Asuhan Keperawatan Angina Pectoris
A. Definisi
Coronary Artery disease adalah
penyakit yang berkaitan dengan kerusakan pada arteri koroner seperti
angina pectoris dan infark miokard. Beberapa ahli juga menyebutkan
dengan istilah Acute Coronery Syndrome (ACS – sindrom koroner
akut). Pengertian klinis angina adalah keadaan iskemia miokard karena
kurangnya suplai oksigen ke sel-sel otot jantung (miokard) yang
disebabkan oleh penyumbatan atau penyempitan arteri koroner, peningkatan
beban kerja jantung, dan menurunnya kemampuan darah mengikat oksigen.
Angina pectoris berasal dari bahasa yunani yang berarti “cekikan dada” yaitu gangguan yang sering terjadi karena atherosclerotic heart disease.
Terjadinya serangan angina menunjukan adanya iskemia. Iskemia yang
terjadi pada angina terbatas pada durasi serangan dan tisak menyebabkan
kerusakan permanaen jaringan miokard. Namun, angina merupakan hal yang
mengancam kehidupan dan dapat menyebabkan disritmia atau berkembang
menjadi infark miokard.(Wajan J.U, 2010).
Angina pektoris adalah suatu sindroma
kronis dimana klien mendapat serangan sakit dada yang khas yaitu seperti
ditekan, atau terasa berat di dada yang seringkali menjalar ke lengan
sebelah kiri yang timbul pada waktu aktifitas dan segera hilang bila
aktifitas berhenti. (Prof. Dr. H.M. Sjaifoellah Noer, 1996).
Angina Pektoris adalah nyeri dada yang
ditimbukan karena iskemik miokard dan bersifat sementara atau
reversibel. (Dasar-dasar keperawatan kardiotorasik, 1993).
Angina pektoris adalah suatu istilah
yang digunakan untuk menggambarkan jenis rasa tidak nyaman yang biasanya
terletak dalam daerah retrosternum. (Penuntun Praktis Kardiovaskuler).
B. Klasifikasi
Angina diklasifikasikan dalam tipe-tipe
yaitu Stable (Stable Exertional) angina. Unstable
(Crescendo/pre-infarction) angina dan Variant (Prinzmetal’s) angina.
Stable angina menggambarkan
nyeri dada yang timbul saat peningkatan aktivitas fisik maupun stress
emosional. Dengan tanda-tanda khas yaitu serangan merupakan gejala baru
dan stabil, durasi dan intensitas gejala stabil.
Unstable angina berkaitan
dengan nyeri dada yang timbul karena aktivitas dengan derajat yang sulit
diramalkan dengan tanda khas yaitu peningkatan frekuensi serangan dan
intensitas nyerinya.
Variant angina digambarkan
sebagai nyeri dada yang biasanya terjadi selama istirahat atau tidur
daripada selama aktivitas. Variant angina terutama disebabkan oleh
spasme arteri koroner. Klien dengan variant angina mungkin tidak
menunjukan tanda aterosklerotik pada arteri koroner. (Wajan J.U. 2010).
C. Etiologi
Faktor penyebab Angina Pektoris antara lain:
- Riwayat merokok (Baik perokok aktif maupun perokok pasif)
- Angina disebabkan oleh penurunan aliran darah yang menuju area jantung. Keadaan ini paling sering dipicu oleh coronary artery disease (CAD). Kadang-kadang , jenis penyakit jantung yang lain atau hipertensi yang tidak terkontrol dapat menyebabkan angina.
- Ateriosklerosis
- Spasme arteri koroner
- Anemia berat
- Artritis
- Aorta Insufisiensi
Faktor resiko antara lain adalah:
Dapat Diubah (dimodifikasi)
- Diet (hiperlipidemia)
- Rokok
- Hipertensi
- Stress
- Obesitas
- Kurang aktifitas
- Diabetes Mellitus
- Pemakaian kontrasepsi oral
Tidak dapat diubah
- Usia
- Jenis Kelamin
- Ras
- Herediter
Faktor pencetus yang dapat menimbulkan serangan antara lain:
- Emosi
- Stress
- Kerja fisik terlalu berat
- Hawa terlalu panas dan lembab
- Terlalu kenyang
- Banyak merokok
D. Patofisiologi
Mekanisme timbulnya angina pektoris
didasarkan pada ketidak adekuatan suplay oksigen ke sel-sel miokardium
yang diakibatkan karena kekakuan arteri dan penyempitan lumen arteri
koroner (ateriosklerosis koroner). Tidak diketahui secara pasti apa
penyebab ateriosklerosis, namun jelas bahwa tidak ada faktor tunggal
yang bertanggungjawab atas perkembangan ateriosklerosis.
Ateriosklerosis merupakan penyakir
arteri koroner yang paling sering ditemukan. Sewaktu beban kerja suatu
jaringan meningkat, maka kebutuhan oksigen juga meningkat. Apabila
kebutuhan meningkat pada jantung yang sehat maka artei koroner
berdilatasi dan megalirkan lebih banyak darah dan oksigen keotot
jantung.
Namun apabila arteri koroner mengalami
kekauan atau menyempit akibat ateriosklerosis dan tidak dapat
berdilatasi sebagai respon terhadap peningkatan kebutuhan akan oksigen,
maka terjadi iskemik (kekurangan suplai darah) miokardium.
Angina Pectoris Adanya endotel yang
cedera mengakibatkan hilangnya produksi No (nitrat Oksida yang berfungsi
untuk menghambat berbagai zat yang reaktif. Dengan tidak adanya fungsi
ini dapat menyababkan otot polos berkontraksi dan timbul spasmus koroner
yang memperberat penyempitan lumen karena suplai oksigen ke miokard
berkurang.
Penyempitan atau blok ini belum
menimbulkan gejala yang begitu nampak bila belum mencapai 75 %. Bila
penyempitan lebih dari 75 % serta dipicu dengan aktifitas berlebihan
maka suplai darah ke koroner akan berkurang.
Sel-sel miokardium menggunakan glikogen
anaerob untuk memenuhi kebutuhan energi mereka. Metabolisme ini
menghasilkan asam laktat yang menurunkan pH miokardium dan menimbulkan
nyeri. Apabila kenutuhan energi sel-sel jantung berkurang, maka suplai
oksigen menjadi adekuat dan sel-sel otot kembali fosforilasi oksidatif
untuk membentuk energi. Proses ini tidak menghasilkan asam laktat.
Dengan hilangnya asam laktat nyeri akan reda.
Sejumlah faktor yang dapat menimbulkan nyeri angina:
- Latihan fisik dapat memicu serangan dengan cara meningkatkan kebutuhan oksigen jantung.
- Pajanan terhadap dingin dapat mengakibatkan vasokontriksi dan peningkatan tekanan darah, disertai peningkatan kebutuhan oksigen.
- Makan makanan berat akan meningkatkan aliran darah ke daerah mesentrik untuk pencernaan, sehingga menurunkan ketersediaan darah unuk supai jantung.
- Stress atau berbagai emosi akibat situasi yang menegangkan, menyebabkan frekuensi jantung meningkat, akibat pelepasan adrenalin dan meningkatnya tekanan darah dengan demikian beban kerja jantung juga meningkat.
E. Gejala dan Tanda
- Stable angina
- Nyeri dada timbul setelah melakukan kegiatan atau mengalami stress psikis atau emosi tinggi
- Serangan berlangsung kurang dari 10 menit dan stabil (frekuensi, lama serangan factor pencetus menetap dalam 30 hari terakhir).
- Pola EKG
- Pada fase istirahat : normal
- Exercise test EKG (treadmill test), segmen STdepresi, gelombang T intervensi (arrow head)
- Laboratorium : kadar kardiak iso-enzim normal.
- Serangan nyeri dada hilang bila klien beristirahat dan mendapat obat nitrogliserin (vasodilator).
- Unstable angina
- Nyeri dada timbul saat istirahat dan melakukan aktivitas.
- Nyeri lebih hebat dan frekuensi serangan lebih sering.
- Serangan berlangsung sampai dengan 30 menit atau lebih.
- Saat serangan timbul biasanya disertai tanda-tanda sesak napas, mual, muntah, dan diaforsis.
- Pola EKG: segmen ST depresi saat serangan dan setelah serangan (muncul sebagian).
- Serangan nyeri dada hilang bila klien mendapat terapi nitrogliserin, narkotik(phetidin/morphin), bed rest total, dan bantuan oksigenasi.
- Variant atau prinzmetal angina
- Nyeri dada timbul saat istirahat maupun melakukan aktivitas.
- Dapat terjadi tanpa aterosklerosis koroner.
- Kadang-kadang disertai disritmia dan konduksi abnormal.
- EKG : segmen ST elevasi saat serangan, namun normal bila serangan hilang.
- Tanda-tanda lain hampir sama dengan unstable angina.
- Serangan nyeri dada hilang bila klien mendapat terapi nitrogliserin dan obat antispasme arteri.
F. Mekanisme Angina
G. Pemeriksaan diagnostic
Pemeriksaan penunjang
- Elektrokardiogram
Gambaran elektrokardiogram (EKG) yang dibuat pada waktu istirahat dan bukan pada waktu serangan angina seringkali masih normal. Gambaran EKG kadang-kadang menunjukkan bahwa pasien pernah mendapat infark moikard pada masa lampau. Kadang-kadang EKG menunjukkan pembesaran ventrikel kiri pada pasien hipertensi dan angina. Kadang-kadang EKG menunjukkan perubahan segmen ST dan gelombang T yang tidak khas. Pada waktu serangan angina, EKG akan menunjukkan adanya depresi segmen ST dan gelombang T menjadi negatif. - Foto Rontgen Dada
Foto rontgen dada seringkali menunjukkan
bentuk jantung yang normal, tetapi pada pasien hipertensi dapat
terlihat jantung yang membesar dan kadang-kadang tampak adanya
kalsifikasi arkus aorta.
- Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium tidak begitu
penting dalam diagnosis angina pectoris. Walaupun demikian untuk
menyingkirkan diagnosis infark miokard jantung akut maka sering
dilakukan pemeriksaan enzim CPK, SGOT, atau LDH. Enzim tersebut akan
meninggi pada infark jantung akut sedangkan pada angina kadarnya masih
normal. Pemeriksaan lipid darah seperti kadar kolesterol, HDL, LDL, dan
trigliserida perlu dilakukan untuk menemukan faktor resiko seperti
hiperlipidemia dan pemeriksaan gula darah perlu dilakukan untuk
menemukan diabetes mellitus yahng juga merupakan faktor risiko bagi
pasien angina pectoris.
- Uji Latihan Jasmani
Karena pada angina pectoris gambaran EKG
seringkali masih normal, maka seringkali perlu dibuat suatu ujian
jasmani. Pada uji jasmani tersebut dibuat EKG pada waktu istirahat lalu
pasien disuruh melakukan latihan dengan alat treadmill atau sepeda
ergometer sampai pasien mencapai kecepatan jantung maksimal atau
submaksimal dan selama latihan EKG di monitor demikian pula setelah
selesai EKG terus di monitor. Tes dianggap positif bila didapatkan
depresi segmen ST sebesar 1 mm atau lebih pada waktu latihan atau
sesudahnya. Lebih-lebih bila disamping depresi segmen ST juga timbul
rasa sakit dada seperti pada waktu serangan, maka kemungkinan besar
pasien memang menderita angina pectoris.
Di tempat yang tidak memiliki treadmill,
test latihan jasmani dapat dilakukan dengan cara Master, yaitu latihan
dengan naik turun tangga dan dilakukan pemeriksaan EKG sebelum dan
sesudah melakukan latihan tersebut.
- Thallium Exercise Myocardial Imaging
Pemeriksaan ini dilakukan bersama-sama
ujian latihan jasmani dan dapat menambah sensifitas dan spesifitas uji
latihan.thallium 201 disuntikkan secara intravena pada puncak latihan,
kemudian dilakukan pemeriksaan scanning jantung segera setelah latihan
dihentikan dan diulang kembali setelah pasien sehat dan kembali normal.
Bila ada iskemia maka akan tampak cold spot pada daerah yang yang
menderita iskemia pada waktu latihan dan menjadi normal setelah pasien
istirahat. Pemeriksaan ini juga menunjukkan bagian otot jantung yang
menderita iskemia.
H. Penatalaksanaan
Tujuan penatalaksanaan medis angina
adalah untuk menurunkan kebutuhan oksigen jantung dan untuk meningkatkan
suplai oksigen. Secara medis tujuan ini dicapai melalui terapi
farmakologi dan kontrol terhadap faktor risiko. Secara bedah tujuan ini
dapat dicapai melalui revaskularisasi suplai darah jantung melalui bedah
pintas arteri koroner atau angiosplasti koroner transluminar perkutan
(PCTA = percutaneous transluminal coronary angioplasty). Biasanya
diterapkan kombinasi antara terapi medis dan pembedahan.
Tiga teknik utama yang menawarkan
penyembuhan bagi klien dengan penyakit arteri koroner mencakup
penggunaan alat intrakoroner untuk meningkatkan aliran darah, penggunaan
laser untuk menguapkan plak dan endarterektomi koroner perkutan untuk
mengangkat obstruksi. Penelitian yang bertujuan untuk membandingkan
hasil akhir yang dicapai oleh salah satu atau seluruh teknik di atas,
melalui bedah pintas koroner dan PTCA sedang dilakukan. Ilmu pengetahuan
terus dikembangkan untuk mengurangi gejala dan kemunduran proses angina
yang diderita pasien.
I. Pencegahan
Aterosklerosis koroner adalah penyebab
utama kematian dicegah di Amerika Serikat. Sebuah upaya ketat untuk
mengatasi faktor risiko diperbaiki adalah andalan kedokteran
kardiovaskular pencegahan.
Berhenti merokok adalah satu intervensi
pencegahan yang paling efektif untuk mengurangi prevalensi
aterosklerosis koroner. Ini telah dikaitkan dengan penurunan penyakit
arteri koroner 7-47% dalam pengaturan pencegahan primer.
Pengobatan agresif diabetes mellitus,
hipertensi, hipertrofi LV, hiperlipidemia, dan obesitas memiliki peran
penting dalam pencegahan penyakit arteri koroner.
Perkembangan terbaru yang paling penting
dalam modifikasi risiko aterosklerosis koroner adalah pengenalan
inhibitor beta-hidroksi-beta-methylglutaryl A reduktase koenzim.
Pengurangan kadar kolesterol total dan LDL sebesar 25% dan 35%,
masing-masing, dapat mencapai pengurangan serupa di tingkat kematian
total dan koroner, MI, dan kebutuhan untuk revaskularisasi koroner.
Asuhan Keperawatan
A. Pengkajian
Riwayat Keperawatan
- Keluhan nyeri di dada anterior, prekordial, substernal yang menjalar ke lengan bagian kiri, leher, rahang, pungung dan epigastrium. Nyeri dada seperti tertekan beban berat, terasa berat, dan seperti diremas yang timbul mendadak. Myeri dada yang timbul berhubungan dengan aktivitas berat atau emosi yang hebat (marah dan rangsanan seksual). Durasi serangan nyeri bervariasi tergantung diameter arteri koroner yang tersumbat dan luasnya iskemia miokard. Nyeri dada dapat disertai dengan gejala mual, muntah, diaforsis, dan sesak nafas. Bila nyeri timbul saat klein istirahat atau tidur, maka prognosisnya buruk (kemungkina telah terjadi infark miokard).
- Gambaran nyeri dapat merupakan gejala yang baru timbul atau sering hilang timbul. Penyebab yang mempercepat timbulnya nyeri dan hal-hal yang mengurangi nyeri perlu dikaji guna membedakan dengan penyakit lain yang mempunyai gejala nyeri dada.
- Pekerjaan, perlu dicatat tentang jenis pekerjaan klien serta adanya stress fisik dan psikis yang dapat meningkatkan beban keraj jantung.
- Hobu : menunjukan gaya hidup klien cara mengatasi keteganagn dan penguranagn aktinitas yang mendadak
- Kaji factor risiko penyakit jantung, seperti berikut ini.
- Riwayat penyakit klen seperti diabetes, hipertensi, penyakit vascular, animea dan lai-lain.
- Riwayat kesehatan lain :
- Peningkatan kadar kolesterol (LDL dan HDL), trigliserida, hipertriroid, kebiasaan merokok, konsumsi minuman berakohol, asupan makanan tinggi garam, kafein, asupan cairan, dan BB.
- Obat-obatan : toleransi terhadap obat-obatan dan terapi yang didapat saat timbul serangan.
- Riwayat gangguan saluran pencernaan seperti dyspepsia, astritis, peptic uler, dan penyakit lain yang menimbulkan keluhan nyeri epigastrium.
- Riwayat kesehatan keluarga : riwayat penyakit jantung dan pembuluh dara (arteri koroner) dalam keluarga merupakan factor risiko bagi klien.
Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang
- Elektrokardiogram
Gambaran elektrokardiogram (EKG) yang dibuat pada waktu istirahat dan bukan pada waktu serangan angina seringkali masih normal. Gambaran EKG kadang-kadang menunjukkan bahwa pasien pernah mendapat infark moikard pada masa lampau. Kadang-kadang EKG menunjukkan pembesaran ventrikel kiri pada pasien hipertensi dan angina. Kadang-kadang EKG menunjukkan perubahan segmen ST dan gelombang T yang tidak khas. Pada waktu serangan angina, EKG akan menunjukkan adanya depresi segmen ST dan gelombang T menjadi negatif. - Foto Rontgen Dada
Foto rontgen dada seringkali menunjukkan
bentuk jantung yang normal, tetapi pada pasien hipertensi dapat
terlihat jantung yang membesar dan kadang-kadang tampak adanya
kalsifikasi arkus aorta.
- Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium tidak begitu
penting dalam diagnosis angina pectoris. Walaupun demikian untuk
menyingkirkan diagnosis infark miokard jantung akut maka sering
dilakukan pemeriksaan enzim CPK, SGOT, atau LDH. Enzim tersebut akan
meninggi pada infark jantung akut sedangkan pada angina kadarnya masih
normal. Pemeriksaan lipid darah seperti kadar kolesterol, HDL, LDL, dan
trigliserida perlu dilakukan untuk menemukan faktor resiko seperti
hiperlipidemia dan pemeriksaan gula darah perlu dilakukan untuk
menemukan diabetes mellitus yahng juga merupakan faktor risiko bagi
pasien angina pectoris.
- Uji Latihan Jasmani
Karena pada angina pectoris gambaran EKG
seringkalimasih normal, maka seringkali perlu dibuat suatu ujian
jasmani. Pada uji jasmani tersebut dibuat EKG pada waktu istirahat lalu
pasien disuruh melakukan latihan dengan alat treadmill atau sepeda
ergometer sampai pasien mencapai kecepatan jantung maksimal atau
submaksimal dan selama latihan EKG di monitor demikian pula setelah
selesai EKG terus di monitor. Tes dianggap positif bila didapatkan
depresi segmen ST sebesar 1 mm atau lebih pada waktu latihan atau
sesudahnya. Lebih-lebih bila disamping depresi segmen ST juga timbul
rasa sakit dada seperti pada waktu serangan, maka kemungkinan besar
pasien memang menderita angina pectoris.
Di tempat yang tidak memiliki treadmill,
test latihan jasmani dapat dilakukan dengan cara Master, yaitu latihan
dengan naik turun tangga dan dilakukan pemeriksaan EKG sebelum dan
sesudah melakukan latihan tersebut.
- Thallium Exercise Myocardial Imaging
Pemeriksaan ini dilakukan bersama-sama
ujian latihan jasmani dan dapat menambah sensifitas dan spesifitas uji
latihan.thallium 201 disuntikkan secara intravena pada puncak latihan,
kemudian dilakukan pemeriksaan scanning jantung segera setelah latihan
dihentikan dan diulang kembali setelah pasien sehat dan kembali normal.
Bila ada iskemia maka akan tampak cold spot pada daerah yang yang
menderita iskemia pada waktu latihan dan menjadi normal setelah pasien
istirahat. Pemeriksaan ini juga menunjukkan bagian otot jantung yang
menderita iskemia.
Pemeriksaan Fisik
- Mengkaji gejala lain guna mengesampingkan keluhan angina non kardiak seperti esofaitis, peptic ulcer, keteganagn otot dan penyakit kantung empedu.
- Kaji semua status yang berhubungan dengan jantung berat badan dan tinggi badan kelelahan, warna kulit dan suhu kulit, pola respirasi, toleransi aktivitas,denyt nadi, TD, suhu, edema, bunyi jantung, serta irama dan frekuensi denyut jantung.
- Kaji pola tidur dan istirahat tipe kepribadian, serta kecemasan atau kegelisahan.
B. Diagnosis Keperawatan
- Nyeri akut berhubungan dengan iskemik miokard.
- Intoleransi aktifitas berhubungan dengan berkurangnya curah jantung.
- Ansietas berhubungan dengan rasa takut akan ancaman kematian yang tiba-tiba.
- Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar) mengenai kondisi, kebutuhan pengobatan berhubungan dengan kurangnya informasi.
Intervensi Keperawatan
- Nyeri akut berhubungan dengan iskemik miokard
Tujuan :
Klien memahami tentang dan penatalaksanaan
Criteria hasil :
Klien menyatakan/menunjukan nyeri hilang
Intervensi
|
Rasional
|
|
|
- Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kurangnya curah jantung.
Intervensi
|
Rasional
|
|
-
|
- Ansietas berhubungan dengan rasa takut akan ancaman kematian yang tiba-tiba.
Intervensi
|
Rasional
|
|
|
- Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar) mengenai kodisi, kebutuhan pengobatan berhubungan dengan kurangnya informasi.
Intervensi
|
Rasional
|
|
|
SATUAN ACARA PENYULUHAN
Tema : Rokok
Sub tema : Bahaya rokok terhadap tubuh
Sasaran : Tn. R dan keluarga
Penyuluh : Perawat Windya
Tempat : Ruang penyakit dalam
Hari dan tanggal : Kamis, 22 September 2011
Waktu : 30 menit
A. Tujuan instruksional umum
Setelah mengikuti penyuluhan selama 30 menit diharapkan Tn. R dan keluarga mengerti tentang bahaya rokok terhadap tubuh.
B. Tujuan instruksional khusus
Setelah mengikuti penyuluhan selama 30 menit diharapkan pasien Tn. R mampu :
- Menjelaskan secara sederhana pengertian angina pectoris
- Menyebutkan penyebab angina pectoris
- Menjelaskan secara sederhana bahaya merokok
- Menjelaskan upaya pengurangan dan pemberhentian penggunaan rokok
C. Pokok materi
- Pengertian angina pectoris
- Penyebab angina pectoris
- Bahaya merokok
- Upaya pengurangan dan pemberhentian penggunaan rokok
D. Metode
Ceramah
Tanya jawab
No | Kegiatan | Penyuluh | Peserta | Waktu |
1 | Pembukaan |
|
|
5 menit |
2 | Kerja/isi |
|
|
15 menit |
3 | Penutup |
|
10 menit |
E. Kegiatan penyuluhan
F. Media :
Brosur
G. Sumber / referensi :
Chung, EK, Penuntun Praktis Penyakit Kardiovaskuler, Jakarta, EGC, 1996
H. Evaluasi
- Tn. R dapat menjelaskan secara sederhana pengertian angina pectoris
- Tn. R dapat menyebutkan penyebab angina pectoris
- Tn. R dapat menjelaskan secara sederhana bahaya merokok
- Tn. R dapat menjelaskan upaya pengurangan dan pemberhentian penggunaan rokok
MATERI
1. Pengertian angina pectoris
Angina pektoris atau disebut juga Angin
Duduk adalah penyakit jantung iskemik didefinisikan sebagai
berkurangnya pasokan oksigen dan menurunnya aliran darah ke
dalam miokardium. Gangguan tersebut bisa karena suplai oksigen yang
turun (adanya aterosklerosis koroner atau spasme arteria koroner) atau
kebutuhan oksigen yang meningkat. Sebagai manifestasi keadaan tersebut
akan timbul Angina pektoris yang pada akhirnya dapat berkembang
menjadi infark miokard. Angina pektoris dibagi menjadi 3 jenis
yaitu Angina klasik (stabil), Angina varian, dan Angina tidak stabil.
Angina klasik biasanya terjadi saat
pasien melakukan aktivitas fisik. Sedangkan Angina varian biasa terjadi
saat istirahat dan biasa terjadi di pagi hari. Angina tidak stabil tidak
dapat diprediksi waktu kejadiannya, dapat terjadi saat istirahat dan
bisa terjadi saat melakukan kegiatan fisik.
2. Penyebab angina pectoris
- Latihan fisik
Meningkatkan kebutuhan oksigen jantung.
- Udara dingin
Mengakibatkan kontriksi, peningkatan tekanan darah serta peningkatan kebutuhan oksigen jantung.
- Makanan berat
Meningkatkan aliran darah ke daerah mesentrikus sehingga mengurangi ketersediaan darah untuk jantung.
- Stres atau emosi
Menyebabkan pelepasan adrenalin sehingga kontraktilitas jantung meningkat
- Merokok
3. Bahaya merokok
Kaitan merokok dengan angina pectoris dan aterosklerosis koroner:
Merokok dapat merangsang proses
aterosklerosis karena efek langsung terhadap dinding arteri. Karbon
monoksid (CO) dapat menyebabkan hipoksia jaringan arteri, nikotin
menyebabkan mobilisasi katekolamin yang dapat menambahkan reaksi
trombosit dan menyebabkan kerusakan pada dinding arteri, sedang
glikoprotein tembakau dapat menimbulkan reaksi hipersensitif dinding
arteri (Kusmana dan Hanafi, 1996).
4. Upaya pengurangan dan pemberhentian penggunaan rokok
- Yakinkan diri bahwa berhenti merokok sama sekali tidak sia-sia. Pikirkan kualitas hidup yang lebih baik jika bebas dari asap rokok dan cepat mati jika terus merokok.
- Rencanakan sebuah tanggal sebagai hari-H berhenti merokok. Sebelum sampai pada tanggal itu, singkirkan asbak, korek api, dan hal-hal yang bisa memicu Anda kembali merokok. Baru setelah tiba pada tanggal itu, berhentilah merokok sama sekali.
- Rencanakan kegiatan untuk tanggal itu. Misalnya pergi ke tempat-tempat yang terdapat “no smoking area”, atau pergi berolahraga.
- Buatlah daftar orang-orang yang mendukung usaha Anda berhenti merokok, dan mintalah dukungan moril dari mereka.
- Untuk mengatasi gejala putus zat, santaplah makanan rendah kalori dan banyak minum air.
- Lawanlah godaan untuk merokok, meski hanya satu hisapan saja. Satu hisapan akan mudah diikuti dengan hisapan-hisapan lain, dan upaya keras Anda akan jadi sia-sia.
- Kalau Anda hampir menyerah, tundalah sepuluh menit lagi. Hasrat yang kuat itu akan padam. Kalau masih ingin merokok, tariklah napas dalam-dalam melalui mulut, lalu keluarkan secara perlahan dengan menyempitkan bibir Anda. Ulangi 5-10 kali.
DAFTAR PUSTAKA
Corwin, Elizabeth, Buku Saku Patofisiologi, Jakarta, EGC, 2000.
Chung, EK, Penuntun Praktis Penyakit Kardiovaskuler, Jakarta, EGC, 1996
Doenges, Marylinn E, Rencana Asuhan Keperawatan, Jakarta, EGC, 1998
Engram, Barbara, Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah volume 2, Jakarta, EGC, 1998
Long, C, Barbara, Perawatan Medikal Bedah 2, Bandung, IAPK, 1996
Noer, Sjaifoellah, Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Jakarta, FKUI, 1996
Tidak ada komentar:
Posting Komentar