selamat datang

Kampus ku

Pesan Kami

DATA

Postingan
Komentar

Total Tayangan Halaman

Like Facebook


Sabtu, 31 Maret 2012

PENGERTIAN.
Anatomi dan Fisiologi Sistem Pencernaan
Saluran gantrointestinal (gastointestinal tractus), juga disebut saluran digestik (digestive tract) adalah sebuah saluran berotot yang memanjang mulai dari mulut sampa ke anus. Pada prinsipnya  fungsi utama sistem gastrointestinal (GI) adalah mensuplai nutrisi ke sel-sel tubuh yang diperoleh melalui proses Ingestion yang terjadi pada saat mulai intake makanan masuk kedalam mulut, Digestion dimana peristiwa mencerna makanan dimulai dalam lambung dan usus halus dan Absorption yang terjadi terutama dalam usus halus dan juga dalam usus besar. Proses eliminasi adalah pengeluaran sisa-sisa hasil pencernaan.
Sistem GI (Digestive System) terdiri dari saluran GI dan organ beserta kelenjar yang terkati dengan pencernaan yaitu mulut, esofagus, lambung, usus halus, usus besar, rektum dan anus. Sedangkan organ-organ yang berhubungan adalah hati, pankreas, dan kandung empedu.
Faktor psikologis atau emosi seperti stress dan kecemasan akan mempengaruhi fungsi-fungsi GI. Stress dapat dimeanifestasikan sebagai anoreksia, nyeri epigastrium dan abdomen, atau diare. Faktor fisik yang dapat mempengaruhi fungsi-fungsi GI seperti intake diet, mengkonsumsi minuman/makanan yang beralkohol atau caffeine, merokok, kelemahan. Beberapa gangguan organik yang mempengaruhi misalnya penyakit peptic ulcer, ulceratisi colitis yang dapat menyebabkan gangguan GI.

Struktur dan Fungsi Sistem GI
Saluran GI merupakan tabung sepanjang 9 meter yang berentang mulai dari mulut sampai ke anus. Pada umumnya saluran ini terdiri dari 4 lapisan yaitu mulai dari dalam lapisan mukosa, submukosa, otot dan serosa.
Saluran GI diaktifkan oleh sistem saraf otonom yaitu  saraf  parasimpatis, sedang saraf simpatis bersifat menghambat sistem GI. Misalnya adanya peristaltik yang meningkat karena perangsangan /stimulasi saraf  parasimpatis dan terjadi penurunan akibat stimulasi saraf simpatis.
Sistem GI dan organ yang terkait (organ asesoris) rata-rata memperoleh cardiac output sebanyak 25 % sampai dengan 30 %. Sirkulasi dalam sistem GI terutama pada aliran darah vena dimana Sistem GI mengalirkan darah vena melalui vena portal. Bagian atas sistem GI menerima darah dari arteri splanikus. Usus halus menerima darah dari cabang arteri hepatik dan arteri mesenterika superior. Usus besar  menerima darah   terutama dari arteri  mesenterika superior dan inferior.
Dua jenis gerakan saluran GI yaitu mencampur dan mengaduk. Gerakan ini menyebabkan teriadinya segmentasi dan peristaltik. Sekresi dari sistem GI  yang terdiri dari enzim dan hormon untuk mendukung pencernaan, dan mukus akan memberikan perlindungan dan melunakkan, juga air dan elektrolit.
Organ abdominal dibungkus oleh peritoneum. Terdapat 2 lapisan yaitu peritoneum parieteal yang merupakan dinding dari rongga peritoneum dan peritoneum visceral yang membungkus organ abdomen. Berikut ini akan diuraikan sistem pencernaan tersebut sebagai berikut:

a.M u l u t
Rongga mulut dibentuk oleh pipi, langit-langit keras, dan langit-langit lembut. Lidah pada bagian dasar rongga mulut. Bibir merupakan jaringan penutup yang terdapat pada bagian depan mulut yang berfungsi membuka/menutup mulut.
Fungsi mulut adalah :
1.Mengunyah
2.Sekresi saliva dari kelenjar parotis, sublingual, dan submandibularis
3.Menelan yang merupakan aktifitas refleks  gerakan makanan dalam mulut melalui faring kedalan esofagus. Makanan ini berupa bolus.

b.Esofagus
Esofasgus  merupakan saluran berotot yang terletak dibagian belakang  trakhea dan laring. Dibagian bawah dari esofagus terdapat sphincter yang befungsi mencegah aliran balik isi lambung ke esofagus.
Fungsi  esofagus adalah adalah Menerima bolus dari faring dan menyalurkan kedalam lambung.

c.Lambung
Lambung terletak di bagian kuadran kiri atas dari abdomen dan mempunyai kapasitas kira-kira 1500 mL. Terdapat 3 bagian utama yaitu  fundus, badan dan antrum. Pylorus adalah bagian kecil dari  antrum
Fungsi  lambung adalah :
1.Mencerna makanan secara mekanikal.
2.Sekresi, yaitu  kelenjar dalam mukosa lambung mensekresi 1500 – 3000 mL gastric juice (cairan lambung) per hari. Komponene utamanya yaitu mukus, HCL (hydrochloric acid), pensinogen, dan air. Hormon gastrik yang disekresi langsung masuk kedalam aliran darah.
3.Mencerna makanan secara kimiawi yaitu dimana pertama kali protein dirobah menjadi polipeptida
4.Absorpsi, secara minimal terjadi dalam lambung yaitu absorpsi air, alkohol, glukosa, dan beberapa obat.
5.Pencegahan, banyak mikroorganisme  dapat dihancurkan dalam lambung oleh HCL.
6.Mengontrol aliran chyme (makanan yang sudah dicerna dalam lambung) kedalam duodenum. Pada saat chyme  siap masuk kedalam duodenum, akan terjadi peristaltik yang lambat yang berjalan dari fundus ke pylorus.


d.Usus Halus
Panjangnya kira-kira 6 meter dengan diameter 2.5 cm. Berentang dari sphincter pylorus ke katup ileocecal. Usus halus dibagi dalam duodenum, jejenum, dan ileum. Duodenum panjangnya 25 cm, jejenum 2.5 m dan ileum 3.5 m.
 Bagian mukosa dan submukosa yang disebut villi yang dapat meningkatkan area permukaan usus guna memungkinkan absorpsi maksimal. Setiap villus dikelilingi oleh jaringan kapiler dan pembuluh limfe yang disebut Lacteal. Lacteal akan mengabsorpsi lemak dan vitamin yang larut dalam lemak.jaringan kapiler akan mengabsorpsi  nutrisi yang lain dan air.
Fungsi  usus halus adalah :
1.Sekresi mukus. Sel-sel goblet dan kelenjar mukosa duodenum akan mensekresi mukus guna melindungi mukosa usus.
2.Mensekresi enzim. Sel-sel mikrovilli (brush border cell) mensekresi sucrase, maltase, lactase dan enterokinase yang bekerja pada disakarida guna membentuk monosakarida yaitu peptidase yang bekerja pada polipeptida, dan enterokinase yang mengaktifkan trypsinogen dari pankreas.
3.Mensekresi hormon. Sel-sel endokrin mensekresi cholecystokinin, secretin, dan enterogastrone yang mengontrol sekresi empedu, pancreatic juice, dan gastric juice.
4.Mencerna secara kimiawi. Enzim dari pankreas dan empedu dari hati masuk kedalam duodenum. Pencernaan secara kimiawi terutama terjadi dalam jejenum yang siap untuk diabsorpsi kedalam kapiler darah dan lacteal dari villi. Karbohidrat oleh enzim amilase (berasal dari saliva dan pankreas) menjadi disakarida (sukrosa, maltosa dan laktosa), yang oleh sucrase, maltase dan lactase menjadi monosakarida (fruktosa, glucosa, dan galaktosa). Protein, oleh enzim pepsin (dari lambung) dan trypsin (dari pankreas) menjadi peptida, yang oleh peptidase (dari usus halus) menjadi asam amino.Lemak, oleh empedu diemulsikan, dan selanjutnya oleh lipase menjadi monogliserida dan asalm lemak bebas.
5.Absorpsi. Nutrisi dan air akan bergerak dari lumen usu kedalam kapiler darah dan  lacteal dari villi.
6.Aktifitas motorik. Mencampur, kontraksi dan peristaltik. Gerakan mencampur disebabkan oleh kontraksi serabut otot sirkuler pada usus menyebabkan chyme kontak dengan villi untuk diabsorpsi. Peristaltik akan mendorong chyme melalui saluran dengan rata-rata 1 – 2 cm per menit. Chyme tinggal dalam usus halus selama 3-10 jam, dan  zat sisa akan bergerak kedalam usus besar.
Stimulasi oleh sistem simpatis akan menghambat motilitas dan aktifitas sekresi usus halus. Sistem parasimpatis terutama saraf vagus(N X) akan meningkatkan tonus otot intestinal, motilitas, dan proses pencernaan.

e.Hati
Adalah organ terbesar yang terdapat dalam rongga abdomen, yang pada orang dewasa kira-kira seberat 1,37 kg. Letaknya  pada hipokondria kanan dan area hipogastik. Unit fungsional dari hati disebut lobulus yang mengandung hepatosit (sel hati) yang ada disekitar vena sentral hati. Kapiler (sinusoid) berlokasi diantara  hepatosit dan bersama dengan sel Kuffer yang mempunyai fungsi pagosit (mengeluarkan bakteri dan toksin dari tubuh). Saluran empedu interlobaris membentuk kapiler empedu (canaliculi). Sel hepatik akan mensekresi empedu kedalam canaliculi.
Sistem sirlulasi portal (enterohepatic) membawa darah yang berasal dari lambung, usus, limfa, dan pankreas. Darah masuk kedalam hati melalui vena portal..
Fungsi :

Menghasilkan , menyimpan dan mentransfortasi serta ekresi sejumlah substan/zat yang diperlukan dalam :
1.Metabolisme  karbohidrat yaitu mengkonversi glucose menjadi glycogen (glygenesis),
2.Metabolisma protein yaitu sintesa asam amino nonessential, sintesa plasma protein,  sintesa  faktor-faktor pembekuan, dan mem urea dari NH3
3.Metabolisme lemak yaitu mensintesa lipoprotein, memecahkan triglyserida menjadi asam lemak dan gliserol, membentuk ketone bodies, mensintesa asam lemak dari asam amino dan glucose, mensintesa dan memecahkan sholesterol.
4.Detoksifikasi :  menginaktivasi obata-obatan dan zat lainnya serta mengekresi zat-zat yang tidak diperlukan
5.Memproduksi empedu : membentuk empedu yang mengandung garam empedu, pigmen empedu dan cholesterol (empedu dihasilkan setiap hari sekitar 1 liter).
6.Menyimpan : Glucose dalam bentuk glycogen, vitamin yang larut dalam lemak (A,D,E,K) dan yang larut dalam air (B1, B2, Cobvalamin, Vit C), asam lemak, mineral –mineral, asam amino dalam bentuk albumin dan ( globulin.
7.Sistem pagosit (sel kuffer) : memecahkan eritrosit yang sudah tua, eritrosit, bakteri, dan partikel lainnya, memecahkan hemoglobil dari eritrosit kedalam bilirubin dan biliverdin.

f.Usus Besar
Usus besar dimulai dari katup ileocecal ke anus dan rata-rata panjangnya 1,5 m. Usus halkus terbagi kedalam cecum, colon, dan rectum. Vermiform appendix berada pada bagian distal dari cecum. Colon terbagi menjadi  colon ascending, colon transversal, colon descending, dan bagian sigmoid. Bagian akhir dari usus besar adalah rectum dan anus. Sphincter internal dan eksternal pada anus berfungsi untuk mengontrol pembukaan anus.
Fungsi utama usus besar adalah :
1.Sebagai aktifitas motorik. Gerakan mengayun dan peristaltik akan menggerakkan zat sisa menuju kebagian distal.
2.Sekresi. Pada umunya memproduksi mukus yang melindungi mukosas akan tidak mengalami injury, melunakkan feces yang memungkinkan bergerak dengan lancar kearah pelepasan dan menghambat pengaruh pembentukan keasaman oleh bakteri.
3.Absorpsi air, garam, dan chlorida. Colon mempunyai kemampuan mengabsorpsi 90 % air dan garam dan mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit.
4.Mensintesa vitamin. Bakteri pada uisus halus akan mensintesa vitamin K, thiamin, riboflavin, vitamin B12, dan folic acid.
5.Membentuk feces. Feces terdiri dari ¾ air dan ¼ massa padat. Massa padat termasuk sisa makanan dan sel yang mati. Pigmen empedu memberikan warna pada feces. Dan menstimulasi gerakan isi usus kearah pelepasan.
6.Defekasi. Yaitu aktifitas mengeluarkan feces dari dalam tubuh keluar. Pada saat feces dan gas berada dalam rektum, tekanan dalam rektum meningkat, menyebabkan terjadinya refleks defekasi.

Kanalis Inguinalis
Pleksus saraf dalam dinding usus besar akan mempertahankan tonus otot secara kontinu pada usus besar dan menstimulasi gerakan usus. Impuls saraf parasimpatis dari saraf vagus menstimulasi bagian proksimal colon.
Kanalis Ingunalis pada pria berisi funikulus spermatikus dan pada wanita berisi ligamentum rotundum.
Batas kanalis ingunalis :
1.Anulus ingunalis internus berada di eraniolateral yang merupakan bagian terbuka dari fasia transveralis dan poneurosis transverses abdominis. Annulus internus terletak di pertengahan antara SIAS dengan tuberkulum pugikan dan 1 jari dari di atas ligamentum ingunalis.
2.Anulus ingunalis eksternus berada di eaudomedil, diatas tuberlakum pugikum yang merupakan bagian terbuka dari aponeurosis m. oblikus eksternus.
3.Atapnya adalah aponeurosis M. oblikus eksternus.
4.Dasarnya terdapat ligametum ingunalis.
Trigonum hasselbach, merupakan daerah yang dibatasi:
a).Inferior oleh ligamentum ingunalis.
b).Di bagian lateral oleh vasa efigastrika inferior.
c).Di bagian medial oleh tepi lateral m rektur abdominis.
d).Dasarnya dibentuk oleh ransverses.
 
PATOFISIOLOGI.
Penyebab gastroenteritis akut adalah masuknya virus (Rotravirus, Adenovirus enteris, Virus Norwalk), Bakteri atau toksin (Compylobacter, Salmonella, Escherihia Coli, Yersinia dan lainnya), parasit (Biardia Lambia, Cryptosporidium). Beberapa mikroorganisme patogen ini menyebabkan infeksi pada sel-sel, memproduksi enterotoksin atau Cytotoksin dimana merusak sel-sel, atau melekat pada dinding usus pada Gastroenteritis akut.
Penularan Gastroenteritis bias melalui fekal-oral dari satu penderita ke yang lainnya. Beberapa kasus ditemui penyebaran patogen dikarenakan makanan dan minuman yang terkontaminasi.
Mekanisme dasar penyebab timbulnya diare adalah gangguan osmotic (makanan yang tidak dapat diserap akan menyebabkan tekanan osmotic dalam rongga usus meningkat sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit kedalam rongga usus,isi rongga usus berlebihan sehingga timbul diare ). Selain itu menimbulkan gangguan sekresi akibat toksin di dinding usus, sehingga sekresi air dan elektrolit meningkat kemudian terjadi diare. Gangguan multilitas usus yang mengakibatkan hiperperistaltik dan hipoperistaltik. Akibat dari diare itu sendiri adalah kehilangan air dan elektrolit (Dehidrasi) yang mengakibatkan gangguan asam basa (Asidosis Metabolik dan Hipokalemia), gangguan gizi (intake kurang, output berlebih), hipoglikemia dan gangguan sirkulasi darah.

GEJALA KLINIS.

a.Diare.
b.Muntah.
c.Demam.
d.Nyeri Abdomen
e.Membran mukosa mulut dan bibir kering
f.Fontanel Cekung
g.Kehilangan berat badan
h.Tidak nafsu makan
i.Lemah
KOMPLIKASI
a.Dehidrasi
b.Renjatan hipovolemik
c.Kejang
d.Bakterimia
e.Mal nutrisi
f.Hipoglikemia
g.Intoleransi sekunder akibat kerusakan mukosa usus.
Dari komplikasi Gastroentritis,tingkat dehidrasi dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
a.Dehidrasi ringan
Kehilangan cairan 2 – 5 % dari berat badan dengan gambaran klinik turgor kulit kurang elastis, suara serak, penderita belum jatuh pada keadaan syok.
b.Dehidrasi Sedang
Kehilangan cairan 5 – 8 % dari berat badan dengan gambaran klinik turgor kulit jelek, suara serak, penderita jatuh pre syok nadi cepat dan dalam.
c.Dehidrasi Berat
Kehilangan cairan 8 – 10 % dari bedrat badan dengan gambaran klinik seperti tanda-tanda dehidrasi sedang ditambah dengan kesadaran menurun, apatis sampai koma, otot-otot kaku sampai sianosis.
PENATALAKSANAAN MEDIS
a.Pemberian cairan.
b.Diatetik : pemberian makanan dan minuman khusus pada penderita dengan tujuan penyembuhan dan menjaga kesehatan adapun hal yang perlu diperhatikan :
1.Memberikan asi.
2.Memberikan bahan makanan yang mengandung kalori, protein, vitamin, mineral dan makanan yang bersih.
c.Obat-obatan.
Keterangan :
a. Pemberian cairan,pada klien Diare dengasn memperhatikan derajat dehidrasinya dan keadaan umum.
1.cairan per oral.
Pada klien dengan dehidrasi ringan dan sedang,cairan diberikan peroral berupa cairan yang berisikan NaCl dan Na,Hco,Kal dan Glukosa,untuk Diare akut diatas umur 6 bulan dengan dehidrasi ringan,atau sedang kadar natrium 50-60 Meq/I dapat dibuat sendiri (mengandung larutan garam dan gula ) atau air tajin yang diberi gula dengan garam. Hal tersebut diatas adalah untuk pengobatan dirumah sebelum dibawa kerumah sakit untuk mencegah dehidrasi lebih lanjut.

2.Cairan parenteral.
Mengenai seberapa banyak cairan yang harus diberikan tergantung dari berat badan atau ringannya dehidrasi,yang diperhitungkan kehilangan cairan sesuai dengan umur dan berat badannya.
2.1.Dehidrasi ringan.
2.1.1. 1 jam pertama 25 – 50 ml / Kg BB / hari
2.1.2. Kemudian 125 ml / Kg BB / oral
2.2. Dehidrasi sedang.
2.2.1. 1 jam pertama 50 – 100 ml / Kg BB / oral
2.2.2. kemudian 125 ml / kg BB / hari.
2.3. Dehidrasi berat.
2.3.1. Untuk anak umur 1 bulan – 2 tahun dengan berat badan 3 – 10 kg
• 1 jam pertama : 40 ml / kg BB / jam = 10 tetes / kg BB / menit (infus set 1 ml = 15 tetes atau 13 tetes / kg BB / menit.
• 7 jam berikutnya 12 ml / kg BB / jam = 3 tetes / kg BB / menit ( infus set 1 ml = 20 tetes ).
• 16 jam berikutnya 125 ml / kg BB oralit per oral bila anak mau minum,teruskan dengan 2A intra vena 2 tetes / kg BB / menit atau 3 tetes / kg BB / menit.
2.3.2. Untuk anak lebih dari 2 – 5 tahun dengan berat badan 10 – 15 kg.
1 jam pertama 30 ml / kg BB / jam atau 8 tetes / kg
§ BB / menit ( infus set 1 ml = 15 tetes ) atau 10 tetes / kg BB / menit ( 1 ml = 20 tetes ).
7 jam kemudian 127 ml / kg BB oralit per oral,bila anak tidak
§ mau minum dapat diteruskan dengan 2A intra vena 2 tetes / kg BB / menit atau 3 tetes / kg BB / menit.
2.3.3. Untuk anak lebih dari 5 – 10 tahun dengan berat badan 15 – 25 kg.
1 jam pertama 20 ml / kg BB / jam atau 5 tetes / kg BB /
§ menit ( infus set 1 ml = 20 tetes ).
16 jam berikutnya 105 ml / kg BB
§ oralit per oral.
2.4. Diatetik ( pemberian makanan ).
Terafi diatetik adalah pemberian makan dan minum khusus kepada penderita dengan tujuan meringankan,menyembuhkan serta menjaga kesehatan penderita.
Hal – hal yang perlu diperhatikan :
2.4.1. Memberikan Asi.
2.4.2. Memberikan bahan makanan yang mengandung cukup kalori,protein,mineral dan vitamin,makanan harus bersih.
2.5. Obat-obatan.
2.5.1. Obat anti sekresi.
2.5.2. Obat anti spasmolitik.
2.5.3. Obat antibiotik.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan laboratorium.
1.1. Pemeriksaan tinja.
1.2. Pemeriksaan gangguan keseimbangan asam basa dalam darah astrup,bila memungkinkan dengan menentukan PH keseimbangan analisa gas darah atau astrup,bila memungkinkan.
1.3. Pemeriksaan kadar ureum dan creatinin untuk mengetahui pungsi ginjal.
2. pemeriksaan elektrolit intubasi duodenum untuk mengetahui jasad renik atau parasit secara kuantitatif,terutama dilakukan pada penderita diare kronik.
TUMBUH KEMBANG ANAK
Berdasarkan pengertian yang didapat,penulis menguraikan tentang pengertian dari pertumbuhan adalah berkaitan dengan masa pertumbuhan dalam besar, jumlah, ukuran atau dengan dimensi tentang sel organ individu, sedangkan perkembangan adalah menitik beratkan pada aspek perubahan bentuk atau fungsi pematangan organ individu termasuk perubahan aspek dan emosional.
Anak adalah merupakan makhluk yang unik dan utuh, bukan merupakan orang dewasa kecil, atau kekayaan orang tua yang nilainya dapat dihitung secara ekonomi.
Tujuan keperawatan anak adalah meningkatkan maturasi yang sehat bagi anak, baik secara fisik, intelektual dan emosional secara sosial dan konteks keluarga dan masyarakat.
Tumbuh kembang pada bayi usia 6 bulan.
d. Motorik halus.
1. Mulai belajar meraih benda-benda yang ada didalam jangkauan ataupun diluar.
2. Menangkap objek atau benda-benda dan menjatuhkannya
3. Memasukkan benda kedalam mulutnya.
4. Memegang kaki dan mendorong ke arah mulutnya.
5. Mencengkram dengan seluruh telapak tangan.
e. Motorik kasar.
1. Mengangkat kepala dan dada sambil bertopang tangan.
2. Dapat tengkurap dan berbalik sendiri.
3. Dapat merangkak mendekati benda atau seseorang.
f. Kognitif.
1. Berusaha memperluas lapangan.
2. Tertawa dan menjerit karena gembira bila diajak bermain.
3. Mulai mencari benda-benda yang hilang.
g. Bahasa.
Mengeluarkan suara ma, pa, ba walaupun kita berasumsi ia sudah dapat memanggil kita, tetapi sebenarnya ia sama sekali belum mengerti.
DAMPAK HOSPITALISASI TERHADAP ANAK.
a. Separation ansiety
b. Tergantung pada orang tua
c. Stress bila berpisah dengan orang yang berarti
d. Tahap putus asa : berhenti menangis, kurang aktif, tidak mau makan, main,
menarik diri, sedih, kesepian dan apatis
e. Tahap menolak : Samar-samar seperti menerima perpisahan, menerima hubungan
dengan orang lain dan menyukai lingkungan

PENGKAJIAN.

Pengkajian yang sistematis meliputi pengumpulan data,analisa data dan penentuan masalah. Pengumpulan data diperoleh dengan cara intervensi,observasi,psikal assessment. Kaji data menurut Cyndi Smith Greenberg,1992 adalah :
1. Identitas klien.
2. Riwayat keperawatan.
2.1. Awalan serangan : Awalnya anak cengeng,gelisah,suhu tubuh meningkat,anoreksia kemudian timbul diare.
2.2. Keluhan utama : Faeces semakin cair,muntah,bila kehilangan banyak air dan elektrolit terjadi gejala dehidrasi,berat badan menurun. Pada bayi ubun-ubun besar cekung,tonus dan turgor kulit berkurang,selaput lendir mulut dan bibir kering,frekwensi BAB lebih dari 4 kali dengan konsistensi encer.
3. Riwayat kesehatan masa lalu.
Riwayat penyakit yang diderita,riwayat pemberian imunisasi.
4. Riwayat psikososial keluarga.
Dirawat akan menjadi stressor bagi anak itu sendiri maupun bagi keluarga,kecemasan meningkat jika orang tua tidak mengetahui prosedur dan pengobatan anak,setelah menyadari penyakit anaknya,mereka akan bereaksi dengan marah dan merasa bersalah.
5. Kebutuhan dasar.
5.1. Pola eliminasi : akan mengalami perubahan yaitu BAB lebih dari 4 kali sehari,BAK sedikit atau jarang.
5.2. Pola nutrisi : diawali dengan mual,muntah,anopreksia,menyebabkan penurunan berat badan pasien.
5.3. Pola tidur dan istirahat akan terganggu karena adanya distensi abdomen yang akan menimbulkan rasa tidak nyaman.
5.4. Pola hygiene : kebiasaan mandi setiap harinya.
5.5. Aktivitas : akan terganggu karena kondisi tubuh yang lamah dan adanya nyeri akibat distensi abdomen.
6. Pemerikasaan fisik.
6.1. Pemeriksaan psikologis : keadaan umum tampak lemah,kesadran composmentis sampai koma,suhu tubuh tinggi,nadi cepat dan lemah,pernapasan agak cepat.
6.2. Pemeriksaan sistematik :
6.2.1. Inspeksi : mata cekung,ubun-ubun besar,selaput lendir,mulut dan bibir kering,berat badan menurun,anus kemerahan.
6.2.2. Perkusi : adanya distensi abdomen.
6.2.3. Palpasi : Turgor kulit kurang elastis
6.2.4. Auskultasi : terdengarnya bising usus.
6.3. Pemeriksaan tinglkat tumbuh kembang.
Pada anak diare akan mengalami gangguan karena anak dehidrasi sehingga berat badan menurun.
6.4. Pemeriksaan penunjang.
Pemeriksaan tinja,darah lengkap dan doodenum intubation yaitu untuk mengetahui penyebab secara kuantitatip dan kualitatif.
DIAGNOSA KEPERWATAN.
1. Defisit volume cairan dan elektrolit kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan output cairan yang berlebihan.
2. Gangguan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubuingan dengan mual dan muntah.
3. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan iritasi,frekwensi BAB yang berlebihan.
4. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan distensi abdomen.
5. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi tentang penyakit,prognosis dan pengobatan.
6. Cemas berhubungan dengan perpisahan dengan orang tua,prosedur yang menakutkan.

INTERVENSI

Diagnosa 1.
Defisit volume cairan dan elektrolit kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan output cairan yang berlebihan.
Tujuan .
Devisit cairan dan elektrolit teratasi
Kriteria hasil
Tanda-tanda dehidrasi tidak ada, mukosa mulut dan bibir lembab, balan cairan seimbang
Intervensi
Observasi tanda-tanda vital. Observasi tanda-tanda dehidrasi. Ukur infut dan output cairan (balanc ccairan). Berikan dan anjurkan keluarga untuk memberikan minum yang banyak kurang lebih 2000 – 2500 cc per hari. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian therafi cairan, pemeriksaan lab elektrolit. Kolaborasi dengan tim gizi dalam pemberian cairan rendah sodium.
Diagnosa 2.
Gangguan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubuingan dengan mual dan muntah.
Tujuan
Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi teratasi
Kriteria hasil
Intake nutrisi klien meningkat, diet habis 1 porsi yang disediakan, mual,muntah tidak ada.
Intervensi
Kaji pola nutrisi klien dan perubahan yang terjadi. Timbang berat badan klien. Kaji factor penyebab gangguan pemenuhan nutrisi. Lakukan pemerikasaan fisik abdomen (palpasi,perkusi,dan auskultasi). Berikan diet dalam kondisi hangat dan porsi kecil tapi sering. Kolaborasi dengan tim gizi dalam penentuan diet klien.
Diagnosa 3.
Gangguan integritas kulit berhubungan dengan iritasi,frekwensi BAB yang berlebihan.
Tujuan :
Gangguan integritas kulit teratasi
Kriteria hasil :
Integritas kulit kembali normal, iritasi tidak ada, tanda-tanda infeksi tidak ada
Intervensi :
Ganti popok anak jika basah. Bersihkan bokong perlahan sabun non alcohol. Beri zalp seperti zinc oxsida bila terjadi iritasi pada kulit. Observasi bokong dan perineum dari infeksi. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian therafi antipungi sesuai indikasi.
Diagnosa 4.
Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan distensi abdomen.
Tujuan :
Nyeri dapat teratasi
Kriteria hasil :
Nyeri dapat berkurang / hiilang, ekspresi wajah tenang
Intervensi :
Observasi tanda-tanda vital. Kaji tingkat rasa nyeri. Atur posisi yang nyaman bagi klien. Beri kompres hangat pada daerah abdoment. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian therafi analgetik sesuai indikasi.
Diagnosa 5.
Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi tentang penyakit,prognosis dan pengobatan.
Tujuan
Pengetahuan keluarga meningkat
Kriteria hasil :
Keluarga klien mengeri dengan proses penyakit klien, ekspresi wajah tenang, keluarga tidak banyak bertanya lagi tentang proses penyakit klien.
Intervensi :
Kaji tingkat pendidikan keluarga klien. Kaji tingkat pengetahuan keluarga tentang proses penyakit klien. Jelaskan tentang proses penyakit klien dengan melalui penkes. Berikan kesempatan pada keluarga bila ada yang belum dimengertinya. Libatkan keluarga dalam pemberian tindakan pada klien.
Diagnosa 6.
Cemas berhubungan dengan perpisahan dengan orang tua,prosedur yang menakutkan.
Tujuan :
Klien akan memperlihatkan penurunan tingkat kecemasan
Intervensi :
Kaji tingkat kecemasan klien. Kaji faktor pencetus cemas. Buat jadwal kontak dengan klien. Kaji hal yang disukai klien. Berikan mainan sesuai kesukaan klien. Libatkan keluarga dalam setiap tindakan. Anjurkan pada keluarga unrtuk selalu mendampingi klien.
EVALUASI.
1.Volume cairan dan elektrolit kembali normal sesuai kebutuhan.
2.Kebutuhan nutrisi terpenuhi sesuai kebutuhantubuh.
3.Integritas kulit kembali noprmal.
4.Rasa nyaman terpenuhi.
5.Pengetahuan kelurga meningkat.
6.Cemas pada klien teratasi.

SISTEM PENCERNAAN (Digestive system)


 
Zat-zat yag terkandung dalam makanan
  • Karbohidrat ( diserap oleh tubuh dalam bentuk glukosa)
  • Protein ( diserap oleh tubuh dalam bentuk asm amino)
  • Lemak ( diserap tubuh dalam bentuk asam lemak dan gliserol)
  • Vitamin, mineral dan air

Sistem pencernaan terdiri atas:
  • Saluran pencernaan
  • Kelenjar pencernaan

A.      Saluran pencernaan
    


1.  Mulut
Dalam mulut terdapat
a. Gigi
Fungsi gigi: mencerna makanan secara mekanik yaitu mengubah makanan dari bentuk kasar menjadibentuk halus
Struktur gigi


Rumus susunan gigi
Anak-anak
Jumlah : 20

P
C
I
I
P
C
2
1
2
2
1
2
2
1
2
2
1
2

Dewasa
Jumlah: 32

M
P
C
I
I
C
P
M
3
2
1
2
2
1
2
3
3
2
1
3
3
1
2
3

Keterangan:
I               :   Incisivus = gigi seri
C             :   Caninus = gigi taring
P             :    Premolare = gigi geraham depan
M            :    Molare =  gigi geraham belakang

b. Lidah
Fungsi:
  • membantu mencampur makanan saat pencernaan di mulut
  • Membantu menelan makanan
Gambar;



c.  Kelenjar Ludah
Terdiri atas
  • Kelenjar parotis ( kelenjar ludah bawah telinga )
  • Kelenjar submaxilaris/ sublinguaris ( kelenjar ludah bawah rahang atas/ bawah lidah )
  • Kelenjar submandibularis ( kelenjar ludah bawah rahang bawah )

Fungsi ludah
  • Mencampur makanan agar mudah dicerna dan ditelan
  • Mengandung enzim PTIALIN yang megugah amilum menjadi glukosa

d. Kerongkongan/ Esophagus
Terjai gerak Peristaltik:
yaitu gerak mendorong makanan yang sudah berbentuk bola-bola ( bolus) ke dalam lambung



e. Lambung/ Stomach
 
Struktur lambung



Dinding lambung menghasilkan getah lambung berupa
  • HCl ( asam klorida)
Fungsi;
1.  Menjadga keasaman lambung
2.  Membunuh kuman yang masuk bersama makanan
3.  Mengaktifkan enzim pepsinogen menjadi pepsin
  • Pepsinogen
Setelah diaktifkan menjadi pepsin berfungsi memecah protein menjadi pepton
  • Renin
Fungsi: memisahkan kasein dari susu
Catatan;
Susu merupakan emulsi antara air dan lemak dengan kasein sebagai pengemulsi (emulgator)

Didalam lambung terjadi pencernaan secara mekanik dan kimiawi

f.  Usus Halus
Usus 12 Jari ( Duodenum )
Merupakan muara 2 saluran yaitu saluran pancreas dan saluran hati
  • Pankreas
Menghasilkan enzim-enzim pencernaan berupa
Tripsin                                         : mengubah pepton menjadi asam amino
Lipase pancreas ( steapsin)          : mengubah lemak menjadi asam lemak dan gliserol
Amylase                                      : mengubah amilum menjadi glukosa


  • Hati
Menghasilkan empedu yang berfungsi untuk mengemulsikan lemak sehingga dapat larut dalam air dan diserap oleh tubuh


Usus Kosong ( Jejunum)
Menghasilkan enzim-enzim
Sukrase                                : memecah sukrosa menjadi glukosa
Maltase                                : memecah maltose menjadi glukosa
Lactase                                : memecah laktosa menjadi galaktosa

Usus Penyerapan ( Ileum )
  • Pada dinding-dinding usus ini terdapat banyak jonjot usus ( phili )
  • Phili membantu memperluas bidang penyerapan zat-zat makanan
  • Terdapat pembuluh darah dan pembuluh kil
  • Pembuluh darah berfungsi menyerap glukosa, asam amino, vitamin dan mineral
  • Pembuluh kil:  menyerap asam lemak dan gliserol

g. Usus Besar ( Colon )
Terdiri atas
  • Colon ascending
  • Colon descending
  • Colon transversal

Proses yang terjadi dalam usus besar
  • Penyerapan air
  • Pembentukan vitamin K
  • Sekresi lender/ mukosa
  • Pembentukan feses

ASKEP SENSORI PERSEPSI-HALUSINASI



LAPORAN PENDAHULUAN
PERUBAHAN SENSORI PERSEPSI: HALUSINASI

A.    Pengertian
     Halusinasi adalah penginderaan tanpa rangsangan eksternal yang berhubungan dengan salah satu jenis indera tertentu yang khas. (Kaplan dan Saddock, 1998). Halusinasi adalah gangguan penyerapan (persepsi) panca indera tanpa adanya rangsangan dari luar yang dapat meliputi semua sistem panca indera di mana terjadi pada saat kesadaran individu itu penuh/baik.
    
     Jenis halusinasi ada 2 (dua) yaitu:
1). Halusinasi non patologis
     Menurut NAMI (National Alliance for Mentally Ill). Halusinasi dapat terjadi pada seseorang yang bukan penderita gangguan jiwa, pada umumnya terjadi pada klien yang mengalami stress yang berlebihan atau kelelahan bisa juga karena pengaruh obat-obatan (halosinogenik) halusinasi ini antara lain:
a.  Halusinasi hipnogonik   :    persepsi sensori yang palsu yang terjadi sesaat sebelum seseorang jatuh tertidur.
b.  Halusinasi hipnopomik :    persepsi sensori yang palsu yang terjadi pada saat seseorang terjatuh bangun.
2)  Halusinasi patologis
a.  Halusinasi pendengaran (Auditory)
     Klien mendengar suara dan bunyi yang tidak berbeda dengan stimulus nyata dan orang lain tidak mendengarnya.
b.  Halusinasi penglihatan (Visual)
     Klien melihat gambar yang jelas atau samar-samar tanpa stimulus yang nyata dan orang lain tidak melihatnya.
c.  Halusinasi penciuman (Olfactory)
     Klien mencium bau yang muncul dari sumber tertentu tanpa stimulus yang nyata dan orang lain tidak menciumnya.
d.  Halusinasi pengecap (Gustatory)
     Klien merasa makan sesuatu yang tidak nyata, biasanya merasakan makanan yang tidak enak.
e.  Halusinasi peradaban (Taktil)
     Klien merasakan sesuatu pada kulitnya tanpa stimulus yang nyata.

B.    ETIOLOGI
     Menurut Rawlin, et all, (1998) etiologi halusinasi dilihat dari 5 (lima) dimensi yaitu:
1.  Dimensi fisik
     Halusinasi dapat meliputi kelima indera, tapi yang paling sering ditemukan adalah halusinasi pendengaran, halusinasi dapat ditimbulkan dari beberapa kondisi seperti kelelahan yang luar biasa, penggunaan obat-obatan sehingga terjadi delirium intoksikasi, alkohol dan kesulitan untuk tidur dalam jangka waktu yang lama.
2.  Dimensi intelektual
     Halusinasi terjadi sebagai usaha untuk merubah realita yang ada, yang bertujuan untuk melindungi integritas dirinya dan adanya fungsi ego untuk mengadakan kontak yang realita.
3.  Dimensi emosional
     Terjadinya halusinasi karena adanya perasaaan cemas yang berlebihan yang tidak dapat diatasi dan sebagai hal yang menakutkan sehingga menyebabkan klien berbuat sesuatu terhadap ketakutan.
4.  Dimensi sosial
     Halusinasi dapat terjadi disebabkan oleh hubungan interpersonal yang tidak memuaskan sehingga koping yang digunakan untuk menurunkan kecemasan akibat hilangnya control terhadap diri, harga diri maupun interaksi social dalam dunia nyata, sehingga klien cenderung menarik diri dan hanya tertuju pada dirinya sendiri.
5.  Dimensi spiritual
     Klien yang mengalami halusinasi yang merupakan makhluk social, mengalami ketidakharmonisan berinteraksi, penurunan kemampuan untuk menghadapi stress dan kecemasan serta menurunnya kualitas untuk menghadapi keadaan sekitarnya. Akibatnya saat halusinasi menguasai dirinya, klien akan kehilangan control terhadap kehidupannya.

Menurut Stuart dan Sudden, 1998, terjadinya halusinasi dapat disebabkan sebagai berikut :
1.  Teori psikoanalisa
     Halusinasi merupakan pertahanan ego untuk melawan rangasangan dari luar yang mengancam, ditekan untuk muncul dalam alam sadar.
2.  Teori biokimia
     Halusinasi terjadi karena respon metabolisme terhadap stress yang mengakibatkan terlepasnya zat halusinogenik neuro kimia cepat bufatamin dan dimetyl tramsferasia.

C.    RENTANG RESPON MASALAH
Respon adaptif 
Respon mal adaptif
Pikiran logis
Pikiran kadang menyimpang
Kelainan pikiran/delusi halusinasi
Emosi konsisten dengan pengalaman
Emosi berlebihan/kurang
Ketidakmampuan untuk Mengalami emosi
Perilaku sesuai
Perilaku tidak lazim
Perilaku tidak terorganisasi.
Hubungan social harmonis.
Menarik diri.
Isolasi social.

D.   PROSES TIMBULNYA MASALAH
Menurut Depkes, 2000, halusinasi terjadi dalam beberapa fase:
1.  Fase pertama comforting (menyenangkan)
2.  Fase kedua condemning (menyarankan)
3.  Fase ketiga controlling (mengendalikan)
4.  Fase keempat conquering (menakutkan)
E.    POHON MASALAH

                             Resiko terhadap tindakan kekerasan
                               yang diarahkan pada lingkungan
                                    diri sendiri dan orang lain




 

     Gangguan konsep diri Perubahan sensori persepsi     Penata laksanaan regimen
     Harga diri rendah                   halusinasi                    terapeutik tak afektif
     kronis                               (cor problem)                              


                                       Isolasi = menarik diri             kurang pengetahuan
                                                                              Keluarga merawat klien
                                                                                             
F.  MASALAH KEPARAWATAN
1.  Resiko tinggi perilaku kekerasan, menciderai diri sendiri dan orang lain.
Ds : klien mengatakan mendengar suara negative tentang orang lain, ancaman atau ejekan.
Do : mudah tersinggung, jengkel, marah, ekspresi wajah tegang,, memukul atau menyakiti orang lain, merusak lingkungan sekitar.
2.  Perubahan persepsi sensori : Halusinasi
     Ds : klien menyatukan mendengar suatu, melihat benda atau sesuatu mengecap rasa sesuatu atau mencium bau yang tak nyata.
     Do : klien berbicara curiga, tersenyum dan bermusuhan, berbicara kalau kadang-kadang tidak masuk akal.
            Tidak dapat membedakan hal yang nyata dan tak nyata.
3.  Defisit perawatan diri
     Ds :    klien menyatakan malas untuk beraktivitas seperti mandi, makan, ganti baju dan lain-lain.
     Do :    pakaian tidak rapi, pakaian kotor,
              rambut kusut, kotor, berbau tidak sedap,
              PH yang kurang,
              menolak untuk makan.
4.  Intoleransi aktivitas
     Ds :    klien menolak beraktivitas
     Do :    Pasif
              Tidak menyadari/menghindar dari kegiatan yang ada dan
               tidak peduli dengan aktivitas sehari-hari.
5.  Perubahan pola tidur
     Ds :    klien mengatakan tidak bisa tidur takut diganggu suara-suara dan mimpi yang menakutkan.
     Do :    klien tampak mengantuk
              Gelisah
              Malam hari tidak dapat tidur
              Daerah sekitar mata kehitaman
              Mata sayu atau sulit untuk berkonsentrasi
6.  Menarik diri
     Ds :    klien hanya menjawab “ya”, “tidak”, “tidak tahu”.
     Do :    menghindar dari orang lain
              Kontak mata kurang : sering menunduk
              Posisi tidur seperti janin
              Sulit diajak komunikasi.
7.  Harga diri rendah
     Ds :    klien mengatakan merasa malu, tidak dapat berbuat sesuatu, mengatakan tidak berharga, menyalahkan diri sendiri, menilai negative pada diri sendiri.
     Do :    tidak ada kontak mata
              Sering menyendiri
              Menghindari orang lain.

G.  DIAGNOSA KEPERAWATAN
1.  Resiko tinggi perilaku kekerasan = menciderai diri sendiri, orang lain dan lingkungan b/d halusinasi.
2.  Perubahan persepsi sensori = halusinasi b/d menarik diri.
3.  Kerusakan interaksi social = menarik diri b/d HDR.
4.  Perubahan persepsi sensori = halusinasi b/d penatalaksanaan regimen “terapeutik” tidak efektif.
5.  Penatalaksanaan regimen terapeutik tidak efektif b/d koping keluarga tidak afektif.

H.  RENCANA KEPERAWATAN
     Diagnosa         :    Resiko tinggi perilaku kekerasan pada diri sendiri, orang lain dan lingkungan b/d halusinasi.
     Tujuan umum   :    Klien tidak menciderai diri sendiri, orang lain dan lingkungan.
     Tujuan khusus  :    a.  klien dapat membina hubungan saling percaya.
                               b.  klien dapat mengenal halusinasinya.
                               c.  klien dapat mengontrol halusinasinya.
                               d.  klien dapat memanfaaatkan obat dengan baik.
                               e.  klien dapat dukungan keluarga dalam mengontrol halusinasinya.
     INTERVENSI
TUK 1 klien dapat membina hubungan saling percaya.
1). Bina hubungan saling percaya
          Salam terapeutik, perkenalan diri, jelaskan tujuan, ciptakan lingkungan yang tenang, buat kontrak yang jelas pada tiap pertemuan (topic yang akan dibicarakan, waktu bicara dan tujuan bicara).

          2). Beri kesempatan klien untuk mengungkapkan perasaannya.
          3). Dengarkan ungkapan klien dengan empati.

TUK 2 klien dapat mengenal halusinasinya
1). Lakukan kontak sering dan singkat (agar klien tidak selalu sering kontak dengan halulsinasinya).
          2). Observasi klien terkait dengan halusinasinya, berbicara, tertawa tanpa adanya stimulus memandang ke kiri/ke kanan/depan seolah-olah ada teman sedang berbicara.
          3). Bantu klien untuk mengenali halusinasinya.
-    Saat klien halusinasinya adakah suara yang didengar, adakah yang dilihat, bila ada apa yang didengar, apa yang dilihat dan lain-lain.
-    Katakan pada klien bahwa klien melihat atau mendengar, namun perawat tidak melihat atau mendengar dengan nada bersahabat tanpa menuduh (menghakimi).
-    Katakan bahwa klien lain juga ada yang seperti klien.
-    Katakana bahwa perawat akan membantu klien.
          4). Diskusikan dengan klien
-    Situasi yang menimbulkan atau tidak menimbulkan halusinasi.
-    Waktu frekuensi dari halusinasi (pagi, siang, sore, malam, saat mandi, makan, tidur, jengkel atau sedih, stress, menyendiri).
TUK 3 klien dapat mengontrol halusinasinya.
1).           Identifikasi bersama klien tindakan apa yang bisa dilakukan bila sedang berhalusinasi.
2). Beri pujian terhadap ungkapan klien tentang tindakannya.
3). Diskusikan cara memutus halusinasi (mengusir, beraktivitas atau berinteraksi dengan orang lain, mendekatkan diri pada pencipta, minum obat teratur).
4). Dorong klien untuk menyebutkan kembali cara memutus halusinasi.
5). Beri pujian atas upaya klien menjawab.
6). Dorong klien untuk memilih tindakan yang akan dilakukan.
7). Dorong klien mengikuti TAK.
8). Beri pujian bila mampu melakukan.
TUK 4 klien dapat memanfaaatkan obat dengan baik.
                                  e 1).   Diskusikan dengan klien dan keluarga tentang dosis dan frekuensi dan manfaat obat.
2). Anjurkan klien meminta sendiri obat pada perawat, merasakan manfaatnya.
3). Anjurkan klien bicara dengan dokter tentang efek dan efek samping obat yang dirasakan.
4). Diskusikan akibat obat tanpa konsultasi (minum obat bebas).
5). Bantu klien menggunakan obat dengan prinsip 5 benar (benar pasien, benar obat, benar dosis, benar cara dan waktu).
6). Diskusikan dengan klien dan keluarga tentang dosis dan frekuensi dan manfaat obat.
TUK 5      .         klien dapat dukungan keluarga dalam mengontrol halusinasinya.

1). Bina hubungan saling percaya terus dengan keluarga.
2). Kaji pengetahuan keluarga tentang halusinasi/tindakan yang dilakukan dalam merawat klien.
3). Berikan pujian terhadap tindakan yang positif.
4). Diskusikan dengan keluarga tentang halusinasi, tanda dan gejala serta perawatan di rumah.
5). Anjurkan keluarga cara mendemonstrasikan cara merawat klien di rumah.





DAFTAR PUSTAKA

Keliat, BA., dkk, (1999), Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa. Penerbit buku kedokteran EGC, Jakarta.

Kaplan dan Saddack, (1997), Sinopsis Psikiatrik : Ilmu Pengetahuan Perilaku Psikiatri. Edisi I, Alih Bahasa : Dr. Wijaya Kesuma, Bina Rupa Aksara, Jakarta.

Stuart dan Sudden, (1998), Principle and Practice of Psychiatric Nursing, 6th edition, CV. Mosby Company, USA.




STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN
                                  Masalah    :    Halusinasi
                                  Pertemuan     :    I

A.  Proses Keperawatan
  1. Kondisi klien
…….
2.  Diagnosa keperawatan
     Resiko menciderai diri sendiri dan orang lain b/d halusinasi
3.  Tujuan khusus
a.  Klien dapat membina hubungan saling percaya.
b.  Klien dapat mengenal halusinasinya.
4.  Tindakan keperawatan
a.  Bina hubungan saling percaya.
-    Bina hubungan saling percaya dengan mengungkapkan komunikasi terapeutik.
-    Sapa klien dengan ramah baik verbal maupun non verbal.
-    Perkenalkan diri dengan sopan.
-    Tanyakan nama lengkap klien dan nama panggilan kesukaannya.
-    Jelaskan tujuan pertemuan.
-    Jujur dan menepati janji.
-    Tunjukkan sikap empati dan menerima klien apa adanya.
-    Beri perhatian pada klien dan perhatikan kebutuhan dasar klien.
b.  Klien dapat mengenal halusinasinya.
-    Adakan kontak sering dan singkat secara bertahap.
-    Observasi tingkah laku klien terkait dengan halusinasinya, berbicara dan tertawa tanpa stimulus, memandang, memandang ke kiri/ke kanan/ke depan seolah-olah ada teman bicara.
-    Bantu klien mengetahui halusinasinya.
ü  Jika menemukan klien yang sedang halusinasi, tanyakan apakah ada suara yang didengar.
ü  Jika klien menjawab = ada, lanjutkan apa ygn dikatakan.
ü  Katakan bahwa perawat percaya klien mendengar suara itu. Namun perawat sendiri tidak mendengarnya (dengan nada bersahabat tanpa menuduh/menghakimi).
ü  Katakan bahwa ada klien lain yang seperti klien.
ü  Katakan bahwa perawat akan membantu klien.
-    Diskusikan dengan klien.
ü  Situasi yang menimbulkan/tidak menimbulkan halusinasi.
ü  Waktu dan frekuensi terjadinya halusinasi (pagi, siang, malam, jengkel, sedih).
ü  Diskusikan dengan klien apa yang dirasakan jika terjadi halusinasi (marah, takut, sedih) beri kesempatan pada klien untuk mengungkapkan perasaannya.

B.  STRATEGI KOMUNIKASI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN
1.  Orientasi
a.  Salam      : Selamat pagi bu? Kenalkan saya Abdul Wakhid. Nama ibu siapa? Ibu lebih suka dipanggil siapa? Tujuan saya ini, saya akan membantu memecahkan masalah ibu, saya bertugas di sini selama 1 bulan.
b.  Evaluasi/Validasi     : Bagaimana bu kabarnya hari ini? Saya perhatikan ibu sepertinya sedang berbicara. Dengan siapa bu?
c.  Kontrak :
     Topik       : Bisakah ibu cerita, agar saya bisa membantu ibu? Baik bu? Kali ini kita akan membicarakan tentang bagaimana cara mengenal halusinasi yang ibu alami saat ini.
     Waktu      : Berapa lama ibu ingin kita berbincang-bincang, kali ini? Bagaimana jika 15 menit ?
     Tempat    : Kalau begitu kita berbincang-bincang di mana?bagaimana jika di ruang makan?
2.  Kerja
     Bisakah ibu jelaskan apa yang sering ibu alami akhir-akhir ini? Bagaimana suara-suara itu bisa muncul? Bagaimana bentuknya? Apakah ibu bisa mengenal suara itu? Kapan suara itu biasa muncul? Apakah ini mengganggu ibu? Apa yang ibu rasakan jika suara itu muncul? Ibu jangan takut, pasien lain juga ada yang seperti ibu, tapi tidak apa-apa, saya akan mencoba membantu ibu.
3.  Teminasi
ü  Evaluasi subjektif   =   saya merasa gembira sekali kita telah membicarakan tentang cara mengenal suara itu, bagaimana perasaan ibu setelah berbincang-bincang tadi? Coba ibu ulang kembali tentang suara yang sedang ibu alami.
ü  Evaluasi objektif     =   klien murung, pandangan kosong, ingin selalu menyendiri dan suka di tempat yang gelap kadang klien tertawa sendiri.
ü  Rencana tindak lanjut =  untuk pertemuan selanjutnya, coba ibu ingat-ingat kembali hal lain yang sering ibu alami?
ü  Kontak yang akan datang
Topik       : Ibu ingin tahu tidak bagaimana cara mengontrol halusinasi yang ibu alami? Kalau ibu mau kita nanti akan membicarakannya.
Waktu      : Jam berapa ibu bisa berbincang-bincang lagi? Berapa lama?.
Tempat    : Di mana temaptnya bu? Apa masih tetap di sini? Kalau tidak di mana?.


STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN
                                  Masalah    :    Halusinasi
                                  Pertemuan     :    II (Kedua)

A.  Proses Keperawatan
1.  Kondisi klien


2.  Diagnosa keperawatan
     Resiko menciderai diri sendiri dan orang lain b/d halusinasi
3.  Tujuan khusus
Klien dapat mengontrol halusinasinya.
4.  Tindakan keperawatan
a.  BHSP
b.  Klien dapat mengontrol halusinasinya.
-    Identifikasi bersama klien cara tindakan yang dilakukan jika terjadi halusinasi (tidur, marah, menyibukan diri, dan lain-lain).
-    Diskusikan manfaat cara yang digunakan klien, jika bermanfaat beri pujian.
-    Diskusikan cara baru untuk memutus/mengontrol timbulnya halusinasi.
ü  Saya tidak mau dengar/lihat kamu (saat halusinasi terjadi).
ü  Menemui orang lain (perawat/teman/anggota d/g) untuk bercakap-cakap/mengatur halusinasinya.
ü  Membuat jadwal kegiatan sehari-hari agar halusinasinya tidak sempat muncul.
ü  Meminta keluarga/teman/perawat, menyapa jika tampak bicara sendiri.
-          Bantu klien untuk memilih dan melatih cara memutus halusinasi secara bertahap.
-          Beri kesempatan untuk melakukan cara yang telah dilatih, evaluasi hasilnya dan beri pujian jika berhasil.
-          Anjurkan klien mengikuti terapi aktivitas kelompok, orientasi realita, stimulus persepsi.

B.  STRATEGI KOMUNIKASI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN
1.  Orientasi
a.  Salam      : Selamat pagi bu? Bagaimana masih ingat dengan saya?.
b.  Evaluasi/Validasi     : Bagaimana bu kabarnya hari ini? Ibu masih ingat dengan apa yang saya tugaskan kemarin? Bagaimana sudah dingat-ingat hal lain yang ibu alami? Kalau ibu sudah tahu, coba jelaskan?
c.  Kontrak :
     Topik       : Jika ibu sudah mengenali suar itu, itu namanya halusinasi, sekarang kita akan membicarakan tentang cara mengontrol halusinasi yang ibu alami, seperti janji kita sebelumnya.
     Waktu      : Untuk pembicaraan kali ini kita akan berbincang-bincang berapa lama bu?
     Tempat    : Ibu pinginnya berbincang-bincang di mana? Apakah pada tempat yang seperti kemarin atau di mana?
2.  Kerja
     Bagaimana tindakan ibu jika halusinasi itu muncul? Jika halusinasi itu muncul lagi, coba ibu untuk menyibukkan diri (mencuci, menyapa dan lain-lain). Ini akan membantu ibu untuk memutus halusinasi tersebut atau jika halusinasi itu datang ibu katakan saya tidak mau dengar/lihat kamu. Bagaimana bu, apa ibu ingin mencoba saran saya tadi, apabila halusinasi ibu muncul?
3.  Teminasi
ü  Evaluasi subjektif   =   coba ibu ingat-ingat bagaimana cara memutus atau mengontrol halusinasi tadi, ibu bisa menjelaskannya? Bagaimana perasaan ibu setelah kita bincang-bincang tadi bu?
ü  Evaluasi objektif     =   Pandangan klien kadang-kadang masih kosong, kadang bicara untuk mengontrol halusinasi, coba ibu ingat-ingat lagi, untuk pertemuan selanjutnya saya akan menanyakan pada ibu.
ü  Rencana tindak lanjut =  oke, kalau ibu sudah mengetahui cara untuk mengontrol halusinasi coba ibu ingat-ingat lagi, untuk pertemuan selanjutnya saya akan menanyakannya pada ibu.
ü  Kontak yang akan datang
Topik       : Ibu perlu dukungan tidak? Untuk mengontrol halusinasi ibu? Jika ibu pingin tahu, kita nanti akan membahasnya lagi?
Waktu      : Kira-kira jam berapa ibu bisa berbincang-bincang lagi dengan saya nanti? Berapa lama bu?.
Tempat    : Tempatnya di mana bu? Ibu pinginnya di mana?.


STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN
                                  Masalah    :    Halusinasi
                                  Pertemuan     :    III

A.  Proses Keperawatan
1.  Kondisi klien
2.  Diagnosa keperawatan
     Resiko menciderai diri sendiri dan orang lain b/d halusinasi
3.  Tujuan khusus
Klien dapat dukungan dari keluarga dalam mengontrol halusinasinya.
4.  Tindakan keperawatan
a.  BHSP
b.  Klien dapat dudukan dari keluarga dalam mengontrol halusinasinya
-    Anjurkan klien untuk memberi tahu keluarga jika mengalami halusinasi.
-    Diskusikan dengan k/g (pada saat keluarga berkunjung/pada saat kunjungan rumah).
ü  Gejala halusinasi yang dialami klien.
ü  Cara yang dapat dilakukan klien dan keluarga untuk memutus halusinasi.
ü  Cara merawat anggota keluarga yang halusinasi di rumah beri kegiatan jangan biarkan sendiri, makan bersama, berpergian bersama.
ü  Beri informasi waktu follow up atau papan perlu mendapat bantuan, halusinasi tidak terkontrol dan resiko menciderai orang lain.

B.  STRATEGI KOMUNIKASI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN
1.  Orientasi
a.  Salam      : Selamat pagi bu? Bagaimana masih ingat dengan nama saya bu?.
b.  Evaluasi/Validasi     : Bagaimana bu, kabarnya hari ini? Apakah masih seperti yang kemarin? Ibu masih ingat kemarin ibu mempunyai PR apa sama saya? Kalau masih ingat coba ibu jelaskan kembali bagaimana cara mengontrol halusinasi.
c.  Kontrak :
     Topik       : Seperti perkataan saya kemarin, kali ini kita akan membicarakan tentang dukungan-dukungan dari anggota keluarga yang berfungsi untuk mengontrol halusinasi kita akan bincang-bincang dengan keluarga ibu?
     Waktu      : Berapa lama kita akan berbincang-bincang kali ini?
     Tempat    : Tempat yang paling ibu sukai di mana?

2.  Kerja
     Biasanya kalau halusinasi itu muncul, ibu minta tolong sama siapa saja agar halusinasi hilang? Seandainya halusinasi itu muncul, ibu bisa memanggil keluarga ibu ataupun saya, mungkin kami nanti bisa membantu, bagaimana cara, ibu untuk menolak halusinasi tersebut? Kalau ibu ingin menolak halusinasi ibu, ibu sebaiknya membuat kesibukan, kegiatan-kegiatan sehari-hari dan jangan lupa control secara rutin dan minta keluarga mengontrol halusinasi yang dialami itu.

3.  Teminasi
ü  Evaluasi subjektif   =   coba ibu/bapak sebutkan kembali cara mengontrol halusinasi dan bagaimana tindakan keluarga sebagai pendukung dari klien.
ü  Evaluasi objektif     =   keluarga dan klien berusaha untuk menjawab pertanyaan klien, pandangan klien sudah terfokus pada perawat, pandangan klien sudah kembali focus pada perawat, kadang klien tersenyum jika dipuji oleh perawat.
ü  Rencana tindak lanjut =  keluarga ibu sepertinya sudah mengatakan bagaimana caranya untuk membantu ibu apabila halusinasi ibu muncul, coba ibu ingat-ingat kembali apa yang telah kita bicarakan tadi.
ü  Kontak yang akan datang
Topik       : Sepertinya ibu sudah bisa untuk mengontrol halusinasi ibu, untuk pertemuan selanjutnya bagaimana kalau kita membicarakan tentang bagaimana cara memanfaatkan obat dengan baik, bagaimana bu apakah ibu setuju?
Waktu      : Jam berapa ibu bisa berbincang-bincang lagi?
Tempat    : Tempat masih seperti kali ini atau pindah tempat bu?












STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN
                                  Masalah    :    Halusinasi
                                  Pertemuan     :    IV

A.  Proses Keperawatan
1.  Kondisi klien
2.  Diagnosa keperawatan
     Resiko menciderai diri sendiri dan orang lain b/d halusinasi
3.  Tujuan khusus
Klien memanfaatkan obat yang baik
4.  Tindakan keperawatan
a.  BHSP
b.  Klien memanfaatkan obat yang baik.
-    Diskusikan dengan klien dan keluarga tentang dosis frekuensi dan manfaat obat.
-    Anjurkan klien minta sendiri obat pada perawat dan merasakan manfaat obat
-    Anjurkan klien bicara dengan dokter tentang manfaat dan efek samping obat yang dirasakan.
-    Diskusikan akibat berhenti minum obat-obatan tanpa konsultasi.
-    Bantu klien menggunakan obat dengan prinsip 6 benar.

B.  STRATEGI KOMUNIKASI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN
1.  Orientasi
a.  Salam      : Selamat siang bu? Masih ingat dengan saya kan bu?
b.  Evaluasi/Validasi     : Bagaimana bu kabarnya orang ini? Sepertinya ibu lebih ceria dari yang kemarin, bagaimana dengan keluarga ibu, apa mereka sudah membantu ibu jika halusinasi ibu muncul.
c.  Kontrak :
     Topik       : Seperti yang pernah saya janjikan tadi pagi, kali ini kita akan membicarakan tentang bagaimana memanfaatkan obat yang baik ibu kali ini akan didampingi oleh keluarga ibu.
     Waktu      : Berapa lama kita akan membahas masalah ini?
     Tempat    : Tempatnya di mana bu?
2.  Kerja
     Begini yang ibu dan bapak? Apabila bapak akan memberikan obat pada ibu bapak harus mengetahui dosis, frekuensi dan juga manfaat dari obat tersebut. Ibu nanti bisa minta obat sendiri pada perawat agar ibu nanti bisa secara langsung mengetahui manfaat dari obat tersebut atau mungkin ibu bisa bicara dengan dokter sendiri mengenai manfaat dan efek samping dari obat yang telah ibu terima. Dalam minumk obat ini ibu jangan berhenti karena mungkin ada akibat yang tidak baik terhadap kesehatan ibu dan harus menggunakan prinsip yang benar adalah benar obat, cara, dosis, pasien, tempat dan benar dokumentasi.
3.  Teminasi
ü  Evaluasi subjektif coba ibu sebutkan kembali prinsip 6 benar tadi yang sudah saya jelaskan? Coba ibu ingat kembali.
ü  Evaluasi objektif Maka pasien segar dan tersenyum pada perawat klien dan keluarga mendengarkan secara seperti sama penjelasan dari perawat. Klien sudah tidak menyendiri sudah bergabung dengan keluarga/perawat.
ü  Rencana tindak lanjut Coba nanti ingat “kembali obat” yang harus diminum baik waktu, dosis dan frekuensinya, ibu jangan sampai tidak minum obat ibu jangan sampai menyendiri lagi agar halusinasi ini tidak muncul lagi, isilah hari-hari ibu dengan berbagai kegiatan.
ü  Kontak yang akan datang
Topik       : Kalau ibu sudah mengetahui semua tentang halusinasi kita nanti akan bertemu lagi dalam rangka silaturahmi di rumah ibu.
Waktu      : -
Tempat    : -