selamat datang

Kampus ku

Pesan Kami

DATA

Postingan
Komentar

Total Tayangan Halaman

Like Facebook


Jumat, 16 September 2011

KOMUNIKASI DALAM KEPERAWATAN

Jelas dan ringkas
Komunikasi yang efektif harus sederhana, pendek dan langsung. Makin sedikit
kata-kata yang digunakan makin kecil kemungkinan terjadinya kerancuan.
Kejelasan dapat dicapai dengan berbicara secara lambat dan mengucapkannya
dengan jelas. Penggunaan contoh bisa membuat penjelasan lebih mudah untuk
dipahami. Ulang bagian yang penting dari pesan yang disampaikan. Penerimaan
pesan perlu mengetahui apa, mengapa, bagaimana, kapan, siapa dan dimana.
Ringkas, dengan menggunakan kata-kata yang mengekspresikan ide secara
sederhana.
Contoh: “Katakan pada saya dimana rasa nyeri anda” lebih baik daripada “saya
ingin anda menguraikan kepada saya bagian yang anda rasakan tidak enak.”
2. Perbendaharaan Kata
Komunikasi tidak akan berhasil, jika pengirim pesan tidak mampu menerjemahkan
kata dan ucapan. Banyak istilah teknis yang digunakan dalam keperawatan dan
kedokteran, dan jika ini digunakan oleh perawat, klien dapat menjadi bingung dan
tidak mampu mengikuti petunjuk atau mempelajari informasi penting. Ucapkan
pesan dengan istilah yang dimengerti klien. Daripada mengatakan “Duduk,
sementara saya akan mengauskultasi paru-paru anda” akan lebih baik jika
dikatakan “Duduklah sementara saya mendengarkan paru-paru anda”.
3. Arti denotatif dan konotatif
Arti denotatif memberikan pengertian yang sama terhadap kata yang digunakan,
sedangkan arti konotatif merupakan pikiran, perasaan atau ide yang terdapat
dalam suatu kata. Kata serius dipahami klien sebagai suatu kondisi mendekati
kematian, tetapi perawat akan menggunakan kata kritis untuk menjelaskan
keadaan yang mendekati kematian. Ketika berkomunikasi dengan klien, perawat
harus hati-hati memilih kata-kata sehingga tidak mudah untuk disalah tafsirkan,
terutama sangat penting ketika menjelaskan tujuan terapi, terapi dan kondisi klien.
4. Selaan dan kesempatan berbicara
Kecepatan dan tempo bicara yang tepat turut menentukan keberhasilan
komunikasi verbal. Selaan yang lama dan pengalihan yang cepat pada pokok
pembicaraan lain mungkin akan menimbulkan kesan bahwa perawat sedang
menyembunyikan sesuatu terhadap klien. Perawat sebaiknya tidak berbicara
dengan cepat sehingga kata-kata tidak jelas. Selaan perlu digunakan untuk
menekankan pada hal tertentu, memberi waktu kepada pendengar untuk
mendengarkan dan memahami arti kata. Selaan yang tepat dapat dilakukan
denganmemikirkan apa yang akan dikatakan sebelum mengucapkannya,
menyimak isyarat nonverbal dari pendengar yang mungkin menunjukkan. Perawat
juga bisa menanyakan kepada pendengar apakah ia berbicara terlalu lambat atau
terlalu cepat dan perlu untuk diulang.
5. Waktu dan relevansi
Waktu yang tepat sangat penting untuk menangkap pesan. Bila klien sedang
menangis kesakitan, tidak waktunya untuk menjelaskan resiko operasi. Kendatipun
pesan diucapkan secara jelas dan singkat, tetapi waktu tidak tepat dapat
menghalangi penerimaan pesan secara akurat. Oleh karena itu, perawat harus
peka terhadap ketepatan waktu untuk berkomunikasi. Begitu pula komunikasi
verbal akan lebih bermakna jika pesan yang disampaikan berkaitan dengan minat
dan kebutuhan klien.
© 2003 Digitized by USU digital library 3
6. Humor
Dugan (1989) mengatakan bahwa tertawa membantu pengurangi ketegangan dan
rasa sakit yang disebabkan oleh stres, dan meningkatkan keberhasilan perawat
dalam memberikan dukungan emosional terhadap klien. Sullivan dan Deane (1988)
melaporkan bahwa humor merangsang produksi catecholamines dan hormon yang
menimbulkan perasaan sehat, meningkatkan toleransi terhadap rasa sakit,
mengurangi ansietas, memfasilitasi relaksasi pernapasan dan menggunakan humor
untuk menutupi rasa takut dan tidak enak atau menutupi ketidak mampuannya
untuk berkomunikasi dengan klien.
B. KOMUNIKASI NON-VERBAL
Komunikasi non-verbal adalah pemindahan pesan tanpa menggunakan katakata.
Merupakan cara yang paling meyakinkan untuk menyampaikan pesan kepada
orang lain. Perawat perlu menyadari pesan verbal dan non-verbal yang disampaikan
klien mulai dari saat pengkajian sampai evaluasi asuhan keperawatan, karena isyarat
non-verbal menambah arti terhadap pesan verbal. Perawat yang mendektesi suatu
kondisi dan menentukan kebutuhan asuhan keperawatan.
Komunikasi non-verbal teramati pada:
1. Metakomunikasi
Komunikasi tidak hanya tergantung pada pesan tetapi juga pada hubungan antara
pembicara dengan lawan bicaranya. Metakomunikasi adalah suatu komentar
terhadap isi pembicaraan dan sifat hubungan antara yang berbicara, yaitu pesan di
dalam pesan yang menyampaikan sikap dan perasaan pengirim terhadap
pendengar. Contoh: tersenyum ketika sedang marah.
2. Penampilan Personal
Penampilan seseorang merupakan salah satu hal pertama yang diperhatikan
selama komunikasi interpersonal. Kesan pertama timbul dalam 20 detik sampai 4
menit pertama. Delapan puluh empat persen dari kesan terhadap seserang
berdasarkan penampilannya (Lalli Ascosi, 1990 dalam Potter dan Perry, 1993).
Bentuk fisik, cara berpakaian dan berhias menunjukkan kepribadian, status sosial,
pekrjaan, agama, budaya dan konsep diri. Perawat yang memperhatikan
penampilan dirinya dapat menimbulkan citra diri dan profesional yang positif.
Penampilan fisik perawat mempengaruhi persepsi klien terhadap pelayanan/asuhan
keperawatan yang diterima, karena tiap klien mempunyai citra bagaimana
seharusnya penampilan seorang perawat. Walaupun penampilan tidak sepenuhnya
mencerminkan kemampuan perawat, tetapi mungkin akan lebih sulit bagi perawat
untuk membina rasa percaya terhadap klien jika perawat tidak memenuhi citra
klien.
3. Intonasi (Nada Suara)
Nada suara pembicara mempunyai dampak yang besar terhadap arti pesan yang
dikirimkan, karena emosi seseorang dapat secara langsung mempengaruhi nada
suaranya. Perawat harus menyadari emosinya ketika sedang berinteraksi dengan
klien, karena maksud untuk menyamakan rsa tertarik yang tulus terhadap klien
dapat terhalangi oleh nada suara perawat.
4. Ekspresi wajah
Hasil suatu penelitian menunjukkan enam keadaan emosi utama yang tampak
melalui ekspresi wajah: terkejut, takut, marah, jijik, bahagia dan sedih. Ekspresi
wajah sering digunakan sebagai dasar penting dalam menentukan pendapat
© 2003 Digitized by USU digital library 4
interpesonal. Kontak mata sangat penting dalam komunikasi interpersonal. Orang
yang mempertahankan kontak mata selama pembicaraan diekspresikan sebagai
orang yang dapat dipercaya, dan memungkinkan untuk menjadi pengamat yang
baik. Perawat sebaiknya tidak memandang ke bawah ketika sedang berbicara
dengan klien, oleh karena itu ketika berbicara sebaiknya duduk sehingga perawat
tidak tampak dominan jika kontak mata dengan klien dilakukan dalam keadaan
sejajar.
5. Sikap tubuh dan langkah
Sikap tubuh dan langkah menggambarkan sikap; emos, konsep diri dan keadaan
fisik. Perawat dapat mengumpilkan informasi yang bermanfaat dengan mengamati
sikap tubuh dan langkah klien. Langkah dapat dipengaruhi oleh faktor fisik seperti
rasa sakit, obat, atau fraktur.
6. Sentuhan
Kasih sayang, dudkungan emosional, dan perhatian disampaikan melalui sentuhan.
Sentuhan merupakan bagian yang penting dalam hubungan perawat-klien, namun
harus mnemperhatikan norma sosial. Ketika membrikan asuhan keperawatan,
perawat menyentuh klien, seperti ketika memandikan, melakukan pemeriksaan
fisik, atau membantu memakaikan pakaian. Perlu disadari bahwa keadaan sakit
membuat klien tergantung kepada perawat untuk melakukan kontak interpersonal
sehingga sulit untuk menghindarkan sentuhan. Bradley & Edinburg (1982) dan
Wilson & Kneisl (1992) menyatakan bahwa walaupun sentuhan banyak bermanfaat
ketika membantu klien, tetapi perlu diperhatikan apakah penggunaan sentuhan
dapat dimengerti dan diterima oleh klien, sehingga harus dilakukan dengan
kepekaan dan hati-hati.
2. KOMUNIKASI TERAPEUTIK SEBAGAI TANGGUNG JAWAB MORAL PERAWAT
Perawat harus memiliki tanggung jawab moral yang tinggi yang didasari atas
sikap peduli dan penuh kasih sayang, serta perasaan ingin membantu orang lain
untuk tumbuh dan berkembang. Addalati (1983), Bucaille (1979) dan Amsyari
(1995) menambahkan bahwa sebagai seorang beragama, perawat tidak dapat
bersikap tidak perduli terhadap ornag lain adalah seseorang pendosa yang
memntingkan dirinya sendiri.
Selanjutnya Pasquali & Arnold (1989) dan Watson (1979) menyatakan bahwa
“human care” terdiri dari upaya untuk melindungi, meningkatkan, dan
menjaga/mengabdikan rasa kemanusiaan dengan membantu orang lain mencari arti
dalam sakit, penderitaan, dan keberadaanya: membantu orang lain untuk
meningkatkan pengetahuan dan pengendalian diri, “Sesungguhnya setiap orang
diajarkan oleh Allah untuk menolong sesama yang memrlukan bantuan”. Perilaku
menolong sesama ini perlu dilatih dan dibiasakan, sehingga akhirnya menjadi bagian
dari kepribadian.
3. TEHNIK KOMUNIKASI TERAPEUTIK
Tiap klien tidak sama oleh karena itu diperlukan penerapan tehnik
berkomunikasi yang berbeda pula. Tehnik komunikasi berikut ini, treutama
penggunaan referensi dari Shives (1994), Stuart & Sundeen (1950) dan Wilson &
Kneisl (1920), yaitu:
1. Mendengarkan dengan penuh perhatian
Berusaha mendengarkan klien menyampaikan pesan non-verbal bahwa perawat
perhatian terhadap kebutuhan dan masalah klien. Mendengarkan dengan penuh
perhatian merupakan upaya untuk mengerti seluruh pesan verbal dan non-verbal
© 2003 Digitized by USU digital library 5
yang sedang dikomunikasikan. Ketrampilan mendengarkan sepenuh perhatian
adalah dengan:
a. Pandang klien ketika sedang bicara
b. Pertahankan kontak mata yang memancarkan keinginan untuk
mendengarkan.
c. Sikap tubuh yang menunjukkan perhatian dengan tidak menyilangkan kaki
atau tangan.
d. Hindarkan gerakan yang tidak perlu.
e. Anggukan kepala jika klien membicarakan hal penting atau memerlukan
umpan balik.
f. Condongkan tubuh ke arah lawan bicara.
2. Menunjukkan penerimaan
Menerima tidak berarti menyetujui. Menerima berarti bersedia untuk
mendengarkan orang lain tanpa menunjukkan keraguan atau tidak setuju. Tentu
saja sebagai perawat kita tidak harus menerima semua prilaku klien. Perawat
sebaiknya menghindarkan ekspresi wajah dan gerakan tubuh yang menunjukkan
tidak setuju, seperti mengerutkan kening atau menggelengkan kepala seakan
tidak percaya. Berikut ini menunjukkan sikap perawat yang menggelengkan
kepala seakan tidak percaya. Berikut ini menunjukkan sikap perawat yang
a. Mendengarkan tanpa memutuskan pembicaraan.
b. Memberikan umpan balik verbal yang menapakkan pengertian.
c. Memastikan bahwa isyarat non-verbal cocok dengan komunikasi verbal.
d. Menghindarkan untuk berdebat, mengekspresikan keraguan, atau mencoba
untuk mengubah pikiran klien.
Perawat dapat menganggukan kepalanya atau berkata “ya”, “saya mengikuti
apa yang anda ucapkan.” (cocok 1987)
3. Menanyakan pertanyaan yang berkaitan.
Tujuan perawat bertanya adalah untuk mendapatkan informasi yang spesifik
mengenai klien. Paling baik jika pertanyaan dikaitkan dengan topik yang
dibicarakan dan gunakan kata-kata dalam konteks sosial budaya klien. Selama
pengkajian ajukan pertanyaan secara berurutan.
4. Mengulang ucapan klien dengan menggunakan kata-kata sendiri.
Dengan mengulang kembali ucapan klien, perawat memberikan umpan balik
sehingga klien mengetahui bahwa pesannya dimengerti dan mengharapkan
komunikasi berlanjut. Namun perawat harus berhati-hati ketika menggunakan
metode ono, karena pengertian bisa rancu jika pengucapan ulang mempunyai
arti yang berbeda.
Contoh: - K : “saya tidak dapat tidur, sepanjang malam saya terjaga”
- P : “ Saudara mengalami kesulitan untuk tidur….”
5. Klarifikasi
Apabila terjadi kesalah pahaman, perawat perlu menghentikan pembicaraan
untuk mengklarifikasi dengan menyamakan pengertian, karena informasi sangat
penting dalam memberikan pelayanan keperawatan. Agar pesan dapat sampai
dengan benar, perawat perlu memberikan contoh yang konkrit dan mudah
dimengerti klien.
Contoh: - “Saya tidak yakin saya mengikuti apa yang anda katakan”
- “ Apa yang katakan tadi adalah…….”
© 2003 Digitized by USU digital library 6
6. Memfokuskan
Metode ini dilakukan dengan tujuan membatasi bahan pembicaraan sehingga
lebih spesifik dan dimengerti. Perawat tidak seharusnya memutus pembicaraan
klien ketika menyampaikan masalah yang penting, kecuali jika pembicaraan
berlanjut tanpa informasi yang baru.
Contoh: “ Hal ini nampaknya penting, nanti kita bicarakan lebih dalam lagi ”.
7. Menyampaikan hasil observasi
Perawat perlu memberikan umpan balik kepada klien dengan menyatakan hasil
pengamatannya, sehingga dapat diketahui apakah pesan diterima dengan benar.
Perawat menguraikan kesan yang ditimbulkan oleh syarat non-verbal klien.
Menyampaikan hasil pengamatan perawat sering membuat klien berkomunikasi
lebih jelas tanpa harus bertambah memfokuskan atau mengklarifikasi pesan.
Contoh: - “ Anda tampak cemas”.
- “ Apakah anda merasa tidak tenang apabila anda……”
8. Menawarkan informasi
Tambahan informasi ini memungkinkan penghayatan yang lebih baik bagi klien
terhadap keadaanya. Memberikan tambahan informasi merupakan pendidikan
kesehatan bagi klien. Selain ini akan menambah rasa percaya klien terhadap
perawat. Apabila ada informasi yang ditutupi oleh dokter, perawat perlu
mengklarifikasi alasannya. Perawat tidak boleh memberikan nasehat kepada
klien ketika memberikan informasi, tetapi memfasilitasi klien untuk membuat
keputusan.
9. Diam
Diam memberikan kesempatan kepada perawat dan klien untuk mengorganisir
pikirannya. Penggunaan metode diam memrlukan ketrampilan dan ketetapan
waktu, jika tidak maka akan menimbulkan perasaan tidak enak. Diam
memungkinkan klien untuk berkomunikasi terhadap dirinya sendiri,
mengorganisir pikirannya, dan memproses informasi. Diam memungkinkan klien
untuk berkomunikasi terhadap dirinya sendiri, mengorganisir pikirannya, dan
memproses informasi. Diam terutama berguna pada saat klien harus mengambil
keputusan .
10. Meringkas
Meringkas adalah pengulangan ide utama yang telah dikomunikasikan secara
singkat. Metode ono bermanfaat untuk membantu topik yang telah dibahas
sebelum meneruskan pada pembicaraan berikutnya. Meringkas pembicaraan
membantu perawat mengulang aspek penting dalam interaksinya, sehingga
dapat melanjutkan pembicaraan dengan topik yang berkaitan.
Contoh: - “Selama beberapa jam, anda dan saya telah membicarakan…”
11. Memberikan penghargaan
Memberi salam pada klien dengan menyebut namanya, menunjukkan kesadaran
tentang perubahan yang terjadi menghargai klien sebagai manusia seutuhnya
yang mempunyai hak dan tanggung jawab atas dirinya sendiri sebagai individu.
Penghargaan tersebut jangan sampai menjadi beban baginya, dalam arti kata
jangan sampai klien berusaha keras dan melakukan segalanya demi
mendapatkan pujian atau persetujuan atas perbuatannya. Dan tidak pula
dimaksudkan untuk menyatakan bahwa ini “bagus” dan yang sebaliknya “buruk”.
Perlu mengatakan “Apabila klien mencapai sesuatu yang nyata, maka perawat
dapat mengatakan demikian.”
© 2003 Digitized by USU digital library 7
Contoh: - “Selamat pagi Ibu Sri.” Atau “Assalmualaikum”
- “Saya perhatikan Ibu sudah menyisir rambut ibu”.
Dalam ajaran Islam, memberi salam dan penghargaan menggambarkan akhlah
terpuji, karena berarti mendoakan orang lain memperoleh rahmat dari Allah
SWT. Salam menunjukkan betapa perawat peduli terhadap orang lain dengan
bersikap ramah dan akrab.
12. Menawarkan diri
Klien mungkin belum siap untuk berkomunikasi secara verbal dengan orang lain
atau klien tidak mampu untuk membuat dirinya dimengerti. Seringkali perawat
hanya menawarkan kehadirannya, rasa tertarik, tehnik komunikasi ini harus
dilakukan tanpa pamrih.
Contoh: - “Saya ingin anda merasa tenang dan nyaman”
13. Memberi kesempatan kepada klien untuk memulai pembicaraan.
Memberi kesempatan pada klien untuk berinisiatif dalam memilih topik
pembicaraan. Biarkan klien yang merasa ragu-ragu dan tidak pasti tentang
perannanya dalam interakasi ini perawat dapat menstimulasinya untuk
mengambil inisiatif dan merasakan bahwa ia diharapkan untuk membuka
pembicaraan.
Contoh: - “ Adakah sesuatu yang ingin anda bicarakan?”
- “ Apakah yang sedang saudara pikirkan?”
- “ Darimana anda ingin mulai pembicaraan ini?”
14. Menganjurkan untuk meneruskan pembicaraan
Tehnik ini menganjurkan klien untuk mengarahkan hampir seluruh pembicaraan
yang mengindikasikan bahwa klien sedang mengikuti apa yang sedang
dibicarakan dan tertarik dengan apa yang akan dibicarakan selanjutnya. Perawat
lebih berusaha untuk menafsirkan dari pada mengarahkan diskusi/pembicaraan
Contoh: - “…..teruskan…..!”
- “…..dan kemudian….?
- “ Ceritakan kepada saya tentang itu….”
15. Menempatkan kejadian secara teratur akan menolong perawat dan klien untuk
melihatnya dalam suatu perspektif.
Kelanjutan dari suatu kejadian secara teratur akan menolong perawat dan klien
untuk melihatnya dalam suatu perspektif. Kelanjutan dari suatu kejadian secara
teratur akan menolong perawat dan klien untuk melihat kejadian berikutnya
sebagai akibat kejadian yang pertama. Pesawat akan dapat menentukan pola
kesukaran interpersonal dan memberikan data tentang pengalaman yang
memuaskan dan berarti bagi klien dalam memenuhi kebutuhannya.
Contoh: - “Apakah yang terjadi sebelum dan sesudahnya”.
- “Kapan kejadian tersebut terjadi”.
16. Menganjurkan klien unutk menguraikan persepsinya
Apabila perawat ingin mengerti klien, maka ia harus melihat segala
sesungguhnya dari perspektif klien. Klien harus merasa bebas untuk
menguraikan persepsinya kepada perawat. Ketika menceritakan pengalamannya,
perawat harus waspada akan timbulnya gejala ansietas.
Contoh: - “Carikan kepada saya bagaimana perasaan saudara ketika akan
dioperasi”
- “Apa yang sedang terjadi”.
© 2003 Digitized by USU digital library 8
17. Refleksi
“Refleksi menganjurkan klien untuk mengemukakan dan menerima ide dan
perasaanya sebagai bagian dari dirinya sendiri. Apabila klien bertanya apa yang
harus ia pikirkan dan kerjakan atau rasakan maka perawat dapat menjawab:
“Bagaimana menurutmu?” atau “Bagaimana perasaanmu?”. Dengan demikian
perawat mengindikasikan bahwa pendapat klien adalah berharga dan klien
mempunyai hak untuk mampu melakukan hal tersebut, maka iapun akan berpikir
bahwa dirinya adalah manusia yang mempunyai kapasitas dan kemampuan
sebagai individu yang terintegrasi dan bukan sebagai bagian dari orang lain.
Contoh: K: “Apakah menurutmu saya harus mengatakannya kepada dokter?”
P: “Apakah menurut anda, anda harus mengatakannya?”
K: “Suami saya sudah lama tidak datang mengunjungi saya, bahwa
tidak menelpon saya, kalau dia datang saya tidak ingin berbicara
dengannya.
P: “Ini menyebabkan anda marah”.
Dimensi tindakan
Dimensi ini termasuk konfrontasi, kesegaran, pengungkapan diri perawat, katarsis
emosional, dan bermain peran (Stuart dan Sundeen, 1995, h.23). Dimensi ini harus
diimplementasikan dalam konteks kehangatan, penerimaan, dan pengertian yang
dibentuk oleh dimensi responsif.
1. Konfrontasi
Pengekspresian perawat terhadap perbedaan pada perilaku klien yang
bermanfaatn untuk memperluas kesadaran diri klien. Carkhoff (dikutip oleh
Stuart dan Sundeen, 1998, h.41) mengidentifikasi tiga kategori konfrontasi
yaitu:
a. Ketidak sesuaian antara konsep diri klien (ekspresi klien tentang dirinya) dan
ideal diri (cita-cita/keinginan klien)
b. Ketidak sesuaian antara ekspresi non verbal dan perilaku klien
c. Ketidak sesuaian antara pengalaman klien dan perawat
Konfrontasi seharusnya dilakukan secara asertif bukan agresif/marah. Oleh
karena itu sebelum melakukan konfrontasi perawat perlu mengkaji antara lain:
tingkat hubungan saling percaya dengan klien, waktu yang tepat, tingkat
kecemasan dan kekuatan koping klien. Konfrontasi sangat berguna untuk klien
yang telah mempunyai kesadaran diri tetapi perilakunya belum berubah.
2. Kesegeraan
Terjadi jika interaksi perawat-klien difokuskan pada dan digunakan untuk
mempelajari fungsi klien dalam hubungan interpersonal lainnya. Perawat harus
sensitif terhadap perasaan klien dan berkeinginan membantu dengan segera.
3. Keterbukaan perawat
Tampak ketika perawat meberikan informasi tentang diri, ide, nilai, perasaan dan
sikapnya sendiri untuk memfasilitasi kerjasama, proses belajar, katarsis, atau
dukungan klien. Melalui penelitian yang dilakukan oleh Johnson (dikutip oleh
Stuart dan Sundeen, 1987, h.134) ditemukan bahwa peningkatan keterbukaan
antara perawat-klien menurunkan tingkat kecemasan perawat klien
4. Katarsis emosional
Klien didorong untuk membicarakan hal-hal yang sangat mengganggunya untuk
mendapatkan efek terapeutik. Dalam hal ini perawat harus dapat mengkaji
© 2003 Digitized by USU digital library 9
kesiapan klien untuk mendiskusikan maslahnya. Jika klien mengalami kesulitan
mengekspresikan perasaanya, perawat dapat membantu dengan
mengekspresikan perasaannya jika berada pada situasi klien.
5. Bermain peran
Membangkitkan situasi tertentu untuk meningkatkan penghayatan klien kedalam
hubungan antara manusia dan memperdalam kemampuannya untuk melihat
situasi dari sudut pandang lain; juga memperkenankan klien untuk mencobakan
situasi yang baru dalam lingkungan yang aman.
KESIMPULAN
Kemampuan menerapkan tehnik komunikasi terapeutik memrlukan latihan
dan kepekaan serta ketajaman perasaan, karena komunikasi terjadi tidak dalam
kemampuan tetapi dalam dimensi nilai, waktu dan ruang yang turut mempengaruhi
keberhasilan komunikasi yang terlihat melalui dampak terapeutiknya bagi klien dan
juga kepuasan bagi perawat.
Komunikasi juga akan memberikan dampak terapeutik bila dalam
penggunaanya diperhatikan sikap dan tehnik komunikasi terapeutik. Hal lain yang
cukup penting diperhatikan adalah dimensi hubungan. Dimensi ini merupakan faktor
penunjang yang sangat berpengaruh dalam mengembangkan kemampuan
berhubungan terapeutik.
DAFTAR RUJUKAN PUSTAKA
Hamid, A.Y.S (1996). Komunikasi Terapeutik. Jakarta: tidak dipublikasikan
Kanus, W.A. Et.al. (1986). An evaluation of outcome from intensive care in major
medical centers. Ann Intern Med 104, (3):410
Lindbert, J., hunter, M & Kruszweski, A. (1983). Introduction to person-centered
nursing. Philadelphia: J.B. Lippincott Company.
Potter, P.A & Perry, A.G. (1993) Fundamental of Nursing Concepts, Process and
Practice. Thrd edition. St.Louis: Mosby Year Book
Stuart, G.W & Sundeen S.J (1995). Pocket gide to Psychiatric Nursing. Third edition.
St.Louis: Mosby Year Book
Stuart, G.W & Sundeen S.J (1995).Principles and Practise of Psychiatric Nursing. St.
Louis: Mosby Year Book
Sullivan, J.L & Deane, D.M. (1988). Humor and Health. Journal of qerontology
nursing 14 (1):20, 1988

Rumus Tetesan DOPAMIN

Rumus Tetesan DOPAMIN 

By: Moch. Wahyu NC

DOPAMIN
Kandungan Obat 1 Vial = 200 mg / 5 cc ―》dilarutkan dlm 500 cc NaCl
= 200 mg/500 cc NaCl
= 400 mg/1000 cc NaCl
= 0,4 mg/cc NaCl
= 400 mcq/cc NaCl
bila 1 cc = 20 tts
= 20 mcq/tts
々Kebutuhan
Dosis = 4 mcq/kgbb/mnt
BB = 50 Kg
RUMUS = DOSIS X BB
= 4 X 50
= 200 mcq/mnt
* CONTOH
Dosis = 5 mcq/kgbb/mnt
BB = 50 Kg
Volume = 500 cc NaCl
RUMUS TETESAN = DOSIS X BB / (200/jmlh volume X 1000/20)
= 5 X 50 / (200/500 X 1000/20)
= 250 / 20
= 12,5 tts/mnt

DASAR – DASAR TINDAKAN GAWAT DARURAT


DASAR – DASAR TINDAKAN GAWAT DARURAT


Pasien gawat darurat
Bila tidak segera ditangani/ditolong  cacat, kehilangan organ tubuh atau meninggal

Waktu adalah penting:
Time saving is live saving
Tindakan pada menit pertama
Penting  Hidup
 Mati
Dengan cara tepat, cepat, cermat

Diperlukan :
Tenaga medis / paramedis terlatih, baik pengetahuan maupun keterampilan
Sistim dan cara pengelolaan penderita gawat darurat yang sederhana tapi berdaya guna dan berhasil guna
Fasilitas alat, obat yang lengkap.
Tempat pertolongan :  ditempat kejadian
 selama pengangkutan
 UGD / RS

Hal – hal yang penting
Mempertahankan jiwa
Mengurangi penyakit yang timbul
Mengurangi perderitaan korban
Melindungi diri terhadap penularan penularan penyakit (Hepatitis, AIDS, dll)


DASAR – DASAR PENANGANAN
Urutan penanganan dibuat atas pertimbangan, hal - hal mana yang lebih cepat menyebabkan kematian

B1 = Breath
B2 = Bleed
B3 = Brain
B4 = Bladder
B5 = Bowel
B6 = Bone






B 1 : Breath ( Masalah Pernafasan )

Jalan nafas bebas  nafas bersih & tidak ada suara nafas tambahan
A.Jalan Nafas Berat ? (Obstruksi Jalan Nafas ?)
1.Bantuan manual (Triple Airway Manuver)
Hyperekstensi kepala
Angkat kepala, ganjal bahu
Jaw Thrust, dorong rahang bawah kedepan
Bula mulut

2.Bantuan jalan nafas buatan
Jalan nafas oro / naso pharynx
Jalan nafas oro / naso tracheal
Cricothyrotomy / tracheastomy

Penderita bernafas ?
1.Bila penderita tidak bernafas, segera beri nafas bantuan.
Nafas buatan tanpa alat
Mulut ke mulut/hidung (tidak dianjurkan lagi)
Nafas buatan dengan alat
Ambu bag, Jacksen reese
Respirator

2.Bila penderita bernafas; tapi tidak memadai (tidak adekuat)  nafas bantuan (Assisted ventilation)
Nafas buatan jangka panjang :
Endotracheal tube
Tracheastomy
Menggunakan respirator untuk IPPV

Obstruksi Jalan Nafas
Hipoksemia merupakan sebab utama kematian pada penderita gawat darurat.
Sumbatan jalan nafas dapat disebabkan :
Tindakan anestesi
Penyakit (koma karena beberapa penyakit)
Trauma/kecelakaan

Patofisiologi :
Penurunan kesadaran  tonus otot / relaksasi :
Otot lidah
Sphincter cardia
Pangkal lidah jatuh ke posterior menutupi oropharing
Sphincter cardia relax  isi lambung dapat mengalir ke oropharing (regurgitasi)
Sumbatan oleh aspirat padat
Aspirasi pneumonia oleh aspirat cair

Macam obstruktif :
1.Parsial :
ringan
berat
2.Total

Tanda-tanda sumbatan jalan nafas
Dengan cara :
Lihat (look)
Dengar (listen)
Raba (feel)

Lihat (look)
1.Agitasi /penurunan kesadaran
Agitasi biasanya karena hipoksemia
Penurunan kesadaran karena hiperkarbia

2.Gerak dinding dada dan dinding perut
Normal :
Bersamaan ke atas  pada waktu inspirasi
Bersamaan ke bawah  pada waktu ekspirasi
Bila saling berlawanan  see saw atau rocking respirasi

3.Retraksi sela iga, supra klavikula atau sub kostal  tanda sumbatan
4.Sianosis dibibir / kuku  hypoxemia


Dengar (Listen)
1.Suara napas (+) dan (-)
2.Suara napas tambahan → sumbatan partial
Misalnya:
Dengkuran (snoring)  lidah
Kumuran (Gurgling)  Sekret, darah, muntahan
Siulan (Crowing/stridor)  Spasme laring, edema, atau perdesakan
Suara bicara normal  tidak ada sumbatan jalan napas
Suara parau  masalah daerah laring


Dengar (Feel)
1.Raba udara expirasi melalui hidung atau mulut
2.Adanya getaran dileher waktu bernapas
3.Bagaimana posisi trachea
4.Bila trauma  fractura dimandibula



Sumbatan
Lihat gerak napas
Dengar suara napas
Raba udara expirasi
Bebas
Normal
-
+
Parsial ringan
Normal
+
+
Parsial berat
See saw
+
+/-
Total
See saw
-
-


B 2 : Bleed ( Masalah Haemodinamik )

Apakah penderita sesak ?
Periksa perfusi perifer
Tekanan darah
Nadi (rate dan pengisiiannya)

Tekanan darah bukan satu-satunya cara diagnosa. Bila shock hipovolemik  replacement cairan sebagai pengganti.
Perdarahan hanya sementara :
Berikan transfuse hingga Hb 7,5 gr%
Kadang - kadang diperlukan lasix , bila terjadi excess cairan, pada kasus trauma thorax & hypoalbuminemia dimana kecenderungan edema paru sangat besar.

Gangguan sirkulasi

“ penurunan perfusi ke jaringan”

Fungsi sirkulasi secara keseluruhan adalah transport zat - zat yang dikandung darah, terutama oksigen, karbondioksida, nutrisi produk akhir metabolisme dari tempat asal ke tempat penggunaan atau tempat eliminasi.


Gagal Sirkulasi (Syok)
Kondisi dimana terjadi kegagalan transport oksigen dan nutrient kejaringan - jaringan untuk memenuhi aktivitas metabolisme jaringan tersebut.

Klasifikasi Syok :
1.Hipovolemik
2.Kardiogenik
3.Obstruktif
4.Distributif






Pathofisiologi :

1.Syok Hipovolemik
Penyebab primer adalah deficit volume Intra Vaskuler Fluid (IVF). Darah yang kembali/masuk jantung (Venous Return)   LV EDV   CO   aliran perfusi darah ke jaringan   kehilangan cairan IV dapat berupa exogen dan endogen.

2.Syok Kardiogenik
Gangguan primer terjadi pada fungsi jantung sebagai pemompa darah (Pump Failure). Aliran darah ke organ - organ vital tidak mencukupi

3.Syok Distributif
Terjadi gangguan distributive aliran darah, terjadi penurunan extraksi oxygen. Pada stadium awal walaupun CO , pada tahap ini terdapat Low Resistence Defect. disebut juga tahap hyperdinamik atau Warm shock.
Tahap lanjut (tahap hipodinamik atau Cold shock) terjadi penurunan CO  tahanan arterial perifer meningkat, kecepatan aliran darah  sehingga waktu sirkulasi memanjang.
Pada tahap ini pemberian cairan dalam jumlah banyak biasanya gagal dalam mengembangkan keseimbangan hemodinamik, yang kemungkinan disebabkan system kapasitansi yang mengembang dan sekuestrasi cairan. Syock distributive terjadi pada septic syock

4.Syock Obstruktif
Terdapat gangguan anatomi dari aliran darah berupa hambatan aliran darah
Penyebab antara lain :
Kompresi Vena Cava
Tamponade jantung
Ball Valve Thrombus
Emboli paru
Aneurisme dissecans

Beberapa hal yang terjadi akibat shock
a.Terjadinya mekanisme kompensasi
Auto regulasi
Kenaikan Discharge sympato adrenal

b.Pelepasan zat-zat vasoaktif
Menyebabkan vasodilatasi, kenaikan permeabilitas kapiler, gangguan otot jantung dan gangguan microgranulasi akibat agregasi platelet dan eritrosit

c.Gangguan pada organ vital
Terjadi kegagalan jantung & Infark miokard akibat penurunan perfusi coroner & terbentuknya myocardial depressant factor (MDF)
Intra pulmonary shunt akibat :
Dead space ventilation meningkat & produksi surfactant 
Edema dari gangguan kapiler paru & kegagalan jantung kiri
Shock lung (ARDS)
Sebagai akibat mekanisme auto regulasi hilang, terjadi perfusi ginjal  dan kegagalan ginjal akut yang disebabkan iskemia ginjal
Organ - organ lain
Terjadi gangguan pada otak, liver & hematologic  disfunction  multiple organ failure

Monitoring pada shock
Shock  gawat darurat  monitor ketat  penyimpangan dapat diketahui secara dini, sehingga penanganan dapat dilakukan secara cepat & tepat (di ruang perawatan intensif). Keterlambatan penanganan  mengakibatkan gangguan yang bersifat lingkaran setan sehingga sulit untuk diatasi.

Monitor yang diperlukan:
Electrocardiogram (ECG)
Untuk mengetahui : Aritmia, Ischemia, Infark atau Electrolit
Tekanan darah
Pengukuran dengan cara invasive & non invasive, pengukuran invasive dapat dipakai pada keadaan tekanan darah yang rendah dengan akurat
Kateter kandung kemih
Dapat mengukur produksi urine tiap jam
Tekanan vena sentral
Dapat mengetahui volume, bila fungsi jantung normal
Foto thorax
Untuk mengetahui :
Letak kateter sentral
Cateter swan – gantz
Keadaan paru – paru & jantung
Suhu
Diperlukan pengukuran suhu sentral (Core) & suhu superficial, normal perbedaan < 0,4oC
Swan ganz catheter
Untuk pengukuran wedge paru (PAWP) dan penentuan cardiac output sehingga terapi dapat lebih terarah & akurat
Blood gas analisa & kadar asam lactate
PH : 7,35 – 7,45
Kadar asam lactate : < 2,7 µmol/liter
Perfusi perifer
Akral : hangat, kering, merah
Kapiler filling time < 2 det






Tanda – tanda shock


Hypovolemi
Kardiogenik
distributif
Tekanan darah



Nadi

↑/↓

CVP


↑/↓
Cardiac index


↑/↓
Urine



Respon terhadap cairan


↑/↓
Pa O2
-


A – V PO2



Lactat


-/↑


B 3 : Brain ( Masalah Kesadaran / Neurologik )

Bagaimana keadaan penderita
Tingkat kesadaran : sadar, somnolent, stupor, koma
Penilaian G C S :
a.Eye Opening (E)
4 = Spontanitas
3 = To Speech
2 = To Pain
1 = Nil

b.Motor Response (M)
6 = Obeys
5 = Localises
4 = With braws flexion
3 = Abnormal flexion
2 = Extention
1 = Nil


c.Verbal Response (V)
5 = Oriented
4 = Confused conversation
3 = Confused appropriate verbs
2 = Confused converhensible sound
1 = Nil

Nilai tertinggi : E + M + V = 15 (Responsiverse)
Nilai terendah : 3 (coma)
Coma : Mata tidak terbuka

G C S : - lebih praktis
- lebih dapat dipercaya
- dapat dilakukan oleh dokter dan paramedis

Tanda neurologis lain
a.Mata
Pupil (lebar, simetris, reaksi terhadap cahaya)
Bila semula simetris  asimetris  curiga ada lesi unilateral.

b.Gerak
Apakah ada gerakan
Gerak okulo cephalic
Gerak okulo vestibular
Doll’s eye phenomen

Anggota gerak
Hemiplegia / paraplegia
Dimana letak lesi

Sistem otonom
Nadi, tensi, pernafasan, suhu.
Bila diperlukan & ada fasilitas : CT Scan, Arteriografi, EEG, dll

Penyebab gangguan kesadaran :

Gangguan kesadaran yang cukup sering disebabkan oleh kegagalan nafas mendadak
Hipoxemia : 3 - 5 menit sel otak tidak mendapat O2  kerusakan irreversible.
Hypercarbia : vasodilatasi pada otak  edema otak  herniasi otak
Gangguan sirkulasi
Shock / cardiac arrest, sirkulasi ke otak   hypoxemia  kerusakan sel otak.
CVA : perdarahan / thrombosis
Trauma : perdarahan, edema sampai lacerasi (herniasi otak)
Metabolik
Gangguan faal ginjal (coma ureumikum)
Gangguan faal hepar (coma hepatikum)
Gangguan faal endokrin (coma diabetikum)
Infeksi
Encephalitis
Meningitis
Obat - obatan : anestesi, sedatikum, tranquilizer
Tumor : kenaikan tekanan intra cranial & herniasi otak.






B 4 : Bladder ( Masalah Perkencingan )
Ancaman terjadinya kegagalan ginjal mendadak (Acute Renal Failure)
Menilai fungsi ginjal :

Volume:
Normal : 1 – 2 ml/kg BB
Anuria : 20 ml/24 jam
Oligouria : 35 ml ~ 400 ml/24 jam
Poliuria : 2500 ml/jam

Kualitas :
Berat jenis
Sedimen

Laboratorium
Creatinin
BUN
Clearance Creat, dll

Oligouria
Bahaya Acute Renal Failure
Penyebab :
1.Pre Renal
hypovolume
hypotensi syok
2.Renal
3.Post Renal

Bila sebabnya Pre Renal
Test volume
Test furosemide
CVP


B 5 : Bowel ( Masalah Pencernaan )
Perut kembung / distensi  diagfragma terdorong ke atas  pengembangan paru - paru terbatas  hipoventilasi

Penyebab lain :
Ascites
Perdarahan intra abdomen
Ileus paralitik
Ileus obstruktif
Syok
Gangguan hidrasi - elektrolit

B 6 : Bone ( Mukuloskletal )

Penyakit tulang / patah tulang tidak menyebabkan kematian secara langsung tetapi dapat menimbulkan masalah jika terjadi :
Patah tulang leher
tetraplegi
ganggua napas (kelumpuhan otot daigfragma)
Patah tulang terbuka  syok
Patah tulang panjang  emboli lemak dapat menyebabkan kematian


Ada 5 kemungkinan hasil akhir (out cause)
1)Good recovery
Hidup mandiri tanpa tergantung orang lain
2)Moderate disability
Hidup mandiri tapi ada kelainan neurologist dan intellectual
3)Severe disability
Kesadaran baik untuk kegiatan sehari-hari diperlukan bantuan orang lain
4)Vegetatif stage
5)Dead

Hubungan GCS pada 24 jam pertama dan prognosa/out come.

GCS
Jumlah kasus
Dead vegetatif
Moderate disability/Good recovery
11
57
7 %
87 %
8 - 11
190
27 %
68 %
5 - 7
525
53 %
34 %
3 - 4
176
87 %



ATLS :
A : Alert
V : Respon terhadap vocal (verbal)
P : Respon terhadap nyeri (pain)
U : Unrenponsive

Rumus Menghitung Tetes Infus

Rumus Menghitung Tetes Infus 

By: Moch Wahyu NC

MACRO = 1 cc = 20 tts/mnt
々Tetes Infus Macro
tts/mnt = jmlh cairan X 20 / lama infus X 60

々Lama Infus Macro
lama infus = (jmlh cairan X 20) / (tts/mnt X 60)

MICRO = 1 cc = 60 tts/mnt
々Tetes Infus Micro
tts/mnt = (jmlh cairan X 60) / (lama Infus X 60)

々Lama Infus Micro
lama infus = (jmlh cairan X 60) / (tts/mnt X 60)

PEMBERIAN OBAT

PEMBERIAN OBAT
NAMA OBAT
• Nama KIMIA = memberi gambaran pasti komposisi obat, ex asetil salisilat dikenal sbg aspirin
• Nama GENERIK = diberikan oleh pabrik pertama kali diproduksi sblm mdpt izin dari FDA. Ex Aspirin
• Nama dagang, merk, pabrik = nama yg digunakan pabrik utk memasarkan obat. Ex aspirin dikenal dg nama dagang Bufferin.

KLASIFIKASI
• Analgetik
• Anti piretik
• Anti inflamasi
• Anti biotik
Adakalanya sebuah obat dpt memiliki klasifikasi lebih dari satu, ex aspirin (analgetik, antipiretik, anti inflamasi)
Setiap gol obat memiliki implikasi keperawatan utk pemberian & pemantauan yg tepat. Ex gol diuretik, memberikan implikasi keperawatan :
1. Memantau input & output cairan
2. Menimbang BB tiap hari
3. Mengkaji adanya edema
4. Memantau kadar elektrolit serum
BENTUK OBAT
• KAPLET = dosis padat, bentuk spt kapsul & bersalut, shg mudah ditelan
• KAPSUL = dosis padat, bentuk bubuk, cairan atau minyak, dibungkus selongsong gelatin
• ELIKSIR = cairan jernih berisi air/alkohol, ditambah pemanis
• EKSTRAK = bentuk pekat
• GLISERIT = dikombinasi dg gliserin + 50%, utk penggunaan luar
• LINIMENT = obat gosok, dioles di kulit
• SALEP = semisolid (Agak padat)
• PASTA = semisolid, lebih kental, kaku, diabsorbsi kulit lebih lambat drpd salep
• LARUTAN = cairan (per oral, parenteral)
• SUPOSITORIA = dosis padat dicampur gelatin, bentuk peluru, meleleh saat mencapai suhu tubuh
• SUSPENSI = partikel obat yg dibelah smp halus & larut dlm media cair
• SYRUP = obat larut dlm gula pekat, mengandung perasa membuat terasa lebih enak
• TABLET = dosis bubuk dikompresi dlm cakram atau silinder yg keras
SIFAT KERJA OBAT
FARMAKOKINETIK = ilmu ttg cara obat masuk ke dalam tubuh, mencapai tempat kerjanya, dimetabolisme, dan keluar dari tubuh.
RUTE PEMBERIAN OBAT
• RUTE ORAL
• RUTE PARENTERAL
• PEMBERIAN TOPIKAL
• INHALASI
• INTRAOKULER
RUTE ORAL
• Pemberian per oral = paling mudah & paling umum digunakan. Diberikan via mulut & ditelan.
• Pemberian sub lingual = dibawah lidah, langsung larut (nitrogliserin)
• Pemberian BUKAL = menempatkan obat padat di memban mukosa pipi sampai obat larut, tdk dikunyah / ditelan
RUTE PARENTERAL
• SC = sub kutan = injeksi ke dlm jaringan tepat di bawah lapisan dermis kulit
• ID = intra dermal = injeksi ke dlm dermis tepat di bawah eidermis
• IM = intra muskular = injeksi ke dlm otot tubuh
• IV = intra vena = suntikan ke dalam vena
Pemberian obat parenetral lainnya …
• EPIDURAL
• INTRATEKAL
• INTRASEOSA
• INTRAPERITONEAL
• INTRAPLEURA
• INTRAARTERI
EPIDURAL
• Obat diberikan dlm ruang epidural via kateter yg telah dipasang, ex jalan analgesik post op.
• Perawat yg telah mendpt pelatihan khusus dpt memberikan obat dlm bentuk bolus
INTRATEKAL
• Diberikan melalui sebuah kateter yg telah dipasang dlm ruang subaraknoid atau ke dlm salah satu ventrikel otak
• Biasanya dlm waktu jangka panjang melalui pembedahan
INTRASEOSA
• Memasukan obat langsung ke sumsum tulang
• Paling sering pd bayi, anak – anak dimana akses pembuluh darahnya buruk
• Digunakan pd kondisi darurat
• Dokter menginsersi jarum intraseosa ke dlm tulang, biasanya ke tibia, shg perawat dpt memberikan obat
INTRAPERITONEAL
• Obat diberikan dlm rongga peritonium
• Ex kemoterapi, antibiotik
INTRAPLEURA
• Obat diberikan melalui dinding dada, ke ruang pleura
• Ex kemoterapi, pleuradesis (memasukan obat utk mengatasi efusif pleura)
INTRA ARTERI
• OBAT dimasukkan ke dlm arteri
• Ex infus arteri pada arteri yg mengalami pembekuan
PEMBERIAN OBAT
• BENAR OBAT
• BENAR DOSIS
• BENAR KLIEN
• BENAR RUTE
• BENAR WAKTU
PEDOMAN PEMBERIAN & KONTROL NARKOTIK YG AMAN
1. Simpan semua narkotik di dlm lemari atau kotak yg aman & terkunci
2. Perawat bertanggungjwb membawa perangkat kunci
3. Pada pergantian jdwl dinas, cek jumlah obat bersama perawat yg akan jaga
4. Bila perhitungan jumlah narkotik tdk sesuai, LAPORKAN !
5. Gunakan catatan inventarisasi khusus tiap kali narkotik dikeluarkan
6. Catatan digunakan utk mendokumentasikan nama klien, tgl, waktu pemberian, nama & dosis obat serta ttd perawat yg mengeluarkan obat
7. Format menjelaskan perhitungan akurat narkotik yg digunakan & sisanya
8. Jika zat terkontrol yg diberikan hya satu bagian dr dosis yg ditetapkan, perawat kedua hrs menyaksikan pembuangan bagian narkotik yg tdk digunakan & mencatatnya dlm format pencatatan.
• EFEK TERAPETIK = respon fisiologis obat yg diharapkan atau yg diperkirakan timbul.
• EFEK SAMPING = sebuah obat diperkirakan akan menimbulkan efek sekunder yg tdk diinginkan
• EFEK TOKSIK = tjd jika klien meminum obat dosis tinggi dlm jangka waktu lama ex. Morfin (analgesik narkotik) meredakan nyeri dg menekan susunan syaraf pusat. Bgm pun kadar toksik morfin menyebabkan depresi pernafasan yg berat & kematian.
REAKSI ALERGI
= Respon lain yg tdk dpt diperkirakan thd obat. Dari seluruh reaksi obat, 5% – 10% merupakan reaksi alergi.
Timbul bila obat diberikan scr berulang, dpt bersifat ringan s/d berat
REAKSI ALERGI RINGAN
• Urtikaria = Erupsi kulit yg bentuknya tdk beraturan, meninggi, ukuran & bentuk bervariasi, erupsi memiliki batas berwarna merah & bagian tengahnya berwarna pucat
• RUAM = vesikel kecil & meninggi yg biasanya berwarna merah, seringkali tersebar di seluruh tubuh
• PRURITIS = gatal – gatal pd kulit, kebykn timbul bersama ruam
• RINITIS = inflamasi lapisan membran mukosa hidung, menimbulkan bengkak & pengeluaran rabas encer & berair
REAKSI BERAT/ REAKSI ANAFILAKSIS
• Konstriksi otot bronkhiolus
• Edema faring & laring
• Mengi berat & sesak nafas
• Hipotensi berat
Diagnosa keperawatan NANDA utk Terapi Obat
1. Kurang pengetahuan tg terapi obat b/d =
• Kurang informasi & pengalaman
• Keterbatasan kognitif
• Tidak mengenal sumber informasi
2. Ketidakpatuhan thd terapi obat b/d =
• Sumber ekonomi yg terbatas
• Keyakinan ttg kesehatan
• Pengaruh budaya
3. Hambatan mobilitas fisik b/d =
• Penurunan kekuatan
• Nyeri & ketidaknyamanan
4. Perubahan sensori / persepsi b/d =
• Pandangan kabur
5. Gangguan menelan b/d =
• Kerusakan neuromuskuler
• Irigasi rongga mulut
• Kesadaran yg terbatas
6. Penatalaksanaan program terapetik tdk efektif b/d =
• Terapi obat yg kompleks
• Pengetahuan yg kurang
SISTEM PERHITUNGAN OBAT
• SISTEM METRIK
• SISTEM APOTHECARY
• UKURAN RUMAH TANGGA
• LARUTAN
SISTEM METRIK
• Paling teratur, mudah dikonversi & dihitung (perkalian, pembagian sderhana)
• 10,0 mg x 10 = 100 mg
• 10,0 mg / 10 = 1,00 mg
• Pecahan selalu dlm bentuk desimal (500 mg = 0,5 g)
SISTEM APOTHECARY
• Dikenal di As, Kanada
• Standar pengukuran biasanya di rumah (susu dlm botol = pint = 0,568 lt ; quarts = 0,9463 lt)
• Satuan berat (Inggris) = grain (turunan : dram, ons, pound)
• Satuan volume = minim (setara 1 grain)
• Sistem ini tidak akurat
UKURAN RUMAH TANGGA
• Tetesan, sendok teh, sendok makan
• Keuntungan = aspek kenyamanan, mudah dikenali
Tabel EKUIVALENSI UKURAN
METRIK APOTHECARY RUMAH TANGGA
1 ml
4-5 ml
16 ml
30 ml
240 ml
480 ml (Kira2 500ml)
960 ml (Kira2 1 Ltr)
3840 ml (Kira2 5 Ltr) 15 – 16 minim (m)
fluidram
4 fluidrams
1 fluid ounce
8 fluid ounce
1 pint (pt)
1 quart (qt)
1 galon (gal) 15 tetes (tts)
1 sendok the (sdt)
1 sendok makan (sdm)
2 sendok makan (sdm)
1 cangkir ©
1 pint (pt)
1 quart (qt)
1 galon (gal)
LARUTAN
• = Suatu massa zat padat yang larut dalam suatu volume cairan lain yang diketahui (g/mL, g/L, mg/mL)
• Larutan 10% = 10 g zat padat yang dilarutkan dalam 100 mL larutan.
• Larutan 1 : 1000 = larutan yang mengandung 1 g zat padat dlm 1000 mL cairan / 1 ml cairan dalam 1000 mL cairan lain.
SOAL
Betadine 10% diencerkan menjadi 0,5%.
Berapa perbandingan betadine : aquadest yang dibutuhkan ?
Jawab …
PENGARUH KERJA OBAT PADA LANSIA
• SALURAN CERNA
– Elastisitas hilang pd mukosa mulut, shg mjd kering & pecah – pecah
– Intervensi =
a. sering kumur dg air hangat
b. dental fross
c. sikat gigi & gusi dg lembut
ESOFAGUS
• Bersihan esofagus lambat krn kontraksi melemah & sfingter esogafus bawah tdk bisa relaksasi
• Intervensi =
– Posisi klien tegak
– Berikan cairan segelas bersama obat
– Gerus tablet, campur dg air
GASTER
• Penurunan keasaman lambung & peristaltik
• Intervensi = minta klien minum 1 gelas penuh air & meminum obat dg kudapan tdk berlemak utk mengurangi ggn lambung
USUS BESAR
• Tonus otot kolon menurun, refleks defekasi menghilang, aliran darah di usus menurun
• Intervensi =
– Beri asupan cairan dlm jml normal
– Anjurkan klien makan pembentuk feses
INTEGUMEN & VASKULARISASI
• Penurunan ketebalan lipatan kulit
• Elastisitas kulit & vaskularisasi menurun
• Intervensi =
– hindari penggunaan vena di tangan sbg t4 suntikan IV
- tekan t4 injeksi stlh penyuntikan
- observasi perdarahan di t4 injeksi
HEPAR
• Penurunan ukuran hati
• Menurunnya aliran darah hati
• Intervensi =
– Pantau tanda kerusakan hati (ikterus, pruritis, urine gelap)
– Tanyakan dosis utk klien yg menderita penyakit hati
GINJAL
• Filtrasi glomerolus menurun, fungsi tubulus & aliran ginjal menurun
• Intervensi =
- cegah retensi urine, pantau kateter
- pantau tanda kerusakan ginjal (keluaran menurun, sulit berkemih)