu klien tentang prosedur perawatan luka bakar
    4. Jelaskan pada klien mengapa perlu dilakukan perawatan dengan prosedur isolasi
    5. Beritahu keadaan lokasi tempat klien rawat

    Gangguan body image b.d perubahan penampilan fisik Gangguan body image Kriteria hasil :
    • Daerah luka bakar dalam perbaikan
    • OS dapat menerima kondisinya
    • OS tenang
    1. Kaji sejauh mana ras khawatir klien tentang akibat luka
    2. Beri kesempatan klien untuk mengungkapkan perasaannya
    3. Lakukan prosedur perawatan yang tepat sehingga tidak terjadi komlikasi berupa cacat fisik
    4. Beri support mental dan ajak keluarga dalam memberikan support

    Kurang pengetahuan tentang kondisi luka bakar, prognosis dan perawatan luka bakar b.d kurangnya informasi Klien mengetahui tentang kondisi luka bakar, prognosisi dan perawatan luka bakar Kriteria hasil :
    • Klien terlihat tenang
    • Klien mengerti tentang kondisinya
    1. Kaji sejauh mana pengetahuan klien tentang kondisi, prognosis dan harapan masa depan
    2. Diskusikan harapan klien untuk kembali kerumah, bekerja dan kembali melakukan aktifitras secara normal
    3. Anjurkan klien untuk menentukan program latihan dan waktu untuk istirahat
    4. Beri kesempatan pada klien untuk bertanya mengenai hal-hal yang tidak diketahuinya.

SKEP ANAK DENGAN DEFEK SEPTUM ATRIUM


  1. TEORI Atrial Septal Defect adalah adanya hubungan (lubang) abnormal pada sekat yang memisahkan atrium kanan dan atrium kiri. Kelainan jantung bawaan yang memerlukan pembedahan jantung terbuka adalah defek sekat atrium. Defek sekat atrium adalah hubungan langsung antara serambi jantung kanan dan kiri melalui sekatnya karena kegagalan pembentukan sekat. Defek ini dapat berupa defek sinus venousus di dekat muara vena kava superior, foramen ovale terbuka pada umumnya menutup spontan setelah kelahiran, defek septum sekundum yaitu kegagalan pembentukan septum sekundum dan defek septum primum adalah kegagalan penutupan septum primum yang letaknya dekat sekat antar bilik atau pada bantalan endokard. Macam-macam defek sekat ini harus ditutup dengan tindakan bedah sebelum terjadinya pembalikan aliran darah melalui pintasan ini dari kanan ke kiri sebagai tanda timbulnya sindrome Eisenmenger. Bila sudah terjadi pembalikan aliran darah, maka pembedahan dikontraindikasikan. Tindakan bedah berupa penutupan dengan menjahit langsung dengan jahitan jelujur atau dengan menambal defek dengan sepotong dakron.
    Tiga macam variasi yang terdapat pada ASD, yaitu
    1. Ostium Primum (ASD 1), letak lubang di bagian bawah septum, mungkin disertai kelainan katup mitral.
    2. Ostium Secundum (ASD 2), letak lubang di tengah septum.
    3. Sinus Venosus Defek, lubang berada diantara Vena Cava Superior dan Atrium Kanan.

    Etiologi
    Penyebabnya belum dapat diketahui secara pasti, tetapi ada beberapa faktor yang diduga mempunyai pengaruh pada peningkatan angka kejadian ASD.
    Faktor-faktor tersebut diantaranya :
    1. Faktor Prenatal
      a. Ibu menderita infeksi Rubella
      b. Ibu alkoholisme
      c. Umur ibu lebih dari 40 tahun
      d. Ibu menderita IDDM
      e. Ibu meminum obat-obatan penenang atau jamu
    2. Faktor genetik
      a. Anak yang lahir sebelumnya menderita PJB
      b. Ayah atau ibu menderita PJB
      c. Kelainan kromosom misalnya Sindroma Down
      d. Lahir dengan kelainan bawaan lain

    Gangguan hemodinamik
    Tekanan di Atrium kiri lebih tinggi daripada tekanan di Atrium Kanan sehingga memungkinkan aliran darah dari Atrium Kiri ke Atrium Kanan.

    Patofisiologi
    Pada kasus Atrial Septal Defect yang tidak ada komplikasi, darah yang mengandung oksigen dari Atrium Kiri mengalir ke Atrium Kanan tetapi tidak sebaliknya. Aliran yang melalui defek tersebut merupakan suatu proses akibat ukuran dan complain dari atrium tersebut. Normalnya setelah bayi lahir complain ventrikel kanan menjadi lebih besar daripada ventrikel kiri yang menyebabkan ketebalan dinding ventrikel kanan berkurang. Hal ini juga berakibatvolume serta ukuran atrium kanan dan ventrikel kanan meningkat. Jika complain ventrikel kanan terus menurun akibat beban yang terus meningkat shunt dari kiri kekanan bisa berkurang. Pada suatu saat sindroma Eisenmenger bisa terjadi akibat penyakit vaskuler paru yang terus bertambah berat. Arah shunt pun bisa berubah menjadi dari kanan kekiri sehingga sirkulasi darah sistemik banyak mengandung darah yang rendah oksigen akibatnya terjadi hipoksemi dan sianosis.

    Manifestasi klinis
    1. Bising sistolik tipe ejeksi di daerah sela iga dua/tiga pinggir sternum kiri.
    2. Dyspnea
    3. Aritmia

    Pemeriksaan penunjang
    1. Laboratorium
    2. Foto thorax
    3. EKG ; deviasi aksis ke kiri pada ASD primum dan deviasi aksis ke kanan pada ASD Secundum; RBBB,RVH
    4. Echo
    5. Kateterisasi jantung ; prosedur diagnostik dimana kateter radiopaque dimasukan kedalam serambi jantung melalui pembuluh darah perifer, diobservasi dengan fluoroskopi atau intensifikasi pencitraan; pengukuran tekanan darah dan sample darah memberikan sumber-sumber informasi tambahan.
    6. TEE (Trans Esophageal Echocardiography)

    Terapi medis/pemeriksaan penunjang
    1. Pembedahan penutupan defek dianjurkan pada saat anak berusia 5-10 tahun. Prognosis sangat ditentukan oleh resistensi kapiler paru, dan bila terjadi sindrome Eisenmenger, umumnya menunjukkan prognosis buruk.
    2. Amplazer Septal Ocluder
    3. Sadap jantung (bila diperlukan).

    Komplikasi
    1. Gagal Jantung
    2. Penyakit pembuluh darah paru
    3. Endokarditis
    4. Aritmia

  2. PATHWAYS
    Pathways dapat dilihat disini

  3. ANALISA DATA
    NO TGL / JAM DATA PROBLEM ETIOLOGI
    1 Diisi pada saat tanggal pengkajian Berisi data subjektif dan data objektif yang didapat dari pengkajian keperawatan masalah yang sedang dialami pasien seperti gangguan pola nafas, gangguan keseimbangan suhu tubuh, gangguan pola aktiviatas,dll Etiologi berisi tentang penyakit yang diderita pasien
  4. DIAGNOSA KEPERAWATAN

    • Risiko tinggi penurunan curah jantung berhubungan dengan defek struktur.
    • Intoleransi aktivitas berhubungan dengan gangguan sistem transport oksigen
    • Perubahan pertumbuhan dan perkembangan berhubungan dengan ketidakadekuatan oksigen dan nutrien pada jaringan; isolasi sosial.
    • Risiko tinggi infeksi berhubungan dengan status fisik yang lemah.
    • Risiko tinggi cedera (komplikasi) berhubungan dengan kondisi jantung dan terapi
    • Perubahan proses keluarga berhubungan dengan mempunyai anak dengan penyakit jantung (ASD)

  5. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
    NO DIAGNOSA KEPERAWATAN TUJUAN PERENCANAAN
    1 Risiko tinggi penurunan curah jantung berhubungan dengan defek struktur.
    Klien akan menunjukkan perbaikan curah jantung. Dengan Kriteria Hasil :
    • Frekwensi jantung, tekanan darah, dan perfusi perifer berada pada batas normal sesuai usia.
    • Keluaran urine adekuat (antara 0,5 – 2 ml/kgbb, bergantung pada usia )
    1. Beri digoksin sesuai program, dengan menggunakan kewaspadaan yang dibuat untuk mencegah toxisitas.
    2. Beri obat penurun afterload sesuai program
    3. Beri diuretik sesuai program
    2 Intoleransi aktivitas berhubungan dengan gangguan sistem transport oksigen
    Klien mempertahankan tingkat energi yang adekuat tanpa stress tambahan.
    Kriteria Hasil :
    • Anak menentukan dan melakukan aktivitas yang sesuai dengan kemampuan.
    • Anak mendapatkan waktu istirahat/tidur yang tepat.
    1. Berikan periode istirahat yang sering dan periode tidur tanpa gangguan.
    2. Anjurkan permainan dan aktivitas yang tenang.
    3. Bantu anak memilih aktivitas yang sesuai dengan usia, kondisi, dan kemampuan.
    4. Hindari suhu lingkungan yang ekstrem karena hipertermia atau hipotermia meningkatkan kebutuhan oksigen.
    5. Implementasikan tindakan untuk menurunkan ansietas.
    6. Berespons dengan segera terhadap tangisan atau ekspresi lain dari distress.
    3 Perubahan pertumbuhan dan perkembangan berhubungan dengan ketidakadekuatan oksigen dan nutrien pada jaringan; isolasi sosial.
    Pasien mengikuti kurva pertumbuhan berat badan dan tinggi badan.
    Anak mempunyai kesempatan untuk berpartisipasi dalam aktivitas yang sesuai dengan usia
    Kriteria Hasil :
    • Anak mencapai pertumbuhan yang adekuat.
    • Anak melakukan aktivitas sesuai usia
    • Anak tidak mengalami isolasi sosial
    1. Beri diet tinggi nutrisi yang seimbang untuk mencapai pertumbuhan yang adekuat.
    2. Pantau tinggi dan berat badan; gambarkan pada grafik pertumbuhan untuk menentukan kecenderungan pertumbuhan.
    3. Dapat memberikan suplemen besi untuk mengatasi anemia, bila dianjurkan.
    4. Dorong aktivitas yang sesuai usia.
    5. Tekankan bahwa anak mempunyai kebutuhan yang sama terhadap sosialisasi seperti anak yang lain.
    6. Izinkan anak untuk menata ruangnya sendiri dan batasan aktivitas karena anak akan beristirahat bila lelah.
    4 Risiko tinggi infeksi berhubungan dengan status fisik yang lemah.
    Klien tidak menunjukkan tanda-tanda infeksi Kriteria hasil :
    Anak bebas dari infeksi.
    1. Hindari kontak dengan individu yang terinfeksi
    2. Beri istirahat yang adekuat
    3. Beri nutrisi optimal untuk mendukung pertahanan tubuh alami.
    5 Risiko tinggi cedera (komplikasi) berhubungan dengan kondisi jantung dan terapi
    Klien/keluarga mengenali tanda-tanda komplikasi secara dini.
    Kriteria hasil :
    • Keluarga mengenali tanda-tanda komplikasi dan melakukan tindakan yang tepat.
    • Klien/keluarga menunjukkan pemahaman tentang tes diagnostik dan pembedahan.
    1. Ajari keluarga untuk mengenali tanda-tanda komplikasi,Gagal jantung kongestif :
      • Takikardi, khususnya selama istirahat dan aktivitas ringan.
      • Takipnea
      • Keringat banyak di kulit kepala, khususnya pada bayi.
      • Keletihan
      • Penambahan berat badan yang tiba-tiba
      • Distress pernapasan
      • Toksisitas digoksin
      • Muntah (tanda paling dini)
      • Mual
      • Anoreksia
      • Bradikardi.
      • Disritmia
      • Peningkatan upaya pernapasan – retraksi, mengorok, batuk, sianosis.
      • Hipoksemia – sianosis, gelisah.
      • Kolaps kardiovaskular – pucat, sianosis, hipotonia.
    2. Ajari keluarga untuk melakukan intervensi selama serangan hipersianotik
      • Tempatkan anak pada posisi lutut-dada dengan kepala dan dada ditinggikan.
      • Tetap tenang.
      • Beri oksigen 100% dengan masker wajah bila ada.
      • Hubungi praktisi
    3. Jelaskan atau klarifikasi informasi yang diberikan oleh praktisi dan ahli bedah pada keluarga.
    4. Siapkan anak dan orang tua untuk prosedur.
    5. Bantu membuat keputusan keluarga berkaitan dengan pembedahan.
    6. Gali perasaan mengenai pilihan pembedahan.
    6 Perubahan proses keluarga berhubungan dengan mempunyai anak dengan penyakit jantung (ASD)
    Klien/keluarga mengalami penurunan rasa takut dan ansietas
    Klien menunjukkan perilaku koping yang positif
    Kriteria hasil :
    • Keluarga mendiskusikan rasa takut dan ansietasnya
    • Keluarga menghadapi gejala anak dengan cara yang positif
    1. Diskusikan dengan orang tua dan anak (bila tepat) tentang ketakutan mereka dan masalah defek jantung dan gejala fisiknya pada anak karena hal ini sering menyebabkan ansietas/rasa takut.
    2. Dorong keluarga untuk berpartisipasi dalam perawatan anak selama hospitalisasi untuk memudahkan koping yang lebih baik di rumah.
    3. Dorong keluarga untuk memasukkan orang lain dalam perawatan anak untuk mencegah kelelahan pada diri mereka sendiri.
    4. Bantu keluarga dalam menentukan aktivitas fisik dan metode disiplin yang tepat untuk anak.

SKEP ANAK DENGAN HISPRUNG



  1. TEORI Ada beberapa pengertian mengenai Mega Colon, namun pada intinya sama yaitu penyakit yang disebabkan oleh obstruksi mekanis yang disebabkan oleh tidak adekuatnya motilitas pada usus sehingga tidak ada evakuasi usus spontan dan tidak mampunya spinkter rectum berelaksasi.
    Hirschsprung atau Mega Colon adalah penyakit yang tidak adanya sel – sel ganglion dalam rectum atau bagian rektosigmoid Colon. Dan ketidak adaan ini menimbulkan keabnormalan atau tidak adanya peristaltik serta tidak adanya evakuasi usus spontan ( Betz, Cecily & Sowden : ).
    Penyakit Hirschsprung atau Mega Kolon adalah kelainan bawaan penyebab gangguan pasase usus tersering pada neonatus, dan kebanyakan terjadi pada bayi aterm dengan berat lahir  3 Kg, lebih banyak laki – laki dari pada perempuan. ( Arief Mansjoeer ).

    Etiologi
    Adapun yang menjadi penyebab Hirschsprung atau Mega Colon itu sendiri adalah diduga terjadi karena faktor genetik dan lingkungan sering terjadi pada anak dengan Down syndrom, kegagalan sel neural pada masa embrio dalam dinding usus, gagal eksistensi, kranio kaudal pada myentrik dan sub mukosa dinding plexus.

    Patofisiologi
    Istilah congenital aganglionic Mega Colon menggambarkan adanya kerusakan primer dengan tidak adanya sel ganglion pada dinding sub mukosa kolon distal. Segmen aganglionic hampir selalu ada dalam rectum dan bagian proksimal pada usus besar. Ketidakadaan ini menimbulkan keabnormalan atau tidak adanya gerakan tenaga pendorong ( peristaltik ) dan tidak adanya evakuasi usus spontan serta spinkter rectum tidak dapat berelaksasi sehingga mencegah keluarnya feses secara normal yang menyebabkan adanya akumulasi pada usus dan distensi pada saluran cerna. Bagian proksimal sampai pada bagian yang rusak pada Mega Colon ( Betz, Cecily & Sowden).
    Semua ganglion pada intramural plexus dalam usus berguna untuk kontrol kontraksi dan relaksasi peristaltik secara normal.
    Isi usus mendorong ke segmen aganglionik dan feses terkumpul didaerah tersebut, menyebabkan terdilatasinya bagian usus yang proksimal terhadap daerah itu karena terjadi obstruksi dan menyebabkan dibagian Colon tersebut melebar ( Price, S & Wilson ).

    Manifestasi klinis
    Bayi baru lahir tidak bisa mengeluarkan Meconium dalam 24 – 28 jam pertama setelah lahir. Tampak malas mengkonsumsi cairan, muntah bercampur dengan cairan empedu dan distensi abdomen. (Nelson, ).
    Gejala Penyakit Hirshsprung adalah obstruksi usus letak rendah, bayi dengan Penyakit Hirshsprung dapat menunjukkan gejala klinis sebagai berikut. Obstruksi total saat lahir dengan muntaah, distensi abdomen dan ketidakadaan evakuasi mekonium. Keterlambatan evakuasi meconium diikuti obstruksi konstipasi, muntah dan dehidrasi. Gejala rigan berupa konstipasi selama beberapa minggu atau bulan yang diikuti dengan obstruksi usus akut. Konstipasi ringan entrokolitis dengan diare, distensi abdomen dan demam. Adanya feses yang menyemprot pas pada colok dubur merupakan tanda yang khas. Bila telah timbul enterokolitis nikrotiskans terjadi distensi abdomen hebat dan diare berbau busuk yang dapat berdarah ( Nelson, ).
    1. Anak – anak
      a Konstipasi
      b Tinja seperti pita dan berbau busuk
      c Distenssi abdomen
      d Adanya masa difecal dapat dipalpasi
      e Biasanya tampak kurang nutrisi dan anemi ( Betz cecily & sowden ).
    2. Komplikasi
      a Obstruksi usus
      b Konstipasi
      c Ketidak seimbangan cairan dan elektrolit
      d Entrokolitis
      e Struktur anal dan inkontinensial ( pos operasi ) ( Betz cecily & sowden, )

    Pemeriksaan penunjang
    1. Pemeriksaan dengan barium enema, dengan pemeriksaan ini akan bisa ditemukan :
      a Daerah transisi
      b Gambaran kontraksi usus yang tidak teratur di bagian usus yang menyempit
      c Entrokolitis padasegmen yang melebar
      d Terdapat retensi barium setelah 24 – 48 jam ( Darmawan K)
    2. Biopsi isap
      Yaitu mengambil mukosa dan sub mukosa dengan alat penghisap dan mencari sel ganglion pada daerah sub mukosa ( Darmawan K, )
    3. Biopsi otot rektum
      Yaitu pengambilan lapisan otot rektum
    4. Periksaan aktivitas enzim asetil kolin esterase dari hasil biobsi isap pada penyakit ini khas terdapat peningkatan, aktifitas enzimasetil kolin esterase ( Darmawan K, 2004 : 17 )
    5. Pemeriksaan aktivitas norepinefrin dari jaringan biopsi usus
    6. Pemeriksaan colok anus
      Pada pemeriksaan ini jari akan merasakan jepitan dan pada waktu tinja yang menyemprot. Pemeriksaan ini untuk mengetahu bahu dari tinja, kotoran yang menumpuk dan menyumbat pada usus di bagian bawah dan akan terjadi pembusukan.

    Penatalaksanaan
    1. Medis
      Penatalaksaan operasi adalah untuk memperbaiki portion aganglionik di usus besar untuk membebaskan dari obstruksi dan mengembalikan motilitas usus besar sehingga normal dan juga fungsi spinkter ani internal.
      Ada dua tahapan dalam penatalaksanaan medis yaitu :
      1. Temporari ostomy dibuat proksimal terhadap segmen aganglionik untuk melepaskan obstruksi dan secara normal melemah dan terdilatasinya usus besar untuk mengembalikan ukuran normalnya.
      2. Pembedahan koreksi diselesaikan atau dilakukan lagi biasanya saat berat anak mencapai sekitar 9 Kg ( 20 pounds ) atau sekitar 3 bulan setelah operasi pertama Ada beberapa prosedur pembedahan yang dilakukan seperti Swenson, Duhamel, Boley & Soave. Prosedur Soave adalah salah satu prosedur yang paling sering dilakukan terdiri dari penarikan usus besar yang normal bagian akhir dimana mukosa aganglionik telah diubah
    2. Perawatan
      Perhatikan perawatan tergantung pada umur anak dan tipe pelaksanaanya bila ketidakmampuan terdiagnosa selama periode neonatal, perhatikan utama antara lain :
      1. Membantu orang tua untuk mengetahui adanya kelainan kongenital pada anak secara dini
      2. Membantu perkembangan ikatan antara orang tua dan anak
      3. Mempersiapkan orang tua akan adanya intervensi medis ( pembedahan )
      4. Mendampingi orang tua pada perawatan colostomy setelah rencana pulang Pada perawatan preoperasi harus diperhatikan juga kondisi klinis anak – anak dengan mal nutrisi tidak dapat bertahan dalam pembedahan sampai status fisiknya meningkat. Hal ini sering kali melibatkan pengobatan simptomatik seperti enema. Diperlukan juga adanya diet rendah serat, tinggi kalori dan tinggi protein serta situasi dapat digunakan nutrisi parenteral total

    Tumbuh kembang anak
    Konsep tumbuh kembang anak difokuskan pada usia todler yakni 1 – 3 tahun bisa juga dimasukkan dalam tahapan pre operasional yakni umur 2 – 7 tahun. Menurut Yupi. S berdasarkan teori peaget bahwa masa ini merupakan gambaran kongnitif internal anak tentang dunia luar dengan berbagai kompleksitasnya yang tumbuh secara bertahap merupakan suatu masa dimana pikiran agak terbatas. Anak mampu menggunakan simbul melalui kata – kata, mengingat sekarang dan akan datang. Anak mampu membedakan dirinya sendiri dengan objek dalam dunia sekelilingnya baik bahasa maupun pikiranya bercirikan egesenterisme, ia tidak mahu menguasai ide persamaan terutama berkaitan dengan masalah–masalah secara logis, tetapi dalam situasi bermain bebas ia cenderung untuk memperlihatkan perilaku logis dan berakal sehat pada tahap ini akan mulai mengenal tubuhnya
    Pertumbuhan berkaitan dengan masalah perubahan dalam besar, jumlah, ukuran atau dimensi tingkat sel, organ maupun individu yang dapat diukur dengan ukuran berat ( gram, pounnd, kilogram ). Ukuran panjang ( cm, meter ). Umur tulang dan keseimbangan metabolik ( retensi kalium dan nitrogen tubuh ). Perkembangan adalah bertambahnya kemampuan dalam struktur dan fungsi yang lebih komplek dalam pola yang teratur dan dapat diramalkan sebagai hasil dari proses pematangan
    Pada pertumbuhan fisik dapat dinilai pertambahan berat badan sebanyak 2,2 Kg/ tahun dan tinggi badan akan bertambah kira – kira 7,5 cm/ tahun. Proporsi tumbuh berubah yaitu lengan dan kaki tumbuh lebih cepat dari pada kepala dan badan lorosis lumbal pada medulla spinalis kurang terlihat dan tungkai mempunyai tampilan yang bengkok. Lingkar kepala meningkat 2,5 cm/ tahun dan fontanella anterior menutup pada usia 15 bulan. Gigi molar pertama dan molar kedua serta gigi taring mulai muncul ( Betz & Sowden,)

    Strategi Pengurangan Dampak Hospitalisasi Pada Usia Todler
    Pada usia todler anak cenderung egosentris maka dalam menjelaskan prosedur dalam hubungan dengan cara apa yang akan anak lihat, dengar, bau, raba dan rasakan. Katakan pada anak tidak apa- apa menangis atau gunakan ekspresi verbal untuk mengatakan tidak nyaman.
    Pada usia ini juga mengalami keterbatasan kemampuan berkomunikasi lebih sering menggunakan perilaku atau sikap. Sedikit pendekatan yang sederhana menggunkan contoh peralatan yang kecil ( ijinkan anak untuk memegang peralatan ) menggunakan permainan.
    Pada usia ini menjadikan hubungan yang sulit antara anak dengan perawat diperlukan orang tua pada keadaan ini, apapun cara yang dilakukan anaka harus merupakan pertimbangan pertama. Ibu harus didorong untuk tinggal atau paling sedikit mengunjungi anaknya sesering mungkin ( Yupi, S ).
  2. PATHWAYS
    Pathways dapat dilihat disini

  3. ANALISA DATA
    NO TGL / JAM DATA PROBLEM ETIOLOGI
    1 Diisi pada saat tanggal pengkajian Berisi data subjektif dan data objektif yang didapat dari pengkajian keperawatan masalah yang sedang dialami pasien seperti gangguan pola nafas, gangguan keseimbangan suhu tubuh, gangguan pola aktiviatas,dll Etiologi berisi tentang penyakit yang diderita pasien
  4. DIAGNOSA KEPERAWATAN

    • Konstipasi berhubungan dengan obstruksi ketidakmampuan Kolon mengevakuasi feces
    • Perubahan nutrisi kurang dan kebutuhan tubuh berhubungan dengan saluran pencernaan mual dan muntah
    • Resiko kurangnya volume cairan berhubungan dengan intake yang kurang
    • Kurangnya pengetahuan tentang proses penyakit dan pengobatanya.

  5. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
    NO DIAGNOSA KEPERAWATAN TUJUAN PERENCANAAN
    1 Konstipasi berhubungan dengan obstruksi ketidakmampuan Kolon mengevakuasi feces
    anak dapat melakukan eliminasi dengan beberapa adaptasi sampai fungsi eliminasi secara normal dan bisa dilakukan
    Dengan Kriteria Hasil :
    • Pasien dapat melakukan eliminasi dengan beberapa adapatasi
    • Ada peningkatan pola eliminasi yang lebih baik
    1. Berikan bantuan enema dengan cairan Fisiologis NaCl 0,9 %
    2. Observasi tanda vital dan bising usus setiap 2 jam sekali
    3. Observasi pengeluaran feces per rektal – bentuk, konsistensi, jumlah
    4. Observasi intake yang mempengaruhi pola dan konsistensi feses
    5. Anjurkan untuk menjalankan diet yang telah dianjurkan
    2 Perubahan nutrisi kurang dan kebutuhan tubuh berhubungan dengan saluran pencernaan mual dan muntah
    Pasien menerima asupan nutrisi yang cukup sesuai dengan diet yang dianjurkan
    Kriteria Hasil :
    • Berat badan pasien sesuai dengan umurnya
    • Turgor kulit pasien lembab
    • Orang tua bisa memilih makanan yang di anjurkan
    1. Berikan asupan nutrisi yang cukup sesuai dengan diet yang dianjurkan
    2. Ukur berat badan anak tiap hari
    3. Gunakan rute alternatif pemberian nutrisi ( seperti NGT dan parenteral ) untuk mengantisipasi pasien yang sudah mulai merasa mual dan muntah
    3 Resiko kurangnya volume cairan berhubungan dengan intake yang kurang
    Status hidrasi pasien dapat mencukupi kebutuhan tubuh
    Kriteria Hasil :
    • Turgor kulit lembab.
    • Keseimbangan cairan.
    1. Berikan asupan cairan yang adekuat pada pasien
    2. Pantau tanda – tanda cairan tubuh yang tercukupi turgor, intake – output
    3. Observasi adanay peningkatan mual dan muntah antisipasi devisit cairan tubuh dengan segera
    4 Kurangnya pengetahuan tentang proses penyakit dan pengobatanya.
    pengetahuan pasien tentang penyakitnyaa menjadi lebih adekuat
    Kriteria hasil :
    Pengetahuan pasien dan keluarga tentang penyakitnyaa, perawatan dan obat – obatan. Bagi penderita Mega Colon meningkat daan pasien atau keluarga mampu menceritakanya kembali
    1. Beri kesempatan pada keluarga untuk menanyakan hal – hal yang ingn diketahui sehubunagndengan penyaakit yang dialami pasien
    2. Kaji pengetahuan keluarga tentang Mega Colon
    3. Kaji latar belakang keluarga
    4. Jelaskan tentang proses penyakit, diet, perawatan serta obat – obatan pada keluarga pasien
    5. Jelaskan semua prosedur yang akan dilaksanakan dan manfaatnya bagi pasien.

ASKEP ANAK DENGAN MARASMUS


  1. TEORI Marasmus adalah bentuk malnutrisi kalori protein yang terutama akibat kekurangan kalori yang berat dan kronis terutama terjadi selama tahun pertama kehidupan dan mengurusnya lemak bawah kulit dan otot. (Dorland)
    Marasmus adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh kekurangan kalori protein. (Suriadi).
    Marasmus adalah malnutrisi berat pada bayi sering ada di daerah dengan makanan tidak cukup atau higiene kurang. Sinonim marasmus diterapkan pada pola penyakit klinis yang menekankan satu ayau lebih tanda defisiensi protein dan kalori. (Nelson).
    Zat gizi adalah zat yang diperoleh dari makanan dan digunakan oleh tubuh untuk pertumbuhan, pertahanan dan atau perbaikan. Zat gizi dikelompokkan menjadi karbohidrat, lemak, protein, vitamin, mineral dan air. (Arisman,).
    Energi yang diperoleh oleh tubuh bukan hanya diperoleh dari proses katabolisme zat gizi yang tersimpan dalam tubuh, tetapi juga berasal dari energi yang terkandung dalam makanan yang kita konsumsi.
    Fungsi utama karbohidrat adalah sebagai sumber energi, disamping membantu pengaturan metabolisme protein. Protein dalam darah mempunyai peranan fisiologis yang penting bagi tubuh untuk :
    1. Mengatur tekanan air, dengan adanya tekanan osmose dari plasma protein.
    2. Sebagai cadangan protein tubuh.
    3. Mengontrol perdarahan (terutama dari fibrinogen).
    4. Sebagai transport yang penting untuk zat-zat gizi tertentu.
    5. Sebagai antibodi dari berbagai penyakit terutama dari gamma globulin.
    Dalam darah ada 3 fraksi protein, yaitu : Albumin, globulin, fibrinogen.

    Etiologi
    Penyebab utama marasmus adalah kurang kalori protein yang dapat terjadi karena : diet yang tidak cukup, kebiasaan makan yang tidak tepat seperti yang hubungan dengan orangtua-anak terganggu,karena kelainan metabolik, atau malformasi kongenital. (Nelson).
    Marasmus dapat terjadi pada segala umur, akan tetapi yang sering dijumpai pada bayi yang tidak mendapat cukup ASI dan tidak diberi makanan penggantinya atau sering diserang diare. Marasmus juga dapat terjadi akibat berbagai penyakit lain seperti infeksi, kelainan bawaan saluran pencernaan atau jantung, malabsorpsi, gangguan metabolik, penyakit ginjal menahun dan juga gangguan pada saraf pusat. (Dr. Solihin).

    Patofisiologi
    Kurang kalori protein akan terjadi manakala kebutuhan tubuh akan kalori, protein, atau keduanya tidak tercukupi oleh diet. (Arisman). Dalam keadaan kekurangan makanan, tubuh selalu berusaha untuk mempertahankan hidup dengan memenuhi kebutuhan pokok atau energi. Kemampuan tubuh untuk mempergunakan karbohidrat, protein dan lemak merupakan hal yang sangat penting untuk mempertahankan kehidupan, karbohidrat (glukosa) dapat dipakai oleh seluruh jaringan tubuh sebagai bahan bakar, sayangnya kemampuan tubuh untuk menyimpan karbohidrat sangat sedikit, sehingga setelah 25 jam sudah dapat terjadi kekurangan. Akibatnya katabolisme protein terjadi setelah beberapa jam dengan menghasilkan asam amino yang segera diubah jadi karbohidrat di hepar dan ginjal. Selam puasa jaringan lemak dipecah menjadi asam lemak, gliserol dan keton bodies. Otot dapat mempergunakan asam lemak dan keton bodies sebagai sumber energi kalau kekurangan makanan ini berjalan menahun. Tubuh akan mempertahankan diri jangan sampai memecah protein lagi seteah kira-kira kehilangan separuh dari tubuh. (Nuuhchsan Lubis an Arlina Mursada).

    Manifestasi klinis
    Pada mulanya ada kegagalan menaikkan berat badan, disertai dengan kehilangan berat badan sampai berakibat kurus,dengan kehilangan turgor pada kulit sehingga menjadi berkerut dan longgar karena lemak subkutan hilang dari bantalan pipi, muka bayi dapat tetap tampak relatif normal selama beberaba waktu sebelum menjadi menyusut dan berkeriput. Abdomen dapat kembung dan datar. Terjadi atropi otot dengan akibat hipotoni. Suhu biasanya normal, nadi mungkin melambat, mula-mula bayi mungkin rewe, tetapi kemudian lesu dan nafsu makan hilang. Bayi biasanya konstipasi, tetapi dapat muncul apa yang disebut diare tipe kelaparan, dengan buang air besar sering, tinja berisi mukus dan sedikit. (Nelson).
    Selain itu manifestasi marasmus adalah sebagai berikut :
    1. Badan kurus kering tampak seperti orangtua
    2. Lethargi
    3. Irritable
    4. Kulit keriput (turgor kulit jelek)
    5. Ubun-ubun cekung pada bayi
    6. Jaingan subkutan hilang
    7. Malaise
    8. Kelaparan
    9. Apatis

    PENATALAKSANAAN
    1. Keadaan ini memerlukan diet yang berisi jumlah cukup protein yang kualitas biologiknya baik. Diit tinggi kalori, protein, mineral dan vitamin.
    2. Pemberian terapi cairan dan elektrolit.
    3. Penatalaksanaan segera setiap masalah akut seperti masalah diare berat.
    4. Pengkajian riwayat status sosial ekonomi, kaji riwayat pola makan, pengkajian antropometri, kaji manifestasi klinis, monitor hasil laboratorium, timbang berat badan, kaji tanda-tanda vital.
    Penanganan KKP berat
    Secara garis besar, penanganan KKP berat dikelompokkan menjadi pengobatan awal dan rehabilitasi. Pengobatan awal ditujukan untuk mengatasi keadaan yang mengancam jiwa, sementara fase rehabilitasi diarahkan untuk memulihkan keadaan gizi.
    Upaya pengobatan, meliputi :
    - Pengobatan/pencegahan terhadap hipoglikemi, hipotermi, dehidrasi.
    - Pencegahan jika ada ancamanperkembangan renjatan septik
    - Pengobatan infeksi
    - Pemberian makanan
    - Pengidentifikasian dan pengobatan masalah lain, seperti kekurangan vitamin, anemia berat dan payah jantung.
    Menurut Arisman, 2004:105
    - Komposisi ppemberian CRO (Cairan Rehidrasi Oral) sebanyak 70-100 cc/kg BB biasanya cukup untuk mengoreksi dehidrasi.
    - Cara pemberian dimulai sebanyak 5 cc/kg BB setiap 30 menit selama 2 jam pertama peroral atau NGT kemudian tingkatkan menjadi 5-10 cc/kg BB/ jam.
    - Cairan sebanyak itu harus habis dalam 12 jam.
    - Pemberian ASI sebaiknya tidak dihentikan ketika pemberian CRO/intravena diberikan dalam kegiatan rehidrasi.
    - Berika makanan cair yang mengandung 75-100 kkal/cc, masing-masing disebut sebagai F-75 dan F-100.
    Menurut Nuchsan Lubis
    Penatalaksanaan penderita marasmus yang dirawat di RS dibagi dalam beberapa tahap, yaitu :
    1. Tahap awal :24-48 jam pertama merupakan masa kritis, yaitu tindakan untuk menyelamatkan jiwa, antara lain mengoreksi keadaan dehidrasi atau asidosis dengan pemberian cairan IV.
      • cairan yang diberikan adalah larutan Darrow-Glukosa atau Ringer Laktat Dextrose 5%.
      • Mula-mula diberikan 60 ml/kg BB pada 4-8 jam pertama.
      • Kemudian 140ml sisanya diberikan dalam 16-20 jam berikutnya.
      • Cairan diberikan 200ml/kg BB/ hari.
    2. Tahap penyesuaian terhadap pemberian makanan
      • Pada hari-hari pertama jumlah kalori yang diberikan sebanyak 30-60 kalori/ kg BB/ hari atau rata-rata 50 kalori/ kg BB/ hari, dengan protein 1-1,5 gr/ kg BB/ hari.
      • Kemudian dinaikkan bertahap 1-2 hari hingga mencapai 150-175 kalori/ kg BB/ hari, dengan protein 3-5 gr/ kg BB/ hari.
      • Waktu yang diperlukan untuk mencapai diet TKTP ini lebih kurang 7-10 hari.

    PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
    1. Pemeriksaan Fisik
      • Mengukur TB dan BB
      • Menghitung indeks massa tubuh, yaitu BB (dalam kilogram) dibagi dengan TB (dalam meter)
      • Mengukur ketebalan lipatan kulit dilengan atas sebelah belakang (lipatan trisep) ditarik menjauhi lengan, sehingga lapisan lemak dibawah kulitnya dapat diukur, biasanya dangan menggunakan jangka lengkung (kaliper). Lemak dibawah kulit banyaknya adalah 50% dari lemak tubuh. Lipatan lemak normal sekitar 1,25 cm pada laki-laki dan sekitar 2,5 cm pada wanita.
      • Status gizi juga dapat diperoleh dengan mengukur LLA untuk memperkirakan jumlah otot rangka dalam tubuh (lean body massa, massa tubuh yang tidak berlemak).
    2. Pemeriksaan laboratorium : albumin, kreatinin, nitrogen, elektrolit, Hb, Ht, transferin.

  2. PATHWAYS
    Pathways dapat dilihat disini

  3. ANALISA DATA
    NO TGL / JAM DATA PROBLEM ETIOLOGI
    1 Diisi pada saat tanggal pengkajian Berisi data subjektif dan data objektif yang didapat dari pengkajian keperawatan masalah yang sedang dialami pasien seperti gangguan pola nafas, gangguan keseimbangan suhu tubuh, gangguan pola aktiviatas,dll Etiologi berisi tentang penyakit yang diderita pasien
  4. DIAGNOSA KEPERAWATAN

    • Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake makanan tidak adekuat (nafsu makan berkurang). (Wong,)
    • Defisit volume cairan berhubungan dengan diare. (Carpenito)
    • Gangguan integritas kulit berhubungan dengan gangguan nutrisi/status metabolik. (Doengoes).
    • Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan kerusakan pertahanan tubuh
    • Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang nya informasi (Doengoes)
    • Perubahan pertumbuhan dan perkembangan berhubungan dengan melemahnyakemampuan fisik dan ketergantungan sekunder akibat masukan kalori atau nutrisi yang tidak adekuat. (Carpenito).
    • Intoleransi aktifitas berhubungan dengan gangguan sistem transport oksigen sekunder akibat malnutrisi. (Carpenito,)
    • Kelebihan volume cairan berhubungan dengan rendahnya masukan protein (malnutrisi). (Carpenio).

  5. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
    NO DIAGNOSA KEPERAWATAN TUJUAN PERENCANAAN
    1 Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake makanan tidak adekuat (nafsu makan berkurang).
    Pasien mendapat nutrisi yang adekuat Dengan Kriteria Hasil :
    meningkatkan masukan oral.
    1. Dapatkan riwayat diet
    2. Dorong orangtua atau anggota keluarga lain untuk menyuapi anak atau ada disaat makan
    3. Minta anak makan dimeja dalam kelompok dan buat waktu makan menjadi menyenangkan
    4. Gunakan alat makan yang dikenalnya
    5. Perawat harus ada saat makan untuk memberikan bantuan, mencegah gangguan dan memuji anak untuk makan mereka
    6. Sajikan makansedikit tapi sering
    7. Sajikan porsi kecil makanan dan berikan setiap porsi secara terpisah
    2 Defisit volume cairan berhubungan dengan diare.
    Tidak terjadi dehidrasi.
    Kriteria Hasil :
    Mukosa bibir lembab, tidak terjadi peningkatan suhu, turgor kulit baik.
    1. Monitor tanda-tanda vital dan tanda-tanda dehidrasi
    2. Monitor jumlah dan tipe masukan cairan
    3. Ukur haluaran urine dengan akurat
    3 Gangguan integritas kulit berhubungan dengan gangguan nutrisi/status metabolik.
    Tidak terjadi gangguan integritas kulit
    Kriteria Hasil :
    kulit tidak kering, tidak bersisik, elastisitas normal
    1. Monitor kemerahan, pucat,ekskoriasi
    2. Dorong mandi 2xsehari dan gunakan lotion setelah mandi
    3. Massage kulit Kriteria hasilususnya diatas penonjolan tulang
    4. Alih baring
    4 Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan kerusakan pertahanan tubuh
    Pasien tidak menunjukkan tanda-tanda infeksi
    Kriteria hasil :
    suhu tubuh normal 36,6 C-37,7 C,lekosit dalam batas normal
    1. Mencuci tangan sebelum dan sesudah melakukan tindakan
    2. Pastikan semua alat yang kontak dengan pasien bersih/steril
    3. Instruksikan pekerja perawatan kesehatan dan keluarga dalam prosedur kontrol infeksi
    4. Beri antibiotik sesuai program
    5 Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang nya informasi
    pengetahuan pasien dan keluarga bertambah
    Kriteria hasil :
    Menyatakan kesadaran dan perubahan pola hidup,mengidentifikasi hubungan tanda dan gejala.
    1. Tentukan tingkat pengetahuan orangtua pasien
    2. Mengkaji kebutuhan diet dan jawab pertanyaan sesuai indikasi
    3. Dorong konsumsi makanan tinggi serat dan masukan cairan adekuat
    4. Berikan informasi tertulis untuk orangtua pasien
    6 Perubahan pertumbuhan dan perkembangan berhubungan dengan melemahnyakemampuan fisik dan ketergantungan sekunder akibat masukan kalori atau nutrisi yang tidak adekuat.
    Anak mampu tumbuh dan berkembang sesuai dengan usianya.
    Kriteria hasil :
    Terjadi peningkatan dalam perilaku personal, sosial, bahasa, kognitif atau aktifitas motorik sesuai dengan usianya.
    1. Ajarkan pada orangtua tentang tugas perkembangan yang sesuai dengan kelompok usia.
    2. Kaji tingkat perkembangan anak dengan Denver II
    3. Berikan kesempatan bagi anak yang sakit memenuhi tugas perkembangan
    4. Tekankan perlunya melindungi anak.
    5. Berikan mainan sesuai usia anak.
    7 Intoleransi aktifitas berhubungan dengan gangguan sistem transport oksigen sekunder akibat malnutrisi. Anak mampu beraktifitas sesuai dengan kemampuannya. Kriteria hasil :
    Menunjukkan kembali kemampuan melakukan aktifitas.
    1. Berikan permainan dan aktifitas sesuai dengan usia
    2. Bantu semua kebutuhan anak dengan melibatkan keluarga pasien
    8 Kelebihan volume cairan berhubungan dengan rendahnya masukan protein (malnutrisi). Kelebihan volume cairan tidak terjadi. Kriteria hasil :
    Menyebutkan faktor-faktor penyebab dan metode-metode pencegahan edema, memperlihatkan penurunan edema perifer dan sacral.
    1. Pantau kulit terhadap tanda luka tekan
    2. Ubah posisi sedikitnya 2 jam
    3. Kaji masukan diet dan kebiasaan yang dapat menunjang retensi cairan.