OSTEOMIELITIS
Untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah
Keperawatan Medikal Bedah
![]() |
Disusun Oleh :
KELOMPOK V
S 1 – KEPERAWATAN /A
STIKES MUHAMMADIYAH LAMONGAN
BAB 11
PEMBAHASAN
2.1 Defenisi
Osteomielitis
adalah infeksi tulang. Infeksi tulang lebih sulit disembuhkan daripada
infeksi jaringan lunak karena terbatasnya asupan darah, respons jaringan
terhadap inflamasi, tingginya tekanan jaringan dan pembentukan
involukrum (pembentukan tulang baru di sekeliling jaringan tulang mati).
Osteomeilitis dapat menjadi masalah kronis yang akan mempengaruhi
kualitas hidup atau mengakibatkan kehilangan ekstremitas. Beberapa ahli memberikan defenisi terhadap osteomyelitis sebagai berikut :
v Osteomyelitis
adalah infeksi Bone marrow pada tulang-tulang panjang yang disebabkan
oleh staphylococcus aureus dan kadang-kadang Haemophylus influensae
(Depkes RI, 1995).
v Osteomyelitis adalah infeksi tulang (Carpenito, 1990).
v Osteomyelitis adalah suatu infeksi yang disebarkan oleh darah yang disebabkan oleh staphylococcus (Henderson, 1997)
v Osteomyelitis
adalah influenza Bone Marow pada tulang-tulang panjang yang disebabkan
oleh staphyilococcus Aureus dan kadang-kadang haemophylus influenzae,
infeksi yang hampir selalu disebabkan oleh staphylococcus aureus. Tetapi
juga Haemophylus influenzae, streplococcus dan organisme lain dapat
juga menyebabkannya osteomyelitis adalah infeksi lain.
2.2 Etiologi
Infeksi
bisa disebabkan oleh penyebaran hematogen (melalui darah) dari fokus
infeksi di tempat lain (mis. Tonsil yang terinfeksi, lepuh, gigi
terinfeksi, infeksi saluran nafas atas). Osteomielitis akibat penyebaran
hematogen biasanya terjadi ditempat di mana terdapat trauma dimana
terdapat resistensi rendah kemungkinan akibat trauma subklinis (tak
jelas).
Osteomielitis
dapat berhubungan dengan penyebaran infeksi jaringan lunak (mis. Ulkus
dekubitus yang terinfeksi atau ulkus vaskuler) atau kontaminasi langsung
tulang (mis, fraktur ulkus vaskuler) atau kontaminasi langsung tulang
(mis. Fraktur terbuka, cedera traumatik seperti luka tembak, pembedahan
tulang.
Pasien
yang beresiko tinggi mengalami osteomielitis adalah mereka yang
nutrisinya buruk, lansia, kegemukan atau penderita diabetes. Selain itu,
pasien yang menderita artritis reumatoid, telah di rawat lama dirumah
sakit, mendapat terapi kortikosteroid jangka panjang, menjalani
pembedahan sendi sebelum operasi sekarang atau sedang mengalami sepsis
rentan, begitu pula yang menjalani pembedahan ortopedi lama, mengalami
infeksi luka mengeluarkan pus, mengalami nekrosis insisi marginal atau
dehisensi luka, atau memerlukan evakuasi hematoma pascaoperasi.
2.3 Klasifikasi
Menurut kejadiannya osteomyelitis ada 2 yaitu :
1. Osteomyelitis Primer à Kuman-kuman mencapai tulang secara langsung melalui luka.
2. Osteomyelitis Sekunder à
Adalah kuman-kuman mencapai tulang melalui aliran darah dari suatu
focus primer ditempat lain (misalnya infeksi saluran nafas,
genitourinaria furunkel).
Sedangkan osteomyelitis menurut perlangsungannya dibedakan atas :
a. Osteomyelitis akut
v Nyeri daerah lesi
v Demam, menggigil, malaise, pembesaran kelenjar limfe regional
v Sering ada riwayat infeksi sebelumnya atau ada luka
v Pembengkakan lokal
v Kemerahan
v Suhu raba hangat
v Gangguan fungsi
v Lab = anemia, leukositosis
b. Osteomyelitis kronis
v Ada luka, bernanah, berbau busuk, nyeri
v Gejala-gejala umum tidak ada
v Gangguan fungsi kadang-kadang kontraktur
v Lab = LED meningkat
Osteomyelitis menurut penyebabnya adalah osteomyelitis biogenik yang paling sering :
v Staphylococcus (orang dewasa)
v Streplococcus (anak-anak)
v Pneumococcus dan Gonococcus
Insiden
Osteomyelitis
ini cenderung terjadi pada anak dan remaja namun demikian seluruh usia
bisa saja beresiko untuk terjadinya osteomyelitis pada umumnya kasus ini
banyak terjadi laki-laki dengan perbandingan 2 : 1.
2.4 Patofisiologi
Staphylococcus
aurens merupakan penyebab 70% sampai 80% infeksi tulang. Organisme
patogenik lainnya sering dujumpai pada osteomielitis meliputi Proteus,
Pseudomonas dan Ecerichia coli. Terdapat peningkatan insiden infeksi resisten penisilin, nosokomial, gram negatif dan anaerobik.
Awitan
osteomielitis setelah pembedahan ortopedi dapat terjadi dalam 3 bulan
pertama (akut fulminan stadium I) dan sering berhubungan dengan
penumpukan hematoma atau infeksi superfisial. Infeksi awitan lambat
(stadium 2) terjadi antara 4 sampai 24 bulan setelah pembedahan.
Osteomielitis awitan lama (stadium 3) biasanya akibat penyebaran
hematogen dan terjadi 2 tahun atau lebih setelah pembedahan.
Respons
inisial terhadap infeksi adalah salah satu dari inflamasi, peningkatan
Vaskularisas dan edema. Setelah 2 atau 3 hari, trombosis pada pembuluh
darah terjadi pada tempat tersebut, mengakibatkan iskemia dengan
nekrosis tulang sehubungan dengan peningkatan dan dapat menyebar ke
jaringan lunak atau sendi di sekitarnya, kecuali bila proses infeksi
dapat dikontrol awal, kemudian akan terbentuk abses tulang.
Pada
perjalanan alamiahnya, abses dapat keluar spontan; namun yang lebih
sering harus dilakukan insisi dan drainase oleh ahli bedah. Abses yang
terbentuk dalam dindingnya terbentuk daerah jaringan mati, namun seperti
pada rongga abses pada umumnya, jaringan tulang mati (sequestrum) tidak
mudah mencair dan mengalir keluar. Rongga tidak dapat mengempis dan
menyembuh, seperti yang terjadi pada jaringan lunak. Terjadi pertumbuhan
tulang baru (involukrum) dan mengelilingi sequestrum. Jadi meskipun
tampak terjadi proses penyembuhan, namun sequestrum infeksius kronis
yang tetap rentan mengeluarkan abses kambuhan sepanjang hidup pasien.
Dinamakan osteomielitis tipe kronik.
2.5 Manifestasi Klinis
Jika
infeksi dibawa oleh darah, biasanya awitannya mendadak, sering terjadi
dengan manifestasi klinis septikemia (mis. Menggigil, demam tinggi,
denyut nadi cepat dan malaise umum). Gejala sismetik pada awalnya dapat
menutupi gejala lokal secara lengkap. Setelah infeksi menyebar dari
rongga sumsum ke korteks tulang, akan mengenai periosteum dan jaringan
lunak, dengan bagian yang terinfeksi menjadi nyeri, bengkak dan sangat
nyeri tekan. Pasien menggambarkan nyeri konstan berdenyut yang semakin
memberat dengan gerakan dan berhubungan dengan tekanan pus yang
terkumpul.
Bila
osteomielitis terjadi akibat penyebaran dari infeksi di sekitarnya atau
kontaminasi langsung, tidak akan ada gejala septikemia. Daerah infeksi
membengkak, hangat, nyeri dan nyeri tekan.
Pasien
dengan osteomielitis kronik ditandai dengan pus yang selalu mengalir
keluar dari sinus atau mengalami periode berulang nyeri, inflamasi,
pembengkakan dan pengeluaran pus. Infeksi derajat rendah dapat menjadi
pada jaringan parut akibat kurangnya asupan darah.
2.6 Evaluasi Diagnostik
Pada
osteomielitis akut, pemeriksaan sinar – x awal hanya menunjukkan
pembengkakan jaringan lunak. Pada sekitar 2 minggu terdapat daerah
dekalsifikasi ireguler, nekrosis tulang baru. Pemindaian tulang dan MRI
dapat membantu diagnosis definitif awal. Pemeriksaan darah
memperlihatkan peningkatan leukosit dan peningkatan laju endap darah. Kultur darah dan kultur abses diperlukan untuk menentukan jenis antibiotika yang sesuai.
Pada
osteomielitis kronik, besar, kavitas iregular, peningkatan periosteum,
sequestra atau pembentukan tulang padat terlihat pada sinar – x.
pemindaian tulang dapat dilakukan untuk mengidentifikasi area infeksi.
Laju sedimentasi dan jumlah sel darah putih biasanya normal. Anemia,
dikaitkan dengan infeksi kronik. Abses ini dibiakkan untuk menentukan
organisme infektif dan terapi antibiotik yang tepat.
2.7 Pencegahan
Sasaran utamanya adalah Pencegahan osteomielitis. Penanganan
infeksi lokal dapat menurunkan angka penyebaran hematogen. Penanganan
infeksi jaringan lunak pada mengontrol erosi tulang. Pemilihan pasien
dengan teliti dan perhatian terhadap lingkungan operasi dan teknik
pembedahan dapat menurunkan insiden osteomielitis pascaoperasi.
Antibiotika
profilaksis, diberikan untuk mencapai kadar jaringan yang memadai saat
pembedahan dan selama 24 jam sampai 48 jam setelah operasi akan sangat
membantu. Teknik perawatan luka pascaoperasi aseptik akan menurunkan
insiden infeksi superfisial dan potensial terjadinya osteomielitis.
2.8 Penatalaksanaan
Daerah
yang terkana harus diimobilisasi untuk mengurangi ketidaknyamanan dan
mencegah terjadinya fraktur. Dapat dilakukan rendaman salin hangat
selama 20 menit beberapa kali per hari untuk meningkatkan aliran daerah.
Sasaran
awal terapi adalah mengontrol dan menghentikan proses infeksi, Kultur
darah dan swab dan kultur abses dilakukan untuk mengidentifikasi
organisme dan memilih antibiotika yang terbaik. Kadang, infeksi
disebabkan oleh lebih dari satu patogen.
Begitu
spesimen kultur telah diperoleh, dimulai pemberian terapi antibiotika
intravena, dengan asumsi bahwa dengan infeksi staphylococcus yang peka
terhadap penisilin semi sintetik atau sefalosporin. Tujuannya adalah
mengentrol infeksi sebelum aliran darah ke daerah tersebut menurun
akibat terjadinya trombosis. Pemberian dosis antibiotika terus menerus
sesuai waktu sangat penting untuk mencapai kadar antibiotika dalam darah
yang terus menerus tinggi. Antibiotika yang paling sensitif terhadap
organisme penyebab yang diberikan bila telah diketahui biakan dan
sensitivitasnya. Bila infeksi tampak telah terkontrol, antibiotika dapat
diberikan per oral dan dilanjutkan sampai 3 bulan. Untuk meningkatkan
absorpsi antibiotika oral, jangan diminum bersama makanan.
Bila
pasien tidak menunjukkan respons terhadap terapi antibiotika, tulang
yang terkena harus dilakukan pembedahan, jaringan purulen dan nekrotik
diangkat dan daerah itu diiringi secara langsung dengan larutan salin
fisiologis steril. Tetapi antibitika dianjurkan.
Pada
osteomielitis kronik, antibiotika merupakan ajuvan terhadap debridemen
bedah. Dilakukan sequestrektomi (pengangkatan involukrum secukupnya
supaya ahli bedah dapat mengangkat sequestrum). Kadang harus dilakukan
pengangkatan tulang untuk memajankan rongga yang dalam menjadi cekungan
yang dangkal (saucerization). Semua tulang dan kartilago yang terinfeksi
dan mati diangkat supaya dapat terjadi penyembuhan yang permanen.
Luka
dapat ditutup rapat untuk menutup rongga mati (dead space) atau
dipasang tampon agar dapat diisi oleh jaringan granulasi atau dilakukan
grafting dikemudian hari. Dapat dipasang drainase berpengisap untuk
mengontrol hematoma dan mebuang debris. Dapat diberikan irigasi larutan
salin normal selama 7 sampai 8 hari. Dapat terjadi infeksi samping
dengan pemberian irigasi ini.
Rongga
yang didebridemen dapat diisi dengan graft tulang kanselus untuk
merangsang penyembuhan. Pada defek yang sangat besar, rongga dapat diisi
dengan transfer tulang berpembuluh darah atau flup otot (dimana suatu
otot diambil dari jaringan sekitarnya namun dengan pembuluh darah yang
utuh). Teknik bedah mikro ini akan meningkatkan asupan darah; perbaikan
asupan darah kemudian akan memungkinkan penyembuhan tulang dan eradikasi
infeksi. Prosedur bedah ini dapat dilakukan secara bertahap untuk
menyakinkan penyembuhan. Debridemen bedah dapat melemahkan tulang,
kemudian memerlukan stabilisasi atau penyokong dengan fiksasi interna
atau alat penyokong eksterna untuk mencegah terjadinya patah tulang.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian
1. Riwayat keperawatan
Identifikasi
awitan gejala akut : nyeri akut, pembangkakan, eritma, demam atau
keluarnya pus dari sinus disertai nyeri, pembengkakan dan demam.
Kaji faktor resiko : Lansia, DM, terapi kortikosteroid jangka panjang, cedera, infeksi dan riwayat bedah ortopedi sebelumnya.
Hal-hal
yang dikaji meliputi umur, pernah tidaknya trauma, luka terbuka,
tindakan operasi khususnya operasi tulang, dan terapi radiasi.
Faktor-faktor tersebut adalah sumber potensial terjadinya infeksi.
2. Pemeriksaan fisik
Area
sekitar tulang yang terinfeksi menjadi bengkak dan terasa lembek bila
dipalpasi. Bisa juga terdapat eritema atau kemerahan dan panas. Efek
sistemik menunjukkan adanya demam biasanya diatas 380, takhikardi,
irritable, lemah bengkak, nyeri, maupun eritema.
3. Riwayat psikososial
Pasien
seringkali merasa ketakutan, khawatir infeksinya tidak dapat sembuh,
takut diamputasi. Biasanya pasien dirawat lama di rumah sakit sehingga
perawat perlu mengfkaji perubahan-perubahan kehidupan khususnya
hubungannya dengan keluarga, pekerjaan atau sekolah.
4. Pemeriksaan diagnostik
Hasil laboratorium menunjukan adanya leukositosis dan laju endap darah meningkat. 50%
pasien yang mengalami infeksi hematogen secara dini adanya
osteomielitis maka dilakukan scanning tulang. Selain itu dapat pula
dengan biopsi tulang atau MRI.
3.2 Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada pasien dengan osteomielitis adalah :
1) Nyeri berhubungan dengan inflamasi dan pembengkakan.
2) Gangguan mobilisasi fisik berhubungan dengan nyeri, alat imobilisasi dan keterbatasan menahan beban berat badan.
3) Resiko terhadap perluasan infeksi berhubungan dengan pembentukan abses tulang.
4) Kurang pengetahuan tentang program pengobatan.
3.3 Perencanaan dan Implemantasi
Sasaran
pasien meliputi peradaan nyeri, perbaikan mobilitas fisik dalam
batas-batas terapeutik, kontrol dan eradikasi infeksi dan pemahaman
mengenai program pengobatan.
3.4 Intervensi Keperawatan
Peradaan Nyeri : Bagian
yang terkena harus diimobilisasi dengan bidai untuk mengurangi nyeri
dan spasme otot. Sendi diatas dan dibawah bagian yang terkena harus
dibuat sedemikian sehingga masih dapat digerakkan sesuai rentangnya
namun dengan lembut. Lukanya sendiri kadang terasa nyeri dan harus
ditangani dengan hati-hati dan perlahan.
Peninggian
dapat mengurangi pembengkakan dan ketidaknyamanan yang ditimbulkannya
Status neurovaskuler ektremitas yang terkena harus terpantau. Teknik
untuk mengurangi persepsi nyeri dan analgesic yang diresepkan cukup
berguna.
Perbaikan Mobilitas Fisik : Program
pengobatan membatasi aktivitas. Tulang menjadi lemah akibat proses
infeksi dan harus dilindungi dengan alat imobilisasi dan penghindaran
stress pada tulang. Pasien harus memahami rasional pembatasan aktivitas.
Tetapi partisipasi aktif dalam kehidupan sehari-hari dalam batas fisik
tetap dianjurkan untuk mempertahankan rasa sehat secara umum.
Mengontrol Proses Infeksi : Perawat
memantau respons pasien terhadap terapi antibiotika dan melakukan
observasi tempat pemasangan infus adanya bukti flebitis atau infiltrasi.
Bila
diperlukan pembedahan, harus dilakukan upaya untuk menyakinkan adanya
peredaran darah yang memadai (penghisapan luka untuk mencegah penumpukan
cairan, peninggian daerah untuk memperbaiki aliaran balik vena,
menghindari tekanan pada daerah yang di-grafit), untuk mempertahankan
imobilitas yang dibutuhkan dan untuk memenuhi pembatasan beban berat
badan.
Kesehatan
umum dan nutrisi pasien harus dipantau. Diet protein seimbang, vitamin C
dan vitamin D dipilih untuk meyakinkan adanya keseimbangan nitrogen dan
merangasang penyembuhan.
Pendidikan Pasien dan Pertimbangan Perawatan di Rumah : Penanganan
osteomielitis, termasuk perawatan luka dan terapi antibiotika
intravena, dapat dilakukan di rumah. Pasien harus dalam keadaan stabil
secara medis dan telah termotivasi serta keluarga mendukung. Lingkungan
rumah harus bersifat kondusif terhadap promosi kesehatan dan sesuai
dengan program pengobatan terapeutik.
Pasien
dan keluarganya harus memahami benar protokol antibiotika. Selain itu,
penggantian balutan secara stesil dan teknik kompres hangat harus
diajarkan. Pendidikan pasien sebelum pemulangan dari rumah sakit dan
supervise serta dukungan yang memadai dari perawatan di rumah sangat
penting dalam keberhasilan penatalaksanaan osteomielitis di rumah.
Pasein
tersebut harus dipantau dengan cermat mengenai bertambahnya daerah
nyeri atau peningkatan suhu yang mendadak. Pasien diminta untuk
melakukan obsevasi dan melaporkan bila terjadi peningkatan suhu, keluar
pus, bau, dan bertambahnya inflamasi.
3.5 Evaluasi
Hasil yang diharapkan :
- Mengalami Peredaan Nyeri
- Melaporkan berkurangnya nyeri
- Tidak mengalami nyeri tekan di tempat terjadinya infeksi\
- Tidak mengalami ketidaknyamanan bila bergerak
- Peningkatan mobilitas fisik
- Berpartisipasi dalam aktivitas perawatan diri
- Mempertahankan fungsi penuh ektremitas yang sehat
- Memperlihatkan penggunaan alat imobilisasi dan alat bantu dengan aman
- Tidak adanya infeksi
- Memakai antibiotika sesuai resep
- Suhu badan normal
- Tidak ada pembengkakan
- Tidak ada pus
- Angka leukosit dan laju endap darah kembali normal
- Biarkan darah negatif
- Mematuhi rencana terapeutik
- Memakai antibiotika sesuai resep
- Melindungi tulang yang lemah
- Memperlihatkan perawatan luka yang benar
- Melaporkan bila ada masalah segera
- Makan diet seimbang dengan tinggi protein dan vitamin C dan D
- Mematuhi perjanjian untuk tindak lanjut
- Melaporkan peningkatan kekuatan
- Tidak melaporkan penigkatan suhu badan atau kekambuhan nyeri, pembengkakan, atau gejala lain di tempat tersebut.
BAB IV
PENUTUP
4.1 KESIMPULAN
Osteomielitis
adalah infeksi tulang. Infeksi tulang lebih sulit disembuhkan daripada
infeksi jaringan lunak karena terbatasnya asupan darah, respons jaringan
terhadap inflamasi, tingginya tekanan jaringan dan pembentukan
involukrum (pembentukan tulang baru di sekeliling jaringan tulang mati).
Infeksi
bisa disebabkan oleh penyebaran hematogen (melalui darah) dari fokus
infeksi di tempat lain (mis. Tonsil yang terinfeksi, lepuh, gigi
terinfeksi, infeksi saluran nafas atas). Osteomielitis akibat penyebaran
hematogen biasanya terjadi ditempat di mana terdapat trauma dimana
terdapat resistensi rendah kemungkinan akibat trauma subklinis (tak
jelas).
Jika infeksi dibawah oleh darah, biasanya awitannya mendadak, sering terjadi dengan manifestasi klinis septikemia (mis. Menggigil, demam tinggi, denyut nadi cepat dan malaise umum).
Penanganan
infeksi lokal dapat menurunkan angka penyebaran hematogen. Penanganan
infeksi jaringan lunak pada mengontrol erosi tulang. Pemilihan pasien
dengan teliti dan perhatian terhadap lingkungan operasi dan teknik
pembedahan dapat menurunkan insiden osteomielitis pascaoperasi.
4.2 SARAN
Berdasarkan
tanda dan gejala osteomielitis kita sebagai tenaga kesehatan hendaknya
mengetahui dan memberi penyuluhan masyarakat awam agar dapat ditangani
secara dini dan tidak terjadi penyebaran pada area lain.
DAFTAR PUSTAKA
Brunner, Suddarth, (2001) Buku Ajar Keperawatan-Medikal Bedah, Edisi 8 Volume 3,EGC : Jakarta
Doenges, Marilynn E, dkk, (2000), Penerapan Proses Keperawatan dan Diagnosa
Keperawatan, EGC ; Jakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar