ASUHAN KEPERAWATAN
KLIEN DENGAN CA KELENJAR GETAH BENING
1. Konsep Teori
1.1 Pengertian
Ca getah bening adalah kanker yang menyerang sel darah putih dan
terkumpul dalam kelenjar getah bening, sel tersebut cepat menggandakan
diri dan tumbuh secara tidak terkontrol, Limfoma Non Hodgkin disingkat
jadi LNH.
1.2 Etiologi
Adanya mutasi sel limfosit (sejenis sel darah putih) yang sebelumnya
normal menjadi tidak terkontrol dan tumbuh secara cepat. Seperti halnya
limfosit normal, limfosit ganas dapat tumbuh pada berbagai organ dalam
tubuh termasuk kelenjar getah bening, limpa, sumsum tulang, darah
ataupun organ lain.
Cairan limfatik adalah cairan putih menyerupai susu yang mengandung
protein lemak dan limfosit yang semuanya mengalir ke seluruh tubuh lewat
pembuluh limfatik. Ada dua macam sel limfosit yaitu sel B dan T. Sel B
berfungsi membantu melindungi tubuh melawan bakteri dengan membuat
antibodi yang memusnahkan bakteri. Gejala dan penyakit kanker kelenjar
getah bening meliputi pembengkakan kelenjar getah bening pada leher,
ketiak atau pangkal paha. Pembengkakan kelenjar tadi dapat dimulai
dengan gejala penurunan berat badan secara drastis, rasa lelah yang
terus menerus, batuk-batuk dan sesak napas, gatal-gatal, demam tanpa
sebab dan berkeringat malam hari.
Karena limfosit bersirkulasi ke seluruh tubuh, maka selain di kelenjar
getah bening tempat yang paling sering terkena Limfoma adalah limpa dan
sumsum tulang. Selain itu bisa terbentuk di perut, hati atau yang jarang
sekali di otak. Seringkali lebih dari satu bagian tubuh terserang oleh
penyakit ini. Limfoma pada otak atau urat saraf tulang belakang disebut
limfoma susunan saraf pusat (SSP). Penyakit Limfoma dapat menyerang
disegala usia, namun lebih sering menyerang usia tua kurang lebih 65
tahun.
Tidak ada bukti adanya faktor keturunan yang berhubungan dengan
kasus-kasus limfoma non Hodgkin. Penyebab pasti dari penyakit Limfoma
sampai saat ini belum diketahui. Namun ada beberapa faktor yang
menunjang penyakit ini yaitu:
1. Beberapa infeksi seperti HIV/AIDS, leukemia, dan Epstein-Barr virus (EBV).
Orang dengan HIV positif lebih mungkin mengidap Limfoma non Hodgkin
dari pada orang lainnya. Virus Epstein-Barr adalah virus yang umum,
menyerang kebanyakan orang pada suatu waktu tertentu dalam masa
hidupnya, dan mengakibatkan infeksi singkat atau demam glandular. Akan
tetapi, dalam sejumlah kecil kasus ekstrim, ia dikaitkan dengan Limfoma
Burkitt dan bentuk limfoma non Hodgkin yang berhubungan dengan
imunosupresi.
Limfoma Burkitts adalah bentuk sangat agresif dari Limfoma non Hodgkin.
Pengobatan harus agresif dan umumnya melibatkan pengobatan yang
ditujukan pada susunan saraf pusat ditambah regimen kemoterapi
intravena. Pasien seringkali diberikan kemoterapi intensif yang
melibatkan banyak obat, dan perlu dirawat di rumah sakit selama
pengobatannya. Meski demikian, mayoritas pasien yang berusia lebih muda
dengan bentuk penyakit ini dapat disembuhkan.
2. Penyakit dan obat-obatan yang dapat melemahkan system kekebalan.
1.3 Gejala Ca getah bening
Gejala pada Limfoma secara fisik dapat timbul benjolan yang kenyal,
tidak terasa nyeri, mudah digerakkan, dan tidak ada tanda-tanda radang.
Hal ini dapat segera dicurigai sebagai Limfoma non-Hodgkin. Namun ,
tidak semua benjolan yang terjadi di sistem limfatik merupakan Limfoma.
Bisa saja benjolan tersebut hasil perlawanan kelenjar limfa dengan
sejenis virus atau mungkin tuberkulosis limfa.
Terdapat 3 gejala spesifik pada Limfoma :
- Demam berkepanjangan dengan suhu lebih dari 38 oC
- Sering keringat malam
- Kehilangan berat badan lebih dari 10% dalam 6 bulan
1.4 Diagnosis
Untuk mendeteksi Limfoma memerlukan pemeriksaan seperti sinar-X, CT
scan, PET scan, biopsi sumsum tulang dan pemeriksaan darah. Biopsi atau
penentuan stadium adalah cara mendapatkan contoh jaringan untuk membantu
dokter mendiagnosis Limfoma non Hodgkin.
Ada beberapa jenis biopsi:
- Biopsi kelenjar getah bening, jaringan diambil dari kelenjar getah bening yang membesar
- Biopsi aspirasi jarum-halus, jaringan diambil dari kelenjar getah
bening dengan jarum suntik. Ini kadang-kadang dilakukan untuk memantau
respon terhadap pengobatan.
- Biopsi sumsum tulang di mana sumsum tulang diambil dari tulang panggul
untuk melihat apakah Limfoma non Hodgkin telah melibatkan sumsum
tulang.
Penyebaran Limfoma dapat dikelompokkan dalam 4 stadium. Stadium I dan II
sering dikelompokkan bersama sebagai stadium awal penyakit, sementara
stadium III dan IV dikelompokkan bersama sebagai stadium lanjut.
- Stadium I : Penyebaran Limfoma hanya terdapat pada satu kelompok yaitu kelenjar getah bening
- Stadium II : Penyebaran Limfoma menyerang dua atau lebih kelompok
kelenjar getah bening, tetapi hanya pada satu sisi diafragma, serta pada
seluruh dada atau perut.
- Stadium III : Penyebaran Limfoma menyerang dua atau lebih kelompok kelenjar getah bening, serta pada dada dan perut.
- Stadium IV : Penyebaran Limfoma selain pada kelenjar getah bening
setidaknya pada satu organ lain juga seperti sumsum tulang, hati,
paru-paru, atau otak
1.5 Terapi/Pengobatan
Pengobatan pada Limfoma Non Hodgkin dapat dilakukan melalui beberapa
cara, sesuai dengan diagnosis dari beberapa faktor seperti apakah pernah
kambuh, stadium berapa, umur, kondisi badan, kebutuhan dan keinginan
pasien. Secara garis besar penyembuhan terjadi sekitar 93%, membuat
penyakit ini sebagai salah satu kanker yang paling dapat disembuhkan.
Berikut ini cara-cara pengobatan penyakit Limfoma : Kemoterapi, Terapi
antibodi monoklonal, Terapi Radiasi, Transplantasi, Pembedahan, Terapi
eksperimental, atau Penatalaksanaan gejala. (Tentu saja keputusan dari
dokter, bukan dari kita)
1.5.1 Kemoterapi
Obat-obat kemoterapi bertujuan untuk merusak dan membunuh semua sel
limfoma di seluruh tubuh. Sasarannya adalah semua sel yang membelah
dengan cepat. Salah satu obat kemoterapi yang paling sering diberikan
adalah chlorambucil, dalam bentuk tablet yang diberikan per oral.
1.5.2 Radioterapi
Digunakan jika penyakitnya hanya pada satu atau dua daerah tubuh.
Kemoterapi dosis tinggi merupakan pilihan pengobatan selanjutnya yang
berguna pada sebagian pasien.
1.5.3 Antibodi monoclonal
Yang paling umum dipakai dalam pengobatan Limfoma non Hodgkin adalah
rituximab. Rituximab efektif dalam pengobatan beberapa tipe Limfoma non
Hodgkin yang paling umum. Rituximab umumnya diberikan dalam kombinasi
dengan kemoterapi, meskipun pada beberapa keadaan diberikan tunggal.
Tujuan pengobatan ini adalah untuk menghancurkan sel-sel limfoma non
Hodgkin secara khusus dan tidak mengganggu jenis-jenis sel lainnya.
1.5.4 Pengobatan dengan radiasi
Membunuh sel-sel di tubuh dengan merusak DNA, sehingga sel tidak dapat
memperbaiki kerusakan yang terjadi. Karena radiasi dapat membunuh sel
normal bersama sel yang sakit, penting bahwa pemakaian radiasi sebagai
terapi diarahkan setepat mungkin pada sel yang menimbulkan penyakit
sebagai upaya mengurangi efek samping. Umumnya diberikan pada pasien
yang hanya memiliki satu atau dua kelenjar getah bening yang terserang.
Di sini, berkas radiasi dipusatkan pada daerah yang terkena untuk
membunuh sel-sel yang sakit.
1.5.5 Transplantasi berguna untuk menghancurkan sumsum tulang
Selanjutnya digantikan dengan sel-sel induk yang ditransplantasikan.
Biasanya melibatkan pemakaian kemoterapi dosis tinggi atau dengan
radioterapi. Transplantasi dibagi dalam 2 kelompok :
- Alogenik (berbeda secara genetik), sel induk berasal dari orang lain
donor. Donor dapat berupa keluarga, idealnya saudara kembar
- Otologus (dari tubuh pasien sendiri), sel induk berasal dari pasien
sendiri, dikumpulkan sebelum kemoterapi dosis tinggi, kemudian akan
ditransplantasikan kembali pada mereka.
1.5.6 Pembedahan dapat dilakukan dengan cara splenektomi
Jika limpa sudah terkena limfoma non Hodgkin, pengangkatan ini dikenal
sebagai splenektomi. Ini dilakukan dengan anestesi umum. Orang yang
telah menjalani splenektomi lebih mungkin terkena infeksi bakteri, dan
seharusnya mendapat vaksinasi untuk mencegahnya.
1.5.7 Pengobatan terapi eksperimental
Pengobatan jenis ini hanya akan disarankan oleh dokter jika jenis-jenis
pengobatan yang tersebut di atas belum bisa berhasil. Pengobatan ini
ditujukan pada pasien yang menderita Limfoma non Hodgkin yang selalu
kambuh setelah pengobatan atau tidak memberikan respon sama sekali
terhadap pengobatan normal. Ini disebabkan karena pengobatan
eksperimental dapat menimbulkan lebih banyak efek samping daripada
pengobatan yang sudah standar. Hanya pada kasus-kasus tertentu ahli akan
menganjurkan penggunaan pengobatan yang baru atau eksperimental tanpa
mencoba lebih dulu pengobatan yang sudah teruji.
2. Asuhan Keperawatan
2.1 Pengkajian
a. Meliputi nama, jenis kelamin, umur, pekerjaan, pendidikan, dll.
b. Alasan MRS: hal apa yang bisa menyebabkan sampai masuk rumah sakit.
c. Riwayat kesehatan
▪ Riwayat kesehatan sekarang: keluhan apa yang sekarang dirasakan oleh pasien.
▪ Riwayat kesehatan dahulu: apakah sebelumnya pasien pernah menderita
penyakit yang sekarang dideritanya atau tidak, atau mungkin sebelumnya
pernah menderita penyakit yang lain.
▪ Riwayat kesehatan keluarga: apakah ada keluarga pasien yang menderita penyakit yang sama seperti yang dialami oleh pasien.
▪ Pola istirahat dan tidur: bagaimana pola istirahat dan tidur pasien sebelum dan saat masuk rumah sakit.
▪ Pola nutrisi: bagaimana pola asupan nutrisi pasien baik kebutuhan
makan dan kebutuhan cairan sebelum dan saat masuk rumah sakit.
▪ Pola eliminasi: bagaimana pola eliminasi alvi dan eliminasi urine
pasien yang meliputi bagaimana volumenya, konsistensinya, dan
kontinuitas eliminasi, baik sebelum dan saat masuk rumah sakit.
▪ Pola hubungan dan peran: bagaimana peran pasien dalam hubungannya
dengan keluarga dan orang lain baik sebelum dan saat masuk rumah sakit.
▪
▪ Pemeriksaan fisik: pemeriksaan yang dilakukan terhadap fisik pasien
yang berkaitan dengan penyakit yang diderita oleh pasien untuk melakukan
pengambilan data-data kesehatan pasien serta untuk mengambil langkah
yang tepat dalam pemberian terapi lebih lanjut.
▪ Pemriksaan penunjang: pemeriksaan laboratorium yang dilakukan terhadap
sampel yang telah diambil dari pasien yang berguna sebagai data
penunjang untuk membantu menentukan terapi yang diberikan kepada pasien.
2.2 Analisa data
Yaitu pengambilan data-data pasien yang telah ada yang diambil dari
pengkajian dari pemeriksaan fisik dan pemerikasaan penunjang untuk
dilakukan penentuan diagnose keperawatan beserta intervensinya yang
berkaitan dengan penyakit yang diderita oleh pasien.
2.3 Diagnosa keperawatan
Ansietas berhubungan dengan pembengkakan kelenjar getah bening
2.4 Intervensi
▪ Mengkaji ukuran pembengkakan.
▪ Mengkaji karakteristik pembengkakan.
▪ Memberikan informasi kepada pasien.
▪ Membantu mengatur posisi pasien dengan memperhatikan daerah pembengkakan.
DAFTAR PUSTAKA
Jonhson,Marion;Maas,Maridean,Moorhead,Sue.2000.Nursing Outcomes Classification (NOC).Phiadelphia:Mosby.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar