selamat datang

Kampus ku

Pesan Kami

DATA

Postingan
Komentar

Total Tayangan Halaman

Like Facebook


Jumat, 22 Februari 2013

Resistensi Antibiotik (Hot Issue tahun 2010-2011)


Perluasan Penyakit Menular Berkembang Cepat

Peluasan penyakit menular terus berkembang dengan kecepatan yang luar biasa dan produktif begitu jg mikroba yang kita berantas. Tujuan dari kajian ini adalah untuk menyoroti isu-isu yang paling penting di lapangan, termasuk kabar baik dan berita buruk. Kajian ini akan mencakup 10 topik, diakui dengan beberapa penulis.
Resistensi Antibiotik

Antibiotik dapat dikatakan mengalami kemajuan yang paling penting dalam sejarah obat modern. Diperkirakan bahwa kematian di Amerika Serikat mengalami penurunan sebesar 220 per 100.000 dengan pengenalan sulfonamid dan penisilin di era antibiotik awal ini. Jauh melebihi keuntungan yang dicapai dengan muka medis lainnya di abad terakhir. Ancaman utama sekarang kita hadapi adalah meningkatnya resistensi terhadap antibiotik, yang membahayakan banyak kemajuan ini. Harus diakui bahwa evolusi resistensi bakteri tidak bisa dihindari,. Tetapi tingkat kerusakan yang sangat dipromosikan oleh penggunaan antibiotik . Masalah yang hadapi adalah pertumbuhan dan perlawanan mikroba sebagai akibat dari penggunaan dan penyalahgunaan obat-obatan, yang memiliki konsekuensi yang tidak diinginkan jelas lebih banyak perlawanan.

Di masa lalu, resistensi antibiotik merupakan tantangan yang biasanya dipenuhi oleh pengembangan antibiotik baru, tetapi masalah yang lebih baru adalah industri farmasi hampir semua tertarik memproduksi obat baru. Jadi, 1983-2010, US Food and Drug Administration (FDA) persetujuan antibiotik baru terus menurun, dari 4 per tahun di awal 1980-an menjadi kurang dari 1 antibiotik per tahun sekarang.

Mungkin yang lebih penting dari penurunan obat-obatan untuk melawan bakteri adalah resistensi bakteri dan efek klinisnya.  Infection Disease Society of America (IDSA) diakui masalah ini pada tahun 2004 dengan penciptaan Antibiotic Availability Task Force (AATF). Organisasi ini merangkum isu-isu dalam dokumen relevan, dimulai dengan "Bad Bugs, No Narkoba," review dari wawancara dengan para eksekutif dari perusahaan farmasi yang secara historis merupakan produsen terbesar antibiotik. alasan mereka untuk kembali melakukan pengembangan antibiotik merupakan bisnis yang baik:

    * Antibiotik adalah obat jangka pendek yang biasanya dikonsumsi selama 1-2 minggu, tapi agen pada kardiovaskular, rheumatologic, dan neurologi, dikonsumsi oleh pasien selama beberapa dekade.
    * Investasi yang dibutuhkan untuk "membawa obat untuk kepasaran" diperkirakan hampir $ 1 miliar, kemungkinan "balik modal" untuk antibiotik hampir nihil.
    * Kami juga mendengar: "Jika mengembangkan obat untuk bakteri resisten, kalian memberitahu dokter untuk cadangan mereka untuk kondisi yang relatif jarang terjadi."
    * Perubahan lingkungan  yang tak terduga dan sangat beresiko di daerah klinis.

Patogen yang memprihatinkan. Sementara itu, organisme yang menjadi perhatian terus tumbuh dalam jumlah. yakni bakteri utama yang didefinisikan sebagai "ESKAPE" mikroba dalam referensi untuk Enterobacter, Staphylococcus aureus, Klebsiella, Acinetobacter, Pseudomonas aeruginosa, dan Enterococcus. Sepuluh tahun yang lalu, kita menyaksikan penyebaran global strain baru aureus S yang berisi Leukocidin Panton-Valentine, yang disebut di sini sebagai "strain 300 USA." Hal ini mendominasi perhatian untuk perlawanan dengan "bug yang buruk," namun perhatian yang lebih besar lagi baru-baru ini telah dinyatakan tentang basil gram negatif, terutama yang memproduksi carbapenemases. Ini termasuk  Carbapenemase K pneumoniae -memproduksi Enterobacteriaceae yang muncul di Amerika Serikat dimulai pada tahun 2000-an. Namun, yang paling mengkhawatirkan dari semua telah terjadi baru-baru ini  New Delhi-Metallo beta-laktamase (nama kota nya asal) yang pertama kali terinfeksi pasien yang dirawat di New Delhi dan kemudian menyebar, pertama dengan perjalanan ke Inggris dan kemudian secara global. Organisme ini tahan terhadap hampir semua antibiotik yang ada saat ini  kecuali untuk colistin dan tigecycline.

Yang menjadi perhatian Badan kesehatan di Eropa baru-baru ini menghasilkan monografi dengan tinjauan luar biasa komprehensif saat ini yakni pengembangan obat baru untuk bakteri resisten. Mereka menunjukkan bahwa kelas baru terakhir obat yang aktif terhadap gram-. bakteri negatif kembali hampir 40 tahun! Mereka juga berusaha ketat untuk mengidentifikasi kelas baru untuk bakteri gram negatif dalam pembangunan, termasuk kajian mendalam pada obat dalam 2 fase percobaan atau lebih. Tidak ada Historis yang diperlukan, kurang lebih 8 tahun dari penemuan obat dengan persetujuan FDA menunjukkan bahwa, bahkan jika sekarang bekerja agresif dan berhasil, ada kemungkinan kecil ditemukan obat baru sebelum 2015.

Perhatian umum untuk krisis resistensi antibiotik dalam menghadapi jaringan pipa yang relatif kering adalah isu prioritas yang tiba-tiba ditarik. Pada tanggal 4 November 2009, Presiden Obama dan Perdana Menteri Swedia Fredrik Reinfeldt, yang mewakili Uni Eropa, membentuk Satuan Tugas transatlantik Antibiotik Resistance (TATFAR) untuk memberikan serangan rekayasa terhadap masalah ini oleh Amerika Serikat dan Eropa. Dua lainnya permintaan kongres yang relevan telah diusulkan, termasuk RUU Senat 2313: Strategi Untuk Resistensi antibiotik Alamat (STAAR Act), dan tagihan House 6331, sebagian besar dirancang untuk memberikan insentif bagi perusahaan farmasi untuk mengembangkan antibiotik. Selain itu, Institut Nasional Alergi dan Penyakit Infeksi dari Institut Kesehatan Nasional mengumumkan rencana untuk membangun jaringan pusat-pusat kolaborasi akademik untuk menguji antibiotik baru dan isu-isu yang relevan dengan resistensi antibiotik.

Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) mengumumkan "jadi pintar tentang program Antibiotik " untuk memberikan bimbingan, khususnya melalui pelayanan antibiotik, dalam meningkatkan penggunaan  obat yang kita miliki saat ini. Perlu dicatat bahwa Perancis, yang memiliki tingkat tertinggi atas penggunaan antibiotik di Uni Eropa, membahas masalah yang dirasakan penyalahgunaan antibiotik dengan kampanye mahal dan sangat ambisius diarahkan pada kedua konsumen dan dokter. Tujuan 5 tahun adalah untuk mengurangi kemungkinan resep antibiotik untuk infeksi saluran pernapasan virus sebesar 25%. Sebuah laporan baru-baru ini menunjukkan bahwa tujuan ini dicapai.

Untuk Amerika Serikat, resistensi antibiotik bertanggung jawab untuk hampir 100.000 kematian yang disebabkan infeksi oleh rumah sakit yang didapat per tahun menelan biaya tahunan diperkirakan $ 23000000000. Hal ini jelas menarik perhatian Centers for Medicare & Medicaid Services, dengan harapan bahwa penyalahgunaan antibiotik akan menyebabkan pelaporan publik dan denda keuangan.

Kesimpulannya adalah bahwa resistensi kini mencapai tahap krisis, sebagian besar karena kurangnya agen antimikroba baru untuk mempertahankan efektivitas yang telah dinikmati selama lebih dari 50 tahun. Kabar baiknya adalah bahwa konsensus telah tercapai bahwa ini merupakan masalah penting, meskipun sudah terlambat disadari. Dokter harus menyadari masalah ini dan setuju untuk membantu dalam upaya untuk mempertahankan kegiatan saat ini obat yang tersedia melalui konservasi antibiotik yang konsisten dengan praktek yang baik.

TERAPI RESPON CEPAT



A.    PENGERTIAN
Terapi respon cepat adalah terapi yang dijalankan berdasarkan cara energy mengalir melalui tubuh. Kunci mengapa psikologi energy berhasil baik adalah kenyataan bahwa tubuh kita ada listrik. Kita merupakan bagian dari keterkaitan antara kekuatan polarisasi, electromagnet, gudang pengetahuan leluhur dan kekuatan yng saling tumpang tindih antara rangkaian aktivitas dengan kesadaran. Polarisasi adalah kunci untuk menyeimbangkan kekuatan-kekuatan negative dan positif. Polarisasi adalah dasar dari semua benda hidup. Bila terjadi reaksi balik polarisasi dalam tubuh, kita melakukan yang terbaik dari apa yang kita inginkan. Dengan terapi respon cepat, kita dapat membalikkan proses ini dan dengan demikian  menghilangkan energy yang terhambat dalam tubuh dan membebaskan energy tersebut.

B.     LATAR BELAKANG
Terapi respon cepat lahir dari pengembangan Kinesiologi (cara system saraf mempengaruhi otot) Terapan , terapi meridian, Tingkat SUDS (Subjektif Unit Of Distress Scale atau unit subjektif skala stress emosional Negatif), terapi kognitif (Pikiran), Pemograman Neurolinguistik (kerja panca indra mempengaruhi informasi pada otak) dan terapi medan pikiran.

Eksperimen Terapi Respon Cepat Yang Pernah dilakukan:
*      Pada denyut Jantung dan komposisi darah terjadi perubahan kearah normal: Bulan juli pada tahun 1997 Dr. Fuller Royal Direktur Klinik Kesehatan Las Vegas . Dilakukan pula oleh Dr. Fuller dan Dr. Calahan. Dimana system saraf otonom tidak memberikan respon terhadap placebo sehingga efektivitas penanganan dapat diuji dengan tepat.
*      Pada Tahun 1993 Oleh Dr. James Figley dan Joyce di Florida State University Carbonell hasilnya menunjukkan hasil yang gemilang pada penderita Post Traumatic Sindrom.
Terapi Respon Cepat dapat dilakukan tanpa terapis dan tanpa harus mengetahui perinciannya, mengingat tidak ada hambatan budaya, bahasa, dan usia dalam penanganannya. Tidak perlu percaya pada efektivitas penanganannya, tidak ada efek placebo sehingga terapi ini dapat diperagakan dalam forum umum.

C.    TUJUAN
Tampaknya otak adalah sebagian kecil dari susunan puzzle, pikiran tidak terdapat didalam otak melainkan meliputi tubuh yang dapat mengalami gangguan yang merupakan pemicu stress emosional negative, dilakukannya terapi respon cepat bertujuan menyatukan pikiran dan respon tubuh yang mengubah hubungan negative tersebut.

D.    LANGKAH-LANGKAH PELAKSANAAN 
  Tahap Persiapan:
   ü  Alat Tulis (Selembar kertas dan Pulpen/ pensil)
   ü  Siapkan 1 baris lagu favorit.
        Tahap pelaksanaan:
1.    Pilihlah satu jenis masalah yang ingin anda hilangkan.
2.  Masuklah ke dalam medan pikiran. Pikirkanlah masalah tersebut. Dalam pikiran anda, perhatikan apa yang anda katakan pada diri anda tentang hal tersebut, rasakan emosi yang muncul. Bila ada bau atau rasa sertakan.
3.    Bila masalah itu seakan-akan nyata dan terjadi pada saat itu, ukurlah intensitas emosi anda pada skala 10 poin SUDS dimana:  skala1: saya tidak terganggu, skala2: tenang dan rileks, skala3: Agak kurang nyaman tetapi dapat dikuasai, skala4: Tampak, skala5: saya tidak bisa tahan, skala6: tidak nyaman, skala7: parah, skala8: sangat parah, skala9: hampir tak tertahankan, skala10: rasa tidak nyaman yang terburuk. Tulislah skala SUDS anda.
4.    Lakukan putaran mata
5.   Lakukan penekanan pada lekukan antara jari manis dan jari kelingking. Ulangi langkah 4 dan 5.
6.   Akhiri dengan putaran mata
7.   Ukurlah Tingkat SUDS untuk kedua kalinya dan apabila telah turun 1-2 poin teruskan dengan langkah no.10
8.  Bila SUDS diatas 2 tekan titik tengah pinggir tangan antara buku jari kelingking dengan pergelangan. Lalu kembali ke langkah 1.
9.   Bila SUDS tidak turun pada skala  setelah 2 kali pengulangan. Tekan bawah hidung bukan tangan lagi tepatnya antara hidung dan bibir atas.
10. Lakukanlah:
·       Bukalah mata
·       Pejamkan mata
·       Gerakan mata kearah kanan bawah
·       Gerakan mata kearah kiri bawah
·       Putarlah mata satu arah
·       Putarlah mata berlawanan arah
·       Bersenandung 1 baris lagu keras-keras
·       Hitunglah sampai 5
·       Bersenandung 1 baris lagu

Metodologi Asuhan Keperawatan


A. Pendahuluan

Peran sebagai pemberi asuhan keperawatan dapat dilakukan perawat dengan memperhatikan keadaan kebutuhan dasar manusia yang dibutuhkan melalui pemberian pelayanan keperawatan dengan menggunakan proses keperawatan.
Proses keperawatan adalah metode dimana suatu konsep diterapkan dalam praktik keperawatan. Hal ini dapat disebut suatu pendekatan untuk memecahkan masalah (problem solving) yang memerlukan ilmu, teknik dan keterampilan interpersonal yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan klien, keluarga dan masyarakat. Proses keperawatan terdiri atas  lima tahap yang berurutan dan saling berhubungan yaitu pengkajian, diagnosis, perencanaan, implementasi dan evaluasi. Tahap-tahap tersebut berintegrasi terhadap fungsi intelektual problem solving dalam mendefinisikan suatu asuhan keperawatan.
    
B. Proses Keperawatan
1). Pengkajian keperawatan:
Langkah pertama dalam proses keperawatan adalah pengkajian. Menurut Joint Comission (JC), data riwayat pasien, pemeriksaan fisik, pengkajian keperawatan dan pengkajian skrining lainnya diselesaikan dalam 24 jam setelah diterima sebagai pasien rawat inap.
       Dari awal pertemuan dengan pasien, perawat harus berfokus pada empat prioritas pengkajian yakni masalah, resiko cidera pada pasien, potensial untuk perawatan diri sendiri setelah pemulangan dan kebutuhan penyuluhan pasien dan keluarga. 

       Karena kepentingan praktis dan adanya kendala keterbatasan waktu pengumpulan data dan dokumentasinya maka dibeberapa tempat kita menjumpai kebijakan yang memfokuskan item dalam format pengumpulan data dengan pertimbangan prioritas pengkajian atau pola fungsi terkait yang paling berpengaruh dengan gangguan sistem yang terjadi. Adapun empat macam data yang dikaji yakni
Pertama, data dasar adalah seluruh informasi tentang status kesehatan klien meliputi data umum, data demografi, riwayat keperawatan, pola fungsi kesehatan dan pemeriksaan.
Kedua, data fokus adalah informasi tentang status kesehatan klien yang menyimpang dari keadaan normal baik ungkapan klien maupun hasil pemeriksaan langsung oleh perawat nantinya lebih banyak menjadi dasar timbulnya masalah keperawatan.
Ketiga, data subjektif adalah ungkapkan keluhan klien secara langsung maupun tak langsung melalui orang lain yang mengetahui keadaan klien.
Keempat, data objektif adalah data yang diperoleh dari perawat secara langsung melalui observasi dan pemeriksaan pada klien. Adapula dua sumber data antara lain: sumber data primer adalah klien, bila klien karena beberapa sebab klien tidak dapat memberikan data subjektif secara langsung maka perawat menggunakan data objektif, diperlukan klarifikasi data subjektif dengan anamnesis pada keluarga. Sumber data sekunder adalah selain klien seperti keluarga, orang terdekat, teman dan orang lain yang tahu tentang status kesehatan klien serta tenaga kesehatan lain (dokter, ahli gizi, ahli fisioterapi, laboratorium, radiologi). 
      Pengumpulan data pada tahap pengkajian dapat dilakukan menggunakan dua metode yaitu anamnesis dan observasi. Anamnesis adalah tanya jawab/ komunikasi secara langsung (auto-anamnesis) dengan klien maupun tidak langsung (allo-anamnesis) dengan keluarganya untuk menggali informasi tentang status kesehatan klien. Observasi, dilakukan pengamatan secara umum terhadap perilaku dan keadaan klien berupa pemeriksaan fisik dan penunjang.
Pendekatan yang dilakukan dalam pemeriksaan fisik antara lain: pertama, pendekatan dari kepala sampai kaki (head to toe) yang dilakukan secara berurutan mulai dari kepala sampai kaki. Kedua, pendekatan melalui fungsi sistem tubuh (review of system) meliputi keadaan umum, tanda-tanda vital, sistem pernapasan, sistem kardiovaskuler, sistem persyarafan, sistem perkemihan, sistem pencernaan, sistem muskuloskeletal, sistem reproduksi dan sistem  integumen. Ketiga, pendekatan dengan menggunakan pola fungsi kesehatan Gordon yakni mengevaluasi pola fungsi kesehatan dan memfokuskan pemeriksaan fisik pada masalah khusus baik fungsi persepsi kesehatan-penatalaksanaan kesehatan, pola nutrisi-metabolik, pola eliminasi, pola tidur-istirahat, pola kognitif-perseptual, pola peran-hubungan, pola aktivitas-latihan, pola seksual-reproduktif, pola koping-toleransi stress dan pola nilai-keyakinan. Penunjang dilakukan sesuai dengan indikasi contoh: foto thoraks, laboratorium, rekam jantung dan lain-lain.
2)      Penentuan diagnosis
      North American Nursing Diagnosis Association (NANDA) menyatakan bahwa diagnosis keperawatan adalah keputusan klinik mengenai respon individu (klien dan masyarakat) tentang masalah kesehatan aktual atau potensial sebagai dasar seleksi intervensi keperawatan untuk mencapai tujuan asuhan keperawatan sesuai dengan kewenangan perawat. semua diagnosis keperawatan harus didukung oleh data dimana menurut NANDA diartikan sebagai definisi karakteristik. Definisi karakteristik tersebut dinamakan tanda dan gejala. Tanda adalah dapat diobservasi dan gejala adalah dirasakan oleh klien. 
a)      Langkah-langkah menentukan diagnosis keperawatan
Klasifikasi data yakni mengelompokkan data klien yang bermasalah berdasarkan kriterianya. Pertama, interpretasi data, membuat interpretasi atas data yang sudah dikelompokkan dalam masalah keperawatan. Kedua, menentukan hubungan sebab akibat, perawat menentukkan faktor resiko mungkin menjadi penyebab masalah. Ketiga, merumuskan diagnosis keperawatan, didasarkan pada identifikasi masalah dan kemungkinan penyebab. 
b)     Tipe-tipe diagnosis
Diagnosis keperawatan aktual, menjelaskan masalah nyata terjadi saat ini, harus ada unsur PES dan symptom harus memenuhi kriteria mayor (80-100%) dan sebagian kriteria minor. Diagnosis Resiko, masalah kesehatan yang akan terjadi jika tidak dilakukan intervensi keperawatan, harus mempunyai unsur PE, istilah resiko dan resiko tinggi tergantung dari tingkat keparahan/ kerentanan masalah. Diagnosis Potensial, data penunjang dan masalah belum ditemukan tapi sudah ada faktor yang menimbulkan masalah, harus mempunyai unsur P dan faktor yang diduga dapat menimbulkan masalah (E). Diagnosis Sejahtera, keputusan klinik tentang status kesehatan klien, keluarga dan masyarakat dalam transisi dari tingkat sejahtera tertentu ke tingkat sejahtera yang lebih tinggi. Ada dua unsur yang harus ada yakni sesuatu yang menyenangkan pada tingkat sejahtera yang lebih tinggi dan adanya status dan fungsi yang efektif. Rumusannya: P/PE. Diagnosis Sindrom: Diagnosis yang terdiri atas beberapa diagnosis keperawatan aktual dan resiko tinggi terjadi secara bersamaan yang memiliki penyebab tunggal. Diperkirakan akan muncul karena suatu kejadian/ situasi tertentu dan rumusannya: P.

c)      Pernyataan Diagnosis Keperawatan
GORDON (PES), P adalah problem/ masalah, menjelaskan status kesehatan dengan singkat, E merupakan etiologi/ penyebab, yang meliputi faktor penunjang dan faktor resiko yang terdiri dari: patofisiologi, situasional, maturasional dan medical treatment. S yakni Symptom/ tanda yaitu definisi karakteristik tentang data subjektif atau objektif sebagai pendukung diagnosis aktual.
3)      Perencanaan keperawatan
Secara sederhana rencana keperawatan dapat diartikan sebagai suatu dokumen tulisan tangan dalam menyelesaikan masalah, tujuan dan intervensi keperawatan.
Adapun beberapa kegiatan yang dilakukan dalam tahap perencanaan itu adalah
a)      Menentukkan prioritas masalah keperawatan
      Adapun beberapa teknik dalam membuat skala prioritas yakni standar V, prioritas pertama masalah yang mengancam kehidupan. Prioritas kedua, masalah yang mengancam kesehatan. Prioritas ketiga, masalah yang mempengaruhi perilaku manusia. Depkes RI, pedoman asuhan keperawatan, prioritas pertama diberikan pada masalah aktual dan prioritas kedua pada masalah potensial. Praktiknya tidak selalu yang aktual menjadi prioritas pertama, masalah yang diduga akan terjadi bersifat mengancam jiwa dapat menjadi prioritas dibanding masalah aktual yang berisiko rendah. Hierarki Maslow telah membuat 5 kebutuhan dasar manusia dimana yang menjadi prioritas pemenuhan terletak pada kebutuhan dasar yang bersifat fisiologis yang meliputi oksigenasi, cairan dan elektrolit, eliminasi, nutrisi, istirahat tidur, aktivitas dan mobilisasi, seks dan lain-lain. Prioritas kedua rasa aman dan nyaman, ketiga cinta dan kasih sayang, keempat harga diri dan terakhir aktualisasi diri. Pendekatan body system, menitik beratkan pada fungsi sistem tubuh dimana fungsi pernapasan (B1 Breathing) menjadi prioritas utama, prioritas kedua (B2 Blood) darah dan sirkulasi, ketiga (B3 Brain) kesadaran, keempat (B4 Bladder) perkemihan, kelima (B5 Bowel) pencernaan, keenam (B6 Bone) kulit, selaput lendir dan tulang. Dari beberapa pendekatan diatas perawat dapat menggunakan salah satu atau dapat juga mempertimbangkan beberapa pendekatan sekaligus.
b)      Menetapkan tujuan dan kreteria hasil. Tujuan adalah perubahan perilaku pasien yang diharapkan oleh perawat setelah tindakan berhasil dilakukan. Kreteria tujuan (standar V asuhan keperawatan) adalah rumusan singkat dan jelas, disusun berdasarkan diagnosis keperawatan, spesifik, dapat diukur dan diobservasi, realistis/ dapat dicapai dan terdiri dari subjek, perilaku pasien, kondisi dan kreteria tujuan. Rumusan tujuan antara lain SPHKT, SPK dan SMART. SPKHT terdiri dari S (Subjek): siapa yang mencapai tujuan, P (predikat): kata kerja yang dapat diukur, tulis sebelum kata kerja kata “ mampu”, H (hasil): respon fisiologis dan gaya hidup yang diharapkan dari klien terhadap intervensi, K (kriteria): mengukur kemajuan klien dalam mencapai hasil, T (time): target waktu periode tertentu untuk mencapai kriteria hasil. SPK terdiri dari subjek, predikat dan kriteria pencapaian tujuan. SMART terdiri dari specific ( berfokus pada pasien, singkat dan jelas), measureable (dapat diukur), achievable  (realistik), reasonable (ditentukan oleh perawat dan klien), time (kontrak waktu). Menetapkan kriteria hasil, kriteria hasil adalah batasan karakteristik atau indikasi keberhasilan dari tujuan yang telah ditetapkan, berorientasi pada masalah  dan kemungkinan penyebab serta merujuk pada symptom, meliputi empat aspek kognitif (pengetahuan), afektif (perubahan status emosi), psikomotor (perilaku) dan perubahan fungsi tubuh.
c)      Merumuskan rencana tindakan keperawatan
      Rencana tindakan keperawatan adalah desain spesifik untuk membantu pasien dalam mencapai tujuan dan kreteria hasil. Karakteristik rencana tindakan keperawatan berdasarkan standar V asuhan keperawatan. Adapun tipe rencana tindakan keperawatan antara lain diagnostic, nursing treatment, health education, collaboration. Diagnostic adalah rencana mengkaji atau melakukan observasi terhadap kemajuan klien dengan pemantauan secara langsung dan berkontinu. Nursing treatment adalah untuk mengurangi, memperbaiki dan mencegah perluasan masalah berupa intervensi mandiri perawat bersumber pada ilmu, kiat dan seni keperawatan. Health education, rencana tindakan keperawatan berupa pendidikan kesehatan yang bertujuan untuk meningkatkan perawatan diri klien dengan penekanan pada partisipasi klien untuk bertanggung jawab terhadap perawatan diri terutama untuk perawatan di rumah. Penyuluhan diperlukan bila masalah keperawatan dan kriteria hasil berhubungan dengan aspek kognitif, afektif dan psikomotor. Collaboration adalah tindakan medis yang dilimpahkan pada perawat disesuaikan dengan masalah keperawatan untuk aspek kognitif, afektif dan psikomotor mungkin tidak memerlukan tindakan medis namun masalah berhubungan dengan perubahan fungsi tubuh yang memerlukan rencana kolaboratif.
d)     Menetapkan rasional rencana tindakan keperawatan
   Rasional adalah dasar pemikiran atau alasan ilmiah yang mendasari diterapkannya rencana tindakan keperawatan.

4)      Implementasi
       Implementasi adalah pelaksanaan dari rencana intervensi untuk mencapai tujuan yang spesifik ( lyer et al, 1996). Tahap implementasi dimulai setelah rencana intervensi disusun dan ditujukan pada nursing order untuk membantu klien mencapai tujuan yang diharapkan.
      Sementara tahap-tahap yang harus dilaksanakan dalam implementasi adalah tahap persiapan, review rencana tindakan keperawatan, analisis pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan, antisipasi komplikasi yang timbul, mempersiapkan peralatan yang diperlukan (waktu, tenaga, alat), mengidentifikasi aspek-aspek hukum dan etik, memperhatikan hak-hak pasien antara lain hak atas pelayanan kesehatan sesuai standar pelayanan kesehatan, hak atas informasi, hak untuk menentukan nasib sendiri dan hak atas second opinion. Tahap pelaksanaan, berfokus pada klien, berorientasi pada tujuan dan kreteria hasil, memperhatikan keamanan fisik, psikologis klien dan kompetensi. Tahap sesudah pelaksanaan, menilai keberhasilan tindakan dan mendokumentasikan tindakan yang meliputi aktivitas/ tindakan perawat, hasil/ respon pasien, tanggal dan jam, nomor diagnosis keperawatan dan tanda tangan.
5)      Evaluasi
      Evaluasi adalah tindakan intelektual untuk melengkapi proses keperawatan yang menandakan keberhasilan dari diagnosis keperawatan, rencana intervensi dan implementasinya. Adapun tujuan dari evaluasi adalah mengakhiri rencana tindakan keperawatan, memodifikasi rencana tindakan keperawatan dan meneruskan rencana tindakan keperawatan.
      Evaluasi terdiri atas dua macam yakni evaluasi proses dan evaluasi hasil. Evaluasi proses adalah aktivitas dari proses keperawatan dan hasil kualitas pelayanan asuhan keperawatan, dilakukan segera setelah perencanaan keperawatan diimplementasikan untuk membantu menilai efektifitas intervensi tersebut. Evaluasi proses harus terus menerus dilaksanakan hingga tujuan yang telah ditentukan tercapai. Metode pengumpulan data dalam evaluasi proses terdiri dari analisis rencana asuhan keperawatan, open chart audit, pertemuan kelompok, wawancara, observasi klien dan menggunakan form evaluasi. Sistem penulisannya menggunakan SOAP atau lainnya. Evaluasi hasil adalah perubahan status kesehatan klien pada akhir asuhan keperawatan. Evaluasi hasil bersifat objektif, fleksibel dan efisien. Metode pelaksanaannya terdiri atas closed chart audit, wawancara pada pertemuan akhir asuhan keperawatan dan pertanyaan kepada klien serta keluarga. Evaluasi hasil dapat menjadi suatu metode untuk memonitor kualitas dan efektifitas intervensi yang diberikan.
      Proses evaluasi meliputi mengukur pencapaian tujuan dan penentuan keputusan sebagai berikut:
a)      Mengukur pencapaian tujuan baik dari aspek kognitif, afektif, psikomotor dan perubahan fungsi tubuh klien.
b)      Penentuan keputusan: Pertama, klien telah mencapai hasil yang telah ditentukan dalam tujuan. Kondisi ini dicapai apabila semua data yang ditentukan dalam kriteria hasil sudah terpenuhi. Kedua, klien masih dalam proses mencapai hasil yang ditentukan. Kondisi ini dicapai apabila sebagian saja dari kriteria hasil yang ditentukan terpenuhi. Ketiga, klien tidak dapat mencapai hasil yang telah ditentukan. Kondisi ini ditentukan apabila hanya sebagian kecil atau tidak ada sama sekali kriteria hasil yang dapat dipenuhi. Dapat juga terjadi kondisi klien yang semakin memburuk sehingga timbul masalah baru.