ASKEP HEMOFILIA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Darah
merupakan cairan ekstraseluler yang terletak dalam saluran yakni
pembuluh darah, yang terdiri atas pembuluh darah dan sel darah.
Darah
memiliki fungsi pertama, sebagai transportasi pernapasan, dimana
sebagian besar oksigen diangkat oleh eritrosit dari alveoli ke organ
atau jaringan tubuh, dan karbondioksida diangkut oleh jaringan oleh
plasma darah menuju alveoli paru.
Fungsi
kedua, sebagai transportasi zat makanan, mineral, vitamin, elektrolit,
dan air dari gastrointestinal menuju hati melalui proses metabolisme,
baru kemudian ke organ atau jaringan tubuh lain.
Funsi
ketiga, teransport metabolit atau hasil sisa yakni zat yang tidak
digunakan dikirim ke ginjal untukselanjutnya dikeluarkan melalui urine.
Fungsi
keempat, sebagai transportasi hasil suatu jaringan atau organ seperti
hormon yang dihasilkan oleh kelenjar akan diangkut oleh darah. Demikian
juga hasil metabolisme di hati diangkut oleh plasma menuju ke organ yang
membutuhkan.
Fungsi
kelima, sebagai pembentuk antibodi yang dilakukan oleh plasma sel dan
limfosit, leukosit yang berperan dalam fagositosis.
Fungsi
keenam, berperan alam mempertahankan keseimbangan asam dan basa, juga
sebagai transportasi bahan-bahan yang diberikan melalui cairan yang
lewat aliran darah.
Fungsi
ketujuh, sebagai hemostasis yang terletak pada plasma darah. Proses
hemostasis ini merupakan upaya untuk mempertahankan hilangnya darah
akibat kerusakan pembuluh darah atau pecah. Proses homeostasis melalui
berbagai tahap, yakni tahap vascular, koagulasi, serta pembersihan dan
rekonstruksi.
Mekanisme pembekuan darah:
Bahan
yang turut serta dalam mekanisme pembekuan factor pembekuan dan diberi
nama dengan angka romawi I sampai XIII, kecuali V. factor-faktor
tersebut ialah faktor I (fibrinogen), II (protrombin), III
(tromboplastin), IV (kalsium dalam bentuk ion), V (proaseleran, factor
labil), VII (prokonverin, faktor stabil), VIII (AHG = Antihemophilic
Globulin), IX (PTC = Plasma Thromboplastin Antecedent), XII (hageman),
dan XIII (faktor stabilitas febrin).
Mekanisme pembekuan dibagi menjadi dalam 3 tahap dasar yaitu :
1. Pembentukan
tromboplastin plasma intrinsik yang juga disebut tromboplastogenesis,
dimulai dengan trombosit, terutama faktor trombosit III dan faktor
pembekuan lain dengan pembentukan kolagen. Faktor pembekuan tersebut
adalah faktor IV, V, VIII, IX, X, XI, XII kemudian faktor III dan VII.
2. Perubahan protombin menjadi trombin yang dikatalisasi oleh tromboplastin, faktor IV, V, VII dan X.
3. fibrinogen
menjadi fibrin dengan katalisator trombin, faktor trombosit I dan
II.Hemostatis yang baik berlangsung dalam batas waktu tertentu sehingga
tidak hanya terbentuk tromboplastin, trombin dan fibrin saja yang
penting, tetapi juga lama pembentukan masing-masing zat. Secara
keseluruhan, mekanisme pembentukan mempunyai 2 fenomena dasar untuk
jangka waktu berlangsungnya proses tersebut, yaitu tahap permulaan yang
lambat disusul tahap autokatalitik yang sangat cepat. Trombin memegang
peranan yang penting pada tahap yang cepat, di samping itu trombin
menyebabkan trombosit menjadi lebih sehingga mudah melepaskan faktor
trombosit dan meninggikan aktivitas tromboplasmin (Ngastiyah, 2005).
Mekanisme
Fibrinolitik,Sistem fibrinolitik merupakan rangkaian yang fibrinnya
dipecahkan oleh plasmin (fibrinolisin) menjadi produk-produk degradasi
fibrin, menyebabkan hancurnya bekuan. Diperlukan beberapa interaksi
untuk mengubah protein plasma spesifik inaktif di dalam sirkulasi
menjadi enzim fibrinolitik plasmin aktif. Protein dalam bersikulasi
(proaktivator plasminogen), dengan adanya enzim-enzim kinase seperti
streptokinase, stafilokinase, kinase jaringan, serta faktor VIIa,
dikatalisasi menjadi aktivator plasminogen. Dengan adanya enzim-enzim
tambahan, seperti urokinase, maka aktivator-aktivator mengubah
palsminogen, suatu protein plasma yang sudah bergabung dalam bekuan
fibrin, menjadi plasmin. Kemudian plasmin memecahkan fibrin dan
fibrinogen menjadi fragmen-fragmen (produk degradasi fibrin/ fibrinogen)
yang mengganggu aktivitas trombin, fungsi trombosit, dan polimerisasi
fibrin, menyebabkan hancurnya bekuan.Dalam keadaan normal sistem
fibrinolitik darah memegang peranan penting untuk mempertahankan sistem
pembuluh darah bebas dari gumpalan fibrin, dan merupakan pelengkap
sistem pembekuan
Jika
salah satu komponen dalam system/mekanisme terjadinya fibrinolitik
kurang atau mengalami kelainan kemungkinan bisa tejadi adanya
hemofilia.Pada makalah ini kami akan membahas tentang asuhan keperawatan
pada hemofilia.
1.2 Tujuan
1. Untuk mengaplikasikan keperawatan pada pasien hemofilia.
2. Untuk agar lebih mengerti tentang hemofilia.
3. Untuk pedoman menjalankan peran perawat khususnya dalam menangani pasien hemofilia.
1.3 Manfaat
1. Menambah informasi tentang hemofilia.
2. Lebih terampil dalam aplikasi dan pasien dengan hemofilia.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 PENGERTIAN HEMOFILIA
Hemofilia
adalah gangguan perdarahan yang disebabkan oleh defisiensi herediter
dan faktor darah esensial untuk koagulasi ( Wong,2003 ).
Hemofilia merupakan
penyakit pembekuan darah kongenital yang disebabkan karena kekurangan
faktor pembekuan darah,yaitu faktor VIII dan faktor IX. Faktor VIII dan
faktor IX adalah merupakan protein plasma yang merupakan komponen yang
diperlukan untuk pembekuan darah,faktor – faktor tersebut diperlukan
untuk pembentukan bekuan fibrin pada daerah trauma.(Hidayat,2006 ).
Hemofilia
merupakan gangguan koagulasi kongenital paling sering dan
serius.kelainan ini terkait dengan defisiensi faktor VIII,IX atau XI
yang ditentukan secara genetik (Nelson,1999).
Hemofilia
merupakan gangguan koagulasi herediter atau didapat yang paling sering
dijumpai,bermanifestasi sebagai episode perdarahan intermiten (Price
& Wilson,2005)
Hemofilia adalah suatu gangguan yang mengenai faktor pembekuan darah yang diturunkan melalui gen resesif pada kromosom x dari kromosom sex.
Hemofilia ada 3 macam :
- Hemofilia A : Gangguan pada faktor VIII ( Anti – hemophilic factor )
2. Hemofilia B : Gangguan pada faktor IX ( Christmas factor )
3. Penyakit van willebrand
2.2 ETIOLOGI
- Faktor Kongenital
Bersifat
resesif autosomal herediter,kelainan timbul akibat sintesis faktor
pembekuan darah menurun.Gejalanya berupa mudahnya timbul kebiruan pada
kulit / perdarahan spontan atau perdarahan yang berlebihan setelah suatu
trauma.
2. Faktor Didapat
Biasanya disebabkan oleh defisiensi factor II (protrombin) yang terdapat pada keadaan berikut:
Ø Neonatus,
terutama yang kurang bulan karena fungsi hati belum sempurna sehingga
pembekuan faktor darah khususnya faktor II mengalami gangguan.
Hemofilia berdasarkan etiologinya di bagi menjadi dua jenis:
1 Hemofilia A
Hemofilia
A dikenal juga dengan nama Hemofilia Klasik : karena jenis hemofilia
ini adalah yang paling banyak kekurangan faktor pembekuan pada darah.
Kekurangan faktor VIII protein pada darah yang menyebabkan masalah pada
proses pembekuan darah.
2. Hemofilia B
Hemofilia
B dikenal juga dengan nama Chrismas disease : karena ditemukan untuk
pertama kalinya pada seorang bernama Steven Chrismas asal kanada.
Hemofilia ini di sebabkan karena kurangnya faktor pembekuan IX . dapat muncul dengan bentuk yang sama dengan tipe A.
Gejala ke dua tipe hemofilia adalah sama, namun yang membedakan tipe A / B adalah dari pengukuran waktu tromboplastin partial deferensial.
Hemophilia A atau Hemofilia B adalah suatu penyakit yang jarang ditemukan, hemophilia A terjadi sekurang – kurangnya 1 di antara 10.000 orang, Hemofilia B lebih jarang ditemukan , yaitu 1 di antara 50.000 orang.
Gejala ke dua tipe hemofilia adalah sama, namun yang membedakan tipe A / B adalah dari pengukuran waktu tromboplastin partial deferensial.
Hemophilia A atau Hemofilia B adalah suatu penyakit yang jarang ditemukan, hemophilia A terjadi sekurang – kurangnya 1 di antara 10.000 orang, Hemofilia B lebih jarang ditemukan , yaitu 1 di antara 50.000 orang.
Dapat muncul dengan bentuk ringan, berat, dan sedang.
a) Berat (kadar faktor VIII atau IX kurang dari 1%)
b) Sedang (faktor VIII/IX antara 1%-5%) dan
c) Ringan (faktor VIII/X antara 5%-30%).
GEJALA KLINIS
1. Masa bayi (untuk diagnosis)
a. Perdarahan berkepanjangan setelah sirkumsisi
b. Ekimosis subkutan diatas tonjolan-tonjolan tulang (saat berumur 3-4 bulan)
c. Hematoma besar setelah infeksi
d. Perdarahan dari mukosa oral
e. Perdarahan jaringan lunak
2. Episode perdarahan (selama rentang hidup)
a. Gejala awal, yaitu nyeri
b. Setelah nyeri, yaitu bengkak, hangat dan penurunan mobilitas
3. Sekuela jangka panjang
Perdarahan berkepanjangan dalam otot dapat menyebabkan kompresi saraf dan fibrosis otot.
PATOFISIOLOGI
Perdarahan
karena gangguan pada pembekuan biasanya terjadi pada jaringan yang
letaknya dalam seperti otot, sendi, dan lainya yang dapat terjadi kerena
gangguan pada tahap pertama, kedua dan ketiga, disini hanya akan di
bahas gangguan pada tahap pertama, dimana tahap pertama tersebutlah yang
merupakan gangguan mekanisme pembekuan yang terdapat pada hemofili A
dan B. Perdarahan mudah terjadi pada hemofilia, dikarenakan adanya
gangguan pembekuan, di awali ketika seseorang
berusia ± 3 bulan atau saat – saat akan mulai merangkak maka akan
terjadi perdarahan awal akibat cedera ringan, dilanjutkan dengan
keluhan-keluhan berikutnya.
Hemofilia
juga dapat menyebabkan perdarahan serebral, dan berakibat fatal.
Rasionalnya adalah ketika mengalami perdarahan, berarti terjadi luka
pada pembuluh darah (yaitu saluran tempat darah mengalir keseluruh
tubuh) → darah keluar dari pembuluh. Pembuluh darah mengerut/ mengecil →
Keping darah (trombosit) akan menutup luka pada pembuluh→Kekurangan
jumlah factor pembeku darah tertentu, mengakibatkan anyaman penutup luka
tidak terbentuk sempurna→darah tidak berhenti mengalir keluar pembuluh →
perdarahan (normalnya: Faktor-faktor pembeku darah bekerja membuat
anyaman (benang - benang fibrin) yang akan menutup luka sehingga darah
berhenti mengalir keluar pembuluh).
PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Uji skrining untuk koagulasi darah
a. Jumlah trombosit (normal 150.000-450.000 tombosit per mm3 darah)
b. Masa protombin (normal memerlukan waktu 11-13 detik)
c. Masa tromboplastin parsial (meningkat, mengukur keadekuatan faktor koagulasi intrinsik)
d. Assays fungsional terhadap faktor VIII dan IX (memastikan diagnosis)
e. Masa pembekuan trombin (normalnya 10-13 detik)
2. Biopsi hati (kadang-kadang) digunakan untuk memperoleh jaringan untuk pemeriksaan patologi dan kultur.
3. Uji fungsi faal hati (kadang-kadang) digunakan untuk mendeteksi adanya penyakit hati
(misalnya, serum glutamic-piruvic transaminase [SPGT], serum
glutamic-oxaloacetic transaminase [SGOT], fosfatase alkali, bilirubin).
(Betz & Sowden, 2002)
(Betz & Sowden, 2002)
PENATALAKSANAAN
1. Penatalaksanaan Medis
Pengobatan
yang diberikan untuk mengganti factor VIII atau faktot IX yang tidak
ada pada hemofilia A diberikan infus kriopresipitas yang mengandung 8
sampai 100 unit faktor VIII setiap kantongnya. Karena waktu paruh faktor
VIII adalah 12 jam sampai pendarahan berhenti dan keadaan menjadi
stabil. Pada defisiensi faktor IX memiliki waktu paruh 24 jam, maka
diberikan terapi pengganti dengan menggunakan plasma atau konsentrat
factor IX yang diberikan setiap hari sampai perdarahan berhenti.
Penghambat
antibody yang ditunjukkan untuk melawan faktor pembekuan tertentu
timbul pada 5% sampai 10% penderita defisiensi faktor VIII dan lebih
jarang pada faktor IX infase selanjutnya dari faktor tersebut membentuk
anti bodi lebih banyak. Agen-agen imunosupresif, plasma resesif untuk
membuang inhibitor dan kompleks protombin yang memotong faktor VIII dan
faktor IX yang terdapat dalam plasma beku segar. Produk sintetik yang
baru yaitu: DDAVP (1-deamino 8-Dargirin vasopressin) sudah tersedia
untuk menangani penderita hemofilia sedang. Pemberiannya secara
intravena (IV), dapat merangsang aktivitas faktor VIII sebanyak tiga
kali sampai enam kali lipat. Karena DDAVP merupakan produk sintetik maka
resiko transmisi virus yang merugikan dapat terhindari.
Hematosis
bisa dikontrol jika klien diberi AHF pada awal perdarahan. Immobilisasi
sendi dan udara dingin (seperti kantong es yang mengelilingi sendi)
bisa memberi pertolongan. Jika terjadi nyeri maka sangat penting untuk
mengakspirasi darah dan sendi. Ketika perdarahan berhenti dan kemerahan
mulai menghilang klien harus aktif dalam melakukan gerakan tanpa berat
badan untuk mencegah komplikasi seperti deformitas dan atrofi otot.
Prognosis untuk seorang yang menderita hemofilia semakin bertambah baik ketika ditemukannya AHF. 50% dari penderita hemofilia meninggal sebelum mencapai umur 5 tahun. Pada saat ini kejadian kematian jarang terjadi setelah trauma minor. Infusi di rumah menggunakan AHF meyakinkan pengobatan bahwa manifestasi pertama dari perdarahan dan komplikasi diatasi. Program training dengan panduan yang ketat. Ketika panduan ini diikuti dengan baik seseorang yang menderita hemofili akan sangat jarang berkunjung ke ruang imergensi.
Prognosis untuk seorang yang menderita hemofilia semakin bertambah baik ketika ditemukannya AHF. 50% dari penderita hemofilia meninggal sebelum mencapai umur 5 tahun. Pada saat ini kejadian kematian jarang terjadi setelah trauma minor. Infusi di rumah menggunakan AHF meyakinkan pengobatan bahwa manifestasi pertama dari perdarahan dan komplikasi diatasi. Program training dengan panduan yang ketat. Ketika panduan ini diikuti dengan baik seseorang yang menderita hemofili akan sangat jarang berkunjung ke ruang imergensi.
Analgesik
dan kortikosteroid dapat mengurangi nyeri sendi dan kemerahan pada
hemofilia ringan pengguna hemopresin intra vena mungkin tidak diperlukan
untuk AHF. sistem pembekuan darah yang sifatnya hanya sementara,
sehingga tidak perlu dilakukan transfusi. Biasanya pengobatan meliputi
transfuse untuk menggantikan kekurangan faktor pembekuan. Faktor-faktor
ini ditemukan di dalam plasma dan dalam jumlah yang lebih besar
ditemukan dalam plasma konsentrat.
Beberapa
penderita membentuk antibodi terhadap faktor VIII dan faktor IX yang
ditransfusikan, sehingga transfusi menjadi tidak efektif.Jika di dalam
darah contoh terdapat antibodi, maka dosis plasma konsentratnya
dinaikkan atau diberikan factor pembekuan yang berbeda atau diberikan
obat-obatan untuk mengurangi kadar antibodi.Kandungan :
Kriopresipitas: fresh frozen plasma
8-100 unit antihemophilic globulin
Faktor VIII : 2332 asam amino
AHF : fresh frozen plasma
2. Penatalaksanaan Keperawatan
Penderita
hemofilia harus menyadari keadaan yang bisa menimbulkan perdarahan.
Mereka harus sangat memperhatikan perawatan giginya agar tidak perlu
menjalani pencabutan gigi. Istirahatkan anggota tubuh dimana ada luka.
Bila kaki yang mengalami perdarahan, gunakan alat Bantu seperti tongkat.
Kompreslah bagian tubuh yangterluka dan daerah sekitarnya dengan es
atau bahan lain yang lembut & beku/dingin. Tekan dan ikat, sehingga
bagian tubuh yang mengalami perdarahan tidak dapat bergerak
(immobilisasi). Gunakan perban elastis namun perlu di ingat, jangan
tekan & ikat terlalu keras. Letakkan bagian tubuh tersebut dalam
posisi lebih tinggi dari posisi dada dan letakkan diatas benda yang
lembut seperti bant
2.7 ASUHAN KEPERAWATAN HEMOFILIA
1. PENGKAJIAN
- Riwayat keluarga mengenai kelainan perdarahan
- Tanyakan perdarahan tak biasa (perdarahan yang sulit berhenti lama)
- Perdarahan spontan (perdarahan tanpa trauma)
2. PEMERIKSAAN FISIK
a. Aktivitas
Tanda : Kelemahan otot
Gejala : kelelahan, malaise, ketidakmampuan melakukan aktivitas.
b. Sirkulasi
Tanda : kulit, membran mukosa pucat, defisit saraf serebral/ tanda perdarahan serebral
Gejala : Palpitasi
c. Eliminasi
Gejala : Hematuria
d. Integritas Ego
Tanda : Depresi, menarik diri, ansietas, marah.
Gejala : Perasaan tidak ada harapan dan tidak berdaya.
e. Nutrisi
Gejala : Anoreksia, penurunan berat badan.
f. Nyeri
Tanda :.Perilaku berhati-hati, gelisah, rewel.
Gejala : Nyeri tulang, sendi, nyeri tekan sentral, kram otot
g. Keamanan
Tanda : Hematom
Gejala : Riwayat trauma ringan.
- Terjadi perdarahan spontan pada sendi dan otot yang berulang disertai dengan rasa nyeri dan terjadi bengkak.
- Perdarahan sendi yang berulang menyebabkan menimbulakan Atropati hemofilia dengan ruang sendi, krista tulang dan gerakan sendi yang terbatas.
- Biasanya perdarahan juga dijumpai pada Gastrointestinal, hematuria yang berlebihan, dan juga perdarahan otak.
- Terjadi Hematoma pada Extrimitas.
- Keterbatasan dan nyeri sendi yang berkelanjutan pada perdarahan
3. PSIKOLOGI
- Kaji konsep diri pasien à body image, peran, dll
- Kaji pemahaman pasien dan keluarga tentang kondisi dan tindakan
- Kaji dampak kondisi pada gaya hidup paru
2.8 DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan perdarahan aktif ditandai dengan kesadaran menurun, perdarahan..
Tujuan/Kriteria hasil: Tidak terjadi penurunan kesadaran, pengisian kapiler baik, perdarahan dapat teratasi
INTERVENSI
1. Kaji penyebab perdarahan
2. Kajiwarna kulit,hematom, sianosis
3. Kolaborasi dalam pemberian IVFD adekuat
4. Kolaborasi dalam pemberian tranfusi darah.
RASIONAL
1. Dengan mengetahui penyebab dari perdarahan maka akan membantu dalam menentukan intervensi yang tepat bagi pasien
2. Memberikan informasi tentang derajat /keadekuatan perfusi jaringan dan membantu dalam menentukan intervensi yang tepat
3. Mempertahankan
keseimbangan cairan dan elektrolit serta memaksimalkan
kontraktilitas/curah jantung sehingga sirkulasi menjadi adekuat
4. Memperbaiki
/ menormalakn jumlah sel darah merah dan meningkatkan kapasitas pembawa
oksigen sehingga perfusi jaringan menjadi adekuat.
2. Kekurangan
volume cairan berhubungan dengan kehilangan akibat perdarahan ditandai
dengan mukosa mulut kering,turgor kulit lambat kembali.
Tujuan/Kriteria
hasil: Menunjukan perbaikan keseimbangan cairan, mukosa mulut lembab,
turgor kulit cepat kembali kurang dari 2 detik
INTERVENSI
1. Awasi TTV
2. Awasi haluaran dan pemasukan
3. Perkirakan drainase luka dan kehilangan yang tampak
4. Kolaborasi dalam pemberian cairan adekuat
RASIONAL
1. Perubahan TTV kearah yang abnormal dapat menunjukan terjadinya peningkatan kehilangan cairan akibat perdarahan / dehidrasi
2. Perlu untuk menentukan fungsi ginjal, kebutuhan penggantian cairan dan membantu mengevaluasi status cairan
3. Memberikan informasi tentang derajat hipovolemi dan membantu menentukan intervensi
4. Mempertahankan keseimbangan cairan akibat perdarahan
3. Resiko tinggi injuri berhubungan dengan kelemahan pertahanan sekunder akibat hemofilia ditandai dengan seringnya terjadi cedera
Tujuan/Kriteria hasil: Injuri dan kompllikasi dapat dihindari/tidak terjadi.
INTERVENSI
1. Pertahankan keamanan tempat tidur klien, pasang pengaman pada tempat tidur
2. Hindarkan dari cedera, ringan – berat
3. Awasi setiap gerakan yang memungkinkan terjadinya cedera
4. Anjurkan pada orangtua untuk segera membawa anak ke RS jika terjadi injuri
5. Jelaskan pada orang tua pentingnya menghindari cedera.
RASIONAL
1. Jaringan rapuh dan gangguan mekanisme pembekuan menigkatkan resiko perdarahan meskipun cidera /trauma ringan
2.
Pasien hemofilia mempunyai resiko perdarhan spontan tak terkontrol
sehingga diperlukan pengawasan setiap gerakan yang memungkinkan
terjadinya cidera
3. Identifikasi dini dan pengobatan dapat membatasi beratnya komplikasi
4. Orang tua dapat mengetahui mamfaat dari pencegahan cidera/ resiko perdarahan dan menghindari injuri dan komplikasi.
5. Menurunkan resiko cidera /trauma
2.9 EVALUASI
1. Tidak terjadi penurunan tingkat kesadaran, pengisian kapiler berjalan normal, perdarahan dapat teratasi.
2. Menunjukkan perfusi yang adekuat misalnya:
- Membran mukosa berwarna merah muda.
- Mental kembali seperti biasa.
3. Menunjukkan
keseimbangan cairan yang adekuat dibuktikan oleh haluaran urine
individu tepat dengan berat jenis mendekati normal, tanda vital stabil,
membran mukosa lembab, turgor kulit baik dan pengisian kapiler normal
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Hemofilia merupakan gangguan mengenai faktor pembekuan yang diturunkan melalui gen resesif pada kromosom x dari kromosom sex. Dialami
oleh pria dengan ibu karier hemofilia dan sering pada bayi dan
anak-anak. Tindakan keperawatan dilakukan dengan tujuan meminimalkan
komplikasi. Salah satu upayanya dengan memberikan infromasi pada
keluarga tentang perawatan di rumah
3.2 Saran
Diharapkan perawat lebih mengerti tentang hemofilia,dan disarankan perawat lebih
banyak lagi mencari informasi tentang hemofilia sehingga lebih bisa
menambah wawasannya sehingga dalam aplikasi pada pasien hemofilia lebih
maksimal.
Daftar Pustaka
ü Betz,Cecily Lynn.2009.Buku Saku Keperawatan Pediatri.Jakarta : ECG
ü Hidayat,Aziz Alimul.2006.Pengantar Ilmu Keperawatan Anak.Jakarta : Salemba medika.
ü Permono,Bambang.2005.Buku Ajar Hematologi-Onkologi Anak.Ikatan dokter anak.
ü www.indonesia hemophilia society.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar