PENDIDIKAN PROFESI NERS ANGKATAN II
PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU
KESEHATAN MUHAMMADIYAH LAMONGAN
2011
A. Konsep Trauma
Trauma
saluran kemih sering tak terdiagnosa atau terlambat terdiagnosa karena
perhatian penolong sering tersita oleh jejas-jejas ada di tubuh dan
anggota gerak saja, kelambatan ini dapat menimbulkan komplikasi yang
berat seperti perdarahan hebat dan peritonitis, oleh karena itu pada
setiap kecelakaan trauma saluran kemih harus dicurigai sampai dibuktikan
tidak ada. Trauma saluran kemih sering tidak hanya mengenai satu organ
saja, sehingga sebaiknya seluruh sistem saluran kemih selalu ditangani
sebagai satu kesatuan. Juga harus diingat bahwa keadaan umum dan
tanda-tanda vital harus selalu diperbaiki/dipertahankan, sebelum
melangkah ke pengobatan yang lebih spesifik.
B. Klasifikasi
1. Trauma ginjal
2. Trauma ureter
3. Ruptur buli-buli
4. Kontusio buli-buli
5. Trauma buli-buli
6. Trauma uretra
7. Trauma Testis
C. Trauma Ureter
Lokasi
ureter berada jauh di dalam rongga abdomen dan dilindungi oleh tulang
dan otot, sehingga cidera ureter karena trauma tidak umum terjadi.
Cidera pada ureter kebanyakan terjadi karena pembedahan. Perforasi dapat
terjadi karena insersi intraureteral kateter atau instrumen medis
lainnya. Luka tusuk dan tembak juga dapat juga membuat ureter mengalami
trauma. Dan meskipun tidak umum, tumbukan atau decelerasi tiba-tiba
seperti pada kecelakaan mobil dapat merusak struktur ureter. Tindakan
kateterisasi ureter yang menembus dinding ureter atau pemasukan zat asam
atau alkali yang terlalu keras dapat juga menimbulkan trauma ureter.
Trauma
ini kadang tidak ditemukan sebelum manifestasi klinik muncul. Hematuria
dapat terjadi, tapi indikasi umum adalah nyeri pinggang atau
manifestasi ekstravasasi urine. Saat urine merembes masuk ke jaringan,
nyeri dapat terjadi pada abdomen bagian bawah dan pinggang. Jika
ekstravasasi berlanjut, mungkin terjadi sepsis, ileus paralitik, adanya
massa intraperitoneal yang dapat diraba, dan adanya urine pada luka
terbuka. IVP dan ultrasound diperlukan untuk mendiagnose trauma ureter
ini. Pembedahan merupakan tindakan utama untuk memperbaiki kerusakan,
mungkin dengan membuat anastomosis. Kadang-kadang prosedur radikal
seperti uterostomy cutaneus, transureterotomy, dan reimplantasi mungkin
dilakukan
D. Etiologi
1. Luka tembak atau tusuk.
2. Ruda
paksa ureter disebabkan oleh ruda paksa tajam atau tumpul dari luar
maupun iatrogenik terutama pada pembedahan rektum, uterus, pembuluh
darah panggul atau tindakan endoskopik
E. Manifestasi Klinik
1. Pada umumnya tanda dan gejala klinik umumnya tidak spesifik.
2. Hematuria menunjukkan cedera pada saluran kemih.
3. Bila
terjadi ekstravasasi urin dapat timbul urinom pada pinggang atau
abdomen, fistel uretero-kutan melalui luka atau tanda rangsang
peritoneum bils urin masuk ke rongga intraperitoneal.
4. Pada cedera ureter bilateral ditemukan anuria.
F. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan
trauma uretra meliputi pembedahan dengan pemakaian kateter uretra atau
suprapubik sebelum sembuh, atau pemasangan kateter uretra/suprapubik dan
membiarkan urethra sembuh sendiri selama 2 – 3 minggu tanpa pembedahan.
G. Diagnosa Perawatan Yang Mungkin Muncul (Post operatif)
1. Resiko
tinggi kerusakan integritas kulit berhubungan dengan adanya stoma,
aliran/rembesan urine dari stoma, reaksi terhadap produk kimia urine.
2. Gangguan
body image berhubungan dengan adanya stoma, kehilangan kontrol
eliminasi urine, kerusakan struktur tubuh ditandai dengan menyatakan
perubahan terhadap body imagenya, kecemasan dan negative feeling
terhadap badannya.
3. Nyeri
berhubungan dengan disrupsi kulit/incisi/drains, proses penyakit
(cancer/trauma), ketakutan atau kecemasan ditandai dengan menyatakan
nyeri, kelelahan, perubahan dalam vital signs.
4. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan inadekuatnya pertahanan tubuh primer (karena kerusakan kulit/incisi, refluk urine).
5. Gangguan
eliminasi urine berhubungan dengan trauma jaringan, edema postoperative
ditandai dengan urine output sedikit, perubahan karakter urine, retensi
urine.
6. Resiko
tinggi disfungsi seksual berhubungan dengan gangguan struktur body dan
fungsinya, response pasangan yang tidak adekuat, disrupsi respon seksual
misalnya kesulitan ereksi.
7. Deficit
pengetahuan tentang kondisi, prognosis dan kebutuhan pengobatan
berhubungan dengan kehilangan kemampuan untuk menangkap informasi,
misinterpretasi terhadap informasi ditandai dengan menyatakan
miskonsepsi/misinterpretasi, tidak mampu mengikuti intruksi secara
adekuat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar