TINJAUAN TEORI
Definisi.
Demam nifas Morbiditas Puerperalis
meliputi demam pada masa nifas oleh sebab apa pun. Menurut Joint
Committee on Maternal Welfare, AS morbiditas puerperalis ialah kenaikan C
atau lebih selama 2 hari dalam 10 hari pertama postsuhu sampai 38
partum dengan mengecualikan hari pertama. Suhu diukur dari mulut
sedikit-dikitnya 4 kali sehari.
Etiologi.
Bermacam-macam
o Eksasogen : kuman datang dari luar.
o Autogen : kuman masuk dari tempat lain dalam tubuh.
o Endogen : dari jalan lahir sendiri.
Selain itu infeksi nifas dapat pula disebabkan oleh:
o
Streptococcus haemolytieus aerobicus merupakan sebab infeksi yang
paling berat, khususnya golongan A. Infeksi ini biasanya eksogen (dari
penderita lain, alat atau kain yang tidak steril, infeksi tenggorokan
orang lain).
o Staphylococcus aerus menyebabkan infeksi terbatas,
walaupun kadang-kadang menjadi infeksi umum. Banyak ditemukan di RS dan
dalam tenggorokan orang-orang yang nampaknya sehat.
o E. coli berasal dari kandung kemih atau rektum dan dapat menyebabkan infeksi terbatas pada perineum, vulva dan endometrium.
o
Clostridium Welchii, bersifat anaerob. Jarang ditemukan akan tetapi
sangat berbahaya. Infeksi lebih sering terjadi pada abortus kriminalis.
Cara terjadinya infeksi:
o
Tangan pemeriksa atau penolong yang tertutup sarung tangan pada
pemeriksaan dalam atau operasi membawa bakteri yang sudah ada dalam
vagina ke dalam uterus. Kemungkinan lain adalah sarung tangan atau alat-
alat yang dimasukkan ke dalam jalan lahir tidak sepenuhnya bebas dari
kuman.
o Droplet infection. Sarung tangan atau alat-alat terkena
kontaminasi bakteri yang berasal dari hidung atau tenggorokan dokter
atau yang membantunya.
o Hidung dan mulut petugas yang bekerja di
kamar bersalin ditutup dengan masker dan penderita infeksi saluran
pernafasan dilarang memasuki kamar bersalin.
o Dalam RS banyak
kuman-kuman patogen yang berasal dari penderita dengan berbagai jenis
infeksi. Kuman-kuman ini bisa dibawa oleh aliran udara ke mana-mana
antara lain ke handuk, kain-kain, alat-alat yang suci hama dan yang
digunakan untuk merawat wanita dalam persalinan atau nifas.
o Coitus pada akhir kehamilan bukan merupakan sebab yang paling penting kecuali apabila mengakibatkan pecahnya ketuban.
o
Infeksi intra partum. Biasanya terjadi pada partus lama, apalagi jika
ketuban sudah lama pecah dan beberapa kali dilakukan periksa dalam.
o
Gejala: kenaikan suhu disertai leukositosis dan tachikardi, denyut
jantung janin meningkat, air ketuban menjadi keruh dan berbau.
o
Prognosis infeksi intra partum sangat tergantung dari jenis kuman,
lamanya infeksi berlangsung, dapat/tidaknya persalinan berlangsung tanpa
banyak perlukaan jalan lahir.
Faktor Predisposisi.
o Semua
keadaan yang dapat menurunkan daya tahan penderita, seperti perdarahan
banyak, pre ekslampsi, infeksi lain seperti pneumonia, penyakit jantung
dan sebagainya.
o Partus lama terutama dengan ketuban pecah lama.
o Tindakan bedah vagina yang menyebabkan perlukaan jalan lahir.
o Tertinggalnya sisa plasenta, selaput ketuban dan bekuan darah.
Patologi.
Setelah
kala III, daerah bekas insertio plasenta merupakan sebuah luka dengan
diameter kira-kira 4 cm, permukaan tidak rata, berbenjol-benjol karena
banyaknya vena yang ditutupi trombus dan merupakan area yang baik untuk
tumbuhnya kuman-kuman dan masuknya jenis-jenis yang patogen dalam tubuh
wanita. Serviks sering mengalami perlukaan pada persalinanan, begitu
juga vulva, vagina, perineum merupakan tempat masuknya kuman patogen.
Proses radang dapat terbatas pada luka-luka tersebut atau dapat menyebar
di luar luka asalnya.
Infeksi nifas dapat terbagi dalam 2 golongan :
o Infeksi yang terbatas pada perineum, vulva, vagina, seviks dan endometrium.
o Penyebaran dari tempat-tempat melalui vena, jalan limfe dan melalui permukaan endometrium.
Infeksi pada Perineum, Vulva, Vagina, Serviks dan Endometrium
a. Vulvitis.
Pada
infeksi bekas sayatan episiotomi atau luka perineum jaringan sekitar
membengkak, tepi luka menjadi merah dan bengkak, jahitan mudah terlepas,
luka yang terbuka menjadi ulkus dan megeluarkan pus.
b. Vaginitis.
Dapat
terjadi secara langsung pada luka vagina atau melalui luka perineum,
permukaan mokusa membengkak dan kemerahan, terjadi ulkus dan getah
mengandung nanah yang keluar dari daerah ulkus.
c. Sevicitis.
Sering
terjadi tapi tidak menimbulkan banyak gejala. Luka serviks yang dalam
dan meluas dan langsung ke dasar ligamentum latum dapat menyebabkan
infeksi yang menjalar ke parametrium.
d. Endometritis.
Paling
sering terjadi. Kuman–kuman memasuki endometrium (biasanya pada luka
insertio plasenta) dalam waktu singkat dan menyebar ke seluruh
endometrium. Pada infeksi setempat, radang terbatas pada endometrium.
Jaringan desidua bersama bekuan darah menjadi nekrosis dan mengeluarkan
getah berbau yang terdiri atas keping-keping nekrotis dan cairan. Pada
infeksi yang lebih berat batas endometrium dapat dilampaui dan
terjadilah penjalaran.
Penyebaran melalui pembuluh darah (Septikemia dan Piemia)
Merupakan
infeksi umum disebabkan oleh kuman patogen Streptococcus Hemolitikus
Golongan A. Infeksi ini sangat berbahaya dan merupakan 50% dari semua
kematian karena infeksi nifas.
Penyebaran melalui jalan limfe.
Peritonitis dan Parametritis (Sellulitis Pelvika)
Penyebaran melalui permukaan endometrium.
Salfingitis dan Ooforitis.
Gambaran Klinik.
a. Infeksi pada Perineum, Vulva, Vagina dan Serviks.
b. Rasa nyeri dan panas pada infeksi setempat.
c. Nyeri bila kencing.
d. Suhu meningkat 38o C kadang mencapai 39o C – 40o C disertai menggigil.
e. Nadi kurang dan 100/menit.
Endometritis
o Tergantung pada jenis virulensi kuman, daya tahan penderita dan derajat trauma pada jalan lahir.
o Biasanya demam mulai 48 jam pertama post partum bersifat naik turun.
o Lokia bertambah banyak, berwarna merah atau coklat dan berbau.
o Kadang-kadang lokia tertahan dalam uterus oleh darah, sisa plasenta dan selaput ketuban yang disebut Lokiometra.
o Uterus agak membesar, nyeri pada perabaan dan lembek.
Septikemia dan Piemia
o
Septikemia adalah keadaan dimana kuman-kuman atau toxinnya langsung
masuk ke dalam peredaran darah umum dan menyebabkan infeksi umum.
o
Piemia dimulai dengan tromboplebitis vena-vena daerah perlukaan lalu
lepas menjadi embolus-embolus kecil dibawa keperadaran darah umum dan
terjadilah infeksi dan abses pada organ-organ tubuh yang dihinggapinya.
o Keduanya merupakan infeksi berat.
o Gejala septikemia lebih akut dan dari awal ibu kelihatan sudah sakit dan lemah.
o Keadaan umum jelek
o
Suhu meningkat antara 39C – 40C, menggigil, nadi cepat 140 – 160 x
per menit atau lebih. TD turun, keadaan umum memburuk. Sesak nafas,
kesadaran turun, gelisah.
o Piemia dimulai dengan rasa sakit pada daerah tromboplebitis, setelah ada penyebaran trombus terjadi gejala umum diatas.
o Lab: leukositosis.
o Lochea: berbau, bernanah, involusi jelek.
Peritonitis
o Peritonitis terbatas pada daerah pelvis (pelvia peritonitis): demam, nyeri perut bagian bawah, KU baik.
o Peritonitis umum: suhu meningkat, nadi cepat dan kecil, perut kembung dan nyeri, terdapat abses pada cavum Douglas
Sellulitis Pelvika
Pada
periksa dalam dirasakan nyeri, demam tinggi menetap dari satu minggu,
nadi cepat, perut nyeri, sebelah/kedua belah bagian bawah terjadi
pembentukkan infiltrat yang dapat teraba selamaVT. Infiltrat kadang
menjadi abses.
Salfingitis dan Ooforitis
Gejala hampir sama dengan pelvio peritonitis.
Pencegahan Infeksi Nifas
a) Selama kehamilan
Perbaikan gizi untuk mencegah anemia.
Coitus pada hamil tua hendaknya tidak dilakukan karena dapat mengakibatkan pecahnya ketuban dan terjadinya infeksi.
Selama persalinan.
o Membatasi masuknya kuman-kuman ke dalam jalur jalan lahir.
o Membatasi perlukaan.
o Membatasi perdarahan.
o Membatasi lamanya persalinan.
b) Selama nifas
Perawatan luka post partum dengan teknik aseptik.
Semua alat dan kain yang berhubungan dengan daerah genital harus suci hama.
Penderita dengan tanda infeksi nifas jangan digabung dengan wanita dalam nifas yang sehat.
Pengobatan Infeksi Nifas
Sebaiknya
segera dilakukan kultur dari sekret vagina dan serviks, luka operasi
dan darah, serta uji kepekaan untuk mendapatkan antibiotika yang tepat.
Berikan dosis yang cukup dan adekuat.
Sambil menunggu hasil
laboratorium berikan antibiotika spektrum luas. Pengobatan mempertinggi
daya tahan tubuh seperti infus, transfusi darah, makanan yang mengandung
zat-zat yang diperlukan tubuh, serta perawatan lainnya sesuai
komplikasi yang dijumpai.
ASUHAN KEPERAWATAN
I. Pengkajian
….
II. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa yang mungkin muncul adalah
1. Infeksi berhubungan dengan trauma persalinan, jalan lahir, dan infeksi nasokomial.
2. Nyeri berhubungan dengan infeksi pada organ reproduksi
3. Cemas/ketakutan berhubungan dengan perubahan keadaan
III. Rencana Keperawatan
1. Infeksi berhubungan dengan trauma persalinan, jalan lahir, dan
infeksi nasokomial.
Tujuan 1: Mencegah dan mengurangi infeksi.
Intervensi:
Kaji data pasien dalam ruang bersalin.Infeksi perineum (menggunakan
senter yang baik), catat warna, sifat episiotomi dan warnanya. Perkiraan
pinggir epis dan kemungkinan “perdarahan” / nyeri.
Kaji tinggi fundus dan sifat.
Kaji lochia: jenis, jumlah, warna dan sifatnya. Hubungkan dengan data post partum.
Kaji payudara: eritema, nyeri, sumbatan dan cairan yang keluar (dari
puting). Hubungkan dengan data perubahan post partum masing-masing dan
catat apakah klien menyusui dengan ASI.
Monitor vital sign,
terutama suhu setiap 4 jam dan selama kondisi klien kritis. Catat
kecenderungan demam jika lebih dari 38o C pada 2 hari pertama dalam 10
hari post partum. Khusus dalam 24 jam sekurang-kurangnya 4 kali sehari.
Catat jumlah leukosit dan gabungkan dengan data klinik secara lengkap.
Lakukan perawatan perineum dan jaga kebersihan, haruskan mencuci tangan
pada pasien dan perawat. Bersihkan perineum dan ganti alas tempat tidur
secara teratur.
Pertahankan intake dan output serta anjurkan peningkatan pemasukan cairan.
Bantu pasien memilih makanan. Anjurkan yang banyak protein, vitamin C dan zat besi.
Kaji bunyi nafas, frekwensi nafas dan usaha nafas. Bantu pasien batuk
efektif dan nafas dalam setiap 4 jam untuk melancarkan jalan nafas.
Kaji ekstremitas: warna, ukuran, suhu, nyeri, denyut nadi dan
parasthesi/ kelumpuhan. Bantu dengan ambulasi dini. Anjurkan mengubah
posisi tidur secara sering dan teratur.
Anjurkan istirahat dan tidur secara sempurna.
Tujuan 2 : Identifikasi tanda dini infeksi dan mengatasi penyebabnya.
Intervensi:
Catat perubahan suhu. Monitor untuk infeksi.
Atur obat-obatan berikut yang mengindikasikan setelah perkembangan dan
test sensitivitas antibiotik seperti penicillin, gentamisin,
tetracycline, cefoxitin, chloramfenicol atau metronidazol. Oxitoksin
seperti ergonovine atau methyler gonovine.
Hentikan pemberian ASI jika terjadi mastitis supuratif.
Pertahankan input dan output yang tepat. Atur pemberian cairan dan
elektrolit secara intravena, jangan berikan makanan dan minuman pada
pasien yang muntah
Pemberian analgetika dan antibiotika.
2. Nyeri berhubungan dengan infeksi pada organ reproduksi
Tujuan :
Nyeri berkurang/terkontrol
Intervensi :
Selidiki keluhan pasien akan nyeri;perhatikan intensitas (0-10),lokasi,dan faktor pencetus
Awasi tanda vital,perhatikan petunjuk non-verbal,misal: tegangan otot, gelisah.
Berikan lingkungan yang tenang dan kurangi rangsangan penuh stress.
Berikan tindakan kenyamanan (missal : pijatan / masase punggung)
Dorong menggunakan tekhnik manajemen nyeri , contoh : latihan relaksasi / napas dalam , bimbingan imajinasi , visualisasi)
Kolaborasi :
Pemberian obat analgetika.
Catatan: hindari produk mengandung aspirin karena mempunyai potensi perdarahan
Pemberian Antibiotika
3. Cemas / ketakutan berhubungan dengan perubahan keadaan atau ancaman kematian
Tujuan :
Klien dapat mengungkapkan secara verbal rasa cemasnya dan mengatakan perasaan cemas berkurang atau hilang.
Intervensi :
Kaji respon psikologis klien terhadap perdarahan paska persalinan
Rasional : Persepsi klien mempengaruhi intensitas cemasnya
Kaji respon fisiologis klien ( takikardia, takipnea, gemetar )
Rasional : Perubahan tanda vital menimbulkan perubahan pada respon fisiologis
Perlakukan pasien secara kalem, empati, serta sikap mendukung
Rasional : Memberikan dukungan emosi
Berikan informasi tentang perawatan dan pengobatan
Rasional : Informasi yang akurat dapat mengurangi cemas dan takut yang tidak diketahui
Bantu klien mengidentifikasi rasa cemasnya
Rasional : Ungkapan perasaan dapat mengurangi cemas
Kaji mekanisme koping yang digunakan klien
Rasional : Cemas yang berkepanjangan dapat dicegah dengan mekanisme koping yang tepat.
selamat datang
Kampus ku
Pesan Kami
DATA
Postingan
Komentar
Komentar
Total Tayangan Halaman
Like Facebook
Sabtu, 21 April 2012
Askep addison disease
ASUHAN
KEPERAWATAN
DENGAN
GANGGUAN SISTEM ENDOKRIN
ADDISON
DISEASE
I. KONSEP
DASAR MEDIS
A. Pendahuluan
Addison Disease (AD) terjadi bila
fungsi korteks adrenal tidak adekuat untuk memenuhi kebutuhan pasien akan
hormon korteks adrenal. Penyebab terbanyak (75%) atrofi otoimun dan idiopatik,
penyebab lain: operasi dua keelenjar adrenal atau infeksi kelenjar adrenal, TB
kelenjar adrenal, sekresi ACTH tidak adekuat. Penghentian mendadak terapi
hormon adrenokortika akan menekan respon normal tubuh terhadap stress dan
menggangu mekanisme umpan balik normal. Terapi kortikosteroid selama dua sampai
empat minggu dapat menekan fungsi korteks adrenal.
B. Epidemiologi
Insiden penyakit Addison adalah 4
per 100.000 penduduk, 50% pasien dengan penyakit addison, kerusakan korteks
adrenalnya merupakan manifestasi dari proses atoimun.
C. Definisi
1. Penyakit
Addison adalah gangguan yang melibatkan terganggu fungsi bagian dari kelenjar
adrenal disebut korteks. Hal ini menyebabkan penurunan produksi dua penting
bahan kimia (hormon) biasanya dirilis oleh korteks adrenal: kortisol dan
aldosteron.
2. Penyakit Addison adalah penyakit
yang terjadi akibat rusaknya korteks adrenal.
3. Addison
Disease merupakan suatu penyakit hormonal yang disebabkan karena sekresi hormon
korteks adrenal menurun karena penyakit primer atau insufisiensi korteks
adrenal dan kekurangan sekresi ACTH.
D. Anatomi
Adrenals
dua kelenjar, masing-masing bertengger di atas bagian dari dua ginjal. Bagian
luar dari kelenjar dikenal sebagai korteks; bagian dalam yang dikenal sebagai
medula. Masing-masing bagian dari kelenjar adrenal adalah bertanggung jawab
untuk memproduksi berbagai jenis hormon.
Kortisol adalah hormon yang sangat kuat yang
dihasilkan oleh korteks adrenal. Hal ini terlibat dalam mengatur
fungsi yang hampir setiap jenis organ dan jaringan di seluruh tubuh, dan
dianggap sebagai salah satu dari beberapa hormon mutlak diperlukan untuk hidup.
Kortisol terlibat dalam:
1.
proses yang sangat kompleks dan
pemanfaatan nutrisi banyak, termasuk gula (karbohidrat), lemak, dan protein
2.
fungsi normal dari sistem sirkulasi
dan jantung
3.
fungsi otot
4.
fungsi normal ginjal
5.
produksi sel darah
6.
proses normal yang terlibat dalam
rangka mempertahankan system
7.
tepat fungsi otak dan saraf
8.
respon normal dari sistem kekebalan
tubuh
Aldosteron, juga
diproduksi oleh korteks adrenal, memainkan peran sentral dalam
mempertahankan proporsi yang sesuai air dan garam dalam tubuh. Ketika
keseimbangan ini marah, volume darah yang beredar di seluruh tubuh akan jatuh
berbahaya yang rendah, disertai dengan penurunan tekanan darah.
penyakit Addison juga
disebut insufisiensi adrenocortical primer .
Dengan kata lain, proses beberapa mengganggu langsung dengan kemampuan korteks
adrenal untuk menghasilkan nya hormon. Tingkat kortisol dan aldosteron baik
drop, dan banyak fungsi seluruh tubuh adalah terganggu.
Penyakit Addison terjadi pada sekitar pukul empat
setiap 100.000 orang. Ini pemogokan baik laki-laki dan perempuan dari segala
usia
E. Etiologi
Penyebab
paling umum penyakit Addison adalah Kerusakan dan menyusut (atrofi) dari
adrenal korteks.
F. Patofisiologi
Kerusakan pada korteks adrenal
mempengaruhi insufisiensi kortisol yang menyebabkan hilangnya glukoneogenesis,
glikogen hati menurun yang mengakibatkan hipoglikemia, insufisiensi kortisol
mengakibatkan ACTH dan sehingga
merangsang sekresi melanin meningkat sehingga timbul®MSH hiperpigmentasi. Defisiensi aldosteron
dimanifestasikan dengan peningkatan kehilangan natrium melalui ginjal dan
peningkatan reabsorpsi kalium oleh ginjal kekurangan garam dapat dikaitkan
dengan kekurangan air dan volume. Penurunan volume plasma yang bersirkulasi
akan dikaitkan dengan kekurangan air dan volume mengakibatkan hipotensi.
Pada
sekitar 70% dari semua kasus, atrofi ini diduga terjadi karena adanya gangguan
autoimun. Dalam gangguan autoimun, sistem kekebalan tubuh, bertanggung jawab
untuk mengidentifikasi penyerbu asing seperti virus atau bakteri dan membunuh
mereka, sengaja dimulai untuk mengidentifikasi sel-sel dari korteks adrenal
sebagai asing, dan menghancurkan mereka. Pada sekitar 20% dari semua kasus,
perusakan korteks adrenal disebabkan oleh tuberkulosis. Itu sisa kasus penyakit
Addison dapat disebabkan oleh infeksi jamur, seperti histoplasmosis,
coccidiomycosis, dan kriptokokosis, yang mempengaruhi adrenal kelenjar dengan
memproduksi merusak, massa tumor seperti disebut Granuloma; penyakit
amiloidosis disebut, di zat tepung yang disebut amiloid diendapkan pada
abnormal tempat seluruh tubuh, mengganggu fungsi apa struktur itu hadir dalam;
atau Invasi kelenjar adrenal oleh kanker.
Pada sekitar 75% dari semua pasien,
penyakit Addison cenderung menjadi sangat
bertahap, perlahan-lahan berkembang penyakit. gejala signifikan tidak dicatat
sampai sekitar 90% dari korteks adrenal telah dihancurkan. Yang paling
umum termasuk gejala kelelahan dan hilangnya
energi, penurunan nafsu makan, mual, muntah, diare, sakit perut, penurunan
berat badan, lemah otot, pusing ketika berdiri, dehidrasi, tidak biasa bidang
gelap (pigmen) kulit, dan freckling gelap. Sebagai penyakit berlangsung, pasien mungkin tampak telah
sangat disamak, atau kulit berwarna perunggu, dengan penggelapan lapisan mulut,
vagina, dan rektum, dan gelap pigmentasi daerah sekitar puting susu (aereola). Sebagai
dehidrasi menjadi lebih parah, tekanan darah
akan terus untuk drop dan pasien akan merasa semakin lemah dan pusing.
Beberapa pasien memiliki gejala kejiwaan,
termasuk depresi dan mudah tersinggung. Perempuan kehilangan kemaluan dan rambut ketiak, dan berhenti setelah
menstruasi normal periode.
Ketika pasien menjadi sakit dengan
infeksi, atau ditekankan oleh cedera, penyakit ini tiba-tiba dan kemajuan pesat, menjadi hidup mengancam. Gejala dari krisis "Addisonian" termasuk jantung
abnormal irama, rasa sakit parah di punggung dan perut, tak terkendali mual dan
muntah, penurunan drastis dalam darah tekanan, gagal ginjal, dan
pingsan. Tentang25% dari pasien penyakit semua Addison diidentifikasi karena
terhadap perkembangan krisis Addisonian.
G. Manifestasi
Klinik
1. Hipotensi
2. Pusing
3. Hiperpigmentasi pada kulit
4. Hipoglikemia
5. Anoreksia
6. Dehidrasi
7. Mual muntah
8. Cemas
9. Kelelahan dan kelemahan otot
10. Keringat dingin dan gemetar
11. Penurunan kesadaran
Krisis Addison
Manifestasi
krisis Addison adalah sianosis, panas, tanda klasik syok (pucat,perasaan cemas,
denyut nadi cepat dan lemah, pernapasan cepat, tekanan darah rendah). Krisis
addison dapat dipicu oleh persiapan pemeriksaan diagnostik/pembedahan.Sakit
kepala, mual, nyeri abdomen serta diare, bingung dan gelisah. Aktivitas
berlebihan, terpajan udara dingin, infeksi akut, penurunan garam
menyebabkan kolaps sirkulasi, sehingga terjadi syok dan kematian.
H. Penatalaksanaan
1. Terapi darurat
ditujukan untuk mengatasi syok, memulihkan sirkulasi, memberikan caiaran,
pergantian kortikosteroid.
2. Pantau
tanda-tanda vital.
3. Menempatkan
klien pada posisi stengah duduk dengan kedua tungkai ditinggikan.
4. Hidrokortison disuntikan IV,
kemudian IVFD D5% dalam larutan normal saline.
5. Kaji stress/keadaan
sakit yang menimbulkan serangan akut.
6. Bila asupan
oral (+), IVFD perlahan dikurangi
7. Bila Kelenjar adrenal tidak
berfungsi lagi, perlu dilakukan terapi penggantian preparat kortikosteroid dan
mineralokortikoid seumur hidup.
8. Suplemen penambah garam untuk
menghindari kehilangan cairan dari saluran cerna akibat muntah dan diare.
I.
Pemeriksaan diagnostic
1. Hipoglikemia
2. Hiponatremia
3. Hiperkalemia
4. Leukositosis
5.
Diagnosis pasti: ditegakkan berdasarkan
kadar hormon adrenokortikal yang rendah dalam darah dan urin, kortisol serum
turun.
6.
Bila adrenokortikal sdh rusak:
penyuntuikan ACTH tidak menaikkan kadar kortisol.
J.
Pemeriksaan Penunjang
1.
Laboratorium
Dari tes laboratorium, penderita mengalami penurunan eksresi dari hasil pemecahan atau metabolit dari kortisol yaitu 17 hidrosikartikoid kadar-kadar kortisol plasma merah, sedangkan kadar ACTH plasma meningkat.
Dari tes laboratorium, penderita mengalami penurunan eksresi dari hasil pemecahan atau metabolit dari kortisol yaitu 17 hidrosikartikoid kadar-kadar kortisol plasma merah, sedangkan kadar ACTH plasma meningkat.
2.
Inspeksi
Terdapat hiperpigmentasi pada permukaan esktremitas, mukosa
pipi, lidah, lipatan telapak tangan dan sendi-sendi jari, puting susu, tampak
gemetar, keluar keringat dingin.
G.
Diagnosa
Banyak pasien tidak mengakui memperlambat kemajuan gejala dan
penyakit ini akhirnya diidentifikasi ketika pemberitahuan dokter bidang
pigmentasi meningkat kulit. Setelah dicurigai, sejumlah darah tes dapat
menyebabkan diagnosis penyakit Addison. Hal ini tidak cukup untuk menunjukkan tingkat kortisol darah yang rendah,
sebagai tingkat kortisol normal bervariasi cukup luas. Sebaliknya, pasien diberi dosis hormon lain pengujian
disebut kortikotropin (ACTH). ACTH diproduksi di
tubuh oleh kelenjar hipofisis, dan biasanya bertindak dengan mempromosikan
pertumbuhan di dalam korteks adrenal dan merangsang produksi dan
pelepasan kortisol. Pada penyakit Addison,
bahkan dosis ACTH sintetik tidak meningkatkan tingkat kortisol.
Untuk
membedakan antara primer adrenocortical insufisiensi (penyakit Addison's) dan
sekunder adrenocortical insufisiensi (yang disebabkan oleh kegagalan ACTH hipofisis untuk menghasilkan
cukup), tingkat ACTH dalam darah diperiksa. Normal atau tingkat tinggi ACTH hipofisis menunjukkan bahwa bekerja dengan
benar, tapi korteks adrenal biasanya tidak menanggapi ke kehadiran ACTH.
Ini mengkonfirmasikan diagnosis Penyakit
Addison.
H.
Prognosa
Prognosis
untuk pasien ditangani dengan tepat hidrokortison dan aldosteron sangat baik.
Ini pasien dapat mengharapkan untuk menikmati
masa hidup yang normal. Tanpa pengobatan,
atau dengan perlakuan kurang lancar, pasien selalu berisiko terkena
krisis Addisonian.
Kekurangan
vol.cairan
|
Kehilangan cairan dan elektrolit
|
Resiko penurunan
curah jantung
|
Hipotensi
|
kecemasan
|
P↓
vol darah yg beredar
|
Perubahan fungsi
fisiologis
|
Syok sirkulasi pd
situasi stress
|
Ketokolamin tidak
memicu terjadinya vaso kontriksi
|
Tdk adanya efek
permisif untuk banyak aktifitas metabolik
|
Atropi idiopatik
kelenjar
|
Desrtuksi otoimun
pd kelenjar
|
Kesalahan
produksi A.B yg menyerang korteks adrenal
|
kelemahan
|
Tdk terjadi
metabolism produksi energy (asam laktat)
|
Menghambat
pengeluaran glikogen yg tersimpan di hati/otot
|
Harga diri rendah
|
Kulit menjadi hitam
|
hiperpigmentasi
|
P↑produksi melanin
|
Merangsang
pengeluaran MSH
|
P↓ glucagon hati
|
Insufisiensi sekresi ACTH
|
Insufisiensi
kortisoldi hipofisis
|
Pengeluaran natrium dlm urine
|
P↓ peneluaran K dalam urine
|
Deplesi natrium hiponatriumia)
|
Retensi Kalium(hiperkalemia
|
Defisiensi
aldostero di ginjal
|
Defesiensi
korteks adrenal
|
II.
KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Data subyektif :
a. Mengeluh pusing
b. Cepat lelah
2. Data obyektif :
a. Hipotensi
b. Hiponatrimia
c. Keringat dingin
d. Gemetar
e. Mual-mual
f. Hiperpigmentasi
g. Kecemasan
h. Nampak lemah
i. Kadang-kadang terjadi penurunan
kesadaran
B. Diagnosa keperawatan
1.
Kekurangan
volume cairan dan elektrolit berhubungan dengan kehilangan cairan dan elektrolit melalui ginjal.
2.
Harga
diri rendah berhubungan dengan hyperpigmentasi
3.
Ansietas
berhubungan dengan kurangnya pengetahuan dan perubahan fungsi fisiologi
4.
Kelelahan
berhubungan dengan penurunan produksi energi metabolisme (kadar glucosa darah)
5.
Risiko
tinggi terhadap penurunan curah jantung.
C.
Intervensi
dan rasional
Dx.1. Kekurangan volume cairan dari elektrolit
berhubungan dengan kehilangan cairan dan natrium melalui ginjal.
1. Kriteria Evaluasi Yang Diharapkan:
Pasien menunjukkan adanya perbaikan
keseimbangan cairan,
2. Ditandai dengan :
a. pengeluaran urine yang adekuat
(batas normal)
b. tanda-tanda vital stabil
c. tekanan nadi parifer jelas
d. turgor kulit baik
e. pengisian kapiler baik dan membran mukosa
lembab/basah.
3. Intervensi dan Rasionalisasi
a) Dapatkan riwayat dari pasien atau
orang terdekat yang berhubungan dengan lama dan intensitas dari gejala yang
muncul.
R/ Membantu memperkirakan volume
total cairan
b) Kaji pasien mengenai rasa haus,
kelelahan, nadi cepat, pengisian kapiler memanjang turgor kulit jelek, membran
mukosa kering. Catat warna kulit dan temperaturnya.
R/ Untuk mengindikasikan
berlanjutnya hipovolemia dan mempengaruhi kebutuhan volume pengganti.
c) Pantau tanda vital, catat perubahan
tekanan darah pada perubahan posisi, kekuatan dari nadi perifer.
R/ Hipotensi postural merupakan
bagian hipovolemia akibat kekurangan hormon aldosteron dan penurunan curah
jantung sebagai akibat dari penurunan kortisol. Nadi mungkin melemah yang mudah
dapat hilang.
d) Ukur dan timbang berat badan setiap
hari.
R/ Memberikan perkiraan kebutuhan
akan penggantian volume cairan dan keefektifan pengobatan. Peningkatan berat
badan yang cepat disebabkan oleh adanya retensi cairan dan natrium yang
berhubungan dengan pengobatan steroid.
e) Periksa adanya perubahan dalam
status mental dan sensori.
R/ Dehidrasi berat menunjukkan curah
jantung dan perfusi jaringan terutama jaringan otak.
f) Auskultasi bising usus/peristaltik
usus. Catat dan laporkan adanya mual, muntah dan diare.
R/ Kerusakan fungsi saluran cerna
dapat meningkatkan kehilangan cairan dan elektrolit dan mempengaruhi cara untuk
pemberian cairan dan nutrisi.
g) Kolaboratif dalam pemberian cairan,
larutan gula dan obat-obatan.
R/ Cairan dan obat-obatan akan
membantu pemenuhan kekurangan cairan dan elektrolit tubuh
Dx.2. Harga diri rendah berhubungan
dengan hipopigmentasi
1.
Kriteria
evaluasi yang diharapkan:
Pasien mampu mengungkapkan penerimaan terhadap
keadaan diri sendiri diungkapkan secara verbal.
2.
Ditandai
dengan :
Pasien menunjukkan kemampuan
adaptasi terhadap perubahan yang ditandai pasien berpartisipasi aktif dalam
bekerja/bermain/berhubungan dengan orang lain.
3.
Intervensi
dan Rasionalisasi
a)
Beri
kesempatan pasien untuk mengungkapkan perasaan tentang keadaannya, tunjukkan
perhatian, bersikap tidak menghakimi.
R/ Membina hubungan dan peningkatan
keterbukaan dengan pasien, membentuk dalam mengevaluasi berapa banyak masalah
yang dapat diubah oleh pasien.
b)
Dorong
pasien untuk membuat daftar bantuan orang terdekat.
R/ Pasien tidak merasa sendirian dan
merasa berguna dalam berhubungan dengan orang lain.
c)
Dorong
pasien untuk membuat pilihan dan berpartisipasi dalam perawatan diri.
R/ Data membantu meningkatakn
tingkat kepercayaan diri, memperbaiki harga diri dan meningkatkan perasaan
terhadap pengendalian diri.
d)
Sarankan
pasien untuk menggunakan ketrampilan management stres, misal: teknik relaksasi,
visualisasi dan bimbingan imajinasi.
R/ Meminimalkan perasaan stres,
frustasi, meningkatkan kemampuan koping dan kemampuan untuk mengendalikan diri.
e)
Sarankan
untuk mengunjungi seseorang yang penyakitkan telah terkontrol.
R/ Dapat menolong pasien untuk
melihat hasil dari pengobatan yang telah dilakukan.
f)
Tindakan
kolaborasi dengan: rujuk ke pelayanan sosial, konseling dan kelompok pendukung
sesuai kebutuhan
R/ Pendekatan komprehensif dapat
membantu memenuhi kebutuhan pasien untuk memelihara tingkah laku.
Dx.3. Ansietas berhubungan dengan
kurangnya pengetahuan dan perubahan fungsi fisiologis.
1.
Kriteria
evaluasi yang diharapkan :
a.
Pasien
tampak rileks
b.
Pasien
melaporkan ansietas berkurang sampai tingkat dapat diatasi
2.
Ditandai
dengan :
Mampu mengidentifikasi cara hidup
yang sehat untuk membagikan perasaannya.
3.
Intervensi
dan Rasionalisasi
a)
Observasi
tingkat laku yang menunjukkan tingkat ansietas
R/ Ansietas ringan dapat ditunjukkan
dengan peka rangsang dan insomnia. Ansietas berat yang berkembang ke dalam
keadaan panik dapat menimbulkan perasaan terancam, teror, ketidak mampuan untuk
bicara dan bergerak. Berteriak-teriak/bersumpah-sumpah.
b)
Pantau
respon fisik, palpitasi, gerakan yang berulang-ulang, hiperventilasi, insomnia.
R/ Peningkatan pengeluaran penyekat
beta-adrenergik pada daerah reseptor, bersamaan dengan efek-efek kelebihan
hormon tiroid, menimbulkan manifestasi klinik dari peristiwa kelebihan
ketekolamin ketika kadar epinefrin/norepinefrin dalam keadaan normal.
c)
Kurangi
stimulasi dari luar: tempatkan pada ruangan yang tenang, berikan kelembutan,
musik yang nyaman, kurangi lampu yang terlalu terang, kurangi jumlah orang yang
berhubungan dengan pasien.
R/ Menciptakan lingkungan yang
terapeutik; menunjukkan penerimaan bahwa aktivitas unit/personal dapat
meningkatkan ansietas pasien.
d)
Bicara
singkat dengan kata yang sederhana.
R/ Rentang perhatian mungkin menjadi
pendek, konsentrasi berkurang, yang membatasi kemampuan untuk mengasimilasi
informasi.
e)
Jelaskan
prosedur, lingkungan sekeliling atau suara yang mungkin didengar oleh pasien.
R/ Memberikan informasi akurat yang
dapat menurunkan distorsi/kesalahan interpretasi yang dapat berperanan pada
reaksi ansietas atau ketakutan.
f)
Tekankan
harapan bahwa pengendalian emosi itu harus tetap diberikan sesuai dengan
perkembangan terapi obat.
R/ Memberikan informasi dan
meyakinkan pasien bahwa keadaan itu adalah sementara dan akan membaik dengan
pengobatan.
Dx.4. Kelelahan berhubungan dengan
penurunan produksi energi metabolisme (gula darah)
1.
Kriteria
evaluasi yang diharapkan :
Pasien menyatakan mampu untuk
beristirahat, peningkatan tenaga dan penurunan rasa
2.
Ditandai
dengan :
a.
Mampu
menunjukkan faktor yang berpengaruh terhadap kelelahan.
b.
Pasien
mampu menunjukkan peningkatan kemampuan dan berpartisipasi dalam aktifitas.
3.
Intervensi
dan Rasionalisasi
a)
Kaji/diskusikan
tingkat kelemahan klien dan identifikasi aktifitas yang dapat dilakukan klien.
R/ Pasien biasanya telah mengalami
penurunan tenaga, kelelahan otot menjadi terus memburuk setiap hari karena
proses penyakit dan munculnya ketidakseimbangan natrium dan kalium.
b)
Pantau
tanda vital sebelum dan sesudah melakukan aktivitas observasi adanya takikardia
hipotensi dan perifer yang dingin.
R/ Kolapsnya sirkulasi dapat terjadi
sebagai akibat dari stres aktifitas jika curah jantung berkurang
c)
Sarankan pasien untuk menentukan masa/periode
antara istirahat dan melakukan aktifitas
R/ Mengurangi kelelahan dan mencegah
ketegangan pada jantung.
d)
Diskusikan
cara untuk menghemat tenaga (misal: duduk lebih baik daripada berdiri selama
melakukan aktifitas/latihan), jika perlu biarkan pasien melakukannya sendiri.
R/ Pasien akan dapat melakukan lebih
banyak kegiatan dengan mengurangi pengeluaran tenaga pada setiap kegiatan yang
dilakukannya.
Dx.5. Risiko tinggi terhadap
penurunan curah jantung
1.
Kriteria
evaluasi yang diharapkan :
Menunjukkan curah jantung yang adekuat .
2.
ditandai
dengan:
a. tanda vital dalam batas normal
b. nadi perifer teraba dengan baik
c. pengisian kapiler
3.
Intervensi
dan Rasional
a) Kaji pengisian kapiler dan nasi
perifer
R/
Pengisian kapiler yang memanjang, nadi yang lambat & lemah merupakan
indikasi terjadi syok.
b) Pantau tanda vital: tensi, irama
jantung
R/
Krisis addison mungkin menyebabkan tekanan darah menurun. Frekwensi jantung
yang tidak teratur akan menimbulkan penurunan curah jantung.
c) Ukur jumlah haluaran urine.
R/
Walaupun biasanya ada poliuria penurunan haluaran urine menggambarkan penurunan
perfusi ginjal oleh penurunan curah jantung.
d) Kolaborasi pemberi O2
R/
Kadar O2 yang maksimal dapat membantu menurunkan kerja jantung.
DAFTAR PUSTAKA
Doenges, Marilynn E. 1999. Rencana
Asuhan Keperawatan: Pedoman untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan
PasiEdisi 3. Jakarta : EGC.
Sherwood,
Laualee. 2001. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem. Jakarta : EGC.
Smeltzer, Suzanne C. 2001. Buku Ajar
Keperawtan Medikal Bedah Brunner & Suddarth edisi 8 Vol. 2. Jakarta : EGC.
Langganan:
Postingan (Atom)