MOCH. WAHYU NUR CHOLIS
PROGRAM STUDY SI KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES)
MUHAMMADIYAH LAMONGAN
2010/2011
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Mediastinum adalah suatu bagian penting dari thorax. Mediastinum terletak di antara kavita pleuralis dan mengandung banyak organ penting dan struktur vital. Proses penting yang melibatkan mediastinum mencakup emfisema, infeksi, perdarahan serta banyak jenis kista dan tumor primer. Kelainan sistemik seperti karsinoma metastatic dan banyak penyakit granulomatosa juga bisa terlibat dalam mediastinum. Lesi terutama berasal dari esophagus, trakea, jantung dan pembuluh darah besar biasanya berhubungan dengan susunan organik spesifik yang terlibat daripada mediastinum. (Sabiston, 1994 )
Data frekuensi tumor mediasinum di Indonesia antara lain didapat dari SMF Nedah Toraks RS Persahabatan Jakarta dan RSUD Dr. Sutomo Surabaya. Pada tahun1970 - 1990 di RS Persahabatan dilakukan operasi terhadap 137 kasus, jenis tumor yang ditemukan adalah 32,2% teratoma, 24% timoma, 8% tumor syaraf, 4,3% limfoma. Data RSUD Dr. Soetomo menjelaskan lokasi tumor pada mediastinum anterior 67% kasus, mediastinum medial 29% dan mediastinum posterior 25,5%. Dari kepustakaan luarnegeri diketahui bahwa jenis yang banyak ditemukan pada tumor mediastinum anterior adalah limfoma,
timoma dan germ cell tumor.Dari tumor mediastinal yang memberikan gejala, setengahnya adalah maligna. Sebagian besar tumor yang asimptomatik adalah benigna. (Rasyad,2009)
Diagnosis yang lebih dini dan lebih tepat dari proses mediastinum telah dimungkinkan dengan peningkatan penggunaan rontgen dada, tomografi komputerisasi (CT Scan), teknik sidik radioisotope dan magnetic resonance imaging (MRI), serta telah memperbaiki keberhasilan dalam mengobati lesi mediastinum. Bersama dengan kemajuan dalam teknik diagnostik ini, kemajuan dalam anestesi, kemoterapi, immunoterapi, dan terapi radiasi telah meningkatkan kelangsungan hidup serta memperbaiki kualitas hidup. (Sabiston, 1994)
1.2 Rumusan Masalah
- Apa pengertian dari tumor mediastinum?
- Bagaimana etiologi dari tumor mediastinum?
- Apa klasifikasi dari tumor mediastinum?
- Bagaimana patofisiologi dari tumor mediastinum?
- Bagaimana manifestasi klinis dari tumor mediastinum?
- Bagaimana penatalaksanaan dan perawatan dari tumor mediastinum?
- Apa komplikasi dari tumor mediastinum?
- Bagaimana WOC dari tumor mediastinum?
- Bagaimana asuhan keperawatan yang diberikan pada pasien tumor mediastinum?
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Agar mahasiswa mampu memahami dan mengerti tentang Tumor Mediastinum dengan baik dan selanjutnya dapat merencanakan dan menerapkan asuhan keperawatan tentang Tumor Mediastinum.
1.3.2 Tujuan Khusus
- Menjelaskan tentang definisi tumor mediastinum.
- Memahami etiologi dari tumor mediastinum.
- Mengetahui tentang klasifikasi dari tumor mediastinum.
- Memahami patofisiologi dari tumor mediastinum.
- Memahami manifestasi klinis dari tumor mediastinum.
- Memahami penatalaksanaan dan perawatan dari tumor mediastinum.
- Mengetahui komplikasi dari tumor mediastinum.
- Memahami WOC dari tumor mediastinum.
- Mendiskusikan asuhan keperawatan mengenai tumor mediastinum.
BAB II
Tinjauan Pustaka
2.1 Anatomi dan Fisiologi Mediastinum
Batas ruang mediastinum, atas: pintu masuk toraks, bawah: diafragma, lateral: pleura mediastinalis, posterior : tulang belakang, anterior : sternum. Karena rongga mediastinum tidak dapat diperluas, maka pembesaran tumor dapat menekan organ penting di sekitarnya dan dapat mengancam jiwa. Kebanyakan tumor mediastinum tumbuh lambat sehingga pasien sering datang setelah tumor cukup besar, disertai keluhan dan tanda akibat penekanan tumor terhadap organ sekitarnya.
Secara garis besar mediastinum dibagi atas 4 bagian penting:
- Mediastinum superior, mulai pintu atas rongga dada sampai ke vertebra torakal ke-5 dan bagian bawah sternum.
- Mediastinum anterior, dari garis batas mediastinum superior ke diafargma didepan jantung.
- Mediastinum posterior, dari garis batas mediastinum superior ke diafragma dibelakang jantung.
- Mediastinum medial (tengah), dari garis batas mediastinum superior ke diafragma di antara mediastinum anterior dan posterior.
2.2 Definisi
Tumor mediastinum adalah tumor yang terdapat di dalam mediastinum yaitu rongga di antara paru-paru kanan dan kiri yang berisi jantung, aorta, dan arteri besar, pembuluh darah vena besar, trakea, kelenjar timus, saraf, jaringan ikat, kelenjar getah bening dan salurannya. (Perhimpunan Dokter Paru Indonesia, 2003)
Tumor mediastinum adalah tumor yang terdapat di mediastinum yaitu rongga imaginer di antara paru kiri dan kanan. Mediastinum berisi jantung,
pembuluh darah besar, trakea, timus, kelenjar getah bening dan jaringan ikat. (Elisna Syahruddin)
Tumor adalah suatu benjolan abnormal yanga ada pada tubuh, sedangkan mediastinum adalah suatu rongga yang terdapat antata paru-paru kanan dan paru-paru kiri yang berisi jantung, aorta, dan arteri besar, pembuluh darah vena besar, trakea, kelenjar timus, saraf, jaringan ikat, kelenjar getah bening dan salurannya. Jadi, Tumor mediastinum adalah tumor yang berada di daerah mediastinum. Tidak ada hal yang spesifik yang dapat mencegah tumor mediastinum ini. Tetapi jika kita terbiasa berperilaku hidup sehat insyaalloh kita akan tehindar dari penyakit tumor dan kanker. (dr. Agus Rahmadi, 2010)
2.3 Etiologi
Secara umum faktor-faktor yang dianggap sebagai penyebab tumor adalah:
- Penyebab kimiawi
- Faktor genetik (biomolekuler)
- Faktor fisik
- Faktor nutrisi
- Penyebab bioorganisme
- Faktor hormon
2.4 Klasifikasi Tumor Mediastinum
- Timoma
Stage dari Timoma:
- Stage I : belum invasi ke sekitar
- Stage II : invasi s/d pleura mediastinalis
- Stage III : invasi s/d pericardium
- Stage IV : Limphogen / hematogen
- Teratoid
- Kista Dermoid
- Teratoma (Mesoderm)
Pada teratoma maligna dan tumor sel benih seminoma, tumor teratokarsinoma dan karsinoma embrional atau kombinasi dari tumor itu menduduki tempat yang terpenting. Penderita dengan kelainan ini adalah yang pertama-tama perlu mendapat perhatian untuk penanganan dan pembedahan.
Mengenai teratoma benigna, dahulu disebut kista dermoid, prognosisnya cukup baik. Pada teratoma maligna, tergantung pada hasil terapi pembedahan radikal dan tipe histologiknya, tapi ini harus diikuti dengan radioterapi atau kemoterapi. (Aru W. Sudoyo, 2006)
- Limfoma
- Tumor Tiroid
- Kista pericardium
- Tumor neurogenik
Banyak Tumor Nerogenik menimbulkan beberapa gejala dan ditemukan pada foto thorax rutin. Gejala biasanya merupakan akibat dari penekanan pada struktur yang berdekatan. Nyeri dada atau punggung biasanya akibat kompresi atau invasi tumor pada nervus interkostalis atau erosi tulang yang berdekatan. Batuk dan dispneu merupakan gejala yang berhubungan dengan kompresi batang trakeobronchus. Sewaktu tumor tumbuh lebih besar di dalam mediastinum posterosuperior, maka tumor ini bisa menyebabkan sindrom pancoast atau Horner karena kompresi peleksus brakhialis atau rantai simpatis servikalis.
Pembagian dari tumor neurogenik, menurut letaknya:
a. Dari saraf tepi: Neurofibroma, Neurolinoma
b.Dari saraf simpati:GanglionNeurinoma,Neuroblastoma,Simpatikoblastoma
c. Dari paraganglion: Phaeocromocitoma, Paraganglioma
- Kista Bronkhogenik
2.5 Patofisiologi
Sebagaimana bentuk kanker/karsinoma lain, penyebab dari timbulnya karsinoma jaringan mediastinum belum diketahui secara pasti; namun diduga berbagai faktor predisposisi yang kompleks berperan dalam menimbulkan manifestasi tumbuhnya jaringan/sel-sel kanker pada jaringan mediastinum.
Adanya pertumbuhan sel-sel karsinoma dapat terjadi dalam waktu yang relatif singkat maupun timbul dalam suatu proses yang memakan waku bertahun-tahun untuk menimbulkan manifestasi klinik. Adakalanya berbagai bentuk karsinoma sulit terdeteksi secara pasti dan cepat oleh tim kesehatan. Diperlukan berbagai pemeriksaan akurat untuk menentukan masalah adanya kanker pada suatu jaringan.
Dengan semakin meningkatnya volume massa sel-sel yang berproliferasi maka secara mekanik menimbulkan desakan pada jaringan sekitarnya; pelepasan berbagai substansia pada jaringan normal seperti prostalandin, radikal bebas dan protein-protein reaktif secara berlebihan sebagai ikutan dari timbulnya karsinoma meningkatkan daya rusak sel-sel kanker terhadap jaringan sekitarnya; terutama jaringan yang memiliki ikatan yang relatif lemah.
Kanker sebagai bentuk jaringan progresif yang memiliki ikatan yang longgar mengakibatkan sel-sel yang dihasilkan dari jaringan kanker lebih mudah untuk pecah dan menyebar ke berbagai organ tubuh lainnya (metastase) melalui kelenjar, pembuluh darah maupun melalui peristiwa mekanis dalam tubuh.
Adanya pertumbuhan sel-sel progresif pada mediastinum secara mekanik menyebabkan penekanan (direct pressure/indirect pressure) serta dapat menimbulkan destruksi jaringan sekitar; yang menimbulkan manifestasi seperti penyakit infeksi pernafasan lain seperti sesak nafas, nyeri inspirasi, peningkatan produksi sputum, bahkan batuk darah atau lendir berwarna merah (hemaptoe) manakala telah melibatkan banyak kerusakan pembuluh darah.
Kondisi kanker juga meningkatkan resiko timbulnya infeksi sekunder; sehingga kadangkala manifestasi klinik yang lebih menonjol mengarah pada infeksi saluran nafas seperti pneumonia, tuberkulosis walaupun mungkin secara klinik pada kanker ini kurang dijumpai gejala demam yang menonjol.
2.6 Manifestasi Klinis
- Mengeluh sesak nafas, nyeri dada, nyeri dan sesak pada posisi tertentu (menelungkup)
- Sekret berlebihan
- Batuk dengan atau tanpa dahak
- Riwayat kanker pada keluarga atau pada klien
- Pernafasan tidak simetris
- Unilateral Flail Chest
- Effusi pleura
- Egophonia pada daerah sternum
- Pekak/redup abnormal pada mediastinum serta basal paru
- Wheezing unilateral/bilateral
- Ronchii
Sebagian besar pasien tumor mediastinum akan memperlihatkan gejala pada waktu presentasi .Kebanyakan kelompok melaporkan bahwa antara 56 dan 65 persen pasien menderita gejala pada waktu penyajian, dan penderita dengan lesi ganas jauh lebih mungkin menunjukkan gejala pada waktu presentasi. Tetapi, dengan peningkatan penggunaan rontgenografi dada rutin, sebagian besar massa mediastinum terlihat pada pasien yang asimtomatik. Adanya gejala pada pasien dengan massa mediastinum mempunyai kepentingan prognosis dan menggambarkan lebih tingginya kemungkinan neoplasma ganas.
Massa mediastinum bisa ditemukan dalam pasien asimtomatik, pada foto thorax rutin atau bisa menyebabkan gejala karena efek mekanik local sekunder terhadap kompresi tumor atau invasi struktur mediastinum. Gejala sistemik bisa nonspesifik atau bisa membentuk kompleks gejala yang sebenarnya patogmonik untuk neoplasma spesifik.
Keluhan yang biasanya dirasakan adalah :
- Batuk atau stridor karena tekanan pada trachea atau bronchi utama.
- Gangguan menelan karena kompresi esophagus.
- Vena leher yang mengembang pada sindroma vena cava superior.
- Suara serak karena tekanan pada nerves laryngeus inferior.
- Serangan batuk dan spasme bronchus karena tekanan pada nervus vagus.
Nyeri dada timbul paling sering pada tumor mediastinum anterosuperior. Nyeri dada yang serupa biasanya disebabkan oleh kompresi atau invasi dinding dada posterior dan nervus interkostalis. Kompresi batang trakhebronkhus biasanya memberikan gejala seperti dispneu, batuk, pneumonitis berulang atau gejala yang agak jarang yaitu stridor. Keterlibatan esophagus bisa menyebabkan disfagia atau gejala obstruksi. Keterlibatan nervus laringeus rekuren, rantai simpatis atau plekus brakhialis masing-masing menimbulkan paralisis plika vokalis, sindrom Horner dan sindrom Pancoast. Tumor mediastinum yang meyebabkan gejala ini paling sering berlokalisasi pada mediastinum superior. Keterlibatan nervus frenikus bisa menyebabkan paralisis diafragma.
2.7 Penatalaksanaa
- Pembedahan
- Obat-obatan
- Immunoterapi
- Kemoterapi
Kemoterapi telah menunjukkan kemampuannya dalam mengobati beberapa jenis tumor. - Radioterapi
2.8 Komplikasi
Komplikasi dari kelainan mediastinum mereflekikan patologi primer yang utama dan hubungan antara struktur anatomic dalam mediastinum. Tumor atau infeksi dalam mediastinum dapat menyebabkan timbulnya komplikasi melalui: perluasan dan penyebaran secara langsung, dengan melibatkan struktur-struktur (sel-sel) bersebelahan, dengan tekanan sel bersebelahan, dengan menyebabkan sindrom paraneoplastik, atau melalui metastatic di tempat lain. Empat komplikasi terberat dari penyakit mediastinum adalah:
- Obstruksi trachea
- Sindrom Vena Cava Superior
- Invasi vascular dan catastrophic hemorrhage, dan
- Rupture esofagus
2.9 WOC ( Web of Caution )
DOWNLOAD : WOC ASKEP TUMOR MEDIASTINUM
BAB III
Asuhan Keperawatan
3.1 Pengkajian
- Identitas
- Nama pasien
- Umur : Karsinoma cenderung ditemukan pada usia dewasa
- Jenis kelamin : Laki-laki lebih beresiko daripada wanita
- Suku /Bangsa
- Pendidikan
- Pekerjaan
- Alamat
- Riwayat Penyakit Sekarang
Keluhan utama yang sering muncul adalah sesak nafas dan nyeri dada yang berulang tidak khas, mungkin disertai batuk darah. Pada beberapa kasus sering dilaporkan keluhan infeksi lebih menjadi sebab klien melakukan pemeriksaan ke rumah sakit.
- Riwayat Penyakit Dahulu
- Riwayat Penyakit Keluarga
- Pemeriksaan Per Sistem
- Sistem pernafasan (B1)
Data Obyektif: hiperventilasi, batuk (produktif/nonproduktif), sputum banyak, penggunaan otot diagfragma pernafasan diafragma dan perut meningkat, laju pernafasan meningkat, terdengar stridor, ronchii pada lapang paru, terdengar suara nafas abnormal, egophoni
- Sistem kardiovaskuler (B2)
Data Obyektif: denyut nadi meningkat, disritmia, pembuluh darah vasokontriksi, kualitas darah menurun.
- Sistem Persarafan (B3)
Data Obyektif: letargi
- Sistem Perkemihan (B4)
Data Obyektif: produksi urine menurun
- Sistem Pencernaan (B5)
Data Obyektif: konsistensi feses normal/diare, berat badan turun, penurunan intake makanan
- Sistem Muskuloskeletal dan Integumen (B6)
Data Obyektif: kulit pucat, sianosis, turgor menurun (akibat dehidrasi sekunder), banyak keringat, suhu kulit meningkat /normal, tonus otot menurun, nyeri otot, retraksi paru dan penggunaan otot aksesoris pernafasan, flail chest
- Sistem Endokrin (B7)
- Pengkajian Psikososial
- Personal Hygiene dan Kebiasaan
10. Pengkajian Spiritual
- Pemeriksaan Penunjang
- Hb: menurun/normal
- Analisa Gas Darah: asidosis respiratorik, penurunan kadar oksigen darah, kadar karbon darah meningkat/normal
- Elektrolit: Natrium/kalsium menurun/normal
- Pemeriksaan diagnostik
- Rontgenografi
- USG
- USG Germ Cell Mediastinum
- Tomografi Komputerisasi
- Magnetic Resonance Imaging (MRI)
- Biopsy
3.2 Analisa Data
Data |
Etiologi |
Masalah Keperawatan |
|||
DS : sesak nafas dan batuk klien mengeluh DO : batuk (baik produktif maupun non produktif), sesak nafas, takipnea, retraksi, demam, ronki, sianosis. |
Sel tumor membesar Vena leher mengembang Resiko tertekannya faring dan laring Saluran nafas tersumbat |
Ketidakefektifan pola nafas |
|||
DS : letargi, demam., muntah, diare, membrana mukosa kering, turgor kulit buruk, penurunan output urine. |
Tumor mediastinum Dilakukan kemoterapi Diare |
Gangguan keseimbangan Cairan berhubungan dengan:
|
|||
DS : klien mengeluh sesak nafas DO : anoreksia, mual, muntah, |
Terbentuknya formasi tumor Kompresi esofagus Gangguan menelan |
Perubahan Nutrisi |
|||
DS : malaise DO : badan klien lemah |
Tumor mediastinum Dilakukan radioterapi Badan lemah |
Intoleransi aktivitas |
3.3 Intervensi
- Diagnosa: Ketidakefektifan pola nafas b.d adaptasi fisik tidak adekuat sekunder terhadap penekanan jaringan paru oleh sel tumor.
Kriteria Hasil: Suara nafas paru relatif bersih, laju nafas dalam rentang normal dan tidak terdapat batuk, cyanosis, haluaran hidung, retraksi.
No. |
Intervensi |
Rasional |
1. |
Lakukan pengkajian tiap 4 jam terhadap RR, S, dan tanda-tanda keefektifan jalan napas |
Evaluasi dan reassessment terhadap tindakan yang akan/telah diberikan |
2. |
Lakukan Phisioterapi dada secara terjadwal. |
Mengeluarkan sekresi jalan nafas, mencegah obstruksi |
3. |
Berikan oksigen lembab, kaji keefektifan terapi. |
Meningkatkan suplai oksigen jaringan paru. |
4. |
Berikan antibiotic dan antipiretik sesuai order, kaji keefektifan dan efek samping ( diare ) |
Menurunkan resiko infeksi sekunder. |
5. |
Lakukan pengecekan hitung SDM dan photo thoraks |
Evaluasi terhadap keefektifan sirkulasi oksigen, evaluasi kondisi jaringan paru |
6. |
Lakukan suction secara bertahap |
Membantu pembersihan jalan nafas. |
7. |
Catat hasil pulse oximeter bila terpasang, tiap 2-4 jam. |
Evaluasi berkala keberhasilan terapi tindakan tim kesehatan |
- Diagnosa: Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan diare akibat khemoterapi.
Kriteria Hasil: a) Intake adekuat
b) Tidak adanya muntah dan diare
c) Suhu tubuh dalam batas normal
No. |
Intervensi |
Rasional |
1. |
Catat intake dan output |
Evaluasi ketat kebuituhan intake dan output |
2. |
Kaji dan catat suhu setiap 4 jam tanda deficit cairan. |
Meyakinkan terpenuhi kebutuhan cairan. |
3. |
Catat pengeluaran feses tiap 4 jam atau bila perlu. |
Evaluasi objektif sederhana deficit volume cairan. |
4. |
Lakukan perawatan mulut tiap 4 jam |
Meningkatkan bersihan saluran cerna, meningkatkan nafsu makan/ minum. |
- Perubahan Nutrisi : Kurang dari kebutuhan berhubungan dengan anoreksia, muntah, peningkatan konsumsi kalori sekunder terhadap infeksi/ proliferasi sel dan efek radiasi/chemoterapi.
Kriteria Hasil :
- Status nutrisi terpenuhi
- nafsu makan klien timbul kembali
- berat badan normal
- jumlah Hb dan albumin normal
No |
Intervensi |
Rasional |
1 |
Kaji sejauh mana ketidakadekuatan nutrisi klien |
Menganalisa penyebab melaksanakan intervensi. |
2 |
Timbang berat badan sesuai indikasi |
Mengawasi keefektifan secara diet |
3 |
Memeberikan asupan nutrisi sesuai kebutuhan |
Kebutuhan pasien akan nutrisi terpenuhi |
4 |
Anjurkan makan sedikit tapi sering |
Tidak memberi rasa bosan dan pemasukan nutrisi dapat ditingkatkan |
5 |
Anjurkan kebersihan oral sebelum makan |
Mulut yang bersih meningkatkan nafsu makan. |
6 |
Kolaborasi ahli gizi pemberian makanan yang bervariasi. |
Makanan yang bervariasi dapat meningkatkan nafsu makan klien. |
7 |
Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian suplemen dan obat-obatan peningkat nafsu makan. |
Menstimulasi nafsu makan dan mempertahankan intake nutrisi yang adekuat. |
- Intoleransi aktivitas berhubungan dengan distres pernafasan, latergi, penurunan intake, demam.
Kriteria hasil :Perilaku menampakkan kemampuan untuk memenuhi kebutuhan diri, pasien mengungkapkan mampu untuk melakukan beberapa aktivtas tanpa dibantu, koordinasi otot; tulang dan anggota gerak lainnya baik.
No |
Intervensi |
Rasional |
1 |
Rencanakan periode istirahat yang cukup. |
Mengurangi aktivitas yang tidak diperlukan, dan energi terkumpul dapat digunakan untuk aktivitas seperlunya secar optimal. |
2 |
Berikan latihan aktivitas secara bertahap |
Tahapan-tahapan yang diberikan membantu proses aktivitas secara
perlahan dengan menghemat tenaga namun tujuan yang tepat, mobilisasi
dini. |
3 |
Bantu pasien dalam memenuhi kebutuhan sesuai kebutuhan |
Mengurangi pemakaian energi sampai kekuatan pasien pulih kembali |
4 |
Setelah latihan dan aktivitas kaji respons pasien |
Menjaga kemungkinan adanya respons abnormal dari tubuh sebagai akibat dari latihan |
3.4 Implementasi
Pada tahap ini ntuk melaksanakan intervensi dan aktivitas yang telah dicatat dalam rencana perawatan pasien. Agar implementasi/pelaksanaan perencanaan ini dapat tepat waktu dan efektif maka perlu mengidentifikasi prioritas perawatan, memantau dan mencatat respon pasien terhadap setiap intervensi yang dilaksanakan serta mendokumentasikan pelaksanaan perawatan.
3.5 Evaluasi
Pada tahap akhir proses keperawatan adalah mengevaluasi respon pasien terhadap perawatan yang diberikan untuk memastikan bahwa hasil yang diharapkan telah dicapai. Evaluasi merupakan proses yang interaktif dan kontinyu, karena setiap tindakan keperawatan, respon pasien dicatat dan dievaluasi dalam hubungannya dengan hasil yang diharapkan kemudian berdasarkan respon pasien, revisi, intervensi keperawatan/hasil yang mungkin diperlukan.
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Mediastinum adalah suatu bagian penting dari thorax. Mediastinum terletak di antara kavita pleuralis dan mengandung banyak organ penting dan struktur vital. Tumor mediastinum adalah tumor yang terdapat di dalam mediastinum yaitu rongga di antara paru-paru kanan dan kiri yang berisi jantung, aorta, dan arteri besar, pembuluh darah vena besar, trakea, kelenjar timus, saraf, jaringan ikat, kelenjar getah bening dan salurannya.
4.2 Saran
Setelah membaca makalah kami ini, kami berharap kepada pembaca, khususnya pada mahasiswa keperawatan dapat lebih memahami lebih dalam mengenai tumor mediastinum.
Daftar Pustaka
Anonymuousa, 2010. id.wikipedia.org/wiki/Tumor_mediastinum. Diakses tanggal 26 September 2010
Anonymuosb, 2010. http://id.wikipedia.org/wiki/Limfoma. Diakses tanggal 30 September 2010
Agus Rahmadi, 2010. http://www.eramuslim.com/konsultasi/sehat/tumor-mediastinum-itu-apa.htm. Diakses tanggal 30 September 2010
ElisnaSyahruddin,dkk.2010.http://jurnalrespirologi.org/jurnal/Okto09JRI/Penatalaksanaan%20tumor%20mediastinum_6_.pdf. Diakses tanggal 30 September 2010
Anonymousc, 2010. wildanprasetya.blog.com/2009/04/18/askep-tumor-paru. Diakses tanggal 26 September 2010
Anonymousd, 2010. perinatologi.blogspot.com/.../tumor-mediastinum.html. Diakses tanggal 26 September 2010
Tidak ada komentar:
Posting Komentar