Asuhan Keperawatan Selulitis
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Selulitis merupakan peradangan akut
terutama menyerang jaringan subkutis, biasanya didahului luka atau
trauma dengan penyebab tersering Streptokokus betahemolitikus dan
Stafilokokus aureus. Sellulitis adalah peradangan pada jaringan kulit
yang mana cenderung meluas kearah samping dan ke dalam.
Selulitis sendiri mempunyai tiga
karakteristik yaitu, Peradangan supuratif sampai di jaringan subkutis,
Mengenai pembuluh limfe permukaan, Plak eritematus, batas tidak jelas
dan cepat meluas.
Penyebab selulitis diantaranya adalah
infeksi bakteri dan jamur, serta disebabkan oleh penyebab lain seperti
genetic, gigitan serangga dan lain – lain.
Untuk menghindari terkena selulitis bias
dilakukan dengan melembabkan kulit secara teratur, Potong kuku jari
tangan dan kaki secara hati-hati, Lindungi tangan dan kaki, Rawat secara
tepat infeksi kulit pada bagian superficial
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa pengertian selulitis ?
2. Apa etiologi dari selulitis ?
3. Apa saja factor – factor yang memperparah selulitis ?
4. Bagaimana patofisiologi selulitis ?
5. Apa saja manifestasi klinis selulitis ?
6. Bagaimana pemeriksaan selulitis ?
7. Bagaimana penatalaksanaan selulitis ?
8. Bagaimana pencegahan selulitis ?
9. Apa komplikasi dari selulitis ?
1.3 Tujuan Penyusunan
A. Tujuan Umum
Makalah ini disusun untuk memenuhu tugas
mata kuliah Keperawatan Medical bedah II pada semester VI, dan agar
para mahasiswa mengetahui dan memahami serta mampu membuat asuhan
keperawatan dengan selulitis.
B. Tujuan Khusus
Agar mahasiswa memahami atau mengetahui tentang :
1. Pengertian selulitis
2. Etiologi dari selulitis
3. Factor – factor yang memperparah selulitis
4. Patofisiologi selulitis
5. Manifestasi klinis selulitis
6. Pemeriksaan selulitis
7. Penatalaksanaan selulitis
8. Pencegahan selulitis
9. Komplikasi dari selulitis
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1 Pengertian
Selulitis adalah penyebaran infeksi pada kulit yang meluas hingga jaringan subkutan (Arif, 2000).
Selulitis adalah peradangan akut
terutama menyerang jaringan subkutis, biasanya didahului luka atau
trauma dengan penyebab tersering Streptokokus betahemolitikus dan
Stafilokokus aureus. Sellulitis adalah peradangan pada jaringan kulit
yang mana cenderung meluas kearah samping dan ke dalam (Herry, 1996).
Selulitis adalah infeksi pada lapisan kulit yang lebih dalam. Dengan karakteristik sebagai berikut :
§ Peradangan supuratif sampai di jaringan subkutis
§ Mengenai pembuluh limfe permukaan
§ Plak eritematus, batas tidak jelas dan cepat meluas
2.2 Etiologi
Penyakit Selulitis disebabkan oleh:
1. Infeksi bakteri dan jamur :
a. Disebabkan oleh Streptococcus grup A dan Staphylococcus aureusØ
b. Pada bayi yang terkena penyakit ini dibabkan oleh Streptococcus grup B
c. Infeksi dari jamur, Tapi Infeksi yang diakibatkanØ jamur termasuk jarang Aeromonas Hydrophila.
d. S. Pneumoniae (Pneumococcus)
2. Penyebab lain :
a. Gigitan binatang, serangga, atau bahkan gigitan manusia.
b. Kulit kering
c. Eksim
d. Kulit yang terbakar atau melepuh
e. Diabetes
f. Obesitas atau kegemukan
g. Pembekakan yang kronis pada kaki
h. Penyalahgunaan obat-obat terlarang
i. Menurunnyaa daya tahan tubuh
j. Cacar air
k. Malnutrisi
l. Gagal ginjal
2.3 Faktor yang Memperparah Perkembangan Selulitis
a. Usia
Semakin tua usia, kefektifan sistem
sirkulasi dalam menghantarkan darah berkurang pada bagian tubuh
tertentu. Sehingga abrasi kulit potensi mengalami infeksi seperti
selulitis pada bagian yang sirkulasi darahnya memprihatinkan.
b. Melemahnya sistem immun (Immunodeficiency)
Dengan sistem immune yang melemah maka
semakin mempermudah terjadinya infeksi. Contoh pada penderita leukemia
lymphotik kronis dan infeksi HIV. Penggunaan obat pelemah immun (bagi
orang yang baru transplantasi organ) juga mempermudah infeksi.
c. Diabetes mellitus
Tidak hanya gula darah meningkat dalam
darah namun juga mengurangi sistem immun tubuh dan menambah resiko
terinfeksi. Diabetes mengurangi sirkulasi darah pada ekstremitas bawah
dan potensial membuat luka pada kaki dan menjadi jalan masuk bagi
bakteri penginfeksi.
d. Cacar dan ruam saraf
Karena penyakit ini menimbulkan luka terbuka yang dapat menjadi jalan masuk bakteri penginfeksi.
e. Pembangkakan kronis pada lengan dan tungkai (lymphedema)
Pembengkakan jaringan membuat kulit terbuka dan menjadi jalan masuk bagi bakteri penginfeksi.
f. Infeksi jamur kronis pada telapak atau jari kaki
Infeksi jamur kaki juga dapat membuka celah kulit sehinggan menambah resiko bakteri penginfeksi masuk
g. Penggunaan steroid kronik
Contohnya penggunaan corticosteroid.
h. Penyalahgunaan obat dan alcohol
Mengurangi sistem immun sehingga mempermudah bakteri penginfeksi berkembang.
i. Malnutrisi
Sedangkan lingkungan tropis, panas, banyak debu dan kotoran, mempermudah timbulnya penyakit ini.
2.4 Patofisiologi
Bakteri pathogen yang menembus lapisan
luar menimbulkan infeksi pada permukaan kulit atau menimbulkan
peradangan. Penyakit infeksi sering berjangkit pada orang gemuk, rendah
gizi, orang tua dan pada orang dengan diabetes mellitus yang
pengobatannya tidak adekuat.
Gambaran klinis eritema lokal pada kulit
dan sistem vena serta limfatik pada ke dua ekstremitas atas dan bawah.
Pada pemeriksaan ditemukan kemerahan yang karakteristi hangat, nyeri
tekan, demam dan bakterimia.
Selulitis yang tidak berkomplikasi
paling sering disebabkan oleh streptokokus grup A, streptokokus lain
atau staphilokokus aereus, kecuali jika luka yang terkait berkembang
bakterimia, etiologi microbial yang pasti sulit ditentukan, untuk abses
lokalisata yang mempunyai gejala sebagai lesi kultur pus atau bahan yang
diaspirasi diperlukan. Meskipun etiologi abses ini biasanya adalah
stapilokokus, abses ini kadang disebabkan oleh campuran bakteri aerob
dan anaerob yang lebih kompleks. Bau busuk dan pewarnaan gram pus
menunjukkan adanya organisme campuran.
Ulkus kulit yang tidak nyeri sering
terjadi. Lesi ini dangkal dan berindurasi dan dapat mengalami infeksi.
Etiologinya tidak jelas, tetapi mungkin merupakan hasil perubahan
peradangan benda asing, nekrosis dan infeksi derajat rendah.
2.5 Manifestasi Klinis
Selulitis menyebabkan kemerahan atau peradangan yang terlokalisasi.
Kulit tampak merah, bengkak, licin disertai nyeri tekan dan teraba hangat. Ruam kulit muncul secara tiba-tiba dan memiliki batas yang tegas. Bisa disertai memar dan lepuhan-lepuhan kecil.
Kulit tampak merah, bengkak, licin disertai nyeri tekan dan teraba hangat. Ruam kulit muncul secara tiba-tiba dan memiliki batas yang tegas. Bisa disertai memar dan lepuhan-lepuhan kecil.
Gejala lainnya adalah:
- Demam
- Menggigil
- Sakit kepala
- Nyeri otot
- Tidak enak badan.
2.6 Pemeriksaan Penunjang
Tidak membutuhkan prosedur lebih lanjut
untuk sampai ke tahap diagnosis (yang meliputi anamnesis,uji
laboratorium, sinar x dll, dalam kasus cellulite yang belum mengalami
komplikasi yang mana criterianya seperti :
a. Daerah penyebaran belum luas
b. Daerah yang terinfeksi tidak mengalami rasa nyeri atau sedikit nyeri
c. Tidak ada tanda-tanda systemic seperti : demam, terasa dingin, dehidrasi, tachypnea, tachycardia,hypotensi.
d. Tidak ada factor resiko yang
dapat menyebabkan penyakit bertambah parah seperti : Umur yang sangat
tua, daya tahan tubuh sangat lemah.
Jika sudah mengalami gejala seperti
adanya tanda systemic, maka untuk melakukan diagnosis membutuhkan
penegakan diagnosis tersebut dengan melakukan pemeriksaan lab seperti :
a. Complete blood count,
menunjukkan kenaikan jumlah leukosit dan rata-rata sedimentasi
eritrosit. Sehingga mengindikasikan adanya infeksi bakteri.
b. BUN level
c. Creatinine level
d. Culture darah
Pembuangan luka
a. Immunofluorescence :
Immunofluorescence adalah sebuah teknik yang dimana dapat membantu
menghasilkan diagnosa sera pasti pada kultur cellulites negative, tapi
teknik ini jarang digunakan.
b. Penggunaan MRI juga dapat
membantu dalam mendiagnosa infeksi cellulites yang parah.
Mengidentifikasi pyomyositis, necrotizing fascitiis, dan infeksi
selulitis dengan atau tanpa pembentukan abses pada subkutaneus.
2.7 Penatalaksanaan
Pengobatan yang tepat dapat mencegah penyebaran infeksi ke darah dan organ lainnya.
Diberikan penicillin atau obat sejenis penicillin (misalnya cloxacillin).
Jika infeksinya ringan, diberikan sediaan per-oral (ditelan).
Biasanya sebelum diberikan sediaan per-oral, terlebih dahulu diberikan suntikan antibiotik jika:
Jika infeksinya ringan, diberikan sediaan per-oral (ditelan).
Biasanya sebelum diberikan sediaan per-oral, terlebih dahulu diberikan suntikan antibiotik jika:
a. penderita berusia lanjut
b. selulitis menyebar dengan segera ke bagian tubuh lainnya
c. demam tinggi.
Jika selulitis menyerang tungkai,
sebaiknya tungkai dibiarkan dalam posisi terangkat dan dikompres dingin
untuk mengurangi nyeri dan pembengkakan.
2.8 Pencegahan
Jika memiliki luka,
a. Bersihkan luka setiap hari dengan sabun dan air
b. Oleskan antibiotic
c. Tutupi luka dengan perban
d. Sering-sering mengganti perban tersebut
e. Perhatikan jika ada tanda-tanda infeksi
Jika kulit masih normal
a. Lembabkan kulit secara teratur
b. Potong kuku jari tangan dan kaki secara hati-hati
c. Lindungi tangan dan kaki
d. Rawat secara tepat infeksi kulit pada bagian superficial
2.9 Komplikasi
a. Bakteremia
b. Nanah atau local Abscess
c. Superinfeksi oleh bakteri gram negative
d. Lymphangitis
e. Trombophlebitis
f. Sellulitis pada muka atau Facial cellulites pada anak menyebabkan meningitis sebesar 8%.
g. Dimana dapat menyebabkan kematian
jaringan (Gangrene), dan dimana harus melakukan amputasi yang mana
mempunyai resiko kematian hingga 25%.
ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian
1. Identitas
Menyerang sering pada lingkungan yang kurang bersih
2. Riwayat Penyakit
a. Keluhan utama
Pasien biasanya mengeluh nyeri pada luka, terkadang disertai demam, menggigil dan malaise
b. Riwayat penyakit dahulu
Ditanyakan penyebab luka pada pasien dan
pernahkah sebelumnya mengidap penyakit seperti ini, adakah alergi yang
dimiliki dan riwat pemakaian obat.
c. Riwayat penyakit sekarang
Terdapat luka pada bagian tubuh tertentu
dengan karakteristik berwarna merah, terasa lembut, bengkak, hangat,
terasa nyeri, kulit menegang dan mengilap
d. Riwayat penyakit keluarga
Biasanya dikeluarga pasien terdapat riwayat mengidap penyakit selulitis atau penyekit kulit lainnya
3. Keadaan emosi psikologi
Pasien tampak tenang,dan emosional stabil
4. Keadaan social ekonomi
Biasanya menyerang pada social ekonomi yang sederhana
5. Pemeriksaan fisik
Keadaan umum : Lemah
TD : Menurun (< 120/80 mmHg)
Nadi : Turun (< 90)
Suhu : Meningkat (> 37,50)
RR : Normal
a. Kepala : Dilihat kebersihan, bentuk, adakah oedem atau tidak
b. Mata : Tidak anemis, tidak ikterus, reflek cahaya (+)
c. Hidung : Tidak ada pernafasan cuping
d. Mulut : Kebersihan, tidak pucat
e. Telinga : Tidak ada serumen
f. Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar
g. Jantung : Denyut jantung meningkat
h. Ekstremitas : Adakah luka pada ekstremitas
i. Integumen :
Gejala awal berupa kemerahan dan nyeri tekan yang terasa di suatu daerah
yang kecil di kulit. Kulit yang terinfeksi menjadi panas dan bengkak,
dan tampak seperti kulit jeruk yang mengelupas (peau d’orange). Pada
kulit yang terinfeksi bisa ditemukan lepuhan kecil berisi cairan
(vesikel) atau lepuhan besar berisi cairan (bula), yang bisa pecah.
3.2 Diagnosa
1. Nyeri berhubungan dengan iritasi kulit, gangguan integritas kulit, iskemik jaringan.
2. Ganguan integritas jaringan berhubungan dengan adanya gangren pada ekstrimitas.
3. Gangguan gambaran diri berhubungan dengan perubahan bentuk salah satu anggota tubuh.
3.3 Rencana Keperawatan
1. Dx. 1 : Nyeri berhubungan dengan iritasi kulit, gangguan integritas kulit, iskemik jaringan.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3×24 jam nyeri akut teratasi/terkontrol
Kriteria Hasil :
a. Klien mengungkapkan nyeri berkurang atau hilang.
b. Penderita secara verbal mengatakan nyeri berkurang/hilang .
c. Penderita dapat melakukan metode atau tindakan untuk mengatasi atau mengurangi nyeri .
d. Pergerakan penderita bertambah luas.
e. Tidak ada keringat dingin,
f. tanda vital dalam batas normal.
S: 36-37,5 0C
N: 60 – 80 x /menit
T : 100-130 mmHg
RR : 18-20 x/menit.
Intervensi
|
Rasional
|
1. Kaji tingkat, frekuensi, dan reaksi nyeri yang dialami pasien. |
2. Jelaskan pada pasien tentang sebab-sebab timbulnya nyeri.
3. Ciptakan lingkungan yang tenang.
4. Ajarkan teknik distraksi dan relaksasi.
5. Atur posisi pasien senyaman mungkin sesuai keinginan pasien.
6. Lakukan massage dan perawatan luka dengan teknik aseptic saat rawat luka.
7. Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian analgesic1. Untuk mengetahui berapa berat nyeri yang dialami pasien.
2. Pemahaman pasien tentang penyebab nyeri yang terjadi akan
mengurangi ketegangan pasien dan memudahkan pasien untuk diajak
bekerjasama dalam melakukan tindakan.
3. Rangsangan yang berlebihan dari lingkungan akan memperberat rasa nyeri.
4. Teknik distraksi dan relaksasi dapat mengurangi rasa nyeri yang dirasakan pasien.
5. Posisi yang nyaman akan membantu memberikan kesempatan pada otot untuk relaksasi seoptimal mungkin.
6. Massage dapat meningkatkan vaskulerisasi dan pengeluaran pus
sedangkan perawatan luka dengan teknik aseptic dapat mempercepat
penyembuhan
7. Obat –obat analgesik dapat membantu mengurangi nyeri pasien.
2. Dx. 2 : Ganguan integritas jaringan berhubungan dengan adanya gangren pada ekstrimitas.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3×24 jam mulai tercapainya proses penyembuhan luka
Kriteria hasil :
a. Berkurangnya oedema sekitar luka.
b. pus dan jaringan berkurang
c. Adanya jaringan granulasi.
d. Bau busuk luka berkurang.
Intervensi
|
Rasional
|
1. Kaji luas dan keadaan luka serta proses penyembuhan. |
2. Rawat luka dengan baik dan benar : membersihkan luka secara
abseptik menggunakan larutan yang tidak iritatif, angkat sisa balutan
yang menempel pada luka dan nekrotomi jaringan yang mati.
3. Kolaborasi dengan dokter pemeriksaan kultur pus dan pemberian
anti biotik.1. Pengkajian yang tepat terhadap luka dan proses
penyembuhan akan membantu dalam menentukan tindakan selanjutnya.
2. Merawat luka dengan teknik aseptik, dapat menjaga kontaminasi
luka dan larutan yang iritatif akan merusak jaringan granulasi tyang
timbul, sisa balutan jaringan nekrosis dapat menghambat proses
granulasi.
3. Pemeriksaan kultur pus untuk mengetahui jenis kuman dan anti
biotik yang tepat untuk pengobatan, pemeriksaan kadar gula darah untuk
mengetahui perkembangan penyakit
3. Dx. 3 : Gangguan gambaran diri berhubungan dengan perubahan bentuk salah satu anggota tubuh.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 3×24 jam Pasien dapat menerima perubahan bentuk salah
satu anggota tubuhnya secara positif
Kriteria hasil :
a. Pasien mau berinteraksi dan beradaptasi dengan lingkungan. Tanpa rasa malu dan rendah diri.
b. Pasien yakin akan kemampuan yang dimiliki.
Intervensi
|
Rasional
|
1. Kaji perasaan/persepsi pasien tentang perubahan gambaran diri berhubungan dengan keadaan anggota tubuhnya yang kurang berfungsi secara normal. |
2. Lakukan pendekatan dan bina hubungan saling percaya dengan pasien.
3. Tunjukkan rasa empati, perhatian dan penerimaan pada pasien.
4. Bantu pasien untuk mengadakan hubungan dengan orang lain.
5. Beri kesempatan kepada pasien untuk mengekspresikan perasaan kehilangan.
6. Beri dorongan pasien untuk berpartisipasi dalam perawatan
diri dan hargai pemecahan masalah yang konstruktif dari pasien.1.
Mengetahui adanya rasa negatif pasien terhadap dirinya.
2. Memudahkan dalm menggali permasalahan pasien.
3. Pasien akan merasa dirinya di hargai.
4. Dapat meningkatkan kemampuan dalam mengadakan hubungan dengan orang lain dan menghilangkan perasaan terisolasi.
5. Untuk mendapatkan dukungan dalam proses berkabung yang normal.
6. Untuk meningkatkan perilaku yang adiktif dari pasien.
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Dari makalah diatas dapat diambil
kesimpulan yaitu Selulitis adalah penyebaran infeksi pada kulit yang
meluas hingga jaringan subkutan, selulitis sendiri disebabkan oleh
jamur, virus dan penyebab lain seperti genetic dan gigitan serangga.
Pada asuhan keperawatan ditemukan tiga
diagnose yang sering muncul yaitu Nyeri berhubungan dengan iritasi
kulit, gangguan integritas kulit, iskemik jaringan, Ganguan integritas
jaringan berhubungan dengan adanya gangren pada ekstrimitas., Gangguan
gambaran diri berhubungan dengan perubahan bentuk salah satu anggota
tubuh.
4.2 Saran
Sebagai seorang tenaga kesehatan yang
dijadikan role model harusnya kita menunjukkan perilaku hidup bersih dan
sehat. Dan jika dilapangan menemukan kasus pasien dengan selulitis
haruslah dirawat lukanya dengan baik sesui prosedur
DAFTAR PUSTAKA
Doenges (2000). Rencana asuhan keperawatan; pedoman untuk perencanaan dan pendokumentasian perawatan pasien. Jakarta: EGC
Novriani, Erni. 2008. Laporan Pendahuluan Selulitis. 1 Juni 2012, 11.30.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar