PENDIDIKAN PROFESI NERS
PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU
KESEHATAN MUHAMMADIYAH LAMONGAN
2011
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sebelum
kita membicarakan tentang perilaku kesehatan, terlebih dahulu akan
dibuat batasan tentang perilaku itu sendiri. Perilaku dari pandangan
biologis adalah merupakan suatu kegiatan atau aktivitas organisme yang
bersangkutan. Jadi perilaku manusia pada hakekatnya adalah suatu
aktivitas dari manusia itu sendiri. Oleh sebab itu, perilaku manusia itu
mempunyai bentangan yang sangat luas, mencakup berjalan, berbicara,
bereaksi, berpakaian, dan sebagainya. Bahkan kegiatan internal (internal
activity) seperti berpikir, persepsi dan emosi juga merupakan perilaku
manusia.
Indikator
terhadap perilaku masyarakat dan peran serta masyarakat dalam
pembangunan kesehatan antara lain dapat diukur atau tergambar dengan
seberapa banyak kepesertaan masyarakat dalam jaminan pemeliharaan
kesehatannya misalnya melalui Askes, JPKM, Jamsostek dan lain-lain.
Berdasarkan Susenas dinyatakan bahwa pembiayaan kesehatan yang berasal
dari pemerintah hanya mencapai 30%, sedangkan pembiayaan yang berasal
dari masyarakat tercatat 70%.Hanya
saja cara pembiayaan kesehatan dari masyarakat ini masih bersifat
langsung. Masyarakat belum terbiasa menjadi anggota dalam pembiayaan
kesehatannya misalnya saja melalui asuransi kesehatan (Askes).
Perilaku
masyarakat dalam mencari pengobatan atau pelayanan kesehatan diperoleh
berdasarkan profil kesehatan tahun 2007 yaitu sekitar 27,31% berkunjung
ke puskesmas dan rumah sakit dan sisanya sebanyak 72,69% cenderung
berobat ke sarana-sarana kesehatan swasta, bidan praktek, dan lain-lain.
B. Tujuan
Adapun tujuan dari pada pembuatan makalah ini antara lain :
1. Memahami tentang prilaku masyarakat sehubungan dengan pencarian pelayanan kesehatan
2. Mengetahui konsep kerangka kerja pelayanan kesehatan
3. Menjelaskan tipe umum dari model penggunaan pelayanan kesehatan
BAB II
PEMBAHASAN
A. Perilaku Masyarakat Sehubungan dengan Pelayanan Kesehatan
Masyarakat atau anggota masyarakat yang mendapat penyakit, dan tidak merasakan sakit (disease but no illness)
sudah barang tentu tidak akan bertindak apa-apa terhadap penyakitnya
tersebut. Tetapi bila mereka diserang penyakit dan juga merasakan sakit,
maka baru akan timbul berbagi macam perilaku dan usaha. Respons seseorang apabila sakit adalah sebagai berikut:
1. Tidak
bertindak atau tidak melakukan kegiatan apa-apa (no action). Alasannya
anatar lain bahwa kondisi yang demikian tidak akan menggangu kegiatan
atau kerja mereka sehari-hari. Mungkin mereka beranggapan bahwa tanpa
bertindak apa pun symptom atau gejala yang dideritanya akan
lenyap dengan sendirinya.Tidak jarang pula masyarakat mempioritaskan
tugas-tugas lain yang dianggap lebih penting dari pada mengobati
sakitnya. Hal ini merupakan suatu bukti bahwa kesehatan belum merupakan
prioritas di dalam hidup dan kehidupannya. Alasan
lain yang sering kita dengar adalah fasilitas kesehatan yang diperlukan
sangat jauh letaknya, para petugas kesehatan tidak simpatik, judes,
tidak responsive, dan sebagainya.Dan akhirnya alasan takut dokter, takut
pergi kerumah sakit, takut biaya, dan sebagainya.
2. Tindakan
mengobati sendiri (self treatment), dengan alas an yang sama seperti
telah diuraikan. Alasan tambahan dari tindakan ini adalah karena orang
atau masyarakat tersebut sudah percaya kepada diri sendiri,dan sudah
merasa bahwa berdasar pengelaman yang lalu usaha pengobatan sendiri
sudah dapat mendatangkan kesembuhan. Hal ini mengakibatkan pencarian
pengobatan keluar tidak diperlukan.
3. Mencari
pengobatan ke fasilitas-fasilitas epngobatan tradisional ( traditional
remedy). Untuk masyarakat pedesan khususnya, pengobatan tradiosional ini
masih menduduki tempat teratas disbanding dengan pengobatan-pengobatan
yang lain. Pada
masyarakat yang masih sederhana, masalah sehat-sakit adalah lebih
bersifat budaya dari pada gangguan-gangguan fisik. Identik dengan itu
pencarian pengobatan pun lebih berorientasi kepada social-budaya
masyarakat dari pada hal-hal yang dianggap masih asing.
4. Mencari pengobatan dengan membeli obat-obat ke warung-warung obat (chemist shop)
dan sejenisnya, termasuk ke tukang-tukang jamu. Obat-obat yang mereka
dapatkan pada umumnya adalah obat-obat yang tidak memakai resep sehingga
sukar untuk dikontrol. Namun demikian, sampai sejauh ini pemakaian
obat-obat bebas oleh masyarakat belum mengakibatkan masalah yang serius.
Khususnya mengenai jamu sebagai sesuatu untuk pengobatan (bukan hanya
untuk pencegahan saja) makin tampak peranannya dalam kesehatan
masyarakat. Untuk itu perlu diadakan penelitian yang lebih mendalam.
5. Mencari
pengobatan ke fasilitas-fasilitas pengobatan modern yang diadakan oleh
pemerintah atau lembaga-lembaga kesehatan swsta, yang dikategorikan ke
dalam balai pengobatan, puskesmas, dan rumah sakit.
6. Mencari pengobatan ke fasilitas pengobatan modern yang diselenggarakan oleh dokter praktik ( private medicire). Dari
uraian diatas tampak jelas bahwa persepsi masyarakat terhadap
sehat-sakit adalah berbeda dengan konsep kita tentang sehat-sakit itu.
Demikian juga persepsi jsehat-sakit antara kelompok masyarakat pun akan
berbeda-beda pula.
Persepsi
masyarakat terhadap sehat-sakit erat hubungannya dengan perilaku
pencarian pengobatan. Kedua poko pikiran tersebut akan mempengaruhi atas
dipakai atau tidak dipakainya fasilitas kesehatan yang disediakan.
Apabila persepsi sehat-sakit masyarakat belum sama dengan konsep sehat
sakit kita, maka jelas masyarakat belum tentu tidak mau menggunakan
fasilitas yang diberikan. Bila
persepsi sehat-sakit masyarakat sudah sama dengan pengertian kita, maka
kemungkinan besar fasilitas yang diberikan kan mereka pergunakan.
Oleh
karena itu, dalam rangka meninggkatkan pelayanan kesehatan di puskesmas
perlu ditunjang dengan adanya penelitin-penelitian social budaya
masyarakat, persepsi dan perilaku masyarakat tersebut terhadap sehat
sakit. Bila diperoleh data baahwa masyarakat masih mempunyai persepsi
sehat-sakit yang berbeda dengan kita, maka kita dapat melakukan
pembetulan konsep sehat-sakit itu melalui pendidikan kesehatan
masyarakat. Dengan demikian, pelayanan yang kita berukan akan diterima
oleh masyarakat.
B. Konsep Kerangka Kerja Pelayanan Kesehatan
Sebelum
mulai membahas kedua model utama dan kecendurungan dalam menggunakan
pelayanan kesehatan, kita akan memperhatikan konsep kerangka kerja utama
dari pelayanan kesehatan tersebut. Pada prinsipnya ada dua kategori
pelayanan kesehatan :
1. Kategori yang berorentasi kepada public (masyarakat)
2. Kategori yang berorentasi pada perorangan (prribadi)
Pelayanan
kesehatan yang termasuk dalam kategori public terdiri dari sanitasi,
imunisasi, kebersihan air, dan perlindungan kualitas udara.Pelayanan
kesehatan masyarakat lebih diarahkan langsung kearah public dari pada
kearah individu-individu yang khusus. Di lain pihak pelayanan kesehatan
pribadi adalah langsung kearah individu.
Seperti kebanyakan pengobatan, pelayanan kesehatan ditujukan langsung kepada pemakai pribadi (individual consumer).
Studi tentang penggunaan pelayanan kesehatan dikaitkan dengan
penggunaan pelayanan kesehatan pribadi. Karena itu, kita akan mengatasi
bahasan kita mengenai penggukuran pelayanan kesehatan ke kategori
pelayanan kesehatan pribadi.
Kerangka Kerja Anderson dan Newman
Anderson
dan Newman (1973) membuat suatu kerangka kerja teoritis untuk
pengukuran penggunaan pelayanan kesehatan pribadi. Sehubungan dengan hal
yang sangat panting dari artikel mereka adalah diterimanya secara luas
defenisi dari dimensi-dimensi penggunaan atau pemanfaatan pelayanan
kesehatan.
Anderson dan Newman mempersamakan
3 dimensi dari kepentingan utama dalam pengukuran dan penentuan
pelayanan kesehatan, yaitu tipe, tujuan atau maksud, dan unit analisis.
a. Tipe
Tipe
digunakan untuk memisahkan berbagai pelayanan kesehatan antara satu
dengan yang lainnya. Anderson dan Newman menunjukan bahwa ada perbedaan
kecendurungan-kecendurungan jangka panjang dan jangka pendek untuk
berbagi tipe dari pelayanan (seperti rumah sakit, dokter gigi, perawatan
di rumah, dan lain-lain).
Mereka
juga menunjukkan penemuan-penemuan riset bahwa faktor-faktor penentu
(determinan) individual berveriasi agak besar untuk penggunaan tipe-tipe
yang berbeda pelayanan kesehatan. Karena kedua factor ini (cenderung
dan factor penentunya berbeda) maka masuk akal bahwa satu komponen utama
dalam pengaturan pelayanan kesehatan menjadi tipe dari pelayanan
kesehatan yang digunakan.
b. Tujuan
Disini mereka menyerahkan 4 perbedaan dari perawatan: I primary, II secondary, III tertiary, dan IV custodial. Perawatan I dikaitkan dengan perawatan pencegahan (preventive care).
Perawatan II dikaitkan dengan perawatan perbaikan (pengembalian
individu ke tingkat semula dari fungsionalnya). Perawatan III dikaitkan
dengan stabilitas dari kondisi yang mamperhatikan penyakit jangka
panjang. Perawatan IV dikaitkan semata-mata dengan kebutuhan pribadi
dari pasin dan tidak dihubungkan dengan perawatan penyakit.
c. Unit Analisis
Unit
analisis merupakan dimensi ke-3 dalam rangka kerja Anderson dan Newman
yang mendukung 3 perbedaan diantara unit-unit analisi,yaitu:
a. Kontak
b. Volume
c. Episode
Alasan
utama bagi perbedaan ini adalah bahwa cirri-ciri khas individu mungkin
menjadi tanggung jawab bagi sejumlah episode,sedangkan cirri-ciri khas
dari system pembebasan (khususnya pada dokter) mungkin menjadi tanggung
jawab utama bagi sejumlah akibat dari kontak kunjungan sebagi akibat
dari setiap episode penyakit. Jadi karena jumlah kontak, episode, dan
volume pelayanan yang digunakan ditentukan oleh factor-faktor yang
berbeda, maka pengukuran penggunaan pelayanan kesehatan akan membuat
suatu perbedaan di antara unit-unit pelayanan kesehatan yang berbeda.
Sebagai
contoh kita ingin mengukur pelayanan rumah sakit per 100 orang dalam 1
tahun, jumlah kunjungan dokter dalam tahun tertentu atau presentasi
orang yang mengunjunggi seorang ahli gigi dalam 1 tahun. Ketiga
indicator ini teleh dipakai oleh Amerika dalam menguji kecendurungan
penggunaan pelayanan kesehatan. Untuk itu kita perlu menaruh perhatian
pada pengertian sifat umum pengaturan pelayanan kesehatan sebagaimana
yang di cerminkan dalam konsep kerangka Anderson dan Newman.
C. Tipe Umum dari Model Penggunaan Pelayanan Kesehatan
Selama 3 dekade yang lalu, sejumlah riset telah dilakukan ke dalam factor-faktor penentu (determinan)
penggunaan pelayanan kesehatan. Kebanyakan dari riset inilah
model-model adanya penggunaan pelayanan kesehatan dikembangkan dan
dilengkapi.
1. Tujuan Penggunaan Model Pelayanan Kesehatan
Anderson
dan Newman (1976) menjelaskan bahwa model penggunaan pelayanan
kesehatan ini dapat membantu atau memenuhi satu atau lebih dari 5 tujuan
berikut.
a. Untuk melukiskan hubungan kedua belah pihak antara factor penentu dari penggunaan pelayanan kesehatan.
b. Untuk meringankan peramalan kebutuhan masa depan pelayanan kesehatan.
c. Untuk menentukan ada atau tidak adanya pelayanan dari pemakaian pelayanan kesehatan yang berat sebelah.
d. Untuk
menyarankan cara-cara memanupulasi kebijaksanaan yang berhubungan
dengan variabel-variabel agar memberikan perubahan-perubahan yang
diinginkan.
e. Untuk menilai pengaruh pembentukan program atau proyek-proyek pemeliharaan atau perawatan kesehatan yang baru.
2. Tujuan Tipe-tipe Kategori Penggunaan Pelayanan Kesehatan
Tujuan
tipe-tipe kategori dari model-model penggunaan pelayanan kesehatan
tersebut adalah kependudukan, struktur sosial, psikologi sosial, sumber
keluarga, sumber daya masyarakat, organisasi, dan model-model system
kesehatan.
a. Model demografi (Kependudukan)
Dalam
model ini tipe variabel-variabel yang dipakai adalah umur, seks, status
perkawinan, dan besarnya keluarga. Variabel-variabel yang digunakan
sebagai ukuran mutlak atau indicator fisiologis yang berbeda (umur,
seks) dan siklus hidup (status perkawinan, besarnya keluarga) dengan
asumsi bahwa perbedaan derajat kesehatan, derajat kesakitan, dan
penggunaan pelayanan kesehatan sedikit banyak akan berhubungan dengan
variabel diatas. Karateristik
demografi juga mencerminkan atau berhubungan dengan kareteristik social
(perbedaan social dari jenis kelamin mempengaruhi berbagai tipe dan
cirri-ciri sosial).
b. Model-model struktur social (social structur models)
Di
dalam model ini tipe variabel yang dipakai adalah pendidikan,
pekerjaan, dan kebangsaan. Variabel-variabel ini mencerminkan keadaan
social dari individu atau keluarga di dalam masyarakat. Penggunaan
pelayanan kesehatan adalah salah satu aspek dari gaya hidup ini, yang
ditentukan oleh lingkungan social, fisik, dan psikologis. Masalah utama
dari model struktur social dari penggunaan pelayanan kesehatan adalah
bahwa kita tidak mengetahui menggapa variabel ini menyebabkan penggunaan
pelayanan kesehatan
c. Model-model social psikologis (Psychological models)
Dalam
model ini tipe variabel yang dipakai adalah ukuran dari sikap dan
keyakinan individu. Variabel-variabel sosio-psikologis pada umumnya
terdiri dari 4 kategori:
1) Pengertiaan kerentanan terhadap penyakit
2) Pengertian keseluruhan dari penyakit
3) Keuntungan yang diharapkan dari pengambilan tindakan, dalam menghadapi penyakit
4) Kesiapan tindakan individu
Masalah
utama dengan model ini adalah menganggap suatu mata rantai penyebab
langsung antara sikap dan prilaku yang belum dapat dijelaskan.
d. Model sumber keluarga (family resource models)
Dalam
model ini variabel yang dipakai adalah pendapat keluarga, cakupan
asuransi keluarga atau sebagai anggota suatu asuransi kesehatan dan
pihak yang membiayai pelayanan kesehatan keluarga dan sebagainya.
Kareteristik ini untuk menggukur kesanggupan dari individu atau keluarga
untuk memperoleh pelayanan kesehatan mereka.
e. Model sumber daya masyarakat (community resource models)
Pada
model ini tipe model yang digunakan adalah penyediaan pelayanan
kesehatan dan sumber-sumber di dalam masyarakat, dan ketercapaian dari
pelayanan kesehatan yang tersedia dan sumber-sumber di dalam masyarakat.
Model sumber daya masyarakat selanjutnya adalah suplai ekonomis yang
berfokus pada ketersedian sumber-sumber kesehatan pada masyarakat
setempat.
f. Model-model organism (organization models)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar