selamat datang

Kampus ku

Pesan Kami

DATA

Postingan
Komentar

Total Tayangan Halaman

Like Facebook


Rabu, 11 April 2012

PERILAKU PENCARIAN PELAYANAN KESEHATAN

PENDIDIKAN PROFESI NERS
PROGRAM STUDI  S1 KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH LAMONGAN
2011



BAB I
PENDAHULUAN

A.   Latar Belakang

Sebelum kita membicarakan tentang perilaku kesehatan, terlebih dahulu akan dibuat batasan tentang perilaku itu sendiri. Perilaku dari pandangan biologis adalah merupakan suatu kegiatan atau aktivitas organisme yang bersangkutan. Jadi perilaku manusia pada hakekatnya adalah suatu aktivitas dari manusia itu sendiri. Oleh sebab itu, perilaku manusia itu mempunyai bentangan yang sangat luas, mencakup berjalan, berbicara, bereaksi, berpakaian, dan sebagainya. Bahkan kegiatan internal (internal activity) seperti berpikir, persepsi dan emosi juga merupakan perilaku manusia.

Indikator terhadap perilaku masyarakat dan peran serta masyarakat dalam pembangunan kesehatan antara lain dapat diukur atau tergambar dengan seberapa banyak kepesertaan masyarakat dalam jaminan pemeliharaan kesehatannya misalnya melalui Askes, JPKM, Jamsostek dan lain-lain. Berdasarkan Susenas dinyatakan bahwa pembiayaan kesehatan yang berasal dari pemerintah hanya mencapai 30%, sedangkan pembiayaan yang berasal dari masyarakat tercatat 70%.Hanya saja cara pembiayaan kesehatan dari masyarakat ini masih bersifat langsung. Masyarakat belum terbiasa menjadi anggota dalam pembiayaan kesehatannya misalnya saja melalui asuransi kesehatan (Askes).

Perilaku masyarakat dalam mencari pengobatan atau pelayanan kesehatan diperoleh berdasarkan profil kesehatan tahun 2007 yaitu sekitar 27,31% berkunjung ke puskesmas dan rumah sakit dan sisanya sebanyak 72,69% cenderung berobat ke sarana-sarana kesehatan swasta, bidan praktek, dan lain-lain.

B.   Tujuan
Adapun tujuan dari pada pembuatan makalah ini antara lain :
1.     Memahami  tentang prilaku masyarakat sehubungan dengan pencarian pelayanan kesehatan
2.     Mengetahui konsep kerangka kerja  pelayanan kesehatan
3.     Menjelaskan tipe umum dari model penggunaan pelayanan kesehatan






BAB II
PEMBAHASAN

A.   Perilaku Masyarakat Sehubungan dengan Pelayanan Kesehatan
Masyarakat atau anggota masyarakat yang mendapat penyakit, dan tidak merasakan sakit (disease but no illness) sudah barang tentu tidak akan bertindak apa-apa terhadap penyakitnya tersebut. Tetapi bila mereka diserang penyakit dan juga merasakan sakit, maka baru akan timbul berbagi macam perilaku dan usaha. Respons seseorang apabila sakit adalah sebagai berikut:
1.  Tidak bertindak atau tidak melakukan kegiatan apa-apa (no action). Alasannya anatar lain bahwa kondisi yang demikian tidak akan menggangu kegiatan atau kerja mereka sehari-hari. Mungkin mereka beranggapan bahwa tanpa bertindak apa pun symptom atau gejala yang dideritanya akan lenyap dengan sendirinya.Tidak jarang pula masyarakat mempioritaskan tugas-tugas lain yang dianggap lebih penting dari pada mengobati sakitnya. Hal ini merupakan suatu bukti bahwa kesehatan belum merupakan prioritas di dalam hidup dan kehidupannya. Alasan lain yang sering kita dengar adalah fasilitas kesehatan yang diperlukan sangat jauh letaknya, para petugas kesehatan tidak simpatik, judes, tidak responsive, dan sebagainya.Dan akhirnya alasan takut dokter, takut pergi kerumah sakit, takut biaya, dan sebagainya.
2.    Tindakan mengobati sendiri (self treatment), dengan alas an yang sama seperti telah diuraikan. Alasan tambahan dari tindakan ini adalah karena orang atau masyarakat tersebut sudah percaya kepada diri sendiri,dan sudah merasa bahwa berdasar pengelaman yang lalu usaha pengobatan sendiri sudah dapat mendatangkan kesembuhan. Hal ini mengakibatkan pencarian pengobatan keluar tidak diperlukan.
3.    Mencari pengobatan ke fasilitas-fasilitas epngobatan tradisional ( traditional remedy). Untuk masyarakat pedesan khususnya, pengobatan tradiosional ini masih menduduki tempat teratas disbanding dengan pengobatan-pengobatan yang lain. Pada masyarakat yang masih sederhana, masalah sehat-sakit adalah lebih bersifat budaya dari pada gangguan-gangguan fisik. Identik dengan itu pencarian pengobatan pun lebih berorientasi kepada social-budaya masyarakat dari pada hal-hal yang dianggap masih asing.
4.    Mencari pengobatan dengan membeli obat-obat ke warung-warung obat (chemist shop) dan sejenisnya, termasuk ke tukang-tukang jamu. Obat-obat yang mereka dapatkan pada umumnya adalah obat-obat yang tidak memakai resep sehingga sukar untuk dikontrol. Namun demikian, sampai sejauh ini pemakaian obat-obat bebas oleh masyarakat belum mengakibatkan masalah yang serius. Khususnya mengenai jamu sebagai sesuatu untuk pengobatan (bukan hanya untuk pencegahan saja) makin tampak peranannya dalam kesehatan masyarakat. Untuk itu perlu diadakan penelitian yang lebih mendalam.
5.    Mencari pengobatan ke fasilitas-fasilitas pengobatan modern yang diadakan oleh pemerintah atau lembaga-lembaga kesehatan swsta, yang dikategorikan ke dalam balai pengobatan, puskesmas, dan rumah sakit.
6.    Mencari pengobatan ke fasilitas pengobatan modern yang diselenggarakan oleh dokter praktik ( private medicire). Dari uraian diatas tampak jelas bahwa persepsi masyarakat terhadap sehat-sakit adalah berbeda dengan konsep kita tentang sehat-sakit itu. Demikian juga persepsi jsehat-sakit antara kelompok masyarakat pun akan berbeda-beda pula.

Persepsi masyarakat terhadap sehat-sakit erat hubungannya dengan perilaku pencarian pengobatan. Kedua poko pikiran tersebut akan mempengaruhi atas dipakai atau tidak dipakainya fasilitas kesehatan yang disediakan. Apabila persepsi sehat-sakit masyarakat belum sama dengan konsep sehat sakit kita, maka jelas masyarakat belum tentu tidak mau menggunakan fasilitas yang diberikan. Bila persepsi sehat-sakit masyarakat sudah sama dengan pengertian kita, maka kemungkinan besar fasilitas yang diberikan kan mereka pergunakan.
Oleh karena itu, dalam rangka meninggkatkan pelayanan kesehatan di puskesmas perlu ditunjang dengan adanya penelitin-penelitian social budaya masyarakat, persepsi dan perilaku masyarakat tersebut terhadap sehat sakit. Bila diperoleh data baahwa masyarakat masih mempunyai persepsi sehat-sakit yang berbeda dengan kita, maka kita dapat melakukan pembetulan konsep sehat-sakit itu melalui pendidikan kesehatan masyarakat. Dengan demikian, pelayanan yang kita berukan akan diterima oleh masyarakat.

B.   Konsep Kerangka Kerja Pelayanan Kesehatan
Sebelum mulai membahas kedua model utama dan kecendurungan dalam menggunakan pelayanan kesehatan, kita akan memperhatikan konsep kerangka kerja utama dari pelayanan kesehatan tersebut. Pada prinsipnya ada dua kategori pelayanan kesehatan :
1.    Kategori yang berorentasi kepada public (masyarakat)
2.    Kategori yang berorentasi pada perorangan (prribadi)

Pelayanan kesehatan yang termasuk dalam kategori public terdiri dari sanitasi, imunisasi, kebersihan air, dan perlindungan kualitas udara.Pelayanan kesehatan masyarakat lebih diarahkan langsung kearah public dari pada kearah individu-individu yang khusus. Di lain pihak pelayanan kesehatan pribadi adalah langsung kearah individu.
Seperti kebanyakan pengobatan, pelayanan kesehatan ditujukan langsung kepada pemakai pribadi (individual consumer). Studi tentang penggunaan pelayanan kesehatan dikaitkan dengan penggunaan pelayanan kesehatan pribadi. Karena itu, kita akan mengatasi bahasan kita mengenai penggukuran pelayanan kesehatan ke kategori pelayanan kesehatan pribadi.
Kerangka Kerja Anderson dan Newman
Anderson dan Newman (1973) membuat suatu kerangka kerja teoritis untuk pengukuran penggunaan pelayanan kesehatan pribadi. Sehubungan dengan hal yang sangat panting dari artikel mereka adalah diterimanya secara luas defenisi dari dimensi-dimensi penggunaan atau pemanfaatan pelayanan kesehatan.
Anderson dan Newman mempersamakan 3 dimensi dari kepentingan utama dalam pengukuran dan penentuan pelayanan kesehatan, yaitu tipe, tujuan atau maksud, dan unit analisis.
a.    Tipe
Tipe digunakan untuk memisahkan berbagai pelayanan kesehatan antara satu dengan yang lainnya. Anderson dan Newman menunjukan bahwa ada perbedaan kecendurungan-kecendurungan jangka panjang dan jangka pendek untuk berbagi tipe dari pelayanan (seperti rumah sakit, dokter gigi, perawatan di rumah, dan lain-lain).

Mereka juga menunjukkan penemuan-penemuan riset bahwa faktor-faktor penentu (determinan) individual berveriasi agak besar untuk penggunaan tipe-tipe yang berbeda pelayanan kesehatan. Karena kedua factor ini (cenderung dan factor penentunya berbeda) maka masuk akal bahwa satu komponen utama dalam pengaturan pelayanan kesehatan menjadi tipe dari pelayanan kesehatan yang digunakan.
b.    Tujuan
Disini mereka menyerahkan 4 perbedaan dari perawatan: I primary, II secondary, III tertiary, dan IV custodial. Perawatan I dikaitkan dengan perawatan pencegahan (preventive care). Perawatan II dikaitkan dengan perawatan perbaikan (pengembalian individu ke tingkat semula dari fungsionalnya). Perawatan III dikaitkan dengan stabilitas dari kondisi yang mamperhatikan penyakit jangka panjang. Perawatan IV dikaitkan semata-mata dengan kebutuhan pribadi dari pasin dan tidak dihubungkan dengan perawatan penyakit.
c.    Unit Analisis
Unit analisis merupakan dimensi ke-3 dalam rangka kerja Anderson dan Newman yang mendukung 3 perbedaan diantara unit-unit analisi,yaitu:
a.    Kontak
b.    Volume
c.     Episode
Alasan utama bagi perbedaan ini adalah bahwa cirri-ciri khas individu mungkin menjadi tanggung jawab bagi sejumlah episode,sedangkan cirri-ciri khas dari system pembebasan (khususnya pada dokter) mungkin menjadi tanggung jawab utama bagi sejumlah akibat dari kontak kunjungan sebagi akibat dari setiap episode penyakit. Jadi karena jumlah kontak, episode, dan volume pelayanan yang digunakan ditentukan oleh factor-faktor yang berbeda, maka pengukuran penggunaan pelayanan kesehatan akan membuat suatu perbedaan di antara unit-unit pelayanan kesehatan yang berbeda.

Sebagai contoh kita ingin mengukur pelayanan rumah sakit per 100 orang dalam 1 tahun, jumlah kunjungan dokter dalam tahun tertentu atau presentasi orang yang mengunjunggi seorang ahli gigi dalam 1 tahun. Ketiga indicator ini teleh dipakai oleh Amerika dalam menguji kecendurungan penggunaan pelayanan kesehatan. Untuk itu kita perlu menaruh perhatian pada pengertian sifat umum pengaturan pelayanan kesehatan sebagaimana yang di cerminkan dalam konsep kerangka Anderson dan Newman.

C.   Tipe Umum dari Model Penggunaan Pelayanan Kesehatan
Selama 3 dekade yang lalu, sejumlah riset telah dilakukan ke dalam factor-faktor penentu (determinan) penggunaan pelayanan kesehatan. Kebanyakan dari riset inilah model-model adanya penggunaan pelayanan kesehatan dikembangkan dan dilengkapi.
1.    Tujuan Penggunaan Model Pelayanan Kesehatan
Anderson dan Newman (1976) menjelaskan bahwa model penggunaan pelayanan kesehatan ini dapat membantu atau memenuhi satu atau lebih dari 5 tujuan berikut.
a.    Untuk melukiskan hubungan kedua belah pihak antara factor penentu dari penggunaan pelayanan kesehatan.
b.    Untuk meringankan peramalan kebutuhan masa depan pelayanan kesehatan.
c.    Untuk menentukan ada atau tidak adanya pelayanan dari pemakaian pelayanan kesehatan yang berat sebelah.
d.    Untuk menyarankan cara-cara memanupulasi kebijaksanaan yang berhubungan dengan variabel-variabel agar memberikan perubahan-perubahan yang diinginkan.
e.    Untuk menilai pengaruh pembentukan program atau proyek-proyek pemeliharaan atau perawatan kesehatan yang baru.


2.    Tujuan Tipe-tipe Kategori Penggunaan Pelayanan Kesehatan
Tujuan tipe-tipe kategori dari model-model penggunaan pelayanan kesehatan tersebut adalah kependudukan, struktur sosial, psikologi sosial, sumber keluarga, sumber daya masyarakat, organisasi, dan model-model system kesehatan.
a.    Model demografi (Kependudukan)
Dalam model ini tipe variabel-variabel yang dipakai adalah umur, seks, status perkawinan, dan besarnya keluarga. Variabel-variabel yang digunakan sebagai ukuran mutlak atau indicator fisiologis yang berbeda (umur, seks) dan siklus hidup (status perkawinan, besarnya keluarga) dengan asumsi bahwa perbedaan derajat kesehatan, derajat kesakitan, dan penggunaan pelayanan kesehatan sedikit banyak akan berhubungan dengan variabel diatas. Karateristik demografi juga mencerminkan atau berhubungan dengan kareteristik social (perbedaan social dari jenis kelamin mempengaruhi berbagai tipe dan cirri-ciri sosial).
b.    Model-model struktur social (social structur models)
Di dalam model ini tipe variabel yang dipakai adalah pendidikan, pekerjaan, dan kebangsaan. Variabel-variabel ini mencerminkan keadaan social dari individu atau keluarga di dalam masyarakat. Penggunaan pelayanan kesehatan adalah salah satu aspek dari gaya hidup ini, yang ditentukan oleh lingkungan social, fisik, dan psikologis. Masalah utama dari model struktur social dari penggunaan pelayanan kesehatan adalah bahwa kita tidak mengetahui menggapa variabel ini menyebabkan penggunaan pelayanan kesehatan
c.    Model-model social psikologis (Psychological models)
Dalam model ini tipe variabel yang dipakai adalah ukuran dari sikap dan keyakinan individu. Variabel-variabel sosio-psikologis pada umumnya terdiri dari 4 kategori:
1)    Pengertiaan kerentanan terhadap penyakit
2)    Pengertian keseluruhan dari penyakit
3)     Keuntungan yang diharapkan dari pengambilan tindakan, dalam menghadapi penyakit
4)    Kesiapan tindakan individu
Masalah utama dengan model ini adalah menganggap suatu mata rantai penyebab langsung antara sikap dan prilaku yang belum dapat dijelaskan.
d.    Model sumber keluarga (family resource models)
Dalam model ini variabel yang dipakai adalah pendapat keluarga, cakupan asuransi keluarga atau sebagai anggota suatu asuransi kesehatan dan pihak yang membiayai pelayanan kesehatan keluarga dan sebagainya. Kareteristik ini untuk menggukur kesanggupan dari individu atau keluarga untuk memperoleh pelayanan kesehatan mereka.
e.    Model sumber daya masyarakat (community resource models)
Pada model ini tipe model yang digunakan adalah penyediaan pelayanan kesehatan dan sumber-sumber di dalam masyarakat, dan ketercapaian dari pelayanan kesehatan yang tersedia dan sumber-sumber di dalam masyarakat. Model sumber daya masyarakat selanjutnya adalah suplai ekonomis yang berfokus pada ketersedian sumber-sumber kesehatan pada masyarakat setempat.
f.     Model-model organism (organization models)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar