I. Faktor presipitasi dan predisposisi
Faktor presipitasi dari demam typhoid adalah disebabkan oleh makanan yang
tercemar oleh salmonella typhoid dan salmonella paratyphoid A, B dan C yang ditularkan
melalui makanan, jari tangan, lalat dan feses, serta muntah diperberat bila klien makan
tidak teratur. Faktor predisposisinya adalah minum air mentah, makan makanan yang
tidak bersih dan pedas, tidak mencuci tangan sebelum dan sesudah makan, dari wc dan
menyiapkan makanan.
II. Riwayat penyakit.
A. Keluhan utama.
Badan panas, sakit kepala, pusing, mual, muntah, tidak ada nafsu makan,
perut terasa nyeri.
B. Riwayat penyakit sekarang.
Pasien sudah merasa tidak enak badan dan kurang nafsu makan
sejak tgl 12-10-2001, disertai dengan sakit kepala, badan panas, mual dan
ada muntah. Panas berkurang setelah minum obat parasetamol, tapi hanya
sebentar kemudian panas lagi. Pada hari senin pasien dibawa ke RSU
Banjarbaru dan dirawat inap
C. Riwayat penyakit terdahulu.
Sebelumnya pasien tidak pernah mengalami penyakit seperti sekarang
ini, pasien juga tidak pernah dirawat di RS, pernah sakit biasa seperti flu, pilek
dan batuk, dan sembuh setelah minum obat biasa yang dijual di pasaran.
Pasien juga diketahui sering pingsan bila merasa kelelahan.
D. Riwayat Kesehatan Keluarga
Apakah ada dalam keluarga pasien yang sakit seperti pasien.
E. Riwayat Psikososial
Intrapersonal : perasaan yang dirasakan klien (cemas / sedih)
Interpersonal : hubungan dengan orang lain.
F. Pola Fungsi kesehatan
- Pola nutrisi dan metabolisme
Biasanya nafsu makan klien berkurang karena terjadi gangguan
pada usus halus.
- Pola istirahat dan tidur
Selama sakit pasien merasa tidak dapat istirahat karena pasien
merasakan sakit pada perutnya, mual, muntah, kadang diare.
III. Pemeriksaan Fisik
A.Keadaan umum
Kesadaran dan keadaan umum pasien. Kesadaran pasien perlu di kaji dari sadar –
tidak sadar (composmentis – coma) untuk mengetahui berat ringannya prognosis
penyakit pasien.
B. Tanda – tanda vital dan pemeriksaan fisik :
Kepala – kaki , Nadi, Respirasi,
Temperatur yang merupakan tolak ukur dari keadaan umum pasien / kondisi
pasien dan termasuk pemeriksaan dari kepala sampai kaki dengan menggunakan
prinsip-prinsip inspeksi, auskultasi, palpasi, perkusi), disamping itu juga
penimbangan BB untuk mengetahui adanya penurunan BB karena peningakatan
gangguan nutrisi yang terjadi, sehingga dapat dihitung kebutuhan nutrisi yang
dibutuhkan.
1. Pernafasan B1 (breath)
- Bentuk dada
: simetris
- Pola nafas : teratur
- Suara nafas : tidak ada bunyi nafas tambahan
- Sesak nafas : tidak ada sesak nafas
- Retraksi otot bantu nafas: tidak ada
- Alat bantu pernafasan
: tidak ada alat bantu pernafasan
2. Kardiovaskuler B2 (blood)
- Irama jantung
: teratur
- Nyeri dada
: tidak ada
- Bunyi jantung
: tidak ada bunyi jantung tambahan
- Akral
: Tangan bentuk simetris, tidak ada peradangan
sendi dan oedem, dapat bergerak dengan bebas, akral hangat, tangan kanan
terpasang infus. Kaki bentuk simetris, tidak ada pembatasan gerak dan oedem,
akral hangat.
3. Prsyarafan B3 (brain)
- Penglihatan (mata)
: Gerakan bola mata dan kelopak mata simetris,
konjungtiva tampak anemis, sklera putih, pupil bereaksi terhadap cahaya,
produksi air mata (+), tidak menggunakan alat bantu penglihatan.
- Pendengaran (telinga)
: Bentuk D/S simetris, mukosa lubang hidung merah
muda, tidak ada cairan dan serumen, tidak menggunakan alat bantu, dapat
merespon setiap pertanyaan yang diajukan dengan tepat.
- Penciuman (hidung)
: Penciuman dapat membedakan bau-bauan, mukosa
hidung merah muda, sekret tidak ada, tidak ada terlihat pembesaran mukosa atau
polip.
- Kesadaran
: kompos mentis
4. Perkemihan B4 (bladder)
- Kebersiahan
: bersih
- Bentuk alat kelamin
: normal
- Uretra
: normal
- Produksi urin
: normal, BAK tidak menentu, rata-rata4-6 X sehari,
tidak pernah ada keluhan batu atau nyeri.
5. Pencernaan B5 (bowel)
- Nafsu makan
: anoreksia
- Porsi makan
: ¼ porsi
- Mulut
: Bibir tampak kering, lidah tampak kotor
( keputihan ), gigi lengkap, tidak ada pembengkakan gusi, tidak teerlihat
pembesaran tonsil
-Mukosa
: pucat
<blockquote></blockquote>
6. Musculoskeletal/integument B6 (bone)
- Kemampuan pergerakan sendi
: normal
-Kondisi tubuh
: kelelahan, malaise
3.2 DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa yang mungkin muncul pada klien typhoid adalah :
a. Resiko tinggi ketidakseimbangan volume cairan dan elektrolit berhubungan dengan
hipertermi dan muntah.
b. Resiko tinggi gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan intake yang tidak adekuat.
c. Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi salmonella thypi.
d. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan peningkatan kebutuhan metabolisme
sekunder terhadap infeksi akut
e. Kurangnya pengetahuan tentang penyakitnya berhubungan dengan kurang informasi
atau informasi yang tidak adekuat
3.3 RENCANA KEPERAWATAN
Berdasarkan diagnosa keperawatan secara teoritis, maka rumusan perencanaan
keperawatan pada klien dengan typhoid, adalah sebagai berikut :
Diagnosa. 1
Resiko tinggi gangguan ketidak seimbangan volume cairan dan elektrolit, kurang dari
kebutuhan berhubungan dengan hipertermia dan muntah.
Tujuan
Ketidak seimbangan volume cairan tidak terjadi
Kriteria hasil
Membran mukosa bibir lembab, tanda-tanda vital (TD, S, N dan RR) dalam batas normal,
tanda-tanda dehidrasi tidak ada
Intervensi
a. Awasi masukan dan keluaran perkiraan kehilangan cairan yang tidak terlihat
Rasional:
Memberikan informasi tentang keseimbangan cairan dan elektrolit penyakit usus yang
merupakan pedoman untuk penggantian cairan
b. Observasi kulit kering berlebihan dan membran mukosa turgor kulit dan pengisian
kapiler
Rasional:
Menunjukkan kehilangan cairan berlebih atau dehidrasi
c. Kaji tanda vital
Rasional :
Dengan menunjukkan respon terhadap efek kehilangan cairan
d. Pertahankan pembatasan peroral, tirah baring
Rasional:
Kalau diistirahkan utnuk penyembuhan dan untuk penurunan kehilangan cairan usus
e. Kolaborasi utnuk pemberian cairan parenteral
Rasional:
Mempertahankan istirahat usus akan memerlukan cairan untuk mempertahankan
kehilangan
Diagnosa. 2
Resiko tinggi pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
intake yang tidak adekuat
Tujuan
Resiko nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh tidak terjadi
Kriteria hasil
Nafsu makan bertambah, menunjukkan berat badan stabil/ideal, nilai bising
usus/peristaltik usus normal (6-12 kali per menit) nilai laboratorium normal, konjungtiva
dan membran mukosa bibir tidak pucat.
Intervensi
a. Dorong tirah baring
Rasional:
Menurunkan kebutuhan metabolic untuk meningkatkan penurunan kalori dan simpanan
energi
b. Anjurkan istirahat sebelum makan
Rasional
Menenangkan peristaltic dan meningkatkan energi makan
c. Berikan kebersihan oral
Rasional :
Mulut bersih dapat meningkatkan nafsu makan
d. Sediakan makanan dalam ventilasi yang baik, lingkungan menyenangkan
Rasional:
Lingkungan menyenangkan menurunkan stress dan konduktif untuk makan
e. Jelaskan pentingnya nutrisi yang adekuat
Rasional:
Nutrisi yang adekuat akan membantu proses
f. Kolaborasi pemberian nutrisi, terapi IV sesuai indikasi
Rasional:
Program ini mengistirahatkan saluran gastrointestinal, sementara memberikan nutrisi
penting.
Diagnosa 3
Hipertermia berhubungan dengan proses infeksi salmonella thypi
Tujuan
Hipertermi teratasi
Kriteria hasil
Suhu, nadi dan pernafasan dalam batas normal bebas dari kedinginan dan tidak terjadi
komplikasi yang berhubungan dengan masalah typhoid.
Intervensi
a. Pantau suhu klien
Rasional:
Suhu 380 C sampai 41,10 C menunjukkan proses peningkatan infeksius akut
b. pantau suhu lingkungan, batasi atau tambahkan linen tempat tidur sesuai dengan
indikasi
Rasional:
Suhu ruangan atau jumlah selimut harus dirubah, mempertahankan suhu mendekati
normal
c. Berikan kompres mandi hangat
Rasional :
Dapat membantu mengurangi demam.
d. Kolaborasi pemberian antipiretik
Rasional:
Untuk mengurangi demam dengan aksi sentralnya hipotalamus
Diagnosa 4
Intoleransi aktivitas berhubungan dengan peningkatan kebutuhan metabolisme sekunder
terhadap infeksi akut
Tujuan
Melaporkan kemampuan melakukan peningkatan toleransi aktivitas
Kriteria hasil
Mampu melakukan aktivitas, bergerak dan menunjukkan peningkatan kekuatan otot.
Intervensi
a. Tingkatkan tirah baring dan berikan lingkungan tenang dan batasi pengunjung
Rasional:
Menyediakan energi yang digunakan untuk penyembuhan
b. Ubah posisi dengan sering, berikan perawatan kulit yang baik
Rasional:
Meningkatkan fungsi pernafasan dan meminimalkan tekanan pada area tertentu untuk
menurunkan resiko kerusakan jaringan
c. Tingkatkan aktifitas sesuai toleransi
Rasional :
Tirah baring lama dapat menurunkan kemampuan karena keterbatasan aktifitas yang
menganggu periode istirahat
d. Berikan aktifitas hiburan yang tepat (nonton TV, radio)
Rasional:
Meningkatkan relaksasi dan hambatan energy
Diagnosa 5
Resti infeksi sekunder berhubungan dengan tindakan invasive
Tujuan
Infeksi tidak terjadi
Kriteria hasil
Bebas dari eritema, bengkak, tanda-tanda infeksi dan bebas dari sekresi purulen/drainase
serta febris.
Intervensi
Observasi tanda-tanda vital (S, N, RR dan RR). Observasi kelancaran tetesan infus,
monitor tanda-tanda infeksi dan antiseptik sesuai dengan kondisi balutan infus, dan
kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat anti biotik sesuai indikasi.
Diagnosa 6
Kurang pengetahuan tentang penyakit berhubungan dengan kurang informasi atau
informasi yang tidak adekuat
Tujuan
Pengetahuan keluarga meningkat
Kriteria hasil
Menunjukkan pemahaman tentang penyakitnya, melalui perubahan gaya hidup dan ikut
serta dalam pengobatan.
Intervensi:
a. berikan nformasi tentang cara mempertahankan pemasukan makanan yang memuaskan
dilingkungan yang jauh dari rumah
Rasional:
Membantu individu untuk mengatur berat badan
b. Tentukan persepsi tentang proses penyakit
Rasional:
Membuat pengetahuan dasar dan memberikan kesadaran kebutuhan belajar individu
c. Kaji ulang proses penyakit, penyebab/efek hubungan faktor yang menimbulkan gejala
dan mengidentifikasi cara menurunkan faktor pendukung
Rasional :
Faktor pencetus/pemberat individu, sehingga kebutuhan pasien untuk waspada terhadap
makanan, cairan dan faktor pola hidup dapat mencetuskan gejala
3.4 EVALUASI
Berdasarkan implementasi yang di lakukan, maka evaluasi yang di harapkan
untuk klien dengan gangguan sistem pencernaan typhoid adalah : tanda-tanda vital stabil,
kebutuhan cairan terpenuhi, kebutuhan nutrisi terpenuhi, tidak terjadi hipertermia, klien
dapat memenuhi kebutuhan sehari-hari secara mandiri, infeksi tidak terjadi dan keluaga
klien mengerti tentang penyakitnya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar