BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Pengertian
Salah
satu penyebab paling sering nyeri punggung pada orang dewasa adalah
Hernia Nukleus Pulposus (HNP). Apakah yang dimaksud HNP? Sebelum
mengetahui lebih lanjut kita perlu mengetahui anatomi fisiologi berikut
ini.
Di
antara dua korpus vertebrata yang berdekatan, dari vertebra servikalis
II sampai vertebra sakralis terdapat discus intervertebralis. Discus
itervertebralis terdiri atas nucleus pulposus di bagian tengah dan
annulus fibrosus yang mengelilinginya.
Nucleus
pulposus mengandung berkas-berkas serat kolagen, sel jaringan ikat, dan
sel tulang rawan. Bahan tersebut berfungsi sebagai peredam kejut antara
korpus vertebra yang berdekatan dan juga berperan penting dalam
pertukaran cairan antara discus dan kapiler.
Annulus
fibrosus terdiri dari cincin fibrosa kosentrik yang mengelilingi
nukleus pulposus. Fungsinya adalah agar dapat terjadi gerakan antar
korpus-korpus vertebra, menahan nucleus pulposus dan sebagai peredam
kejut.
Discus
intervertebralis membentuk sekitar seperempat dari panjang keseluruhan
kolumna vertebralis. Discus paling tipis terletak di region torakalis
dan yang paling tebal di region lumbalis. Seiring bertambahnya usia, kandungan air diskus berkurang dan diskus menjadi lebih tipis.
HNP
adalah Suatu nyeri yang disebabkan oleh proses patologik dikolumna
vertebralis pada diskus intervertebralis (diskogenik) (Harsono,1996).
HNP adalah keadaan dimana nukleus pulposus keluar menonjol untuk
kemudian menekan ke arah kanalis spinalis melalui anulus fibrosis yang
robek. HNP bisa ke korpus vertebra diatas atau bawahnya, bisa juga
langsung ke kanalis vertebralis. (Priguna Sidharta, 1990). HNP merupakan rupturnya nukleus pulposus. (Brunner & Suddarth, 2002)
1.2 Patofisiologi
Regio
lumbalis merupakan bagian yang tersering mengalami hernia nukleus
pulposus. Sebagian besar HNP terjadi di daerah lumbal di antar-ruang
L4-L5 atau L5-S1. Kandungan air diskus berkurang seiring bertambahnya
usia (dari 90% pada masa bayi menjadi 70 % pada lansia). Kehilangan
protein polisakarida dalam diskus menurunkan kandungan air nukleus
pulposus. Selain itu serat-serat menjadi lebih kasar dan mengalami
hialinisasi yang ikut berperan menyebabkan HNP melalui anulus disertai
penekanan akar saraf spinalis.
Perubahan
morfologik pertama yang terjadi pada ruptur diskus adalah memisahnya
lempeng tulang rawan dari korpus vertebra di dekatnya. Saat timbul suatu
gaya kompresi vertikal maka bagian lempeng tulang rawan yang terlepas
tersebut bergeser ke belakang dan nukleus pulposus menonjol melalui
serat anulus yang robek. Arah tersering HNP adalah posterolateral karena
akar saraf di daerah lumbal ke bawah sewaktu keluar melalui foramen
saraf .
HNP
juga dapat mengenai diskus servikalis. HNP servikalis berpotensi
menimbulkan kelainan serius dan dapat terjadi kompresi medula spinalis
bergantung pada arah penonjolan. HNP servikalis biasanya menekan akar di
bawah ketinggian diskus. Dengan demikian diskus C5-C6 menekan akar
saraf C6 dan diskus C6-C7 mengenai akar C7.
Pada
umumnya HNP didahului oleh aktivitas yang berat dengan keluhan utamanya
adalah nyeri di punggung bawah disertai nyeri otot sekitar lesi dan
nyeri tekan. Pasien umumnya menceritakan riwayat serangan nyeri dan
berkurangnya mobilitas tulang belakang secara bertahap. Walaupun pasien
cenderung mengaitkan masalahnya dengan kejadian mengangkat barang atau
membungkuk, HNP adalah suatu proses bertahap yang ditandai dengan
serangan-serangan penekanan akar saraf yang menimbulkan berbagai gejala
dan periode penyesuaian anatomik.
1.3 Gejala
Gejala
utama yang muncul adalah rasa nyeri di punggung bawah disertai
otot-otot sekitar lesi dan nyeri tekan. Hal ini desebabkan oleh spasme
otot-otot tersebut dan spasme menyebabkan penekanan pada saraf, neuron
saraf menjadi terjepit lalu timbul reaksi
zat kimia/bioaktif (serotonin , bradikinin dan prostaglandin). Zat-zat
tersebut merupakan reseptor nyeri sehingga timbul rasa nyeri pada diri
pasien.
1.4 Penatalaksanaan
1. Pembedahan
Tujuan : Mengurangi tekanan pada radiks saraf untuk mengurangi nyeri dan mengubah defisit neurologik.
Macam :
a. Disektomi : Mengangkat fragmen herniasi atau yang keluar dari diskus intervertebral.
b. Laminektomi
: Mengangkat lamina untuk memajankan elemen neural pada kanalis
spinalis, memungkinkan ahli bedah untuk menginspeksi kanalis spinalis,
mengidentifikasi dan mengangkat patologi dan menghilangkan kompresi
medula dan radiks.
c. Laminotomi : Pembagian lamina vertebra.
d. Disektomi dengan peleburan.
2. Immobilisasi
Immobilisasi
dengan menggunakan traksi dan brace. Hal ini dilakukan agar tidak
terjadi pergerakan vertebra yang akan memperparah HNP.
3. Traksi
Traksi
servikal yang disertai dengan penyanggah kepala yang dikaitkan pada
katrol dan beban. Hal ini dilakukan untuk menjaga kestabilan vertebra
servikalis.
4. Meredakan Nyeri
Kompres
hangat dapat dilakukan untuk mengurangi nyeri. Kompres hangat
menimbulkan vasodilatasi sehingga tidak terjadi kekakuan pada daerah
vertebra. Analgesik diberikan untuk mengatasi nyeri yang dirasakan
pasien. Sedatif diberikan agar pasien merasa tenang dan tidak banyak
bergerak/gelisah sehingga tidak menjadikan penyakitnya semakin parah. Relaksan otot diberikan agar otot tidak tegang/spasme. Obat anti inflamasi dan jika perlu kortikosteroid diberikan untuk mengatasi inflamasi.
1.5 Manifestasi Klinis
Nyeri
dapat terjadi pada bagian spinal manapun seperti servikal, torakal
(jarang) atau lumbal. Manifestasi klinis bergantung pada lokasi,
kecepatan perkembangan (akut atau kronik) dan pengaruh pada struktur
disekitarnya. Nyeri punggung bawah yang berat, kronik dan berulang (kambuh).
1.6 Pemeriksaan Diagnostik
· RO Spinal : Memperlihatkan perubahan degeneratif pada tulang belakang.
· M R I : untuk melokalisasi ruptur diskus kecil sekalipun terutama untuk penyakit spinal lumbal.
· CT Scan dan Mielogram jika gejala klinis dan patologiknya tidak terlihat pada M R I.
· Elektromiografi (EMG) : untuk melokalisasi radiks saraf spinal khusus yang terkena.
BAB II
PENGKAJIAN
2.1. Identitas Pasien
HNP
terjadi pada umur pertengahan hal ini dikarenakan karena kandungan air
discus telah berkurang sesuai dengan proses degeneratif pada tubuh
manusia, kebanyakan pada jenis kelamin pria dan pekerjaan atau aktivitas
berat (mengangkat baran berat atau mendorong benda berat).
2.2. Keluhan Utama
Keluhan
utama yang biasanya diutarakan pasien adalah nyeri pada punggung bawah.
Selain itu terdapat pula nyeri tekan. Hal ini desebabkan oleh spasme
otot-otot tersebut dan spasme menyebabkan penekanan pada saraf. Neuron
saraf menjadi terjepit lalu timbul reaksi
zat kimia/bioaktif (serotonin , bradikinin dan prostaglandin). Zat-zat
tersebut merupakan reseptor nyeri sehingga timbul rasa nyeri pada diri
pasien.
P = paliatif/provokatif
Trauma (mengangkat atau mendorong benda berat), nyeri otot, geringgingan
Q = quality
Sifat
nyeri seperti ditusuk-tusuk atau seperti disayat, mendenyut, seperti
kena api, nyeri tumpul atau kemeng yang terus-menerus. Penyebaran nyeri
apakah bersifat nyeri radikular atau nyeri menyebar (referred fain).
Nyeri bersifat menetap, hilang timbul, atau makin lama makin nyeri .
R = region
Letak atau lokasi nyeri menunjukkan nyeri dengan setepat-tepatnya sehingga letak nyeri dapat diketahui dengan cermat. Nyeri dirasakan pada paha, dan bertambah nyeri bila digerakkan atau diangkat sampai menjalar ke pinggang
S = severity
Pengaruh
posisi tubuh atau anggota tubuh berkaitan dengan aktivitas tubuh,
posisi yang bagaimana yang dapat meredakan rasa nyeri dan memperberat
nyeri. Pengaruh pada aktivitas yang menimbulkan rasa nyeri seperti
berjalan, turun tangga, menyapu, gerakan yang mendesak. Obat-obatan yang
sedang diminum seperti analgetik, berapa lama diminumkan.
Kondisi seperti ini menyebabkan pasien lebih banyak terlentang, miring
kanan dan kiri, terlentang duduk masih dibantu dan tahan < 10 menit,
berdiri belum kuat/mampu dan perlu bantuan bila berjalan hanya kuat 3
meter, dalam memenuhi aktiivitas sehari-hari sebagian masih dibantu atau
ketergantungan pada orang lain seperti BAB dan BAK, kebutuhan istirahat
terpenuhi.
T = time
Sifanya akut, sub akut, perlahan-lahan atau bertahap, bersifat menetap, hilang timbul, makin lama makin nyeri. Nyeri otot dan geringgingan dirasakan apabila digerakkan.
2.3. Riwayat Keperawatan
a. Riwayat penyakit sebelumnya
Hal
ini perlu ditanyakan kepada pasien apakah klien pernah menderita Tb
tulang, osteomilitis, keganasan (mieloma multipleks), metabolik
(osteoporosis) karena penyakit tersebut dapat menyebabkan terjadinya
HNP. Perlu juga ditanyakan mengenai riwayat menstruasi, adneksitis
dupleks kronis, karena bisa menimbulkan nyeri punggung bawah
Selain
itu perlu juga pasien ditanya apakah sebelumnya pernah jatuh,
terpeleset ataupun mengalami sesuatu yang berhubungan dengan tulang
belakangnya sehingga pasien merasa nyeri sepanjang kaki sampai pinggang.
Hal ini dilakukan untuk membantu menegakkan diagnosa.
b. Riwayat penyakit sekarang
Hal
yang perlu ditanyakan adalah kronologis kejadian yang menyebabkan
pasien mengalami HNP sampai akhirnya pasien menghubungi tenaga
kesehatan, selain itu perlu ditanyakan pula obat apa yang sudah diminum
pasien dan terapi apa yang dilakukan pasien untuk mengurangi nyerinya.
c. Riwayat keluarga
Hal
yang perlu ditanyakan adalah apakah ada keluarga pasien yang mengalami
penyakit yang sama dengan pasien. Ataupun adakah keluarga pasien yang
mengalami penyakit tertentu yang ada hubungannya dengan penyakit pasien,
misalnya Tb tulang, osteomilitis, keganasan (mieloma multipleks),
metabolik (osteoporosis).
2.4. Data Dasar Pengkajian Pasien
Data
yang diperoleh/diakajitergantung pada tempat kejadiannya, beratnya,
apakah akut/kronik, pengaruh terhadap struktur di sekelilingnya dan
banyaknya akar syaraf yang terkompresi
· Aktivitas/istirahat
Gejala
yang muncul antara lain membutuhka papan/matras yang keras saat tidur,
penurunan rentang gerak sendi dari ekstremitas pada satu bagian tubuh,
dan ditandai dengan atrofi otot pada bagian tubuh yang terkena
· Eliminasi
Gejala
yang muncul adalah konstipasi dan mengalami kesulitan dalam defekasi.
Juga terdapat adanya inkontinensia atau retensi urine
· Integritas ego
Gejalanya
adalah ketakutan akan timbulnya paralysis, ansietas dan ditandai dengan
pasien tampak cemas, depresi, menghindar dari keluarga dan orang
terdekat
· Neurosensori
Gejalanya
adalah kesemutan, kekakuan dan kelemahan pada tangan dan kaki ditandai
dengan penurunan refleks tendon dalam, kelemahan otot, hipotonia, nyeri
tekan, spasme otot paravertebralis dan penurunan persepsi nyeri
(sensori)
· Nyeri/kenyemanan
Gejalanya
adalah nyeri seperti tertusuk pisau, yang akan semakin memburuk dengan
adanya batuk, bersin, membengkokkan badan, mengangkat kaki dan fleksi
pada leher. Nyeri menyebar ke kaki, bokong/lumbal, bahu/lengan, dan kaku
pada leher(servikal). Hal ini ditandai dengan perubahan cara berjalan,
berjalan dengan terpincang-pincang, pinggang erangkat pada bagian tubuh
yang terkena. Juga terdapat nyeri pada saat dipalpasi
2.5. Pemeriksaan
a. Pemeriksaan Umum
· Keadaan umum
1. Pemeriksaan
tanda-tanda vital, hal ini dilakukan untuk mengetahui apakah HNP
menyebabkan perubahan pada TTV pasien. Perubahan pada nadi, suhu, RR dan
tekanan darah akan menyebabkan gangguan pada system tubuh. Pemeriksaan
kemudian dilengkapi pemeriksaan jantung, paru-paru, perut. Hal ini
untuk mengetahui apakah HNP telah mempengaruhi organ tersebut. Kaji
kemungkinan adanya perubahan neurologist pada organ tersebut untuk
mengetahui apakah organ tersebut masih berfungsi dengan baik/tidak.
2. Inspeksi
a. inspeksi
punggung, pantat dan tungkai dalam berbagai posisi dan gerakkan untuk
evaluasi neurogenik apakah saraf-saraf di bagian tersebut masih
berfungsi dengan baik/tidak.
b. Hambatan
pada pegerakan punggung , pelvis dan tungkai selama begerak. Ini
menunjukkan adanya kelainan muskuloskeletal yang mengenai bagian tubuh
tersebut. Hambatan yang terjadi dapat berupa kekakuan ataupun nyeri.
c. Klien
dapat menegenakan pakaian secara wajar/tidak. Jika klien dapat
mengenakan pakaian dengan wajar ini berarti fungsi muskuloskeletal dan
persarafan pasien masih baik, begitu juga sebaliknya.
d. Kemungkinan
adanya atropi, pembengkakan, perubahan warna kulit. Hal-hal tersebut
menunjukkan bahwa HNP sudah menunjukkan tanda-tanda perubahan morfologis
pada tubuh pasien
3. palpasi dan perkusi
a. palpasi dan perkusi harus dikerjakan dengan hati-hati atau halus sehingga tidak membingungkan klien.
b. palpasi
pada daerah yang ringan rasa nyerinya ke arah yang paling terasanyeri.
Hal ini dilakukan untuk mengetahui bagian tubuh manakah yang memiliki
nilai nyeri paling tinggi. Bagian tersebut merupakan daerah dimana
terjadi kelainan musculoskeletal dan persarafan akibat HNP
c. Ketika
meraba kolumna vertebralis dicari kemungkinan adanya deviasi ke lateral
atau antero-posterior. Hal ini dikarenakan arah tersering HNP adalah
posterolateral karena akar saraf di daerah lumbal ke bawah sewaktu
keluar melalui foramen saraf
d. Palpasi
dan perkusi perut, distensi perut, kandung kencing penuh. Untuk
mengatahui apakah HNP mempengaruhi fisiologis bagian tubuh tersebut.
· Neuorologik
1. Pemeriksaan motorik
a. Kekuatan
fleksi dan ekstensi tungkai atas, tungkai bawah, kaki, ibu jari dan
jari lainnya dengan menyuruh klien untuk melakukan gerak fleksi dan
ekstensi dengan menahan gerakan. Hal ini dilakukan untuk mengetahui
apakah saraf perifer pasien masih baik ataukah sudah mengalami penurunan
fungsi sehubungan dengan adanya proses patologik pada medulla spinalis
yang mempersarafi bagian tubuh tersebut.
b. atropi
otot pada maleolus atau kaput fibula dengan membandingkan kanan-kiri.
Salah satu tanda penurunan fungsi neurologist adalah menurunnya
kemampuan saraf perifer dalam melakasanakan tugasnya untuk mempersarafi
dan mengkoordinasi pergerakan otot, tulang dan sendi. Jika HNP menyerang
pada saraf salah satu ekstremitas maka akan terjadi atropi otot pada
maleolus atau kaput fibula yang dapat dilihat langsung perbedaan anatr
ekstremitas
2. Pemeriksan sensorik
Pemeriksaan
rasa raba, rasa sakit, rasa suhu, rasa dalam dan rasa getar (vibrasi)
untuk menentukan dermatom mana yang terganggu sehingga dapat ditentukan
pula radiks mana yang terganggu.
3. pemeriksaan refleks
a. refleks lutut/patela/hammer (klien bebraring.duduk dengan tungkai menjuntai). Pada HNP lateral di L4-5 refleks negatif.
b. Refleks
tumit.achiles (klien dalam posisi berbaring, lutut posisi fleksi, tumit
diletakkan diatas tungkai yang satunya dan ujung kaki ditahan dalam
posisi dorsofleksi ringan, kemudian tendon achiles dipukul. Pada HNP
lateral di L4-5 refleks negatif.
4. Pemeriksaan range of movement (ROM)
Pemeriksaan
ini dapat dilakukan aktif atau pasif untuk memperkirakan derajat nyeri,
functio laesa, atau untuk memeriksa ada/tidaknya penyebaran nyeri. Selain itu dengan ROM dapat diketahui kekuatan otot dan persendian pasien apakah masih baik/buruk
b. Pemeriksaan penunjang
· Foto
rontgen yang digunakan untuk memperlihatkan adanya perubahan
degeneratif pada tulang belakan/ruang invertebratalis dan dapat
digunakan untuk mengesampingkan kecurigaan patologis lain seperti tumor
atau osteomielitis
· Elektroneuromiografi
(ENMG) untuk menegetahui radiks mana yang terkena / melihat adanya
polineuropati. Pemeriksaan ini dapat melokolisasi lesi pada tingkat akar
saraf spinal utama yang terkena
· Mielogram menentukan lokasi dan ukuran herniasi secara spesifik
· Venogram epidural dilakukan pada kasus dimana keqakuratan dari mielogram terbatas
· Lumbal pungsi digunakan untuk mengesampingkan kondisi yang berhubungan, infeksi atau adanya darah
· CT scan dapat menunjukkan kanal spinal yang mengecil dan adanya rupture discus intervertebratalis
· MRI dapat menunjukkan adanya perubahan tulang dan jaringan lunak yang dapat memperkuat bukti adanya discus
BAB III
ANALISA DATA DAN MASALAH KEPERAWATAN
3.1 Analisa Data
Dari
hasil pengkajian kita dapat membuat analisa data. Pada data pengkajian
ditemukan keluhan nyeri. Nyeri disebabkan karena adanya trauma pada
spinal cord sehingga menimbulkan gangguan sirkulasi/penekanan pada saraf
pada daerah trauma. Hal tersebut menimbulkan munculnya reaksi zat
kimia/bioaktif (serotonin, bradikinin dan prostaglandin) yang merupakan
reseptor nyeri yang spesifik sehingga timbul rasa nyeri yang dirasakan
pasien.
Selain
itu terdapat atrofi otot dan penurunan rentang gerak tubuh, kelemahan
otot dan nyeri/spasme otot paravertebralis. Hal ini menyebabkan pasien
merasa lemas dan sulit bergerak pada anggota badan tetrutama pada daerah
ekstremitas. Pasien menjadi mengalami gangguan dalam berjalan. Hal ini
dapat menyebabkan gangguan mobilitas fisik pada diri pasien
Pasien
juga merasa tidak terasa jika ingin miksi serta susah untuk buang air
besar. Hal ini dikarenakan adanya lesi pada tulang belakang yang
menimbulkan nyeri dan menyebabkan pasien malas bergerak sehingga pasien
menjadi kurang aktifitas (immobilisasi). Hal ini kemudian memicu
terjadinya gangguan eliminasi alvi.
Pada
integritas ego pasien juga mengalami masalah. Ketakutan dan kecemasan
pasien dalam menghadapi HNP dapat menjadikan pasien stres, cemas dan
depresi. Hal ini dapat menyebabkan gangguan integritas ego ansietas pada
pasien.
3.2 Masalah Keperawatan
Dari analisa data tersebut kita dapat mngambil diagnosa keperawatan sebagai berikut :
1. Nyeri b.d Kompresi saraf, spasme otot
2. Gangguan mobilitas fisik b.d nyeri, spasme otot, terapi restriktif dan kerusakan neuromuskulus
3. Gangguan eliminasi alvi (konstipasi) b.d kurangnya aktifitas (immobilisasi)
4. Ansietas b.d perubahan status kesehatan
BAB IV
INTERVENSI KEPERAWATAN
4.1. Intervensi
1. Nyeri b.d Kompresi saraf, spasme otot
Tujuan :
Nyeri berkurang atau rasa nyaman terpenuhi
Kriteria :
· Klien mengatakan tidak terasa nyeri.
· lokasi nyeri minimal
· keparahan nyeri berskala 0
· Indikator nyeri verbal dan noverbal (tidak menyeringai)
Intervensi :
Membantu
klien untuk menentukan batas nyeri dengan skala 1-10. rasional dari
tindakan ini adalah pengetahuan terhadap skala nyeri untuk dapat
melakukan tindakan sesuai dengan intensitas nyeri.
Mengajarkan
tehnik untuk menurunkan ambang nyeri seperti mengajarkan metode
relaksasi, mengatur pernapasan, dan menggunakan obat analgetika.
Rasionalnya adalah tehnik relaksasi, dan mengatur
pernapasan dapat menurunkan ambang rasa nyeri. Sedangkan obat dapat
menghambat reseptor nyeri yang ada di otak
Mengkaji
tanda vital pasien. Rasionalnya adalah perubahan tanda vital dapat
digunakan sebagai indikator adanya perubahan intensitas nyeri.
Membatasi
pergerakan klien. Rasionalnya adalah untuk mencegah kerusakan lebih
lanjut pada syaraf tulang belakang dan mengurangi nyeri
Mengalasi
tempat tidur klien dengan alas yang keras (tripleks). Rasionalnya
adalah untuk menjaga posisi tulang punggung tidak berubah.
2. Gangguan mobilitas fisik b.d nyeri, spasme otot, terapi restriktif dan kerusakan neuromuskulus
Tujuan :
Klien mampu melaksanakan aktivitas fisik sesuai dengan kemampuannya
Kriteria hasil :
· Tidak terjadi kontraktur sendi
· Bertabahnya kekuatan otot
· Klien menunjukkan tindakan untuk meningkatkan mobilitas
Intervensi
Ubah
posisi klien tiap 2 jam. Rasionalnya adalah untuk menurunkan resiko
terjadinnya iskemia jaringan akibat sirkulasi darah yang jelek pada
daerah yang tertekan
Ajarkan klien untuk melakukan latihan gerak aktif pada ekstrimitas yang tidak sakit. Rasionalnya adalah gerakan aktif memberikan massa, tonus dan kekuatan otot serta memperbaiki fungsi jantung dan pernapasan
Lakukan gerak pasif pada ekstrimitas yang sakit rasionalnya adalah otot volunter akan kehilangan tonus dan kekuatannya bila tidak dilatih untuk digerakkan
3. Gangguan eliminasi alvi (konstipasi) b.d kurangnya aktifitas (immobilisasi)
Tujuan :
Klien tidak mengalami konstipasi
Kriteria hasil
· Klien dapat defekasi secara spontan dan lancar tanpa menggunakan obat
· Konsistensifses lunak
· Tidak teraba masa pada kolon ( scibala )
· Bising usus normal ( 15-30 kali permenit )
Intervensi :
Auskultasi bising usus, catat lokasi dan karakteristik. Rasionalnya adalah bising usus menandakan usus berfungsi normal.
Observasi
distensi abdomen bila bising usus menurun atau tidak ada. Rasionalnya
adalah peristaltik menghilang pada distensi abdomen atau meningkat bila
terjadi gangguan usus.
Catat
frekwensi, karakteristik dan banyaknya tinja. Rasionalnya adalah
mengidentifikasi derajat gangguan dan tingkat perbaikan konstipasi.
Anjurkan
untuk makan tinggi serat, banyak minum dan makan buah-buahan.
Rasionalnya adalah makanan tinggi serat menjadikan tinja lunak, banyak
minum mengurangi penyerapan pada tinja
Pemberian laksatif supositoria. Rasionalnya adalah merangsang peristaltik sehingga memudahkan pengeluaran tinja.
4. Ansietas b.d perubahan status kesehatan
Tujuan : Rasa cemas klien akan berkurang/hilang.
Kriteria hasil :
· Klien mampu mengungkapkan ketakutan/kekuatirannya.
· Respon klien tampak tersenyum.
Intervensi
Kaji tingkat cemas klien, bagaimana
klien memecahkan masalah dan koping apa yang digunakan. Rasionalnya
adalah mengidentifikasi kekuatan dan keterampilan klien dalam memecahkan
masalah.
Berikan
informasi akurat dan jawab setiap pertanyaan klien. Rasionalnya adalah
memberi kesempatan klien untuk mengambil keputusan sesuai dengan
pengetahuannya.
Memberikan
kesempatan pada klien untuk mengekspresikan perasaannya. Rasionalnya
adalah hal tersebut dapat diberikan pada klien agar dapat mengungkapkan
perasaannya untuk meningkatkan koping sesuai dengan
Evaluasi
status psikologis dan tanda vital. Rasionalnya adalah untuk menilai
sejauh mana perkembangan dari intervensi yang diberikan.
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito, Lynda Juall, 2000, Buku Saku Diagnosa Keperawatan, Edisi 8, EGC, Jakarta.
Doenges, M.E.,Moorhouse M.F.,Geissler A.C., 2000, Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi 3, EGC, Jakarta.
Harsono, 2000, Kapita Selekta Neurologi, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.
Price, Sylvia Anderson . 2003 . PATOFISIOLOGI : Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit . Jakarta : EGC
Wilkinson, Judith M . 2002 . Buku Saku Diagnosis Keperawatan . Jakarta ; EGC
Tidak ada komentar:
Posting Komentar