A. Pengertian
Secara
anatomi tumor laring dibagi atas tiga bagian yaitu supra glotik, tumor
pada plika ventrikularis, aritenoid, epiglotis dan sinus piriformis
(Glotis : tumor pada korda vokalis , Subglotis : tumor dibawah korda
vokalis).
B. Patofisiologi
B. Patofisiologi
Karsinoma
laring banyak dijumpai pada usia lanjut diatas 40 tahun. Kebanyakan
pada orang laki-laki.Hal ini mungkin berkaitan dengan kebiasaan merokok,
bekerja dengan debu serbuk kayu, kimia toksik atau serbuk, logam berat.
Bagaimana terjadinya belum diketahui secara pasti oleh para ahli.Kanker
kepala dan leher menyebabkan 5,5% dari semua penyakit
keganasan.Terutama neoplasma laringeal 95% adalah karsinoma sel
skuamosa.Bila kanker terbatas pada pita suara (intrinsik) menyebar
dengan lambat.Pita suara miskin akan pembuluh limfe sehingga tidak
terjadi metastase kearah kelenjar limfe.Bila kanker melibatkan epiglotis
(ekstrinsik) metastase lebih umum terjadi.Tumor supraglotis dan
subglotis harus cukup besar, sebelum mengenai pita suara sehingga
mengakibatkan suara serak.Tumor pita suara yang sejati terjadi lebih
dini biasanya pada waktu pita suara masih dapat digerakan.
Paling
dini adalah berupa suara parau atau serak kronik, tidak sembuh-sembuh
walaupun penderita sudah menjalani pengobatan pada daerah glotis dan
subglotis. Tidak seperti suara serak laringitis, tidak disertai oleh
gejala sistemik seperti demam.Rasa tidak enak ditenggorok, seperti ada
sesuatu yang tersangkut. Pada fase lanjut dapat disertai rasa sakit
untuk menelan atau berbicara.Sesak napas terjadi bila rima glotis
tertutup atau hampir tertutup tumor 80%. Sesak napas tidak timbul
mendadak tetapi perlahan-lahan. Karena itu penderita dapat beradaptasi,
sehingga baru merasakan sesak bila tumor sudah besar (terlambat
berobat). Stridor terjadi akibat sumbatan jalan napas.Bila sudah
dijumpai pembesaran kelenjar berarti tumor sudah masuk dalam stadium
lanjut.Bahkan kadang-kadang tumornya dapat teraba, menyebabkan
pembengkakan laring.
Bila
tumor laring mengadakan perluasan ke arah faring akan timbul gejala
disfagia, rasa sakit bila menelan dan penjalaran rasa sakit kearah
telinga.Apabila dijumpai kasus dengan jelas diatas, khususnya dengan
keluhan suara parau lebih dari dua minggu yang dengan pengobatan tidak
sembuh, diderita orang dewasa atau tua, sebaiknya penderita segera
dirujuk.
D. Stadium
Tergantung keadaan tumor (T), pembesaran kelenjar regional ( N ), dan metastasis jauh ( M ).
Stadium : I : T1 No Mo
II : T2 No Mo
III : T3 No Mo, T2 N1 Mo, T3 N1 Mo
IV : T4 No Mo, semua T N2 M1, semua T semua N dan M.
E. Diagnostic studies
Pemeriksaan
laring dengan kaca laring atau laringoskopi langsung dapat menunjukkan
tumor dengan jelas.Tempat yang sering timbul tumor dapat dilihat pada
gambar.Sinar X dada,scan tulang, untuk mengidentifikasi kemungkinan
metastase. Darah lengkap, dapat menyatakan anemi yang merupakan masalah
umum. Laringografi dapat dilakukan dengan kontras untuk pemeriksaan
pembuluh darah dan pembuluh limfe., Kemudian laring diperiksa dengan
anestesi umum dan dilakukan biopsi pada tumor.Gigi yang berlubang,
sebaiknya dicabut pada saat yang sama.
F. Medical Managament
Pada
kasus karsinoma laring dapat dilakukan pengobatan dengan radiasi dan
pengangkatan laring (Laringektomi).Pengobatan dipilih berdasar
stadiumnya.Radiasi diberikan pada stadium 1 dan 4.Alasannya mempunyai
keuntungan dapat mempertahankan suara yang normal, tetapi jarang dapat
menyembuhkan tumor yang sudah lanjut,lebih-lebih jika sudah terdapat
pembesaran kelenjar leher.Oleh karena itu radioterapi sebaiknya
dipergunakan untuk penderita dengan lesi yang kecil saja tanpa
pembesaran kelenjar leher.Kasus yang ideal adalah pada tumor yang
terbatas pada satu pita suara, dan masih mudah digerakkan. Sembilan dari
sepuluh penderita dengan keadaan yang demikian dapat sembuh sempurna
dengan radioterapi serta dapat dipertahankannya suara yang
normal.Fiksasi pita suara menunjukkan penyebaran sudah mencapai lapisan
otot. Jika tumor belum menyebar kedaerah supraglotik atau subglotik,
lesi ini masih dapat diobati dengan radioterapi, tetapi dengan prognosis
yang lebih buruk.
Penderita
dengan tumor laring yang besar disertai dengan pembesaran kelenjar
limfe leher, pengobatan terbaik adalah laringektomi total dan diseksi
radikal kelenjar leher.Dalam hal ini masuk stadium 2 dan 3. Ini
dilakukan pada jenis tumor supra dan subglotik.Pada penderita ini
kemungkinan sembuh tidak begitu besar, hanya satu diantara tiga
penderita akan sembuh sempurna.Laringektomi diklasifikasikan kedalam :
- Laringektomi parsial. Tumor yang terbatas pada pengangkatan hanya satu pita suara dan trakeotomi sementara yang di lakukan untuk mempertahankan jalan napas. Setelah sembuh dari pembedahan suara pasien akan parau.
- Hemilaringektomi atau vertikal. Bila ada kemungkinan kanker termasuk pita suara satu benar dan satu salah.Bagian ini diangkat sepanjang kartilago aritenoid dan setengah kartilago tiroid.Trakeostomi sementara dilakukan dan suara pasien akan parau setelah pembedahan.
- Laringektomi supraglotis atau horisontal. Bila tumor berada pada epiglotis atau pita suara yang salah, dilakukan diseksi leher radikal dan trakeotomi. Suara pasien masih utuh atau tetap normal.Karena epiglotis diangkat maka resiko aspirasi akibat makanan peroral meningkat.
- Laringektomi total. Kanker tahap lanjut yang melibatkan sebagian besar laring, memerlukan pengangkatan laring, tulang hihoid, kartilago krikoid,2-3 cincin trakea, dan otot penghubung ke laring.Mengakibatkan kehilangan suara dan sebuah lubang ( stoma ) trakeostomi yang permanen. Dalam hal ini tidak ada bahaya aspirasi makanan peroral, dikarenakan trakea tidak lagi berhubungan dengan saluran udara – pencernaan.Suatu sayatan radikal telah dilakukan dileher pada jenis laringektomi ini.Hal ini meliputi pengangkatan pembuluh limfatik, kelenjar limfe di leher, otot sternokleidomastoideus, vena jugularis interna, saraf spinal asesorius, kelenjar salifa submandibular dan sebagian kecil kelenjar parotis (Sawyer, 1990).Operasi ini akan membuat penderita tidak dapat bersuara atau berbicara. Tetapi kasus yang dermikian dapat diatasi dengan mengajarkan pada mereka berbicara menggunakan esofagus (Esofageal speech), meskipun kualitasnya tidak sebaik bila penderita berbicara dengan menggunakan organ laring.Untuk latihan berbicara dengan esofagus perlu bantuan seorang binawicara.
G. Dasar data pengkajian keperawatan
Data pre dan posoperasi tergantung pada tipe kusus atau lokasi proses kanker dan koplikasi yang ada.
INTEGRITAS EGO
Gejala
: Perasaan takut akan kehilangan suara,mati, terjadi atau berulangnya
kanker. Kuatir bila pembedahan mempengaruhi hubungan keluarga, kemampuan
kerja dan keuangan.
Tanda : Ansietas, depresi, marah dan menolak operasi.
MAKANAN ATAU CAIRAN
Gejala :Kesulitan menelan.
Tanda
: Kesulitan menelan, mudah tersedak, sakit menelan, sakit tenggorok
yang menetap.Bengkak, luka. Inflamasi atau drainase oral, kebersihan
gigi buruk. Pembengkakan lidah dan gangguan gag reflek.
HIGIENE
Tanda : kemunduran kebersihan gigi. Kebutuhan bantuan perawatan dasar.
NEUROSENSORI
Gejala : Diplopia (penglihatan ganda), ketulian.
Tanda
: Hemiparesis wajah (keterlibatan parotid dan submandibular). Parau
menetap atau kehilangan suara (gejala dominan dan dini kanker laring
intrinsik). Kesulitan menelan. Kerusakan membran mukosa.
NYERI ATAU KENYAMANAN
Gejala
: Sakit tenggorok kronis, benjolan pada tenggorok. Penyebaran nyeri ke
telinga, nyeri wajah (tahap akhir, kemungkinan metastase). Nyeri atau
rasa terbakar dengan pembengkakan (kususnya dengan cairan panas), nyeri
lokal pada orofaring. Pascaoperasi : Sakit tenggorok atau mulut (nyeri
biasanya tidak dilaporkan kecuali nyeri yang berat menyertai pembedahan
kepala dan leher, dibandingkan dengan nyeri sebelum pembedahan).
Tanda : Perilaku berhati-hati, gelisah, nyeri wajah dan gangguan tonus otot.
PERNAPASAN
Gejala
: Riwayat merokok atau mengunyah tembakau. Bekerja dengan debu serbuk
kayu, kimia toksik atau serbuk, dan logam berat. Riwayat penyakit paru
kronik. Batuk dengan atau tanpa sputum. Drainase darah pada nasal.
Tanda : Sputum dengan darah, hemoptisis, dispnoe ( lanjut ), dan stridor.
KEAMANAN
Gejala : Terpajan sinar matahari berlebihan selama periode bertahun-tahun atau radiasi.Perubahan penglihatan atau pendengaran.
Tanda : Massa atau pembesaran nodul.
INTERAKSI SOSIAL
Gejala : masalah tentang kemampuan berkomunikasi, dan bergabung dalam interaksi sosial.
Tanda
: Parau menetap,perubahan tinggi suara, bicara kacau, enggan untuk
bicara,dan menolak orang lain untuk memberikan perawatan atau terlibat
dalam rehabilitasi.
H. Prioritas keperawatan pre dan post operasi
PREOPERASI
1. Ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang pra dan pascaoperasi dan takut akan kecacatan.
Batasan Karakteristik
: Mengungkapkan keluhan khusus, merasa tidak mampu, meminta informasi,
mengungkapkan kurang mengerti dan gelisah, menolak operasi.
Goal : Cemas berkurang atau hilang.
Kriteria Hasil :
Mengungkapkan perasaan dan pikirannya secara terbuka, melaporkan
berkurangnya cemas dan takut, mengungkapkan mengerti tentang pre dan
posoprasi, secara verbal mengemukakan menyadari terhadap apa yang
diinginkannya yaitu menyesuaikan diri terhadap perubahan fisiknya.
Rencana Tindakan :
1.
Jelaskan apa yang terjadi selama periode praoperasi dan
pascaoperasi, termasuk tes laboratorium praoperasi, persiapan kulit,
alasan status puasa,obat-obatan praoperasi,obat-obatan posoperasi,
tinggal di ruang pemulihan, dan program paskaoprasi. Informasikan pada
klien obat nyeri tersedia bila diperlukan untuk mengontrol nyeri.Rasional pengetahuan tentang apa yang diperkirakan membantu mengurangi kecemasan dan meningkatkan kerjasama pasien.
2.
Jika laringektomi total akan dilakukan, konsultasikan dulu dengan
pasien dan dokter untuk mendapatkan kunjungan dari anggota klub
laringektomi.Atur waktu untuk berdiskusi dengan terapi tentang
alternatif metoda-metoda untuk rehabilitasi suara.Rasional
mengetahui apa yang diharapkan dan melihat hasil yang sukses membantu
menurunkan kecemasan dan memungkinkan pasien berpikir realistik.
3.
Izinkan pasien untuk mengetahui keadaan pascaoperasi : satu atau dua
hari akan dirawat di UPI sebelum kembali ke ruangan semula, mungkin
ruangan penyakit dalam atau ruangan bedah.Mungkin saja akan dipasang
NGT. Pemberian makan per sonde diperlukan sampai beberapa minggu setelah
pulang hingga insisi luka sembuh dan mampu untuk menelan (jika operasi
secara radikal di leher dilaksanakan).Alat bantu jalan napas buatan
(seperti trakeostomi atau selang laringektomi) mungkin akan terpasang
hingga pembengkakan dapat diatasi.Manset trakeostomi atau selang T akan
terpasang di jalan napas buatan, untuk pemberian oksigen yang telah
dilembabkan atau memberikan udara dengan tekanan tertentu. Rasional
pengetahuan tentang apa yang diharapkan dari intervensi bedah membantu
menurunkan kecemasan dan memungkinkan pasien untuk memikirkan tujuan
yang realistik.
4.
Jika akan dilakukan laringektomi horizontal atau supraglotik
laringektomi, ajarkan pasien dan latih cara-cara menelan sebagai
berikut:
Ketika
makan duduk dan tegak lurus ke depan dengan kepala fleksi, letakan
porsi kecil makanan di bagian belakang dekat tenggorok, tarik napas
panjang dan tahan (ini akan mendorong pita suara bersamaan dengan
menutupnya jalan masuk ke trakea), menelan dengan menggunakan gerakan
menelan,batukan dan menelan kembali untuk memastikan tidak ada makanan
yang tertinggal di tenggorok. Rasional karena epiglotis sudah
diangkat pada jenis laringektomi seperti ini, aspirasi karena makanan
per oral merupakan komplikasi yang paling sering terjadi. Belajar
bagaimana beradaptasi dengan perubahan fisiologik dapat menjadikan
frustrasi dan menyebabkan ansietas.Berlatih secara terus – menerus dapat
membantu mempermudah belajar dan beradaptasi terhadap perubahan
tersebut
2. Menolak
operasi berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang prosedur pre dan
paskaoperasi, kecemasan, ketakutan akan kecacatan dan ancaman kematian.
Karakteristik data : kurang kerjasama dan menolak untuk dioperasi,menanyakan informasi tentang persiapan pre dan prosedur posoperasi.
Goal : Klien akan bersedia dioperasi.
Kriteria hasil :
Mengungkapkan perasaan dan pikirannya secara terbuka, mengatakan
mengerti pre dan posoperasi, mengatakan berkurangnya kecemasan, klien
dioperasi.
Rencana tindakan :
1. Kaji faktor-faktor yang menyebabkan klien menolak untuk dioperasi.
2. Anjurkan keluarga untuk memberikan suport seperti dukungan spiritual.
3. Direncanakan tindakan sesuai diagnosa keperawatan no.1.
POST OPERASI
1. Mempertahankan jalan napas tetap terbuka, ventilasi adekuat.
2. Membantu pasien dalam mengembangkan metode komunikasi alternatif.
3. Memperbaiki atau mempertahankan integritas kulit.
4. Membuat atau mempertahankan nutrisi adekuat.
5. Memberikan dukungan emosi untuk penerimaan gambaran diri yang terganggu.
6. Memberikan informasi tentang proses penyakit atau prognosis dan pengobatan.
Tujuan Pemulangan
1. Ventilasi atau oksigenasi adekuat untuk kebutuhan individu.
2. Komunikasi dengan efektif.
3. Komplikasi tercegah atau minimal.
4. Memulai untuk mengatasi gambaran diri.
5. Proses penyakit atau prognosis dan program terapi dapat dipahami.
Diagnosa Keperawatan
I.
Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan pengangkatan
sebagian atau seluruh glotis, gangguan kemampuan untuk bernapas, batuk
dan menelan, serta sekresi banyak dan kental.
Batasan karakteristik
: sulit bernapas, perubahan pada frekwensi atau kedalaman
pernapasan,penggunaan otot aksesori pernapasan, bunyi napas tidak
normal,sianosis.
Goal : Klien akan mempertahankan jalan napas tetap terbuka.
Kriteria hasil : bunyi napas bersih dan jelas, tidak sesak, tidak sianosis,frekwensi napas normal.
Rencana tindakan :
Mandiri
1.
Awasi frekwensi atau kedalaman pernapasan.Auskultasi bunyi napas.
Selidiki kegelisahan, dispnea, dan sianosis. Rasional perubahan pada
pernapasan, adanya ronki,mengi,diduga adanya retensi sekret.
2. Tinggikan kepala 30-45 derajat. Rasional memudahkan drainase sekret, kerja pernapasan dan ekspansi paru.
3.
Dorong menelan bila pasien mampu. Rasional mencegah pengumpulan
sekret oral menurunkan resiko aspirasi. Catatan : menelan terganggu bila
epiglotis diangkat atau edema paskaoperasi bermakna dan nyeri terjadi.
4.
Dorong batuk efektif dan napas dalam. Rasional memobilisasi sekret
untuk membersihkan jalan napas dan membantu mencegah komplikasi
pernapasan.
5.
Hisap selang laringektomi atau trakeotomi, oral dan rongga nasal.
Catat jumlah, warna dan konsistensi sekret. Rasional mencegah sekresi
menyumbat jalan napas, khususnya bila kemampuan menelan terganggu dan
pasien tidak dapat meniup lewat hidung.
6.
Observasi jaringan sekitar selang terhadap adanya perdarahan. Ubah
posisi pasien untuk memeriksa adanya pengumpulan darah dibelakang leher
atau balutan posterior.Rasional sedikit jumlah perembesan mungkin
terjadi. Namun perdarahan terus-menerus atau timbulnya perdarahan
tiba-tiba yang tidak terkontrol dan menunjukkan sulit bernapas secara
tiba-tiba.
7.
Ganti selang atau kanul sesuai indikasi. Rasional mencegah
akumulasi sekret dan perlengketan mukosa tebal dari obstruksi jalan
napas. Catatan : ini penyebab umum distres pernapasan atau henti napas
pada paskaoperasi.
Kolaborasi
8.
Berikan humidifikasi tambahan, contoh tekanan udara atau oksigen
dan peningkatan masukan cairan.Rasional fisiologi normal ( hidung)
berarti menyaring atau melembabkan udara yang lewat.Tambahan kelembaban
menurunkan mengerasnya mukosa dan memudahkan batuk atau penghisapan
sekret melalui stoma.
9.
Awasi seri GDA atau nadi oksimetri, foto dada. Rasional pengumpulan
sekret atau adanya ateletaksis dapat menimbulkan pneumonia yang
memerlukan tindakan terapi lebih agresif.
II.
Kerusakan komunikasi verbal berhubungan dengan defisit anatomi
(pengangkatan batang suara) dan hambatan fisik (selang trakeostomi).
Karakteristik data :Ketidakmampuan berbicara, perubahan pada karakteristik suara.
Goal : Komunikasi klien akan efektif .
Kriteria hasil : Mengidentifikasi atau merencanakan pilihan metode berbicara yang tepat setelah sembuh.
Rencana tindakan :
Mandiri
1.
Kaji atau diskusikan praoperasi mengapa bicara dan bernapas
terganggu,gunakan gambaran anatomik atau model untuk membantu
penjelasan.Rasional untuk mengurangi rasa takut pada klien.
2.
Tentukan apakah pasien mempunyai gangguan komunikasi lain seperti
pendengaran dan penglihatan.Rasional adanya masalah lain mempengaruhi
rencana untuk pilihan komunikasi.
3.
Berikan pilihan cara komunikasi yang tepat bagi kebutuhan pasien
misalnya papan dan pensil, papan alfabet atau gambar, dan bahasa
isyarat.Rasional memungkingkan pasien untuk menyatakan kebutuhan atau
masalah. Catatan : posisi IV pada tangan atau pergelangan dapat
membatasi kemampuan untuk menulis atau membuat tanda.
4.
Berikan waktu yang cukup untuk komunikasi.Rasional kehilangan bicara
dan stres menganggu komunikasi dan menyebabkan frustrasi dan hambatan
ekspresi, khususnya bila perawat terlihat terlalu sibuk atau bekerja.
5.
Berikan komunikasi non verbal, contoh sentuhan dan gerak fisik.
Rasional mengkomunikasikan masalah dan memenuhi kebutuhan kontak dengan
orang lain.
6.
Dorong komunikasi terus-menerus dengan dunia luar contoh koran,TV,
radio dan kalender. Rasional mempertahankan kontak dengan pola hidup
normal dan melanjutkan komunikasi dengan cara lain.
7.
Beritahu kehilangan bicara sementara setelah laringektomi sebagian
dan atau tergantung pada tersedianya alat bantu suara. Rasional
memberikan dorongan dan harapan untuk masa depan dengan memikirkan
pilihan arti komunikasi dan bicara tersedia dmungkin.
8.
Ingatkan pasien untuk tidak bersuara sampai dokter memberi
izin.Rasional meningkatkan penyembuhan pita suara dan membatasi potensi
disfungsi pita permanen.
9.
Atur pertemuan dengan orang lain yang mempunyai pengalaman prosedur
ini dengan tepat. Rasional memberikan model peran, meningkatkan motivasi
untuk pemecahan masalah dan mempelajari cara baru untuk berkomunikasi.
Kolaborasi
10.
Konsul dengan anggota tim kesehatan yang tepat atau terapis atau agen
rehabilitasi (contoh patologis wicara, pelayanan sosial, kelompok
laringektomi) selama rehabilitasi dasar dirumah sakit sesuai sumber
komunikasi (bila ada). Rasional Kemampuan untuk menggunakan pilihan
suara dan metode bicara (contoh bicara esofageal) sangat bervariasi,
tergantung pada luasnya prosedur pembedahan, usia pasien, dan motivasi
untuk kembali ke hidup aktif. Waktu rehabilitasi memerlukan waktu
panjang dan memerlukan sumber dukungan untuk proses belajar.
III. Kerusakan integritas kulit atau jaringan berhubungan dengan bedah pengangkatan, radiasi atau agen kemoterapi, gangguan sirkulasi atau suplai darah,pembentukan udema dan pengumpulan atau drainase sekret terus-menerus.
Karakteristik data : kerusakan permukaan kulit atau jaringan, kerusakan lapisan kulit atau jaringan.
Goal : Menunjukkan waktu penyembuhan yang tepat tanpa komplikasi.
Kriteria hasil : integritas jaringan dan kulit sembuh tanpa komplikasi
Rencana tindakan :
1.
Kaji warna kulit, suhu dan pengisian kapiler pada area operasi dan
tandur kulit.Rasional kulit harus berwarna merah muda atau mirip dengan
warna kulit sekitarnya. Sianosis dan pengisian lambat dapat menunjukkan
kongesti vena, yang dapat menimbulkan iskemia atau nekrosis jaringan.
2.
Pertahankan kepala tempat tidur 30-45 derajat. Awasi edema wajah
(biasanya meningkat pada hari ketiga-kelima pascaoperasi).Rasional
meminimalkan kongesti jaringan paskaoperasi dan edema sehubungan dengan
eksisi saluran limfe.
3.
Lindungi lembaran kulit dan jahitan dari tegangan atau tekanan.
Berkan bantal atau gulungan dan anjurkan pasien untuk menyokong kepala
atau leher selama aktivitas. Rasional tekanan dari selang dan plester
trakeostomi atau tegangan pada jahitan dapat menggangu sirkulasi atau
menyebabkan cedera jaringan.
4.
Awasi drainase berdarah dari sisi operasi, jahitan dan
drein.Rasional drainase berdarah biasanya tetap sedikit setelah 24 jam
pertama. Perdarahan terus-menerus menunjukkan masalah yang memerlukan
perhatian medik.
5.
Catat atau laporkan adanya drainase seperti susu. Rasional drainase
seperti susu menunjukkan kebocoran duktus limfe torakal (dapat
menyebabkan kekurangan cairan tubuh dan elektrolit).Kebocoran ini dapat
sembuh spontan atau memerlukan penutupan bedah.
6.
Ganti balutan sesuai indikasi bila digunakan. Rasional balutan basah
meningkatkan resiko kerusakan jaringan atau infeksi. Catatan : balutan
tekan tidak digunakan diatas lembaran kulit karena suplai darah mudah
dipengaruhi.
7.
Bersihkan insisi dengan cairan garam faal steril dan peroksida
(campuran 1 : 1) setelah balutan diangkat. Rasional mencegah pembetukan
kerak , yang dapat menjebak drainase purulen, merusak tepi kulit, dan
meningkatkan ukuran luka. Peroksida tidak banyak digunakan karena dapat
membakar tepi dan menggangu penyembuhan.
8.
Bersihka sekitar stoma dan selang bila dipasang serta hindari sabun
dan alkohol.Tunjukkan pada pasien bagaimana melakukan perawatan stoma
atau selang sendiri dalam membersihkan dengan air bersih dan peroksida,
menggunakan kain bukan tisu atau katun. Rasional mempertahankan area
bersih meningkatkan penyembuhan dan kenyamanan. Sabun dan agen kering
lainnya dapat menimbulkan iritasi stoma dan kemungkinan inflamasi.Bahan
lain selain kain dapat meninggalkan serat pada stoma yang dapat
mengiritasi atau terhisap ke paru.
Kolaborasi
9. Berikan antibiotik oral, topikal dan IV sesuai indikasi. Rasional mencegah atau mengontrol infeksi.
IV. Perubahan membran mukosa oral berhubungan dengan dehidrasi, kebersihan oral tidak adekuat, kanker oral, penurunan produksi saliva sekunder terhadap radiasi atau prosedur pembedahan dan defisit nutrisi.
Karakteristik data :
Xerostomia ( mulut kering ), ketidaknyamanan mulut, saliva kental atau
banyak, penurunan produksi saliva, lidah kering,pecah dan kotor,bibir
inflamasi, tidak ada gigi.
Goal : menunjukkan membran mukosa oral baik atau integritas membran mukosa baik.
Kriteria Hasil : mulut lembab atau tidak kering, mulut terasa segar, lidah normal, bersih dan tidak pecah, tidak ada tanda inflamasi pada bibir.
Rencana tindakan :
Mandiri
1.
Inspeksi rongga oral dan perhatikan perubahan pada saliva.Rasional
kerusakan pada kelenjar saliva dapat menurunkan produksi saliva,
mengakibatkan mulut kering. Penumpukan dan pengaliran saliva dapat
terjadi karena penurunan kemampuan menelan atau nyeri tenggorok dan
mulut.
2.
Perhatikan perubahan pada lidah, bibir, geligi dan gusi serta membran
mukosa. Rasional pembedahan meliputi reseksi parsial dari lidah, platum
lunak, dan faring. Pasien akan mengalami penurunan sensasi dan gerakan
lidah, dengan kesulitan menelan dan peningkatan resiko aspirasi sekresi,
serta potensial hemoragi. Pembedahan dapat mengankat bagian bibir
mengakibatkan pengaliran saliva tidak terkontrol. Geligi mungkin tidak
utuh ( pembedahan ) atau mungkin kondisinya buruk karena malnutrisi dan
terapi kimia. Gusi juga dapat terinflamasi karena higiene yang buruk,
riwayat lama dari merokok atau mengunyah tembakau atau terapi kimia.
Membran mukosa mungkin sangat kering, ulserasi,eritema,dan edema.
3.
Hisapan rongga oral secara perlahan atau sering. Biarkan pasien
melakukan pengisapan sendiri bila mungkin atau menggunakan kasa untuk
mengalirkan sekresi. Rasional saliva mengandung enzim pencernaan yang
mungkin bersifat erosif pada jaringan yang terpajan. Karena
pengalirannya konstan, pasien dapat meningkatkan kenyamanan sendiri dan
meningkatkan higiene oral.
4.
Tunjukkan pasien bagaimana menyikat bagian dalam mulut, platum, lidah
dan geligi dengan sering. Rasional menurunkan bakteri dan resiko
infeksi, meningkatkan penyembuhan jaringan dan kenyamanan.
5.
Berikan pelumas pada bibir; berikan irigasi oral sesuai indikasi.
Rasional mengatasi efek kekeringan dari tindakan terapeutik;
menghilangkan sifat erosif dari sekresi.
V. Nyeri akut berhubungan dengan insisi bedah, pembengkakan jaringan,adanya selang nasogastrik atau orogastrik.
Karakteristik data : Ketidaknyamanan pada area bedah atau nyeri karena menelan, nyeri wajah, perilaku distraksi, gelisah, perilaku berhati-hati.
Goal : Nyeri klien akan berkurang atau hilang.
Kriteria hasil : klien mengatakan nyeri hilang, tidak gelisah, rileks dan ekpresi wajah ceria.
Rencana tindakan :
1.
Sokong kepala dan leher dengan bantal.Tunjukkan pada pasienbagaimana
menyokong leher selama aktivitas.Rasional kelemahan otot diakibatkan
oleh reseksi otot dan saraf pada struktur leher dan atau bahu. Kurang
sokongan meningkatkan ketidaknyamanan dan mengakibatkan cedera pada area
jahitan.
2.
Dorong pasien untuk mengeluarkan saliva atau penghisap mulut dengan
hati-hati bila tidak mampu menelan. Rasional menelan menyebabkan
aktivitas otot yang dapat menimbulkan nyeri karena edema atau regangan
jahitan.
3.
Selidiki perubahan karakteristik nyeri, periksa mulut, jahitan
tenggorok untuk trauma baru.Rasional dapat menunjukkan terjadinya
komplikasi yang memerlukan evaluasi lanjut atau intervensi.Jaringan
terinflamasi dan kongesti dapat dengan mudah mengalami trauma dengan
penghisapan kateter dan selang makanan.
4.
Catat indikator non verbal dan respon automatik terhadap nyeri.
Evaluasi efek analgesik. Rasional alat menentukan adanya nyeri dan
keefektifan obat.
5.
Anjurkan penggunaan perilaku manajemen stres, contoh teknik
relaksasi, bimbingan imajinasi. Rasional meningkatkan rasa sehat, dapat
menurunkan kebutuhan analgesik dan meningkatkan penyembuhan.
6.
Kolaborasi dengan pemberian analgesik, contoh codein, ASA, dan
Darvon sesuai indikasi. Rasional derajat nyeri sehubungan dengan luas
dan dampak psikologi pembedahan sesuai dengan kondisi tubuh.Diharapkan
dapat menurunkan atau menghilangkan nyeri.
VI. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan gangguan jenis masukan makanan sementara atau permanen, gangguan mekanisme umpan balik keinginan makan, rasa, dan bau karena perubahan pembedahan atau struktur, radiasi atau kemoterapi.
Karakteristik data : tidak
adekuatnya masukan makanan,ketidakmampuan mencerna makanan, menolak
makan, kurang tertarik pada makanan,laporan gangguan sensasi pengecap,
penurunan berat badan, kelemahan otot yang diperlukan untuk menelan atau
mengunyah.
Goal : Klien akan mempertahankan kebutuhan nutrisi yang adekuat.
Kriteria hasil :
Membuat pilihan diit untuk memenuhi kebutuhan nutrisi dalam situasi
individu, menunjukkan peningkatan BB dan penyembuhan jaringan atau
insisi sesuai waktunya.
Rencana tindakan :
1. Auskultasi bunyi usus. Rasional makan dimulai hanya setelah bunyi usus membik setelah operasi.
2.
Pertahankan selang makan, contoh periksa letak selang : dengan
mendorongkan air hangat sesuai indikasi. Rasional selang dimasukan pada
pembedahan dan biasanya dijahit.Awalnya selang digabungkan dengan
penghisap untuk menurunkan mual dan muntah. Dorongan air untuk
mempertahankan kepatenan selang.
3.
Ajarkan pasien atau orang terdekat teknik makan sendiri, contoh ujung
spuit, kantong dan metode corong, menghancurkan makanan bila pasien
akan pulang dengan selang makanan. Yakinkan pasien dan orang terdekat
mampu melakukan prosedur ini sebelum pulang dan bahwa makanan tepat dan
alat tersedia di rumah. Rasional membantu meningkatkan keberhasilan
nutrisi dan mempertahankan martabat orang dewasa yang saat ini terpaksa
tergantung pada orang lain untuk kebutuhan sangat mendasar pada
penyediaan makanan.
4.
Mulai dengan makanan kecil dan tingkatkan sesuai dengan toleransi.
Catat tanda kepenuhan gaster, regurgitasi dan diare.Rasional kandungan
makanan dapat mengakibatkab ketidaktoleransian GI, memerlukan perubahan
pada kecepatan atau tipe formula.
5.
Berikan diet nutrisi seimbang (misalnya semikental atau makanan
halus) atau makanan selang (contoh makanan dihancurkan atau sediaan yang
dijual) sesuai indikasi. Rasional macam-macam jenis makanan dapat
dibuat untuk tambahan atau batasan faktor tertentu, seperti lemak dan
gula atau memberikan makanan yang disediakan pasien.
VII. Gangguan citra diri berhubungan dengan kehilangan suara,perubahan anatomi wajah dan leher.
Karakteristik data :perasaan negatif tentang citra diri, perubahan dalam keterlibatan sosial, ansietas, depresi, kurang kontak mata.
Goal : Mengidentifikasi perasaan dan metode koping untuk persepsi negatif pada diri sendiri.
Kriteria hasil :
menunjukkan adaptasi awal terhadap perubahan tubuh sebagai bukti dengan
partisipasi aktivitas perawatan diri dan interaksi positip dengan orang
lain.Berkomunikasi dengan orang terdekat tentang perubahan peran yang
telah terjadi.Mulai mengembangkan rencana untuk perubahan pola hidup.
Berpartisipasi dalam tim sebagai upaya melaksanakan rehabilitasi.
Rencana tindakan :
1.
Diskusikan arti kehilangan atau perubahan dengan pasien, identifikasi
persepsi situasi atau harapan yang akan datang.Rasional alat dalam
mengidentifikasi atau mengartikan masalah untuk memfokuskan perhatian
dan intervensi secara konstruktif.
2.
Catat bahasa tubuh non verbal, perilaku negatif atau bicara sendiri.
Kaji pengrusakan diri atau perilaku bunuh diri. Rasional dapat
menunjukkan depresi atau keputusasaan, kebutuhan untuk pengkajian lanjut
atau intervensi lebih intensif.
3.
Catat reaksi emosi, contoh kehilangan, depresi, marah. Rasional
pasien dapat mengalami depresi cepat setelah pembedahan atau reaksi syok
dan menyangkal. Penerimaan perubahan tidak dapat dipaksakan dan proses
kehilangan membutuhkan waktu untuk membaik.
4.
Susun batasan pada perilaku maladaptif, bantu pasien untuk
mengidentifikasi perilaku positip yang akan membaik. Rasional penolakan
dapat mengakibatkan penurunan harga diri dan mempengaruhi penerimaan
gambaran diri yang baru.
5.
Kolaboratif dengan merujuk pasien atau orang terdekat ke sumber
pendukung, contoh ahli terapi psikologis, pekerja sosial, konseling
keluarga. Rasional pendekatan menyeluruh diperlukan untuk membantu
pasien menghadapi rehabilitasi dan kesehatan. Keluarga memerlukan
bantuan dalam pemahaman proses yang pasien lalui dan membantu mereka
dalam emosi mereka. Tujuannya adalah memampukan mereka untuk melawan
kecendrungan untuk menolak dari atau isolasi pasien dari kontak sosial.
DAFTAR PUSTAKA
Doenges, M. G. (2000). Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi 3 EGC, Jakarta.
Dunna, D.I. Et al. (1995). Medical Surgical Nursing ; A Nursing Process Approach 2 nd Edition : WB Sauders.
Lab. UPF Ilmu Penyakit Telinga, Hidung dan tenggorokan FK Unair, Pedoman Diagnosis Dan Terapi Rumah Sakit Umum Daerah Dr Soetom FK Unair, Surabaya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar