PENDIDIKAN PROFESI NERS ANGKATAN II
PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU
KESEHATAN MUHAMMADIYAH LAMONGAN
2011
SATUAN ACARA PENYULUHAN
Bidang study : Keperawatan Medikal Bedah
Topik : Infeksi Nosokomial
Sasaran : Pasien dan Keluarga Pasien di Ruang Kemuning
Tempat : Di Ruang Bugenville RSUD DR. soegiri lamongan
Hari/tanggal : Sabtu /31-03-2011
Waktu : PKL 10.00 wib s/d Selesai

A. TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM
Setelah
dilakukan penyuluhan kesehatan tentang infeksi nosokomial, diharapkan
pasien dan keluarga memahami tentang pengertian, jenis, dan cara
pencegahan infeksi nosokomial.
B. TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS
Setelah dilakukan pendidikan kesehatan tentang infeksi nosokomial, diharapkan pasien dan keluarga memahami:
1. Pengertian infeksi nosokomial
2. Faktor penyebab perkembangan infeksi nosokomial
3. Jenis penyakit yang disebabkan infeksi nosokomial
4. Cara mencegah infeksi nosokomial
C. MATERI (terlampir)
- Pengertian infeksi nosokomial
- Faktor penyebab perkembangan infeksi nosokomial
- Respon dan toleransi tubuh
- Jenis penyakit yang disebabkan oleh infeksi nosokomial
- Pencegahan terjadinya infeksi nosokomial
D. METODE
- Ceramah
- Diskusi/Tanya jawab
E. MEDIA
1. Leaflet
2. Poster
F. KEGIATAN PENYULUHAN
No.
|
WAKTU
|
KEGIATAN PENYULUHAN
|
KEGIATAN PESERTA
|
1.
|
5 menit
|
Pembukaan :
· Membuka kegiatan dengan mengucapkan salam.
· Memperkenalkan diri.
· Menjelaskan tujuan dari penyuluhan.
· Menyebutkan materi yang akan diberikan.
|
|
2.
|
30 menit
|
Pelaksanaan :
· Pengertian infeksi nosokomial
· Faktor penyebab perkembangan infeksi nosokomial
· Jenis penyakit yang disebabkan infeksi nosokomial
· Cara mencegah terjadinya infeksi nosokomial
|
|
3.
|
8 menit
|
Evaluasi :
· Memberikan kesempatan kepada peserta untuk bertanya.
· Menanyakan kepada peserta tentang materi yang telah diberikan.
· Memberikan reinforcement positif kepada peserta yang dapat menjawab pertanyaan.
|
· Menjawab pertanyaan
|
4.
|
2 menit
|
Terminasi :
· Mengucapkan terimakasih atas peran serta peserta.
· Mengucapkan salam penutup
|
· Mendengarkan
· Menjawab salam
|
G. KRITERIA EVALUASI
1. Evaluasi Struktur
a) Semua peserta mengikuti kegiatan penyuluhan
b) Penyelenggaraan kegiatan penyuluhan diruang Bugenville RSU Propinsi Mataram
c) Pengorganisasian kegiatan sebelum hari pelaksanaan penyuluhan.
2. Evaluasi Proses
a) Seluruh peserta mengikuti kegiatan penyuluhan.
b) Peserta penyuluhan tidak ada yang meninggalkan tempat penyuluhan sebelum kegiatan selesai.
c) Seluruh peserta terlibat aktif dalam kegiatan penyuluhan.
3. Evaluasi Hasil
Sesuai dengan TIK, diharapkan peserta mengikuti penyuluhan mampu menyebutkan :
a) Pengertian infeksi nosokomial
b) Faktor penyebab perkembangan infeksi nosokomial
c) Respon dan toleransi tubuh
d) Jenis penyakit yang disebabkan oleh infeksi nosokomial
e) Pencegahan terjadinya infeksi nosokomial
H. PENGORGANISASIAN
Moderator :
Pembicara :
Observer :
Fasilitator :
Lampiran Materi Penyuluhan
INFEKSI NOSOKOMIAL
A. Pengertian
Infeksi
adalah adanya suatu organisme pada jaringan atau cairan tubuh yang
disertai suatu gejala klinis baik lokal maupun sistemik. Infeksi yang
muncul selama seseorang tersebut dirawat di rumah sakit dan mulai
menunjukkan suatu gejala selama seseorang itu dirawat atau setelah
selesai dirawat disebut infeksi nosokomial. Secara umum, pasien yang
masuk rumah sakit dan menunjukkan tanda infeksi yang kurang dari 72 jam
menunjukkan bahwa masa inkubasi penyakit telah terjadi sebelum pasien
masuk rumah sakit, dan infeksi yang baru menunjukkan gejala setelah 72
jam pasien berada dirumah sakit baru disebut infeksi nosokomial
(Harrison, 2001).
Infeksi
nosokomial ini dapat berasal dari dalam tubuh penderita maupun luar
tubuh. Infeksi endogen disebabkan oleh mikroorganisme yang semula memang
sudah ada didalam tubuh dan berpindah ke tempat baru yang kita sebut
dengan self infection atau auto infection, sementara infeksi eksogen
(cross infection) disebabkan oleh mikroorganisme yang berasal dari rumah
sakit dan dari satu pasien ke pasien lainnya (Soeparman, 2001).
B. Faktor Penyebab Perkembangan Infeksi Nosokomial
1. Agen Infeksi
Pasien
akan terpapar berbagai macam mikroorganisme selama ia rawat di rumah
sakit. Kontak antara pasien dan berbagai macam mikroorganisme ini tidak
selalu menimbulkan gejala klinis karena banyaknya faktor lain yang dapat
menyebabkan terjadinya infeksi nosokomial. Kemungkinan terjadinya
infeksi tergantung pada:
• karakteristik mikroorganisme,
• resistensi terhadap zat-zat antibiotika,
• tingkat virulensi,
• dan banyaknya materi infeksius.
Semua
mikroorganisme termasuk bakteri, virus, jamur dan parasit dapat
menyebabkan infeksi nosokomial. Infeksi ini dapat disebabkan oleh
mikroorganisme yang didapat dari orang lain (cross infection) atau
disebabkan oleh flora normal dari pasien itu sendiri (endogenous
infection). Kebanyakan infeksi yang terjadi di rumah sakit ini lebih
disebabkan karena faktor eksternal, yaitu penyakit yang penyebarannya
melalui makanan dan udara dan benda atau bahan-bahan yang tidak steril.
Penyakit yang didapat dari rumah sakit saat ini kebanyakan disebabkan
oleh mikroorganisme yang umumnya selalu ada pada manusia yang sebelumnya
tidak atau jarang menyebabkan penyakit pada orang normal, (Ducel,
2001).
2. Bakteri
Bakteri
dapat ditemukan sebagai flora normal dalam tubuh manusia yang sehat.
Keberadaan bakteri disini sangat penting dalam melindungi tubuh dari
datangnya bakteri patogen. Tetapi pada beberapa kasus dapat menyebabkan
infeksi jika manusia tersebut mempunyai toleransi yang rendah terhadap
mikroorganisme. Contohnya Escherichia coli paling banyak dijumpai
sebagai penyebab infeksi saluran kemih.
Bakteri patogen lebih berbahaya dan menyebabkan infeksi baik secara sporadik maupun endemik. Contohnya :
Bakteri patogen lebih berbahaya dan menyebabkan infeksi baik secara sporadik maupun endemik. Contohnya :
· Anaerobik Gram-positif, Clostridium yang dapat menyebabkan gangrene
· Bakteri
gram-positif: Staphylococcus aureus yang menjadi parasit di kulit dan
hidung dapat menyebabkan gangguan pada paru, pulang, jantung dan infeksi
pembuluh darah serta seringkali telah resisten terhadap antibiotika.
· Bakteri
gram negatif: Enterobacteriacae, contohnya Escherichia coli, Proteus,
Klebsiella, Enterobacter. Pseudomonas sering sekali ditemukan di air dan
penampungan air yang menyebabkan infeksi di saluran pencernaan dan
pasien yang dirawat. Bakteri gram negatif ini bertanggung jawab sekitar
setengah dari semua infeksi di rumah sakit.
· Serratia marcescens, dapat menyebabkan infeksi serius pada luka bekas jahitan, paru, dan peritoneum.
3. Virus
Banyak
kemungkinan infeksi nosokomial disebabkan oleh berbagai macam virus,
termasuk virus hepatitis B dan C dengan media penularan dari transfusi,
dialisis, suntikan dan endoskopi. Respiratory syncytial virus (RSV),
rotavirus, dan enteroviruses yang ditularkan dari kontak tangan ke mulut
atau melalui rute faecal-oral. Hepatitis dan HIV ditularkan melalui
pemakaian jarum suntik, dan transfusi darah. Rute penularan untuk virus
sama seperti mikroorganisme lainnya. Infeksi gastrointestinal, infeksi
traktus respiratorius, penyakit kulit dan dari darah. Virus lain yang
sering menyebabkan infeksi nosokomial adalah cytomegalovirus, Ebola,
influenza virus, herpes simplex virus, dan varicella-zoster virus, juga
dapat ditularkan (Wenzel, 2002)
4. Parasit dan Jamur
Beberapa
parasit seperti Giardia lamblia dapat menular dengan mudah ke orang
dewasa maupun anak-anak. Banyak jamur dan parasit dapat timbul selama
pemberian obat antibiotika bakteri dan obat immunosupresan, contohnya
infeksi dari Candida albicans, Aspergillus spp, Cryptococcus neoformans,
Cryptosporidium.
5. Faktor alat
Dari
suatu penelitian klinis, infeksi nosokomial tertama disebabkan infeksi
dari kateter urin, infeksi jarum infus, infeksi saluran nafas, infeksi
kulit, infeksi dari luka operasi dan septikemia. Pemakaian infus dan
kateter urin lama yang tidak diganti-ganti. Diruang penyakit dalam,
diperkirakan 20-25% pasien memerlukan terapi infus. Komplikasi kanulasi
intravena ini dapat berupa gangguan mekanis, fisis dan kimiawi.
Komplikasi tersebut berupa:3,5
Ekstravasasi infiltrat : cairan infus masuk ke jaringan sekitar insersi kanula
Penyumbatan : Infus tidak berfungsi sebagaimana mestinya tanpa dapat dideteksi adanya gangguan lain
Flebitis : Terdapat pembengkakan, kemerahan dan nyeri sepanjang vena
Trombosis : Terdapat pembengkakan di sepanjang pembuluh vena yang menghambat aliran infuse
Kolonisasi kanul : Bila sudah dapat dibiakkan mikroorganisme dari bagian kanula yang ada dalam pembuluh darah
Septikemia : Bila kuman menyebar hematogen dari kanul
Supurasi : Bila telah terjadi bentukan pus di sekitar insersi kanul
Beberapa
faktor dibawah ini berperan dalam meningkatkan komplikasi kanula
intravena yaitu: jenis kateter, ukuran kateter, pemasangan melalui
venaseksi, kateter yang terpasang lebih dari 72 jam, kateter yang
dipasang pada tungkai bawah, tidak mengindahkan pronsip anti sepsis,
cairan infus yang hipertonik dan darah transfusi karena merupakan media
pertumbuhan mikroorganisme, peralatan tambahan pada tempat infus untuk
pengaturan tetes obat, manipulasi terlalu sering pada kanula. Kolonisasi
kuman pada ujung kateter merupakan awal infeksi tempat infus dan
bakteremia.
C. Respon dan toleransi tubuh
Faktor terpenting yang mempengaruhi tingkat toleransi dan respon tubuh pasien dalam hal ini adalah:
· Umur
· Status imunitas
· penyakit yang diderita
· Obesitas dan malnutrisi
· Orang yang menggunakan obat-obatan immunosupresan dan steroid
· Intervensi yang dilakukan pada tubuh untuk melakukan diagnosa dan terapi.
Usia
muda dan usia tua berhubungan dengan penurunan resistensi tubuh
terhadap infeksi kondisi ini lebih diperberat bila penderita menderita
penyakit kronis seperti tumor, anemia, leukemia, diabetes mellitus,
gagal ginjal, SLE dan AIDS. Keadaan-keadaan ini akan meningkatkan
toleransi tubuh terhadap infeksi dari kuman yang semula bersifat
opportunistik. Obat-obatan yang bersifat immunosupresif dapat menurunkan
pertahanan tubuh terhadap infeksi. Banyaknya prosedur pemeriksaan
penunjang dan terapi seperti biopsi, endoskopi, kateterisasi, intubasi
dan tindakan pembedahan juga meningkatkan resiko infeksi.
Resiko
infeksi Tipe pasien Minimal Tidak immunocompromised, tidak ditemukan
terpapar suatu penyakit. Sedang Pasien yang terinfeksi dan dengan
beberapa faktor resiko. Berat Pasien dengan immunocompromised berat, (5
µm. Contohnya bacterial meningitis, dan diphtheria memerlukan hal
sebagai berikut; Ruangan tersendiri untuk tiap pasiennya. Masker untuk
petugas kesehatan. Pembatasan area bagi pasien; pasien harus memakai
masker jika meninggalkan ruangan.
Infeksi
yang terjadi karena kontak secara langsung atau tidak langsung dengan
penyebab infeksi. Penularan infeksi ini dapat melalui tangan, kulit dan
baju, seperti golongan staphylococcus aureus. Dapat juga melalui cairan
yang diberikan intravena dan jarum suntik, hepatitis dan HIV. Peralatan
dan instrumen kedokteran. Makanan yang tidak steril, tidak dimasak dan
diambil menggunakan tangan yang menyebabkan terjadinya cross infection
(Ducel, 2002).
D. Macam penyakit yang disebabkan oleh infeksi nosokomial
1. Infeksi saluran kemih
Infeksi
ini merupakan kejadian tersering, sekitar 40% dari infeksi nosokomial,
80% infeksinya dihubungkan dengan penggunaan kateter urin. Walaupun
tidak terlalu berbahaya, tetapi dapat menyebabkan terjadinya bakteremia
dan mengakibatkan kematian. Organisme yang biaa menginfeksi biasanya
E.Coli, Klebsiella, Proteus, Pseudomonas, atau Enterococcus. Infeksi
yang terjadi lebih awal lebih disebabkan karena mikroorganisme endogen,
sedangkan infeksi yang terjadi setelah beberapa waktu yang lama biasanya
karena mikroorganisme eksogen (Wenzel, 2002)
b. Instrumen yang sering digunakan Rumah Sakit
Simonsen et al (1999) menyimpulkan bahwa lebih dari 50% suntikan yang dilakukan di negara berkembang tidaklah aman (contohnya jarum, tabung atau keduanya yang dipakai berulang-ulang) dan banyaknya suntikan yang tidak penting (misalnya penyuntikan antibiotika). (Anonim, 2002) Untuk mencegah penyebaran penyakit melalui jarum suntik maka diperlukan:
Simonsen et al (1999) menyimpulkan bahwa lebih dari 50% suntikan yang dilakukan di negara berkembang tidaklah aman (contohnya jarum, tabung atau keduanya yang dipakai berulang-ulang) dan banyaknya suntikan yang tidak penting (misalnya penyuntikan antibiotika). (Anonim, 2002) Untuk mencegah penyebaran penyakit melalui jarum suntik maka diperlukan:
· Pengurangan penyuntikan yang kurang diperlukan
· Pergunakan jarum steril
· Penggunaan alat suntik yang disposabel.
· Masker,
sebagai pelindung terhadap penyakit yang ditularkan melalui udara.
Begitupun dengan pasien yang menderita infeksi saluran nafas, mereka
harus menggunakan masker saat keluar dari kamar penderita. Sarung
tangan, sebaiknya digunakan terutama ketika menyentuh darah, cairan
tubuh, feses maupun urine. Sarung tangan harus selalu diganti untuk tiap
pasiennya. Setelah membalut luka atau terkena benda yang kotor, sanrung
tangan harus segera diganti.11
Baju khusus juga harus dipakai untuk melindungi kulit dan pakaian selama kita melakukan suatu tindakan untuk mencegah percikan darah, cairan tubuh, urin dan feses.
Baju khusus juga harus dipakai untuk melindungi kulit dan pakaian selama kita melakukan suatu tindakan untuk mencegah percikan darah, cairan tubuh, urin dan feses.
c. Mencegah penularan dari lingkungan rumah sakit
Pembersihan yang rutin sangat penting untuk meyakinkan bahwa rumah sakit sangat bersih dan benar-benar bersih dari debu, minyak dan kotoran. Perlu diingat bahwa sekitar 90 persen dari kotoran yang terlihat pasti mengandung kuman. Harus ada waktu yang teratur untuk membersihkan dinding, lantai, tempat tidur, pintu, jendela, tirai, kamar mandi, dan alat-alat medis yang telah dipakai berkali-kali.
Pembersihan yang rutin sangat penting untuk meyakinkan bahwa rumah sakit sangat bersih dan benar-benar bersih dari debu, minyak dan kotoran. Perlu diingat bahwa sekitar 90 persen dari kotoran yang terlihat pasti mengandung kuman. Harus ada waktu yang teratur untuk membersihkan dinding, lantai, tempat tidur, pintu, jendela, tirai, kamar mandi, dan alat-alat medis yang telah dipakai berkali-kali.
Pengaturan
udara yang baik sukar dilakukan di banyak fasilitas kesehatan. Usahakan
adanya pemakaian penyaring udara, terutama bagi penderita dengan status
imun yang rendah atau bagi penderita yang dapat menyebarkan penyakit
melalui udara. Kamar dengan pengaturan udara yang baik akan lebih banyak
menurunkan resiko terjadinya penularan tuberkulosis. Selain itu, rumah
sakit harus membangun suatu fasilitas penyaring air dan menjaga
kebersihan pemrosesan serta filternya untuk mencegahan terjadinya
pertumbuhan bakteri. Sterilisasi air pada rumah sakit dengan prasarana
yang terbatas dapat menggunakan panas matahari.
Toilet
rumah sakit juga harus dijaga, terutama pada unit perawatan pasien
diare untuk mencegah terjadinya infeksi antar pasien. Permukaan toilet
harus selalu bersih dan diberi disinfektan.
Disinfektan akan membunuh kuman dan mencegah penularan antar pasien.
Disinfeksi yang dipakai adalah:
Disinfektan akan membunuh kuman dan mencegah penularan antar pasien.
Disinfeksi yang dipakai adalah:
· Mempunyai kriteria membunuh kuman
· Mempunyai efek sebagai detergen
· Mempunyai efek terhadap banyak bakteri, dapat melarutkan minyak dan protein.
· Tidak sulit digunakan
· Tidak mudah menguap
· Bukan bahan yang mengandung zat yang berbahaya baik untuk petugas maupun pasien
· Efektif
· tidak berbau, atau tidak berbau tak enak
d. Perbaiki ketahanan tubuh
Di
dalam tubuh manusia, selain ada bakteri yang patogen oportunis, ada
pula bakteri yang secara mutualistik yang ikut membantu dalam proses
fisiologis tubuh, dan membantu ketahanan tubuh melawan invasi jasad
renik patogen serta menjaga keseimbangan di antara populasi jasad renik
komensal pada umumnya, misalnya seperti apa yang terjadi di dalam
saluran cerna manusia. Pengetahuan tentang mekanisme ketahanan tubuh
orang sehat yang dapat mengendalikan jasad renik oportunis perlu
diidentifikasi secara tuntas, sehingga dapat dipakai dalam
mempertahankan ketahanan tubuh tersebut pada penderita penyakit berat.
Dengan demikian bahaya infeksi dengan bakteri oportunis pada penderita
penyakit berat dapat diatasi tanpa harus menggunakan antibiotika.
(Suwarni, 2001)
e. Ruangan Isolasi
Penyebaran
dari infeksi nosokomial juga dapat dicegah dengan membuat suatu
pemisahan pasien. Ruang isolasi sangat diperlukan terutama untuk
penyakit yang penularannya melalui udara, contohnya tuberkulosis, dan
SARS, yang mengakibatkan kontaminasi berat. Penularan yang melibatkan
virus, contohnya DHF dan HIV. Biasanya, pasien yang mempunyai resistensi
rendah eperti leukimia dan pengguna obat immunosupresan juga perlu
diisolasi agar terhindar dari infeksi. Tetapi menjaga kebersihan tangan
dan makanan, peralatan kesehatan di dalam ruang isolasi juga sangat
penting. Ruang isolasi ini harus selalu tertutup dengan ventilasi udara
selalu menuju keluar. Sebaiknya satu pasien berada dalam satu ruang
isolasi, tetapi bila sedang terjadi kejadian luar biasa dan penderita
melebihi kapasitas, beberapa pasien dalam satu ruangan tidaklah apa-apa
selama mereka menderita penyakit yang sama (Suwarni, 2001)
DAFTAR PUSTAKA
Babb, JR. Liffe, AJ. Pocket Reference to Hospital Acquired infection. Science Press limited, Cleveland Street, London; 1995
Ducel,
G. et al. Prevention of hospital-acquired infections, A practical
guide. 2nd edition. World Health Organization. Department of
Communicable disease, Surveillance and Response; 2002
Soeparman, dkk. Ilmu Penyakit Dalam Jilid II. Balai Penerbit FKUI, Jakarta; 2001
Suwarni,
A. Studi Diskriptif Pola Upaya Penyehatan Lingkungan Hubungannya dengan
Rerata Lama Hari Perawatan dan Kejadian Infeksi Nosokomial Studi Kasus:
Penderita Pasca Bedah Rawat Inap di Rumah Sakit Pemerintah dan Swasta
Provinsi DIY Tahun 1999. Badan Litbang Kesehatan Departemen Kesehatan
dan Kesejahteraan Sosial, Yogyakarta; 2001
Wenzel. Infection control in the hospital,in International society for infectious diseases, second ed, Boston; 2002
Tidak ada komentar:
Posting Komentar