Posted by joe pada 18/03/2010
Definisi KIPI
Menurut Komite Nasional Pengkajian dan
Penaggulangan KIPI (KN PP KIPI), KIPI adalah semua kejadian sakit dan
kematian yang terjadi dalam masa 1 bulan setelah imunisasi. Pada keadaan
tertentu lama pengamatan KIPI dapat mencapai masa 42 hari (arthritis
kronik pasca vaksinasi rubella), atau bahkan 42 hari (infeksi virus
campak vaccine-strain pada pasien imunodefisiensi pasca vaksinasi campak, dan polio paralitik serta infeksi virus polio vaccine-strain pada resipien non imunodefisiensi atau resipien imunodefisiensi pasca vaksinasi polio).
Pada umumnya reaksi terhadap obat dan vaksin dapat merupakan reaksi simpang (adverse events),
atau kejadian lain yang bukan terjadi akibat efek langsung vaksin.
Reaksi simpang vaksin antara lain dapat berupa efek farmakologi, efek
samping (side-effects), interaksi obat, intoleransi, reaksi
idoisinkrasi, dan reaksi alergi yang umumnya secara klinis sulit
dibedakan.efek farmakologi, efek samping, serta reaksi idiosinkrasi
umumnya terjadi karena potensi vaksin sendiri, sedangkan reaksi alergi
merupakan kepekaan seseorang terhadap unsure vaksin dengan latar
belakang genetic. Reaksi alergi dapat terjadi terhadap protein telur
(vaksin campak, gondong, influenza, dan demam kuning), antibiotik, bahan
preservatif (neomisin, merkuri), atau unsure lain yang terkandung dalam
vaksin.
Kejadian yang bukan disebabkan efek
langsung vaksin dapat terjadi karena kesalahan teknik pembuatan,
pengadaan dan distribusi serta penyimpanan vaksin, kesalahan prosedur
dan teknik pelaksanaan imunisasi, atau semata-mata kejadian yang timbul
secara kebetulan. Sesuai telaah laporan KIPI oleh Vaccine Safety Committee, Institute of Medicine (IOM)
USA menyatakan bahwa sebagian besar KIPI terjadi karena kebetulan saja.
Kejadian yang memang akibat imunisasi tersering adalah akibat kesalahan
prosedur dan teknik pelaksanaan (pragmatic errors).
Etiologi
Tidak semua kejadian KIPI disebabkan oleh
imunisasi karena sebagian besar ternyata tidak ada hubungannya dengan
imunisasi. Oleh karena itu unutk menentukan KIPI diperlukan keterangan
mengenai:
- besar frekuensi kejadian KIPI pada pemberian vaksin tertentu
- sifat kelainan tersebut lokal atau sistemik
- derajat sakit resipien
- apakah penyebab dapat dipastikan, diduga, atau tidak terbukti
- apakah dapat disimpulkan bahwa KIPI berhubungan dengan vaksin, kesalahan produksi, atau kesalahan prosedur
KN PP KIPI membagi penyebab KIPI menjadi 5 kelompok faktor etiologi menurut klasifikasi lapangan WHO Western Pacific (1999), yaitu:
1. Kesalahan program/teknik pelaksanaan (programmic errors)
Sebagian kasus KIPI berhubungan dengan
masalah program dan teknik pelaksanaan imunisasi yang meliputi kesalahan
program penyimpanan, pengelolaan, dan tata laksana pemberian vaksin.
Kesalahan tersebut dapat terjadi pada berbagai tingkatan prosedur
imunisasi, misalnya:
-
- Dosis antigen (terlalu banyak)
- Lokasi dan cara menyuntik
- Sterilisasi semprit dan jarum suntik
- Jarum bekas pakai
- Tindakan aseptik dan antiseptik
- Kontaminasi vaksin dan perlatan suntik
- Penyimpanan vaksin
- Pemakaian sisa vaksin
- Jenis dan jumlah pelarut vaksin
- Tidak memperhatikan petunjuk produsen
Kecurigaan terhadap kesalahan tata
laksana perlu diperhatikan apabila terdapat kecenderungan kasus KIPI
berulang pada petugas yang sama.
2. Reaksi suntikan
Semua gejala klinis yang terjadi akibat
trauma tusuk jarum suntik baik langsung maupun tidak langsung harus
dicatat sebagai reaksi KIPI. Reaksi suntikan langsung misalnya rasa
sakit, bengkak dan kemerahan pada tempat suntikan, sedangkan reaksi
suntikan tidak langsung misalnya rasa takut, pusing, mual, sampai
sinkope.
3. Induksi vaksin (reaksi vaksin)
Gejala KIPI yang disebabkan induksi
vaksin umumnya sudah dapat diprediksi terlebih dahulu karena merupakan
reaksi simpang vaksin dan secara klinis biasanya ringan. Walaupun
demikian dapat saja terjadi gejala klinis hebat seperti reaksi
anafilaksis sistemik dengan resiko kematian. Reaksi simpang ini sudah
teridentifikasi dengan baik dan tercantum dalam petunjuk pemakaian
tertulis oleh produsen sebagai indikasi kontra, indikasi khusus,
perhatian khusus, atauberbagai tindakan dan perhatian spesifik lainnya
termasuk kemungkinan interaksi obat atau vaksin lain. Petunjuk ini harus
diperhatikan dan ditanggapi dengan baik oleh pelaksana imunisasi.
4. Faktor kebetulan (koinsiden)
Seperti telah disebutkan di atas maka
kejadian yang timbul ini terjadi secara kebetulan saja setelah
diimunisasi. Indicator faktor kebetulan ini ditandai dengan ditemukannya
kejadian yang sama disaat bersamaan pada kelompok populasi setempat
dengan karakterisitik serupa tetapi tidak mendapatkan imunisasi.
5. Penyebab tidak diketahui
Bila kejadian atau masalah yang
dilaporkan belum dapat dikelompokkan kedalam salah satu penyebab maka
untuk sementara dimasukkan kedalam kelompok ini sambil menunggu
informasi lebih lanjut. Biasanya denagn kelengkapan informasi tersebut
akan dapat ditentukan kelompok penyebab KIPI.
Gejala Klinis KIPI
Gejala klinis KIPI dapat timbul secara
cepat maupun lambat dan dapat dibagi menjadi gejala lokal, sistemik,
reaksi susunan saraf pusat, serta reaksi lainnya. Pada umumnya makin
cepat KIPI terjadi makin cepat gejalanya.
Reaksi KIPI | Gejala KIPI |
Lokal | Abses pada tempat suntikanLimfadenitis Reaksi lokal lain yang berat, misalnya selulitis, BCG-itis |
SSP | Kelumpuhan akutEnsefalopati
Ensefalitis Meningitis Kejang |
Lain-lain | Reaksi alergi: urtikaria, dermatitis, edemaReaksi anafilaksis
Syok anafilaksis Artralgia Demam tinggi >38,5°C Episode hipotensif-hiporesponsif Osteomielitis Menangis menjerit yang terus menerus (3jam) Sindrom syok septik |
Dikutip dari RT Chen, 1999
Mengingat tidak ada satupun jenis vaksin
yang aman tanpa efek samping, maka apabila seorang anak telah
mendapatkan imunisasi perlu diobsevasi beberapa saat, sehingga
dipastikan tidak terjadi KIPI (reaksi cepat). Berapa lama observasi
sebenarnya sulit ditentukan, tetapi pada umumnya setelah pemberian
setiap jenis imunisasi harus dilakukan observasi selama 15 menit.untuk
menghindarkan kerancuan maka gejala klinis yang dianggap sebagai KIPI
dibatasi dalam jangka waktu tertentu timbulnya gejala klinis.
Jenis Vaksin | Gejala Klinis KIPI | Saat timbul KIPI |
Toksoid Tetanus (DPT, DT, TT) | Syok anafilaksisNeuritis brakhial Komplikasi akut termasuk kecacatan dan kematian | 4 jam2-18 hari tidak tercatat |
Pertusis whole cell (DPwT) | Syok anafilaksisEnsefalopati Komplikasi akut termasuk kecacatan dan kematian | 4 jam72 jam tidak tercatat |
Campak | Syok anafilaksisEnsefalopati Komplikasi akut termasuk kecacatan dan kematian | 4 jam5-15 hari tidak tercatat |
TrombositopeniaKlinis campak pada resipien imunokompromais Komplikasi akut termasuk kecacatan dan kematian | 7-30 hari6 bulan tidak tercatat | |
Polio hidup (OPV) | Polio paralisisPolio paralisis pada resipien imunokompromais Komplikasi akut termasuk kecacatan dan kematian | 30 hari6 bulan |
Hepatitis B | Syok anafilaksisKomplikasi akut termasuk kecacatan dan kematian | 4 jamtidak tercatat |
BCG | BCG-itis | 4-6 minggu |
Dikutip dengan modifikasi dari RT Chen, 1999
Angka Kejadian KIPI
KIPI yang paling serius terjadi pada anak
adalah reaksi anafilaksis. Angka kejadian reaksi anafilaktoid
diperkirakan 2 dalam 100.000 dosis DPT, tetapi yang benar-benar reaksi
anafilaksis hanya 1-3 kasus diantara 1 juta dosis. Anak yang lebih besar
dan orang dewasa lebih banyak mengalami sinkope, segera atau lambat.
Episode hipotonik/hiporesponsif juga tidak jarang terjadi, secara umum
dapat terjadi 4-24 jam setelah imunisasi.
Imunisasi Pada Kelompok Resiko
Untuk mengurangi resiko timbulnya KIPI
maka harus diperhatikan apakah resipien termasuk dalam kelompok resiko.
Yang dimaksud dengan kelompok resiko adalah:
1. Anak yang mendapat reaksi simpang pada imunisasi terdahulu
Hal ini harus segera dilaporkan kepada
Pokja KIPI setempat dan KN PP KIPI dengan mempergunakan formulir
pelaporan yang telah tersedia untuk penanganan segera
2. Bayi berat lahir rendah
Pada dasarnya jadwal imunisasi bayi
kurang bulan sama dengan bayi cukup bulan. Hal-hal yang perlu
diperhatikan pada bayi kurang bulan adalah:
a) Titer imunitas pasif melalui transmisi maternal lebih rendah dar pada bayi cukup bulab
b) Apabila berat badan bayi sangat
kecil (<1000 gram) imunisasi ditunda dan diberikan setelah bayi
mencapai berat 2000 gram atau berumur 2 bulan; imunisasi hepatitis B
diberikan pada umur 2 bulan atau lebih kecuali bila ibu mengandung HbsAg
c) Apabila bayi masih dirawat
setelah umur 2 bulan, maka vaksin polio yang diberikan adalah suntikan
IPV bila vaksin tersedia, sehingga tidak menyebabkan penyebaaran virus
polio melaui tinja
3. Pasien imunokompromais
Keadaan imunokompromais dapat terjadi
sebagai akibat penyakit dasar atau sebagai akibat pengobatan
imunosupresan (kemoterapi, kortikosteroid jangka panjang). Jenis vaksin
hidup merupakan indikasi kontra untuk pasien imunokompromais dapat
diberikan IVP bila vaksin tersedia. Imunisasi tetap diberikan pada
pengobatan kortikosteroid dosis kecil dan pemberian dalam waktu pendek.
Tetapi imunisasi harus ditunda pada anak dengan pengobatan
kortikosteroid sistemik dosis 2 mg/kg berat badan/hari atau prednison 20
mg/ kg berat badan/hari selama 14 hari. Imunisasi dapat diberikan
setelah 1 bulan pengobatan kortikosteroid dihentikan atau 3 bulan
setelah pemberian kemoterapi selesai.
4. Pada resipien yang mendapatkan human immunoglobulin
Imunisasi virus hidup diberikan setelah 3 bulan pengobatan utnuk menghindarkan hambatan pembentukan respons imun.
Indikasi Kontra dan Perhatian Khusus Untuk Imunisasi
Pada umumnya tidak terdapat indikasi
kontra imunisasi untuk individu sehat kecuali untuk kelompok resiko.
Pada setiap sediaan vaksin selalu terdapat petunjuk dari produsen yang
mencantumkan indikasi kontra serta perhatian khusus terhadap vaksin.
Petunjuk ini harus dibaca oleh setiap pelaksana vaksinasi. (cfs/pedoman
tata laksana medik KIPI bagi petugas kesehatan)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar