ASKEP GASTRITIS
2.1. Pengertian Gastritis
Gastritis adalah peradangan pada lapisan lambung (Medicastore, 2003).
Gastritis adalah proses inflamasi pada lapisan mukosa dan sub mukosa lambung (Suyono, 2001).
David Ovedorf (2002) mendefinisikan gastritis sebagai inflamasi mukosa gaster akut atau kronik.
Pengertian yang lebih lengkap dari gastritis yaitu peradangan lokal atau
menyebar pada mukosa lambung yang berkembang bila mekanisme protektif
mukosa dipenuhi dengan bakteri atau bahan iritan lain (Reeves, 2002).
Gastritis merupakan proses inflamasi pada lapisn mukosa dan sub mukosa
lambung yang dapat bersifat akut dan kronik difus atau local (Soeparman,
2001 : 127).
Gastritis adalah suatu peradangan mukosa lambung yang dapat bersifat
akut, kronik difus dan lokal dan ada dua jenis gastritis yang terjadi
yaitu gastritis superfisial akut dan gastritis atropi kronik (Brunner
Suddarth, 2002 : 1062).
Gastritis atau lebih dikenal sebagai magh berasal dari bahasa yunani
yaitu gastro, yang berarti perut/lambung dan itis yang berarti
inflamasi/peradangan. Gastritis bukan merupakan penyakit tunggal, tetapi
terbentuk dari beberapa kondisi yang kesemuanya itu mengakibatkan
peradangan pada lambung.
Biasanya, peradangan tersebut merupakan akibat dari infeksi oleh bakteri
yang sama dengan bakteri yang dapat mengakibatkan borok di lambung
yaitu Helicobacter pylori. Tetapi factor – factor lain seperti trauma
fisik dan pemakaian secara terus menerus beberapa obat penghilang sakit
dapat juga menyebabkan gastritis.
Pada beberapa kasus, gastritis dapat menyebabkan terjadinya borok
(ulcer) dan dapat meningkatkan resiko dari kanker lambung. Akan tetapi
bagi banyak orang, gastritis bukanlah penyakit yang serius dan dapat
segera membaik dengan pengobatan.
2.2. Klasifikasi Gastritis
Gastritis ada 2 kelompok yaitu gastritis akut dan gastritis kronik.
Tetapi gastritis kronik bukan merupakan lanjutan dari gastritis akut,
dan keduanya tidak saling berhubungan. Gastritis kronik juga masih
dikelompokkan lagi dalam 2 tipe yaitu tipe A dan tipe B.
Dikatakan gastritis kronik tipe A jika mampu menghasilkan imun sendiri.
Tipe ini dikaitkan dengan atropi dari kelenjar lambung dan penurunan
mukosa. Penurunan pada sekresi gastrik mempengaruhi produksi antibodi.
Anemia pernisiosa berkembang pada proses ini. Gastritis kronik tipe B
lebih lazim. Tipe ini dikaitkan dengan infeksi helicobacter pylori yang
menimbulkan ulkus pada dinding lambung.
Gastritis dapat diklasifikasikan menjadi 2 yaitu :
1. Gastritis akut
Gastritis akut merupakan iritasi mukosa lambung yang sering diakibatkan
karena diet yang tidak teratur. Dimana individu makan terlalu banyak
atau terlalu cepat atau makan makanan yang terlalu berbumbu atau
mengandung mikroorganisme penyebab. Gastritis akut merupakan penyakit
yang sering ditemukan biasanya jinak dan dapat sembuh dengan sendirinya,
merupakan respon mukosa lambung terhadap berbagai iritasi lokal.
2. Gastritis Kronik
Merupakan iritasi lambung yang dapat disebakan oleh ulcus benigna atau
maligna dari lambung atau lebih helicobacter pylori. Gastritis kronik
dapat dikalsifikasikan sebagai tipe A (Gastritis Autoimun) (Brunner and
Suddarth, 2002 : 1062)
2.3. Penyebab Gastritis
Lambung adalah sebuah kantung otot yang kosong, terletak pada bagian
kiri atas perut tepat dibawah tulang iga. Lambung orang dewasa mempunyai
panjang berkisar antara 10 inchi dan dapat mengembang untuk menampung
makanan atau minuman sebanyak 1 gallon. Bila lambung dalam keadaan
kosong, maka ia akan melipat, mirip seperti sebuah akordion. Ketika
lambung mulai terisi dan mengembang, lipatan – lipatan tersebut secara
bertahap membuka.
Lambung memproses dan menyimpan makanan dan secara bertahap
melepaskannya ke dalam usus kecil. Ketika makanan masuk ke dalam
esophagus, sebuah cincin otot yang berada pada sambungan antara
esophagus dan lambung (esophageal sphincter) akan membuka dan membiarkan
makanan masuk ke lambung. Setelah masuk ke lambung cincin in menutup.
Dinding lambung terdiri dari lapisan lapisan otot yang kuat. Ketika
makanan berada di lambung, dinding lambung akan mulai menghancurkan
makanan tersebut. Pada saat yang sama, kelenjar – kelenjar yang berada
di mukosa pada dinding lambung mulai mengeluarkan cairan lambung
(termasuk enzim – enzim dan asam lambung) untuk lebih menghancurkan
makanan tersebut.
Salah satu komponen cairan lambung adalah asam hidroklorida. Asam ini
sangat korosif sehingga paku besi pun dapat larut dalam cairan ini.
Dinding lambung dilindungi oleh mukosa – mukosa bicarbonate (sebuah
lapisan penyangga yang mengeluarkan ion bicarbonate secara regular
sehingga menyeimbangkan keasaman dalam lambung) sehingga terhindar dari
sifat korosif asam hidroklorida.
Gastritis biasanya terjadi ketika mekanisme pelindung ini kewalahan dan
mengakibatkan rusak dan meradangnya dinding lambung. Beberapa penyebab
yang dapat mengakibatkan terjadinya gastritis antara lain :
• Infeksi bakteri. Sebagian besar populasi di dunia terinfeksi oleh
bakteri H. Pylori yang hidup di bagian dalam lapisan mukosa yang
melapisi dinding lambung. Walaupun tidak sepenuhnya dimengerti bagaimana
bakteri tersebut dapat ditularkan, namun diperkirakan penularan
tersebut terjadi melalui jalur oral atau akibat memakan makanan atau
minuman yang terkontaminasi oleh bakteri ini. Infeksi H. pylori sering
terjadi pada masa kanak – kanak dan dapat bertahan seumur hidup jika
tidak dilakukan perawatan. Infeksi H. pylori ini sekarang diketahui
sebagai penyebab utama terjadinya peptic ulcer dan penyebab tersering
terjadinya gastritis. Infeksi dalam jangka waktu yang lama akan
menyebabkan peradangan menyebar yang kemudian mengakibatkan perubahan
pada lapisan pelindung dinding lambung. Salah satu perubahan itu adalah
atrophic gastritis, sebuah keadaan dimana kelenjar-kelenjar penghasil
asam lambung secara perlahan rusak. Peneliti menyimpulkan bahwa tingkat
asam lambung yang rendah dapat mengakibatkan racun-racun yang dihasilkan
oleh kanker tidak dapat dihancurkan atau dikeluarkan secara sempurna
dari lambung sehingga meningkatkan resiko (tingkat bahaya) dari kanker
lambung. Tapi sebagian besar orang yang terkena infeksi H. pylori kronis
tidak mempunyai kanker dan tidak mempunyai gejala gastritis, hal ini
mengindikasikan bahwa ada penyebab lain yang membuat sebagian orang
rentan terhadap bakteri ini sedangkan yang lain tidak.
• Pemakaian obat penghilang nyeri secara terus menerus. Obat analgesik
anti inflamasi nonsteroid (AINS) seperti aspirin, ibuprofen dan naproxen
dapat menyebabkan peradangan pada lambung dengan cara mengurangi
prostaglandin yang bertugas melindungi dinding lambung. Jika pemakaian
obat – obat tersebut hanya sesekali maka kemungkinan terjadinya masalah
lambung akan kecil. Tapi jika pemakaiannya dilakukan secara terus
menerus atau pemakaian yang berlebihan dapat mengakibatkan gastritis dan
peptic ulcer.
• Penggunaan alkohol secara berlebihan. Alkohol dapat mengiritasi dan
mengikis mukosa pada dinding lambung dan membuat dinding lambung lebih
rentan terhadap asam lambung walaupun pada kondisi normal.
• Penggunaan kokain. Kokain dapat merusak lambung dan menyebabkan pendarahan dan gastritis.
• Stress fisik. Stress fisik akibat pembedahan besar, luka trauma, luka
bakar atau infeksi berat dapat menyebabkan gastritis dan juga borok
serta pendarahan pada lambung.
• Kelainan autoimmune. Autoimmune atrophic gastritis terjadi ketika
sistem kekebalan tubuh menyerang sel-sel sehat yang berada dalam dinding
lambung. Hal ini mengakibatkan peradangan dan secara bertahap
menipiskan dinding lambung, menghancurkan kelenjar-kelenjar penghasil
asam lambung dan menganggu produksi faktor intrinsic (yaitu sebuah zat
yang membantu tubuh mengabsorbsi vitamin B-12). Kekurangan B-12,
akhirnya, dapat mengakibatkan pernicious anemia, sebuah konsisi serius
yang jika tidak dirawat dapat mempengaruhi seluruh sistem dalam tubuh.
Autoimmune atrophic gastritis terjadi terutama pada orang tua.
• Crohn’s disease. Walaupun penyakit ini biasanya menyebabkan peradangan
kronis pada dinding saluran cerna, namun kadang-kadang dapat juga
menyebabkan peradangan pada dinding lambung. Ketika lambung terkena
penyakit ini, gejala-gejala dari Crohn’s disease (yaitu sakit perut dan
diare dalam bentuk cairan) tampak lebih menyolok daripada gejala-gejala
gastritis.
• Radiasi and kemoterapi. Perawatan terhadap kanker seperti kemoterapi
dan radiasi dapat mengakibatkan peradangan pada dinding lambung yang
selanjutnya dapat berkembang menjadi gastritis dan peptic ulcer. Ketika
tubuh terkena sejumlah kecil radiasi, kerusakan yang terjadi biasanya
sementara, tapi dalam dosis besar akan mengakibatkan kerusakan tersebut
menjadi permanen dan dapat mengikis dinding lambung serta merusak
kelenjar-kelenjar penghasil asam lambung.
• Penyakit bile reflux. Bile (empedu) adalah cairan yang membantu
mencerna lemak-lemak dalam tubuh. Cairan ini diproduksi oleh hati.
Ketika dilepaskan, empedu akan melewati serangkaian saluran kecil dan
menuju ke usus kecil. Dalam kondisi normal, sebuah otot sphincter yang
berbentuk seperti cincin (pyloric valve) akan mencegah empedu mengalir
balik ke dalam lambung. Tapi jika katup ini tidak bekerja dengan benar,
maka empedu akan masuk ke dalam lambung dan mengakibatkan peradangan dan
gastritis.
• Faktor-faktor lain. Gastritis sering juga dikaitkan dengan konsisi
kesehatan lainnya seperti HIV/AIDS, infeksi oleh parasit, dan gagal hati
atau ginjal.
Penyakit Ménétrier merupakan jenis gastritis yang penyebabnya tidak
diketahui. Dinding lambung menjadi tebal, lipatannya melebar,
kelenjarnya membesar dan memiliki kista yang terisi cairan. Sekitar 10%
penderita penyakit ini menderita kanker lambung. Gastritis juga bisa
terjadi jika seseorang menelan bahan korosif atau menerima terapi
penyinaran kadar tinggi.
Dijelaskan secar ringkas oleh Hirlan tentang etiologi gstritis akut
antara lain asam lambung yang sangat berlebihan, pepsin yang tinggi,
obat analgetik dan inflamasi, refluks usus-lambung, minum alkohol,
merokok, stres fisik misalnya karena luka bakar, sepsis dan trauma,
serta bahan korosif asam dan basa kuat (misalnya lisol). Obat-obat
analgesik dan antiinflamasi yang sering dikaitkan dengan gastritis
adalah aspirin. Aspirin dalam dosis rendah sudah dapat menyebabkan erosi
mukosa lambung.
2.4. Tanda dan Gejala Gastritis
Gejalanya bermacam-macam, tergantung kepada jenis gastritisnya. Biasanya
penderita gastritis mengalami gangguan pencernaan (indigesti) dan rasa
tidak nyaman di perut sebelah atas. Pada gastritis karena stres akut,
penyebabnya (misalnya penyakit berat, luka bakar atau cedera) biasanya
menutupi gejala-gejala lambung; tetapi perut Sebelah atas terasa tidak
enak.
Segera setelah cedera, timbul memar kecil di dalam lapisan lambung.
Dalam beberapa jam, memar ini bisa berubah menjadi ulkus. Ulkus dan
gastritis bisa menghilang bila penderita sembuh dengan cepat dari
cederanya. Bila penderita tetap sakit, ulkus bisa membesar dan mulai
mengalami perdarahan, biasanya dalam waktu 2-5 hari setelah terjadinya
cedera. Perdarahan menyebabkan tinja berwarna kehitaman seperti aspal,
cairan lambung menjadi kemerahan dan jika sangat berat, tekanan darah
bisa turun. Perdarahan bisa meluas dan berakibat fatal. Pada sebagian
besar kasus, gejalanya amat ringan bahkan asimptomatis. Keluhan itu
misalnya nyeri pada ulu hati yang biasanya ringan.
Gejala dari gastritis erosif kronis berupa mual ringan dan nyeri di
perut sebelah atas. Tetapi banyak penderita (misalnya pemakai aspirin
jangka panjang) tidak merasakan nyeri. Penderita lainnya merasakan
gejala yang mirip ulkus, yaitu nyeri ketika perut kosong. Jika gastritis
menyebabkan perdarahan dari ulkus lambung, gejalanya bisa berupa tinja
berwarna kehitaman seperti aspal (melena), serta muntah darah
(hematemesis) atau makanan yang sebagian sudah dicerna, yang menyerupai
endapan kopi. Gejala lainnya dari gastritis kronik adalah anoreksia,
mual-muntah, diare, sakit epigastrik dan demam. Perdarahan saluran cerna
yang tak terasa sakit dapat terjadi setelah penggunaan aspirin.
Pada gastritis eosinofilik, nyeri perut dan muntah bisa disebabkan oleh
penyempitan atau penyumbatan ujung saluran lambung yang menuju ke usus
dua belas jari. Pada penyakit Méniére, gejala yang paling sering
ditemukan adalah nyeri lambung. Hilangnya nafsu makan, mual, muntah dan
penurunan berat badan, lebih jarang terjadi. Tidak pernah terjadi
perdarahan lambung. Penimbunan cairan dan pembengkakan jaringan (edema)
bisa disebabkan karena hilangnya protein dari lapisan lambung yang
meradang. Protein yang hilang ini bercampur dengan isi lambung dan
dibuang dari tubuh.
Gastritis yang terjadi tiba – tiba (akut) biasanya mempunyai gejala mual
dan sakit pada perut bagian atas, sedangkan gastritis kronis yang
berkembang secara bertahap biasanya mempunyai gejala seperti sakit yang
ringan pada perut bagian atas dan terasa penuh atau kehilangan selera.
Bagi sebagian orang, gastritis kronis tidak menyebabkan apapun.
Kadang, gastritis dapat menyebabkan pendarahan pada lambung, tapi hal
ini jarang menjadi parah kecuali bila pada saat yang sama juga terjadi
borok pada lambung. Pendarahan pada lambung dapat menyebabkan muntah
darah atau terdapat darah pada feces dan memerlukan perawatan segera.
Karena gastritis merupakan salah satu dari sekian banyak penyakit
pencernaan dengan gejala – gejala yang mirip antara satu dengan yang
lainnya, menyebabkan penyakit ini mudah dianggap sebagai penyakit
lainnya seperti :
Gastroenteritis. Juga disebut sebagai flu perut (stomach flu), yang
biasanya terjadi akibat infeksi virus pada usus. Gejalanya meliputi
diare, kram perut dan mual atau muntah, juga ketidaksanggupan untuk
mencerna. Gejala dari gastroenteritis sering hilang dalam satu atau dua
hari sedangkan untuk gastritis dapat terjadi terus menerus.
Heartburn. Rasa sakit seperti terbakar yang terasa di belakang tulang
dada ini biasanya terjadi setelah makan. Hal ini terjadi karena asam
lambung naik dan masuk ke dalam esophagus (saluran yang menghubungkan
antara tenggorokan dan perut). Heartburn dapat juga menyebabkan rasa
asam pada mulut dan terasa sensasi makanan yang sebagian sudah dicerna
kembali ke mulut.
Stomach ulcers. Jika rasa perih dan panas dalam perut terjadi terus
menerus dan parah, maka hal itu kemungkinan disebabkan karena adanya
borok dalam lambung. Stomach (peptic) ulcer atau borok lambung adalah
luka terbuka yang terjadi dalam lambung. Gejala yang paling umum adalah
rasa sakit yang menjadi semakin parah ketika malam hari atau lambung
sedang kosong. Gastritis dan stomach ulcers mempunyai beberapa penyebab
yang sama, terutama infeksi H. pylori. Penyakit ini dapat mengakibatkan
terjadinya gastritis dan begitu juga sebaliknya.
Nonulcer dyspepsia. Merupakan kelainan fungsional yang tidak terkait
pada penyakit tertentu. Penyebab pasti keadaan ini tidak diketahui,
tetapi stress dan terlalu banyak mengkonsumsi gorengan, makanan pedas
atau makanan berlemak diduga dapat mengakibatkan keadaan ini. Gejalanya
adalah sakit pada perut atas, kembung dan mual.
2.5 Patofisiologi Gastritis
Bakteri endotoksin / H. Pylori
Obat NSAID, alkohol, kafein, aspirin
Membran mukosa lambung menjadi edema dan hiperemik
(Kongesti dengan jaringan, cairan dan darah)
Erosi superfisial
sekresi getah lambung dengan sedikit asam dan banyak muncul
disekresi superfisial
perdarahan / haemorarrgi
Hematemesis
Membran mukosa lambung di iritasi bakteri endoktosin, obat NSAID,
alkoloh , kafein, aspirin menjadi edema dan mukosanya memerah dan
hiperemik (kangesti dengan jaringan, cairan dan darah) dan akan
mengalami erosi superficial. Bagian ini mensekresi sejumlah getah
lambung yang mengadung sangat sedikit asam tetapi banyak muncul,
sehingga terjadi sekresi superfisial dan dapat menimbulkan haemoragi
yang dimanifestasikan hemalemesis.
(Brunner and Suddart, 2002 : 1062)
2.6 Kapan harus pergi ke dokter?
Hampir setiap orang pernah mengalami penyakit pencernaan dan iritasi
lambung. Dalam banyak kasus, terjadi hanya sebentar dan tidak
membutuhkan perawatan medis. Tapi jika terdapat gejala-gejala gastritis
yang terjadi secara terus menerus selama seminggu atau lebih, segera
temui dokter. Dan pastikan untuk menginformasikan semua yang anda
rasakan terutama bila anda merasakan sakit setelah meminum obat-obat
bebas seperti aspirin atau yang lainnya.
Jika terjadi muntah darah atau terdapat darah dalam feces, segera temui dokter untuk menemukan penyebabnya.
2.7 Screening dan diagnosa Gastritis
Bila seorang pasien didiagnosa terkena gastritis, biasanya dilanjutkan
dengan pemeriksaan tambahan untuk mengetahui secara jelas penyebabnya.
Pemeriksaan tersebut meliputi :
• Pemeriksaan darah. Tes ini digunakan untuk memeriksa adanya antibodi
H. pylori dalam darah. Hasil tes yang positif menunjukkan bahwa pasien
pernah kontak dengan bakteri pada suatu waktu dalam hidupnya, tapi itu
tidak menunjukkan bahwa pasien tersebut terkena infeksi. Tes darah dapat
juga dilakukan untuk memeriksa anemia, yang terjadi akibat pendarahan
lambung akibat gastritis.
• Pemeriksaan pernapasan. Tes ini dapat menentukan apakah pasien terinfeksi oleh bakteri H. pylori atau tidak.
• Pemeriksaan feces. Tes ini memeriksa apakah terdapat H. pylori dalam
feses atau tidak. Hasil yang positif dapat mengindikasikan terjadinya
infeksi. Pemeriksaan juga dilakukan terhadap adanya darah dalam feces.
Hal ini menunjukkan adanya pendarahan pada lambung.
• Endoskopi saluran cerna bagian atas. Dengan tes ini dapat terlihat
adanya ketidaknormalan pada saluran cerna bagian atas yang mungkin tidak
terlihat dari sinar-X. Tes ini dilakukan dengan cara memasukkan sebuah
selang kecil yang fleksibel (endoskop) melalui mulut dan masuk ke dalam
esophagus, lambung dan bagian atas usus kecil. Tenggorokan akan terlebih
dahulu dimati-rasakan (anestesi) sebelum endoskop dimasukkan untuk
memastikan pasien merasa nyaman menjalani tes ini. Jika ada jaringan
dalam saluran cerna yang terlihat mencurigakan, dokter akan mengambil
sedikit sampel (biopsy) dari jaringan tersebut. Sampel itu kemudian akan
dibawa ke laboratorium untuk diperiksa. Tes ini memakan waktu kurang
lebih 20 sampai 30 menit. Pasien biasanya tidak langsung disuruh pulang
ketika tes ini selesai, tetapi harus menunggu sampai efek dari anestesi
menghilang, kurang lebih satu atau dua jam. Hampir tidak ada resiko
akibat tes ini. Komplikasi yang sering terjadi adalah rasa tidak nyaman
pada tenggorokan akibat menelan endoskop.
• Ronsen saluran cerna bagian atas. Tes ini akan melihat adanya
tanda-tanda gastritis atau penyakit pencernaan lainnya. Biasanya akan
diminta menelan cairan barium terlebih dahulu sebelum dilakukan ronsen.
Cairan ini akan melapisi saluran cerna dan akan terlihat lebih jelas
ketika di ronsen.
2.8 Komplikasi Gastritis
Jika dibiarkan tidak terawat, gastritis akan dapat menyebabkan peptic
ulcers dan pendarahan pada lambung. Beberapa bentuk gastritis kronis
dapat meningkatkan resiko kanker lambung, terutama jika terjadi
penipisan secara terus menerus pada dinding lambung dan perubahan pada
sel-sel di dinding lambung.
Kebanyakan kanker lambung adalah adenocarcinomas, yang bermula pada
sel-sel kelenjar dalam mukosa. Adenocarcinomas tipe 1 biasanya terjadi
akibat infeksi H. pylori. Kanker jenis lain yang terkait dengan infeksi
akibat H. pylori adalah MALT (mucosa associated lymphoid tissue)
lymphomas, kanker ini berkembang secara perlahan pada jaringan sistem
kekebalan pada dinding lambung. Kanker jenis ini dapat disembuhkan bila
ditemukan pada tahap awal.
2.9 Terapi Gastritis
Terapi gastritis sangat bergantung pada penyebab spesifiknya dan mungkin
memerlukan perubahan dalam gaya hidup, pengobatan atau, dalam kasus
yang jarang, pembedahan untuk mengobatinya.
a. Terapi terhadap asam lambung
Asam lambung mengiritasi jaringan yang meradang dalam lambung dan
menyebabkan sakit dan peradangan yang lebih parah. Itulah sebabnya, bagi
sebagian besar tipe gastritis, terapinya melibatkan obat-obat yang
mengurangi atau menetralkan asam lambung seperti :
• Anatsida. Antasida merupakan obat bebas yang dapat berbentuk cairan
atau tablet dan merupakan obat yang umum dipakai untuk mengatasi
gastritis ringan. Antasida menetralisir asam lambung dan dapat
menghilangkan rasa sakit akibat asam lambung dengan cepat.
• Penghambat asam. Ketika antasida sudah tidak dapat lagi mengatasi rasa
sakit tersebut, dokter kemungkinan akan merekomendasikan obat seperti
cimetidin, ranitidin, nizatidin atau famotidin untuk mengurangi jumlah
asam lambung yang diproduksi.
• Penghambat pompa proton. Cara yang lebih efektif untuk mengurangi asam
lambung adalah dengan cara menutup “pompa” asam dalam sel-sel lambung
penghasil asam. Penghambat pompa proton mengurangi asam dengan cara
menutup kerja dari “pompa-pompa” ini. Yang termasuk obat golongan ini
adalah omeprazole, lansoprazole, rabeprazole dan esomeprazole. Obat-obat
golongan ini juga menghambat kerja H. pylori.
• Cytoprotective agents. Obat-obat golongan ini membantu untuk
melindungi jaringan-jaringan yang melapisi lambung dan usus kecil. Yang
termasuk ke dalamnya adalah sucraflate dan misoprostol. Jika meminum
obat-obat AINS secara teratur (karena suatu sebab), dokter biasanya
menganjurkan untuk meminum obat-obat golongan ini. Cytoprotective agents
yang lainnya adalah bismuth subsalicylate yang juga menghambat
aktivitas H. pylori.
b. Terapi terhadap H. pylori
Terdapat beberapa regimen dalam mengatasi infeksi H. pylori. Yang paling
sering digunakan adalah kombinasi dari antibiotik dan penghambat pompa
proton. Terkadang ditambahkan pula bismuth subsalycilate. Antibiotik
berfungsi untuk membunuh bakteri, penghambat pompa proton berfungsi
untuk meringankan rasa sakit, mual, menyembuhkan inflamasi dan
meningkatkan efektifitas antibiotik.
Terapi terhadap infeksi H. pylori tidak selalu berhasil, kecepatan untuk
membunuh H. pylori sangat beragam, bergantung pada regimen yang
digunakan. Akan tetapi kombinasi dari tiga obat tampaknya lebih efektif
daripada kombinasi dua obat. Terapi dalam jangka waktu yang lama (terapi
selama 2 minggu dibandingkan dengan 10 hari) juga tampaknya
meningkatkan efektifitas.
Untuk memastikan H. pylori sudah hilang, dapat dilakukan pemeriksaan
kembali setelah terapi dilaksanakan. Pemeriksaan pernapasan dan
pemeriksaan feces adalah dua jenis pemeriksaan yang sering dipakai untuk
memastikan sudah tidak adanya H. pylori. Pemeriksaan darah akan
menunjukkan hasil yang positif selama beberapa bulan atau bahkan lebih
walaupun pada kenyataanya bakteri tersebut sudah hilang.
2.10 Pencegahan Gastritis
Walaupun infeksi H. pylori tidak dapat selalu dicegah, berikut beberapa cara untuk dapat mengurangi resiko terkena gastritis :
• Makan secara benar. Hindari makanan yang dapat mengiritasi terutama
makanan yang pedas, asam, gorengan atau berlemak. Yang sama pentingnya
dengan pemilihan jenis makanan yang tepat bagi kesehatan adalah
bagaimana cara memakannya. Makanlah dengan jumlah yang cukup, pada
waktunya dan lakukan dengan santai.
• Hindari alkohol. Penggunaan alkohol dapat mengiritasi dan mengikis
lapisan mukosa dalam lambung dan dapat mengakibatkan peradangan dan
pendarahan.
• Jangan merokok. Merokok mengganggu kerja lapisan pelindung lambung,
membuat lambung lebih rentan terhadap gastritis dan borok. Merokok juga
meningkatkan asam lambung, sehingga menunda penyembuhan lambung dan
merupakan penyebab utama terjadinya kanker lambung. Tetapi, untuk dapat
berhenti merokok tidaklah mudah, terutama bagi perokok berat.
Konsultasikan dengan dokter mengenai metode yang dapat membantu untuk
berhenti merokok.
• Lakukan olah raga secara teratur. Aerobik dapat meningkatkan kecepatan
pernapasan dan jantung, juga dapat menstimulasi aktifitas otot usus
sehingga membantu mengeluarkan limbah makanan dari usus secara lebih
cepat.
• Kendalikan stress. Stress meningkatkan resiko serangan jantung dan
stroke, menurunkan sistem kekebalan tubuh dan dapat memicu terjadinya
permasalahan kulit. Stress juga meningkatkan produksi asam lambung dan
melambatkan kecepatan pencernaan. Karena stress bagi sebagian orang
tidak dapat dihindari, maka kuncinya adalah mengendalikannya secara
effektif dengan cara diet yang bernutrisi, istirahat yang cukup, olah
raga teratur dan relaksasi yang cukup.
Ganti obat penghilang nyeri. Jika dimungkinkan, hindari penggunaan AINS,
obat-obat golongan ini akan menyebabkan terjadinya peradangan dan akan
membuat peradangan yang sudah ada menjadi lebih parah. Ganti dengan
penghilang nyeri yang mengandung acetaminophen
2.11 Diet Pada Gastritis
Diet pada penderita gastritis adalah diet lambung. Prinsip diet pada
penyakit lambung bersifat ad libitum, yang artinya adalah bahwa diet
lambung dilaksanakan berdasarkan kehendak pasien. Prinsip diet
diantaranya pasien dianjurkan untuk makan secara teratur, tidak terlalu
kenyang dan tidak boleh berpuasa. Makanan yang dikonsumsi harus
mengandung cukup kalori dan protein (TKTP) namun kandungan lemak/minyak,
khususnya yang jenuh harus dikurangi. Makanan pada diet lambung harus
mudah dicernakan dan mengandung serat makanan yang halus (soluble
dietary fiber). Makanan tidak boleh mengandung bahan yang merangsang,
menimbulkan gas, bersifat asam, mengandung minyak/ lemak secara
berlebihan, dan yang bersifat melekat. Selain itu, makanan tidak boleh
terlalu panas atau dingin.
Beberapa makanan yang berpotensi menyebabkan gastritis antara lain
garam, alkohol, rokok, kafein yang dapat ditemukan dalam kopi, teh
hitam, teh hijau, beberapa minuman ringan (soft drinks), dan coklat.
Beberapa macam jenis obat juga dapat memicu terjadinya gastritis. Garam
dapat mengiritasi lapisan lambung. Beberapa penelitian menduga bahwa
makanan begaram meningkatkan resiko pertumbuhan infeksi Helicobacter
pylori. Gastritis juga biasa terjadi pada alkoholik. Perokok berat dan
mengkonsumsi alkohol berlebihan diketahui menyebabkan gastritis akut.
Makanan yang diketahui sebagai iritan, korosif, makanan yang bersifat
asam dan kopi juga dapat mengiritasi mukosa lambung.
2.12 Asuhan Keperawatan Gastritis
1. Pengkajian
a. Faktor predisposisi dan presipitasi
Faktor predisposisi adalah bahan-bahan kimia, merokok, kafein, steroid, obat analgetik, anti inflamasi, cuka atau lada.
Faktor presipitasinya adalah kebiasaan mengkonsumsi alcohol dan rokok,
penggunaan obat-obatan, pola makan dan diet yang tidak teratur, serta
gaya hidup seperti kurang istirahat.
b. Test dignostik
1. Endoskopi : akan tampak erosi multi yang sebagian biasanya berdarah dan letaknya tersebar.
2. Pemeriksaan Hispatologi : akan tampak kerusakan mukosa karena erosi tidak pernah melewati mukosa muskularis.
3. Pemeriksaan radiology.
4. Pemeriksaan laboratorium.
• Analisa gaster : untuk mengetahui tingkat sekresi HCL, sekresi HCL menurun pada klien dengan gastritis kronik.
• Kadar serum vitamin B12 : Nilai normalnya 200-1000 Pg/ml, kadar vitamin B12 yang rendah merupakan anemia megalostatik.
• Kadar hemagiobi, hematokrit, trombosit, leukosit dan albumin.
• Gastroscopy.
Untuk mengetahui permukaan mukosa (perubahan) mengidentifikasi area perdarahan dan mengambil jaringan untuk biopsi.
2. Diagnosa keperawatan
Sesuai dengan literatur diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada kasus Gastritis adalah :
a. Resti gangguan keseimbangan volume cairan dan elektrolit kurang dari
kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang tidak adekuat, muntah.
b. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang tidak adekuat, anorexia.
c. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan inflamasi mukosa lambung.
d. Keterbatasan aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik.
e. Kurang pengetahuan tentang penyakit berhubungan dengan kurangnya informasi.
3. Perencanaan
Dx 1 Tujuan :
Resti gangguan keseimbangan cairan tidak terjadi.
Kriteria Hasil :
Membran mukosa lembab, turgor kulit baik, elektrolit kembali normal,
pengisian kapiler berwarna merah muda, tanda vital stabil, input dan
output seimbang.
INTERVENSI :
Kaji tanda dan gejala dehidrasi, observasi TTV, ukur intake dan out
anjurkan klien untuk minum ± 1500-2500ml, observasi kulit dan membran
mukosa, kolaborasi dengan dokter dalam pemberian cairan infus.
Dx 2 Tujuan :
Gangguan nutrisi teratasi.
Kriteria Hasil :
Berat badan stabil, nilai laboratorium Albumin normal, tidak mual dan muntah BB dalam batas normal, bising usus normal.
INTERVENSI :
Kaji intake makanan, timbang BB secara teratur, berikan perawatan oral
secara teratur, anjurkan klien makan sedikit tapi sering, berikan
makanan dalam keadaan hangat, auskultasi bising usus, kaji makanan yang
disukai, awasi pemeriksaan laboratorium misalnya :
Hb, Ht, Albumin.
Dx 3 Tujuan :
Nyeri dapat berkurang/hilang.
Kriteria Hasil :
Nyeri hilang/terkontrol, tampak rileks dan mampu tidur/istirahat, skala nyeri menunjukkan angka 0.
INTERVENSI :
Kaji skala nyeri dan lokasi nyeri, observasi TTV, berikan lingkungan
yang tenang dan nyaman, anjurkan tekhnik relaksasi dengan nafas dalam,
lakukan kolaborasi dalam pemberian obat sesuai dengan indikasi untuk
mengurangi nyeri.
Dx 4 Tujuan :
Keterbatasan aktifitas teratasi.
Kriteria Hasil :
K/u baik, klien tidak dibantu oleh keluarga dalam beraktifitas.
INTERVENSI :
Tingkatkan tirah baring atau duduk, berikan lingkungan yang tenang dan
nyaman, batasi pengunjung, dorong penggunaan tekhnik relaksasi, kaji
nyeri tekan pada gaster, berikan obat sesuai dengan indikasi.
Dx 5 Tujuan :
Kurang pengetahuan teratasi.
Kriteria Hasil :
Klien dapat menyebutkan pengertian, penyebab, tanda dan gejala, perawatan, pencegahan dan pengobatan.
INTERVENSI :
Kaji tingkat pengetahuan klien, beri pendidikan kesehatan (penyuluhan)
tentang penyakit, beri kesempatan klien atau keluarga untuk bertanya,
beritahu tentang pentingnya obat-obatan untuk kesembuhan klien.
C. Evaluasi
Evaluasi pada klien dengan Gastrtitis, yaitu :
a. Keseimbangan cairan dan elektrolit teratasi
b. Kebutuhan nutrisi teratasi
c. Gangguan rasa nyeri berkurang
d. Klien dapat melakukan aktifitas
e. Pengetahuan klien bertambah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar