8
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Suatu bangsa dapat
dikatakan maju adalah dilihat dari harapan hidup penduduknya.
Demikian juga dengan Indonesia sebagai suatu negara berkembang yang
tingkat kesehatan penduduknya cukup baik (Darmojo dan Martono,1999).
Meningkatnya status kesehatan masyarakat, selain digambarkan dengan
makin menurunnya angka kesakitan dan kematian juga dapat digambarkan
dengan meningkatnya umur harapan hidup (Djojosugito, 2000). Sebagai
akibat penurunan angka kelahiran, angka kesakitan, dan angka kematian
menyebabkan terjadi peningkatan jumlah penduduk lanjut usia (lansia).
Makin panjangnya umur harapan hidup disamping sebagai suatu
kebanggaan tetapi dilain pihak juga merupakan tantangan yang sangat
berat, mengingat tidak sedikit masalah yang bisa timbul sebagai
dampak penuaan. Penyakit – penyakit pada lansia pada umumnya
memiliki karakterisrik berupa penyakit multiple, degeneratif yang
kronis. Sering kali keluhan sakit pada lansia tidak diikuti oleh
adanya kondisi yang patologis, sehingga hanya berupa suatu keluhan
subyektif dari lansia (Ilness) (Pearson and Vaughan, 1986). Studi
morbiditas menunjukkan bahwa tingkat keluhan sakit dari penduduk
Indonesia, dan lansia berdasarkan SUSENAS 1992 sebesar 21,0 % dan
menunjukkan peningkatan yang sangat berarti pada tahun 1995 yakni
sebesar 55,8 % (Djojosugito,2000).Pandangan sebagian masyarakat yang
menganggap lansia sebagai manusia yang tidak mampu, lemah dan
sakit-sakitan menyebabkan mereka memperlakukan lansia sebagai
manusia yang tidak berdaya sehingga segala aktifitas sangat dibatasi
(Menuh,2000).
Bagaimanapun kuatnya
kemauan, harapan dan usaha pengembangan karir yang dilakukan akhirnya
akan mencapai puncaknya kemudian tanpa terasa akan mengalami
kemunduran baik aktivitas fisik, pemanfaatan fungsi psikologis maupun
kegiatan sosial. Sebenarnya keadaan para Lansia tidak separah seperti
menurut pandangan dan mitos-mitos, karena mereka masih memiliki
potensi dan dapat menjadi usia keemasan (golden age) dan atau senior
cotizen.Pada saat ini pergeseran kondisi sosial masyarakat yang
mengarah pada pola hidup individu mengakibatkan kondisi hidup lansia
semakin menderita. Banyak lansia yang ditelantarkan oleh keluarga
akibat ketidakmampuan merawat dan tidak sedikit dari mereka kini
hidup di jalanan dan hanya sebagian kecil yang masih beruntung bisa
dirawat di Panti-Panti Wreda. Keadaan ini memerlukan antisipasi dari
semua pihak termasuk diantaranya profesi keperawatan.
Keadaan lansia yang
serba terbatas memerlukan perlakuan hak asasi sama seperti manusia
lainnya, khusus karena kondisinya yang menurun, bantuan peningkatan
kesejahteraan sosial dan sentuhan keperawatan yang khusus sehingga
dapat mengurangi angka morbiditas lansia serta menjadikan mereka
hidup lebih sejahtera sesuai dengan kondisinya. Oleh karena itu
praktek keperawatan lansia di Panti Wreda merupakan suatu langkah
nyata untuk merealisasikan upaya perawatan khususnya keperawatan bagi
lansia, dengan fokus peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit,
optimalisasi fungsi fisik dan mental serta pemerliharaan kesehatan
untuk mendapatkan ketenangan hidup dan berproduktif.
B. Tujuan
1. Tujuan umum
Setelah
melakukan proses pembelajaran lapangan/klinik diharapkan dapat
mempelajari asuhan keperawatan pada lansia dan
meningkatkan profesionalisme Profesi keperawatan di Panti Werda
Sosial
- Tujuan Khusus
Diharapkan mahasiswa
mampu :
- Melakukan pengkajiian perawatan pada lansia
- Melakukan perencanaan tindakan keperawatan pada lansia
- Melakukan tindakan keperawatan pada lansia
- Melakukan evaluasi asuhan keperawatan pada lansia di Panti Sosial Werda
C.
Lingkup/Batasan Masalah
Pada
laporan kasus ini membahas tentang “Asuhan Keperawatan Lansia Tn. S
dengan Gangguan Pola Aktivitas Akibat Rematik” di Panti Sosial
Tresna Werdha “Bahagia” Magetan.
D. Sistematika
Penulisan
Asuhan Keperawatan
ini disusun dengan mengunakan metode diskriptif dalam bentuk studi
kasus mengenai asuhan keperawatan pada lansia di Panti Wreda Bahagia
Magetan. Adapun langkah penulisan studi kasus ini sebagai berikut :
- Studi pustaka dengan mempelajari literatur ilmiah
- Studi kasus dengan melakukan asuhan langsung pada lansia mulai pengkajian hingga evaluasi.
Sistematika
Penulisan
BAB 1 PENDAHULUAN
- Latar Belakang
- Tujuan
- Lingkup/Batasan Masalah
- Sistematika Penulisan
BAB 2 TINJAUAN TEORI
- Teori Lansia
- Teori Asuhan Keperawatan pada Lansia dengan Gangguan Pola Aktivitas Akibat Rematik
BAB 3 TINJAUAN KASUS
- Pengkajian
- Rencana Keperawatan
- Pelaksanaan Asuhan Keperawatan
- Evaluasi
BAB 4 PEMBAHASAN
BAB 5 KESIMPULAN DAN
SARAN
- Kesimpulan
- Saran
BAB 2
TINJAUAN
TEORI
A. Pengertian
Lanjut Usia
Proses menua
merupakan suatu yang fisiologis, yang akan dialami oleh setiap orang.
Batasan orang dikatakan lansia berdasarkan UU No.13 tahun 1998 adalah
60 tahun. Depkes dikutif dari Azis (1994) lebih lanjut membuat
penggolongan lansia menjadi 3 (tiga) kelompok yakni:
- Kelompok lansia dini (55-64 tahun), yakni keompok yang baru memasuki lansia
- Kelompok lansia (65 tahun keatas)
- Kelompok lansia resiko tinggi, yakni lansia yang berusia lebih dari 70 tahun.
B. Proses
Terjadinya Penuaan
Proses terjadinya
penuaan dijelaskan dalam beberapa teori penuaan, antara lain:
1. Biologi
a. Teori "Genetic
Clock";
Teori
ini menyatakan bahwa proses menua terjadi akibat adanya program jam
genetik didalam nuklei. Jam ini akan berputar dalam jangka waktu
tertentu dan jika jam ini sudah habis putarannya maka, akan
menyebabkan berhentinya proses mitosis. Hal ini ditunjukkan oleh
hasil penelitian Haiflick, (1980) dikutif Darmojo dan Martono (1999)
dari teori itu dinyatakan adanya hubungan antara kemampuan membelah
sel dalam kultur dengan umur spesies Mutasisomatik
(teorierrorcatastrophe) hal penting lainnya yang perlu diperhatikan
dalam menganalisis faktor-aktor penyebab terjadinya proses menua
adalah faktor lingkungan yang menyebabkan terjadinya mutasi somatik.
Sekarang sudah umum diketahui bahwa radiasi dan zat kimia dapat
memperpendek umur. Menurut teori ini terjadinya mutasi yang progresif
pada DNA sel somatik, akan menyebabkan terjadinya penurunan kemampuan
fungsional
sel tersebut.
b. Teori “Error”
Salah satu hipotesis
yang yang berhubungan dengan mutasi sel somatik adalah hipotesis
"Error Castastrophe" (Darmojo dan Martono, 1999). Menurut
teori tersebut menua diakibatkan oleh menumpuknya berbagai macam
kesalahan sepanjang kehidupan manusia. Akibat kesalahan tersebut
akan berakibat kesalahan metabolisme yang dapat mengakibatkan kerukan
sel dan fungsi sel secara perlahan.
c. Teori “Autoimun”
Proses
menua dapat terjadi akibat perubahan protein pasca tranlasi yang
dapat mengakibatkan berkurangnya kemampuan sistem imun tubuh
mengenali dirinya sendiri (Self
recognition). Jika
mutasi somatik menyebabkan terjadinya kelainan pada permukaan sel,
maka hal ini akan mengakibatkan sistem imun tubuh menganggap sel
yang mengalami perubahan tersebut sebagai sel asing dan
menghancurkannya Goldstein(1989) dikutif dari Azis (1994). Hal ini
dibuktikan dengan makin bertambahnya prevalensi auto antibodi pada
lansia (Brocklehurst,1987 dikutif dari Darmojo dan Martono, 1999).
Dipihak lain sistem imun tubuh sendiri daya pertahanannya mengalami
penurunan pada proses menua, daya serangnya terhadap antigen menjadi
menurun, sehingga sel-sel patologis meningkat sesuai dengan
menigkatnya umur (Suhana,1994 dikutif dari Nuryati, 1994)
d. Teori “Free Radical”
Penuaan dapat
terjadi akibat interaksi dari komponen radikal bebas dalam tubuh
manusia. Radikal bebas dapat berupa : superoksida (O2), Radikal
Hidroksil (OH) dan Peroksida Hidrogen (H2O2). Radikal bebas sangat
merusak karena sangat reaktif , sehingga dapat bereaksi dengan DNA,
protein, dan asam lemak tak jenuh. Menurut Oen (1993) yang dikutif
dari Darmojo dan Martono (1999) menyatakan bahwa makin tua umur makin
banyak terbentuk radikal bebas, sehingga poses pengrusakan terus
terjadi , kerusakan organel sel makin banyak akhirnya sel mati.
e. Wear &Tear
Teori
Kelebihan usaha dan
stress menyababan sel tubuh rusak.
f. Teori kolagen
Peningkatan jumlah
kolagen dalam jaringan menyebabkan kecepatan kerusakan jaringan dan
melambatnya perbaikan sel jaringan.
2. Teori
Sosiologi
- Activity theory, ketuaan akan menyebabkan penurunan jumlah kegiatan secara langsung.
- Teori kontinuitas, adanya suatu kepribadian berlanjut yang menyebabkan adanya suatu pola prilaku yang meningkatkan stress.
- Disengagement Theory, putusnya hubungan dengan dunia luar seperti hubungan dengan masyarakat, hubungan dengan individu lain.
- Teori Stratifikasi usia, karena orangyang digolongkan dala usia tua akan mempercepat proses penuaan.
3. Teori
Psikologis
- Teori kebutuhan manusia dari Maslow, orang yang bisa mencapai aktualisasi menurut penelitian 5% dan tidak semua orang bisa mencapai kebtuhan yang sempurna.
- Teori Jung, terdapat tingkatan-tingkatan hidup yang mempunyai tugas dalam perkembangan kehidupan.
- Course of Human Life Theory, Seseorang dalam hubungan denga lingkungan ada tingkat maksimumnya.
- Development Task Theory, Tiap tingkat kehidupan mempunyai tugas perkembangan sesuai dengan usianya.
B.
Perubahan-Perubahan yang Terjadi pada Lansia
1. Perubahan Fisik
- Sistem pernafasan pada lansia.
- Otot pernafasan kaku dan kehilangan kekuatan, sehingga volume udara inspirasi berkurang, sehingga pernafasan cepat dan dangkal.
- Penurunan aktivitas silia menyebabkan penurunan reaksi batuk sehingga potensial terjadi penumpukan sekret.
- Penurunan aktivitas paru ( mengembang & mengempisnya ) sehingga jumlah udara pernafasan yang masuk keparu mengalami penurunan, kalau pada pernafasan yang tenang kira kira 500 ml.
- Alveoli semakin melebar dan jumlahnya berkurang ( luas permukaan normal 50m²), menyebabkan terganggunya prose difusi.
- Penurunan oksigen (O2) Arteri menjadi 75 mmHg menggangu prose oksigenasi dari hemoglobin, sehingga O2 tidak terangkut semua kejaringan.
- CO2 pada arteri tidak berganti sehingga komposisi O2 dalam arteri juga menurun yang lama kelamaan menjadi racun pada tubuh sendiri.
- kemampuan batuk berkurang, sehingga pengeluaran sekret & corpus alium dari saluran nafas berkurang sehingga potensial terjadinya obstruksi.
- Sistem persyarafan.
- Cepatnya menurunkan hubungan persyarafan.
- Lambat dalam merespon dan waktu untuk berfikir.
- Mengecilnya syaraf panca indera.
- Berkurangnya penglihatan, hilangnya pendengaran, mengecilnya syaraf pencium & perasa lebih sensitif terhadap perubahan suhu dengan rendahnya ketahanan terhadap dingin.
Perubahan panca
indera yang terjadi pada lansia.
- Penglihatan
- Kornea lebih berbentuk skeris.
- Sfingter pupil timbul sklerosis dan hilangnya respon terhadap sinar.
- Lensa lebih suram (kekeruhan pada lensa).
- Meningkatnya ambang pengamatan sinar : daya adaptasi terhadap kegelapan lebih lambat, susah melihat dalam cahaya gelap.
- Hilangnya daya akomodasi.
- Menurunnya lapang pandang & berkurangnya luas pandang.
- Menurunnya daya membedakan warna biru atau warna hijau pada skala.
- Pendengaran.
- Presbiakusis (gangguan pada pendengaran) :
Hilangnya kemampuan
(daya) pendengaran pada telinga dalam, terutama terhadap bunyi suara,
antara lain nada nada yang tinggi, suara yang tidak jelas, sulit
mengerti kata kata, 50 % terjadi pada usia diatas umur 65 tahun.
- Membran timpani menjadi atropi menyebabkan otosklerosis.
- Terjadinya pengumpulan serumen, dapat mengeras karena meningkatnya kreatin.
- Pengecap dan penghidu.
- Menurunnya kemampuan pengecap.
- Menurunnya kemampuan penghidu sehingga mengakibatkan selera makan berkurang.
- Peraba.
- Kemunduran dalam merasakan sakit.
- Kemunduran dalam merasakan tekanan, panas dan dingin.
- Perubahan cardiovaskuler pada usia lanjut.
- Katub jantung menebal dan menjadi kaku.
- Kemampuan jantung memompa darah menurun 1 % pertahun sesudah berumur 20 tahun. Hal ini menyebabkan menurunnya kontraksi dan volumenya.
- Kehilangan elastisitas pembuluh darah.
Kurangnya
efektifitasnya pembuluh darah perifer untuk oksigenasi, perubahan
posisi dari tidur keduduk ( duduk ke berdiri ) bisa menyebabkan
tekanan darah menurun menjadi 65 mmHg ( mengakibatkan pusing mendadak
).
4) Tekanan darah
meningkat akibat meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer
(normal ± 170/95 mmHg ).
- Sistem genito urinaria.
- Ginjal, Mengecil dan nephron menjadi atropi, aliran darah ke ginjal menurun sampai 50 %, penyaringan diglomerulo menurun sampai 50 %, fungsi tubulus berkurang akibatnya kurangnya kemampuan mengkonsentrasi urin, berat jenis urin menurun proteinuria ( biasanya + 1 ) ; BUN meningkat sampai 21 mg % ; nilai ambang ginjal terhadap glukosa meningkat.
- Vesika urinaria / kandung kemih, Otot otot menjadi lemah, kapasitasnya menurun sampai 200 ml atau menyebabkan frekwensi BAK meningkat, vesika urinaria susah dikosongkan pada pria lanjut usia sehingga meningkatnya retensi urin.
- Pembesaran prostat ± 75 % dimulai oleh pria usia diatas 65 tahun.
- Atropi vulva.
- Vagina, Selaput menjadi kering, elastisotas jaringan menurun juga permukaan menjadi halus, sekresi menjadi berkurang, reaksi sifatnya lebih alkali terhadap perubahan warna.
- Daya sexual, Frekwensi sexsual intercouse cendrung menurun tapi kapasitas untuk melakukan dan menikmati berjalan terus.
- Sistem endokrin / metabolik pada lansia.
- Produksi hampir semua hormon menurun.
- Fungsi paratiroid dan sekesinya tak berubah.
- Pituitary, Pertumbuhan hormon ada tetapi lebih rendah dan hanya ada di pembuluh darah dan berkurangnya produksi dari ACTH, TSH, FSH dan LH.
- Menurunnya aktivitas tiriod BMR turun dan menurunnya daya pertukaran zat.
- Menurunnya produksi aldosteron.
- Menurunnya sekresi hormon bonads : progesteron, estrogen, testosteron.
- Defisiensi hormonall dapat menyebabkan hipotirodism, depresi dari sumsum tulang serta kurang mampu dalam mengatasi tekanan jiwa (stess).
- Perubahan sistem pencernaan pada usia lanjut.
- Kehilangan gigi, Penyebab utama adanya periodontal disease yang biasa terjadi setelah umur 30 tahun, penyebab lain meliputi kesehatan gigi yang buruk dan gizi yang buruk.
- Indera pengecap menurun, Adanya iritasi yang kronis dari selaput lendir, atropi indera pengecap (± 80 %), hilangnya sensitivitas dari syaraf pengecap dilidah terutama rasa manis, asin, asam & pahit.
- Esofagus melebar.
- Lambung, rasa lapar menurun (sensitivitas lapar menurun ), asam lambung menurun, waktu mengosongkan menurun.
- Peristaltik lemah & biasanya timbul konstipasi.
- Fungsi absorbsi melemah ( daya absorbsi terganggu ).
- Liver ( hati ), Makin mengecil & menurunnya tempat penyimpanan, berkurangnya aliran darah.
g. Sistem
muskuloskeletal.
- Tulang kehilangan densikusnya rapuh.
- resiko terjadi fraktur.
- kyphosis.
- persendian besar & menjadi kaku.
- pada wanita lansia > resiko fraktur.
- Pinggang, lutut & jari pergelangan tangan terbatas.
- Pada diskus intervertebralis menipis dan menjadi pendek ( tinggi badan berkurang ).
- Gerakan volunter gerakan berlawanan.
- Gerakan reflektonik Gerakan diluar kemauan sebagai reaksi terhadap rangsangan pada lobus.
- Gerakan involunter Gerakan diluar kemauan, tidak sebagai reaksi terhadap suatu perangsangan terhadap lobus
- Gerakan sekutu Gerakan otot lurik yang ikut bangkit untuk menjamin efektifitas dan ketangkasan otot volunter.
- Perubahan sistem kulit & karingan ikat.
- Kulit keriput akibat kehilangan jaringan lemak.
- Kulit kering & kurang elastis karena menurunnya cairan dan hilangnya jaringan adiposa
- Kelenjar kelenjar keringat mulai tak bekerja dengan baik, sehingga tidak begitu tahan terhadap panas dengan temperatur yang tinggi.
- Kulit pucat dan terdapat bintik bintik hitam akibat menurunnya aliran darah dan menurunnya sel sel yang meproduksi pigmen.
- Menurunnya aliran darah dalam kulit juga menyebabkan penyembuhan luka luka kurang baik.
- Kuku pada jari tangan dan kaki menjadi tebal dan rapuh.
- Pertumbuhan rambut berhenti, rambut menipis dan botak serta warna rambut kelabu.
- Pada wanita > 60 tahun rambut wajah meningkat kadang kadang menurun.
- Temperatur tubuh menurun akibat kecepatan metabolisme yang menurun.
- Keterbatasan reflek menggigil dan tidak dapat memproduksi panas yang banyak rendahnya akitfitas otot.
I. Perubahan
sistem reproduksi dan kegiatan sexual.
- Perubahan sistem reprduksi.
- selaput lendir vagina menurun/kering.
- menciutnya ovarium dan uterus.
- atropi payudara.
- testis masih dapat memproduksi meskipun adanya penurunan secara berangsur berangsur.
- dorongan sex menetap sampai usia diatas 70 tahun, asal kondisi kesehatan baik.
- Kegiatan sexual.
Sexualitas
adalah kebutuhan dasar manusia dalam manifestasi kehidupan yang
berhubungan dengan alat reproduksi. Setiap orang mempunyai kebutuhan
sexual, disini kita bisa membedakan dalam tiga sisi : 1) fisik,
Secara jasmani sikap sexual akan berfungsi secara biologis melalui
organ kelamin yang berhubungan dengan proses reproduksi, 2) rohani,
Secara rohani
tertuju pada orang lain sebagai manusia, dengan tujuan utama bukan
untuk kebutuhan kepuasan sexualitas melalui pola pola yang baku
seperti binatang dan 3) sosial, Secara sosial
kedekatan dengan suatu keadaan intim dengan orang lain yang merupakan
suatu alat yang apling diharapkan dalammenjalani sexualitas.
Sexualitas pada
lansia sebenarnya tergantung dari caranya, yaitu dengan cara yang
lain dari sebelumnya, membuat pihak lain mengetahui bahwa ia sangat
berarti untuk anda. Juga sebagai pihak yang lebih tua tampa harus
berhubungan badan, msih banyak cara lain unutk dapat bermesraan
dengan pasangan anda. Pernyataan pernyataan lain yang menyatakan rasa
tertarik dan cinta lebih banyak mengambil alih fungsi hubungan
sexualitas dalam pengalaman sex.
2.
Perubahan-perubahan mental
2.1.
Faktor-faktor
yang mempengaruhi perubahan mental adalah :
- Pertama-tama perubahan fisik, khususnya organ perasa.
- kesehatan umum
- Ttingkat pendidikan
- Keturunan (herediter)
- Lingkungan
2.2.
Perubahan
kepribadian yang drastis keadaan ini jarang terjadi lebih sering
berupa ungkapan yang tulus dari perasaan seseorang, kekakuan mungkin
oleh karena faktor lain seperti penyakit-penyakit.
Kenangan (memory)
ada dua; 1) kenangan jangka panjang, berjam-jam sampai berhari-hari
yang lalu, mencakup beberapa perubahan, 2) Kenangan jangka pendek
atau seketika (0-10 menit), kenangan buruk.
Intelegentia
Quation; 1) tidakberubah dengan informasi matematika dan perkataan
verbal, 2) berkurangnya penampilan,persepsi dan keterampilan
psikomotorterjadi perubahan pada daya membayangkan, karena
tekanan-tekanan dari faktro waktu.
2.3. Pengaruh proses
penuaan pada fungsi psikososial.
- perubahan fisik, sosial mengakibatkan timbulnya penurunan fungsi, kemunduran orientasi, penglihatan, pendengaran mengakibatkan kurangnya percaya diri pada fungsi mereka.
- Mundurnya daya ingat, penurunan degenerasi sel sel otak.
- Gangguan halusinasi.
- Lebih mengambil jarak dalam berinteraksi.
- Fungsi psikososial, seperti kemampuan berfikir dan gambaran diri.
2.4.
Konsep Gangguan Harga Diri
Gangguan harga diri
adalah suatu keadaan dimana individu mengalami atau beresiko
mengalami evaluasi diri yang negatif tentang kemampuan atau diri
(Carpenito, 1999). Harga diri merupakan satu dari empat komponen
konsep diri. Gangguan konsep diri merupakan kategori diagnostik umum.
2.4.1 Batasan
karakteristik ganguan harga diri (Carpenitto) :
- Pengungkapan diri
negatif
- Ekpresi malu atau
rasa bersalah
- Ekpresi diri
sebagai seorang yang tidak dapat mengatasi suatu situasi.
- Merasionalisasi
penolakan
- Ketidakmampuan
untuk menentukan tujuan
- Pemecahan masalah
yang buruk
- Menunjukkan gejala
depresi (ggn tidur, ggn makan).
- Mencari jaminan
secara berlebihan
- Perilaku
penyalahgunaan diri
- Menolak mencoba
situasi baru
- Mengingkari
masalah-masalah nyata
- Proyeksi rasa
bersalah/ tanggungjawab terhadap masalah
- Merasionalisasikan
kegagalan pribadi
- Hipersensivitas
terhadap kritik ringan
- Penuh kata-kata
yang muluk.
2.4.2. Faktor-faktor
yang berhubungan
Gangguan harga diri
dapat merupakan kejadian episodik atau masalah kronis. Kegagalan
untuk memecahkan suatu masalah atau stress berurutan dapat
menimbulkan harga diri rendah kronis. Faktor-faktor tersebut dapat
terjadi sepanjang waktu.
2.4.3 Patofisiologi
Gambar 1. Hubungan harga diri dengan timbulnya berbagai masalah
keperawatan.
Dari konsep diatas
dapat dirumuskan beberapa diagnose keperawatan pada klien yang
mengalami gangguan harga diri yaitu:
1). Gangguan harga
diri b.d kegagalan hidup skunder tidak bekerja, masalah finansial,
masalah dengan hubungan keluarga serta instiusionalisasi.
2). Resiko infeksi
b.d penurunan daya tahan
3). Resiko cedera
b.d gangguan fungsi vaskuler
2.5 Konsep Asuhan
keperawatan lansia dengan gangguan harga diri
2.5.1. Pengkajian
- Kaji hal yang
berhubungan dengan karakteristik atau identitas klien secara umum
termasuk genogram serta riwayat hidup klien terutama yang behubungan
dengan kondisi klien saat ini.
- Kaji tentang
keadaan umum
- Kaji tentang
keadaan fisik dengan melakukan pemeriksaan fisik
- Kaji tentang
kemampuan ADL klien dan lakukan penilaian dengan indeks ADL Katz.
- Kaji tentang data
mental, dengan sekala depresi beck, Short Portable Mental Status
Questionnaire (SPMSQ), dan Mini Mental State Exam (MMSE) serta
tingkat keasadarn klien.
2.5.2 Rencana
Keperawatan
1). Gangguan harga
diri b.d kegagalan hidup skunder tidak bekerja, masalah finansial,
masalah dengan hubungan keluarga serta instiusionalisasi.
Tujuan :
Setelah dirawat
klien menunjukan harga diri positif :
- Mengungkapkan
perasaan dan pikiran mengenai diri
- Mengidentifikasi
atribut positif mengenai diri
- Dapat
mengeidentifikasi akibat gangguan harga diri
Kriteria:
- Klien dapat aktif
beraktivitas
- Klien dapat tidur
5-6 jam sehari
- Klien dapat
berkomunikasi secara terbuka dengan sesama lansia.
Intervensi :
INTERVENSI
|
RASIONALISASI
|
|
2). Untuk meningkatkan intensitas hubungan sehingga semakin banyak
proses katarsis yang dapat dilakukan dengan klien.
3). Sebagai koping yang dapat meningkatkan konsep diri klien.
4). Agar klien dapat menjalani hidup secara rasional sesuai dengan
kondisinya saat ini.
5) Untuk membantu memecahkan masalah dengan mencari berbagai
dukungan koping.
6) Untuk mempertinggi rasa percaya diri klien sehingga mampu
meningkatkan harga diri klien menciptakan situasi hubungan yang
saling membantu.
7). Untuk mengurangi beban psikologis sehingga dapat merduksi
stress.
8). Agar aktivitas klien lebih terarah dan secara langsung dapat
mengurangi kesempatan klien menyendiri yang dapat memunculkan
timbulnya stress.
|
INTERVENSI
|
RASIONAL
|
|
|
BAB 3
TINJAUAN KASUS
3.1 Pengkajian
A. Data
Biografi
Nama : S
Jenis
kelamin : Laki-laki
Golongan
darah : -
Tempat &
tanggal lahir : Yogyakarta,13 Maret 1922
Pendidikan
terakhir : STM Bangunan Gedung
Agama : Katholik
Status
perkawinan : Duda
Tinggi
badan/berat badan : 156 cm /BB 52 kg
Penampilan : Rapi dan ceria
dengan ciri tubuh pendek, kulit agak gelap, rambut putih
Alamat :
Perum Kopri Tulus harapan kepiting Blok U 4/3 Rt.3/Rw.II,Semarang
atau Jl.Bubul 8 Jalur 3 No.225/329.Kecamatan Bubul,Mareuke,Papua
Orang yang
mudah dihubungi : Wiwit dan Yus
Hubungannya
dengan klien : Keponakan
Alamat &
telepon : Perum Bumi Mas Blok 9,No.11 Madiun
Tanggal
pengkajian : 04 Maret 2002
B. Riwayat
Keluarga
Genogram :
Keterangan :
C. Riwayat
Pekerjaan
Pekerjaan
saat ini : -
Alamat
pekerjaan : -
Berapa
jarak dari rumah :-
Alat
transportasi :-
Pekerjaan
sebelumnya : Kepala Desa di Bubul 8 Jalur 3 Mareuke,Papua
Berapa jarak dari rumah : Hingga luar pulau jawa
spt: Papua dan Kalimantan (Pangkalan Bun) ikut Transmigrasi
Alat
tranpoertasi : Kapal Laut dan Mobil
Sumber-sumber pendapatan dan kecukupan terhadap
kebutuhan :
Semasih kuat bekerja klien mempunyai penghasilan yang
cukup banyak. Gaya hidupnya sangat konsumstif. Lansia mempunyai
sejumlah rumah dan tabungan. Akan tetapi setelah kerusuhan diMareuke
klien pulang keJawa tanpa sempat membawa hartanya juga uang dan
surat-surat yang sempat dibawa dicopet orang begitu sampai diJawa.
Klien tertangkap saat Razia karena tdk membawa identitas dianggap
sebagai lansia terlantar, keluaga diMadiun tdk mau menampung.
D. Riwayat
Lingkungan Hidup
Type
tempat tinggal : permanen milik keponakan
Jumlah
kamar : 3 buah kamar tidur 1 kamar mandi, 1 dapur
Kondisi
tempat tinggal : sempit dan sumpek
Jumlah
orang yang tinggal dalam satu rumah : laki 3..orang, perempuan 2
org
Derajat
privasi : Kurang diperhatikan dan dihargai oleh keponakan
Tetangga
terdekat : -
Alamat
dan telepon : -
E. Riwayat
Rekreasi
Hobbi/minat : Menyanyi, menari dan kegiatan dipanti
spt:senam klientdk menyukai kegiatan ketrampilan
Keanggotaan
dalam organisasi : Sebagai ketua kelompok diwisma Arimbi
Liburan/perjalanan : Jalan-jalan disekitar panti/antar Wisma.
F. Sistem
Pendukung
Perawat/bidan/dokter/fisiotherapi :
Puskesmas Magetan
Jarak
dari rumah : ± 3 Km
Rumah
Sakit : RSUD. Magetan 10 km
Klinik :
Dr Umum jaraknya 1 km
Pelayanan
kesehatan di rumah/Panti : Perawat Panti
Makanan
yang dihantarkan : -
Perawatan
sehari-hari yang dilakukan keluarga : -
Lain-lain :
-
G.
Diskripsi kekhususan
Kebiasaan ritual : Lansia beragama Katholik,kegereja
bila diberikan Ijin
Yang
lainnya : Klien suka menyanyi dan menari
H. Status
Kesehatan
Status kesehatan umum selama setahun yang lalu : Nyeri
pada persendian,jari-jari kaki dan tangan serta bahu.
Status kesehatan umum selama lima tahun yang lalu :
Lansia sudah terdeteksi
menderita tekanan darah tinggi sejak tahun 1998 tai
tidak diakui oleh klien.
Keluhan
utama :
- Provokative/Paliative : Merasa nyeri saat bangun tidur/pagi hari
- Quality/Quantity : Bisa bangun setelah diam tdk bergerak selama 20- 30 menit.
- Region : Persendian.jari kaki dan tangan serta bahu ki/ka
- Severity scale : Sangat susah jika menggerakan tubuh
- Timing : dirasakan saat bangun tidur/pagi hari atau duduk/berdiri pada suatu posisi yg lama
Obat-obatan
yang digunakan klien saat ini
NO
|
NAMA OBAT
|
DOSIS
|
KET
|
1
2
|
B1
Axalan Tab
|
1X1
3X1
|
Untuk obat sakit pegal badannya.
|
Status
imunisasi : tak ingat
Alergi :
- Obat-obatan : -
- Makanan : daging dan ikan bandeng (badan gatal-gatall)
- Faktor lingkungan: -
Penyakit yang diderita: saat dikaji lansia tidak
merasakan adanya suatu penyakit. Tetapi klien mengeluh
persendian,jari tangan dan kaki sering kesemutan/sakit
I.
Aktivitas Hidup Sehari-hari
Indeks Katz : A ; Lansia
mandiri dalam hal makan, kontinen, berpindah, ke kamar kecil,
berpakaian dan mandi.
Oksigenasi : Nafas 18 X/mnt,
Suara paru normal, Wh -/-, Rh +/+, batuk +, sesak -
Cairan dan eklektrolit :
Minum utama air putih 5 gelas (@200 cc)/hari ditambah teh. Lansia
minum kopi.
Nutrisi : Makan 3 kali
sehari dengan lauk sesuai yang disediakan Panti. Semua makanan yang
disediakan bisa dihabiskan. Nafsu makan baik.
Eliminasi :
bab 1 kali sehari pagi, jumlah dan konsistensi normal.
Aktivitas : Klien aktif
beraktivitas seperti mengikuti kegiatan sosialisasi dan kegiatan lain
yang dilaksanakan oleh panti. Klien merasa senang jika ada kegiatan
hiburan.berkumpul dengan rekan sesama penghuni panti..
Istirahat dan tidur : klien
tidak pernah tidur siang, malam klien biasa tidur pk. 01.00 dan
bangun pk. 3.00. Klien sering terbayang-bayang kesuksesan masa lalu
dan rasa bersalah akibat tidak bisa bertanggungjawab terhadap
keluarga.
Personal hygiene : Kepala
bersih, hidung, telinga dan mulut bersih. Klien mandi 2 x sehari
dengan sabun, klien menggosok gigi 2 x sehari dengan menggunakan
pasta gigi. Kuku kaki klien tampak kotor, hitam dan panjang. Kulit
bersih
Seksual : Lansia mengatakan
masih mempunyai keinginan sek terhadap lawan jenis. Lansi masih bisa
terangsang dan ereksi bila melihat tubuh wanita yang seksi. Tetapi
klien menyadari sekarang klien sudah ada di panti dan harus mengikuti
aturan yang ada.
Rekreasi : Klien dapat
berekreasi dengan sesama lansia melalui kegiatan rekreasi yang
dilakukan oleh Panti setap hari Rabu. Dengan kegiatan ini klien
dapat menyalurkan hobi menyanyi dan menarinya.
Psikologis :
- Persepsi klien : Lansia mengatakan bahwa dia memilih tinggal di Panti karena terlantar dan tdk mampu bekerja lagi dan tidak memiliki dana yang cukup untuk menghidupi dirinya. lansia mengatakan telah gagal dalam hidupnya. Tetapi lansia menyadari bahwa semua ini merupakan nasib dan garis hidup yang harus dijalani (diucapkan sambil menangis).
- Konsep diri : Lansia beranggapan memiliki karisma u/ menundukan hati orang
- Emosi : Lansia menangis setiap menceritakan keadaan dirinya dan riwayat kehidupannya. Klien suka bercanda dan tertawa.
- Adaptasi : Lansia cepat akrab dengan petugas. Lansia mengatakan tdk betah tinggal di Panti ia ingin kembali kePapua tapi ia perlu uang.Klien menulis surat kepada keluarga/kenalan/Mahasiswa bahwa ia sangat memerlukan uang u/kembali kePapua,saat pengakajian klien menitipkan surat u/pembimbing PSIK (tdk disampaikan khawatir klien mendapat teguran dari pihak panti).
- Mekanisme pertahanan diri : Rasionalisasi
J.
Tinjauan Sistem
Keadaan umum : Tubuh segar, terlihat sehat dan dapat
beraktivitas secara penuh
Tingkat
kesadaran: Kompos mentis
GCS :
E4 V5 M6 Total : 15
Tanda
vital : S: 36,8 o
C, Nadi : 72 X/mnt, Tensi : 165/90 mmHg, RR : 18 X/mnt
1.
Kepala : Rambut uban semua, benjolan tidak ada, kulit kepala bersih
2. Mata-Telinga-Hidung : Katarak (-), visus 6/6, klien
mengalami kesulitan jika menutup mata kanan kadang gatal dan perih.
Pendengaran baik, serumen (-), hidung tidak ditemukan kelainan.
3. Leher : Tidak ditemukan benjolan ataupun bendungan
vena jugularis.
4. Dada dan punggung : Bentuk normal, simetris, gerakan
simetris, Suara paru vesikuler. Suara jantung S1 S2 normal, icts
kordis pada ICCC 4-5 kiri. Tulang belakang tidak ditemukan kelainan.
5. Abdomen dan pinggang : Pada pemeriksaan abdomen dan
pinggang tidak ditemuka kelainan.
6. Ektremitas atas dan bawah : Ektremitas kanan &
kiri dalam keadaan normal,LLA= 28 cm, Patela dislokasi riwayat cidera
saat sepak bola
7. Sistem immune : Tidak ditemukan adanya kelainan yang
berhubungan dengan sistem imun.
8.
Genetalia : bersih dan normal
9.
Reproduksi : lansia merasa masih mampu melakukan aktivitas seksual.
10
Persarafan : Adanya kelemahan pada nervus kranialis IV, VI, dan VII
11
Pengecapan : lansia masih mampu membedakan semua rasa.
12
Penciuman : Tidak ditemukan gangguan penciuman
13
Taktil respon : Tidak ada masalah
K. Status
Kognitif / Afektif / Sosial
1. Short Porteble Mental Status Questionaire (
SPMSQ ):Kesalahan 0 yaitu fungsi intelektual utuh
2.
Mini - Mental State Exam ( MMSE ): Nilai 28 yaitu aspek kognitif &
fungsi mental tdk mengalami penurunan
3.
Inventaris Depresi Beck: Nilai 15 ( Depresi sedang)
4.
APGAR Keluarga : Nilai 4 : kondisi keluarga tidak kondusif untuk
lansia.
L. Data
Penunjang
1.
Laboratorim :-
2.
Radiologi :-
3.
EKG : -
4.
USG :-
5.
CT- Scan :-
6. Obat - obatan : B1 1X1 dan Axalan 3X1tab
II.
ANALISA DATA
-
NODATA (SIGN/SYMPTOM)INTERPRETASI (ETIOLOGI)MASALAH(PROBLEM)12341
2
3- Lansia merasa gagal dalam hidup, lansia merasa tidak mampu bekerja lagi, tidak punya dana, lansia merasa tidak mampu bertanggungjawab terhadap keluarga, Dulu lansia sebagai pedagang yang sukses. Bila teringat masa lalu lansia sering sulit tdur. Lansia tidur 3-4 jam/hari. Setiap bercerita masa lalu lansia menangis. Selalu menggunakan pembelaan bahwa semua ini sudah nasib dengan justufikasi rasional.
- Skala depresi beck 15 (depresi sedang), susah tidur, tidur 3-4 jam/hari. Komunikasi kurang. Perasaan bersalah yang berkepanjangan. Kuku kotor, kamar kotor,
- Kelemahan pada ektremitas kanan, riwayat hipertensi sejak 1991, riwayat stroke tahun 1999, tempat tidur tinggi, lokasi Panti yang naik turun
Kegagalan hidup.
Stress/ggn daya tahan
Kondisi vaskuler dan ektremitas yang belum stabil serta lingkungan yang tidak kondusif.
Ggn harga diri
Resiko terjadi infeksi.
Resiko terjadi trauma
3.2 Prioritas Diagnose Keperawatan
1) Gangguan harga diri b.d kegagalan dalam hidup dan
koping yang tidak adekuat ditandai dengan skala depresi ……,
tidur hanya 3-4 jam/hari, sering melakukan mekanisme koping
rasionalisasi, mengis jika menceritakan masa lalunya, klien tidak
punya simpanan, keluarga menolak klien.
2) Resiko terjadi trauma/jatuh b.d kelemahan bagian
tubuh dan tekanan darah yang tidak stabil
3) Resiko terjadi penyakit infeksi b.d personal hygiene
kurang, kamar kotor, kecemasan yang menahun.
3.3. Perencanaan
1)
Gangguan harga diri b.d kegagalan dalam hidup dan koping yang tidak
adekuat ditandai dengan skala depresi ……, tidur hanya 3-4
jam/hari, sering melakukan mekanisme koping rasionalisasi, mengis
jika menceritakan masa lalunya, klien tidak punya simpanan, keluarga
menolak klien.
Tujuan :
Setelah dirawat klien menunjukan harga diri positif :
- Mengungkapkan perasaan dan pikiran mengenai diri
- Mengidentifikasi atribut positif mengenai diri
- Dapat mengeidentifikasi akibat gangguan harga diri
Kriteria:
- Klien dapat aktif beraktivitas
- Klien dapat tidur 5-6 jam sehari
- Klien dapat berkomunikasi secara terbuka dengan sesama
lansia.
:
Rencana tindakan
Hari/tanggal
|
INTERVENSI
|
RASIONALISASI
|
Selasa,
27/11/2001
Rabu, 28/11/2001
|
|
2). Untuk meningkatkan intensitas hubungan sehingga semakin banyak
proses katarsis yang dapat dilakukan dengan klien.
3). Sebagai koping yang dapat meningkatkan konsep diri klien.
4). Agar klien dapat menjalani hidup secara rasional sesuai dengan
kondisinya saat ini.
5) Untuk membantu memecahkan masalah dengan mencari berbagai
dukungan koping.
6) Untuk mempertinggi rasa percaya diri klien sehingga mampu
meningkatkan harga diri klien menciptakan situasi hubungan yang
saling membantu.
7). Untuk mengurangi beban psikologis sehingga dapat merduksi
stress.
8). Agar aktivitas klien lebih terarah dan secara langsung dapat
mengurangi kesempatan klien menyendiri yang dapat memunculkan
timbulnya stress.
|
2) Resiko terjadi trauma/jatuh/stoke berulang b.d
kelemahan bagian tubuh tekanan darah yang tidak stabil dan riwayat
stroke
Tujuan
Setelah dirawat klien dapat mengenal dan melakukan
mencegahan terhadap resiko terjadi trauma dan trauma tidak terjadi
Kriteria :
- Lingkungan aman dari benda-benda yang berbahaya
- Lantai tidak licin
- Klien dapat bergerak dengan poisisi yang benar
- Tempat tidur aman
- Klien bersedia melakukan pemeriksaan kesehatan secara
teratur
- Tekanan darah normal
HARI/TANGGAL
|
INTERVENSI
|
RASIONALISASI
|
Rabu, 28/11/2001
|
Lakukan pemeriksaan
fisik secara teratur dan he agar klien mengurangi jumlah garam.
|
|
3) Resiko terjadi penyakit infeksi b.d personal
hygiene kurang, kamar kotor, kecemasan yang menahun.
Tujuan :
Setelah dirawat klien tidak mengalami infeksi
Kriteria:
- Personal higiene baik
- Klien tahu pengaruh stress dengan tibulnya penyakit
infeksi
- Tanda-tanda infeksi tidak muncul
HARI/TANGGAL
|
INTERVENSI
|
RASIONAL
|
Kamis, 29/11/2001
|
|
|
3.4 Pelaksanaan
Hari/tgl
|
Tindakan
|
Evaluasi formatif
(Hasil)
|
Selasa
27/11/01
08.00-14.00
Rabu,
28/11/2001
Pk. 08.00-10.00
|
|
|
3.5 Evaluasi
DAFTAR PUSTAKA
Ader R &
Cohen N. (1991). The
Influence Of Conditioning On Immune Response,
Psychoneuroimmunology. 2 nd Ed. Academic Press Inc. San
Diego
Azis H. (1994).
Manajemen
Upaya Kesehatan Usia Lanjut di Puskesmas.
AKPER Dr. Otten. Bandung. (Makalah)
Bouchard C,
(1990). The
Field of The Phisical Activity Science.
Human Konetics Books. Champaign.
Darmojo dan
Martono, (1999). Geriatri.
PercetakanYudistira.
Jakarta,
Departemen
Kesehatan R.I, (1995), Pedoman
Pembinaan Kesehatan Usia Lanjut Bagi Petugas Kesehatan, Direktorat
Bina Kesehatan Keluarga, Jakarta
Djojosugito.
A.H.M (2000). Wujud
Nyata Pelayanan Individu dari Profesi Perawat. Bandung.
(Makalah disampaikan dalam Munas PPNI VI).
Lueckenotte.
(1998) (alih Bahasa Maryunani). Pengkajian
Gerontologi. Penerbit
Buku Kedokteran EGC. Jakarta
Nuryati
M.(1994). Proses
Menua.AKPER
Dr. Oten. Bandung. (Makalah)
Nurgiwiati.E.
(1994) Perubahan-Perubahan
Psikososial Pada Usia Lanjut. AKPER
Dr. Oten. Bandung.
Soedoso (1995).
Cedera Olahraga.
EGC.Jakarta.
Shadikin. dr.
(1999). Modulasi
Imunologi Pada Pemberian Aktivitas Dengan Metode DLF.
UNAIR. Surabaya.
Stevens P.J.M, F. Bordui, Van Der Weyde (1999),
Perawatan Lanjut Usia, EGC, Jakarta
BAB IV
PEMBAHASAN
Dalam pengkajian
klien dengan gangguan pola aktivitas akibat dari osteoporosis
perubahan fisik yang terjadi berupa pada sistem muskuloskletal berupa
postur tubuh kyfosis/membungkuk, dan sitem pencernaan yaitu gigi yang
tidak ada menyebabkan kemampuan memotong, mengunyah dan menelan
menurun, sedangkan sistem pernafasan, sistem kardiovaskueler, sistem
perkemihan, sistem reproduksi masih dalam batas normal, kemungkinan
hal ini disebabkan karena pengaruh kinerja klien sebelum menjelang
masa tuanya sebagai perkerja dan bersikap santai.
Masalah-masalah
yang muncul pada kien Tn. K tidak sekomplek dengan masalah yang
didapatkan di teori pada klien dengan osteoporosis umumnya, hal ini
disebabkan karena tingkat kemampuan, adaptasi dan koping individu
yang berbeda antara yang satu dengan yang lainnya. Masalah-masalah
yang muncul adalah perubahan mobilititas fisik, risiko cedera dan
kemampuan dalam perawatan mandiri.
Dalam intervensi
dan implementasisecara umum tidak banyak perbedaan, hanya saja perlu
modifiksi untuk mempermudah dan bersifat operasional sehingga bisa
dilaksanakan dan diaplikasikan oleh klien sesuai dengan kemampuan dan
sumber daya dan dana yang ada.
Evaluasi dari yang
telah dilakukan dari berbagai tindakan baik independent maupun
interdependent dan dalam catatan perkembangannya memberikan evaluasi
yang baik walaupun tidak maksimal.
BAB V
KESIMPULAN DAN
SARAN
- Kesimpulan
- Proses menua terjadi pada setiap individu dengan masalah-masalah yang bervariasi sesuai dengan tingkat kemampuan fisik, psikologis, sosial dan lingkungannya sebelum menjelang masa tuanya.
- Pelayanan perawatan klien Tn. K meliputi pemenuhan kebutuhan aktibvitas sehari-hari seoptimal mungkin, memelihran dan meningkatkan kesehatannya, bimbingan keterampilan perawatan mandiri dan penjelasan tentang status gizi serta faktor-faktor yang mempengaruhi proses ketuaan.
- Dalam menyelenggarakan implementasi perawat melibatkan klien untuk mengatasi masalah yang terjadi.
- Kegiatan pelayanan yang diberikan juga menitikberatkan pada promotif dan preventif serta minimal curatif dan rehabilitatif.
- Proses pendokumentasian dilakukan tiap hari untuk mengikuti perkembangan klien dalam bekerja sama mengatasi masalahnya.
- Saran
- Pelayanan lanjut usia diselenggarakan dalam bentuk pelayanan kepererawatan secara komprehensif dengan melibatkan beberapa disiplin ilmu meliputi bidang kesehatan, rehabilitasi dan sosial.
- Peningkatan pendidikan kesehatan dilaksanakan secara terpadu sesuai dengan media yang sehingga dapat mengoptimalkan lansia dalam memenuhi kehiudpan sendiri secara mandiri sehingga siap diresosialisasikan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar