ASUHAN
KEPERAWATAN JIWA
RETARDASI
MENTAL
Untuk
Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Jiwa Yang Telah Di Berikan
Disusun
Oleh :
PROGRAM STUDI
S-1 KEPERAWATAN NERS
SEKOLAH TINGGI
ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH
LAMONGAN
KATA PENGANTAR
Segala puji
syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas ASKEP JIWA RETARDASI MENTAL.
Tujuan penulisan ini untuk mengetahui dan
mempelajari tentang asuhan keperawatan
jiwa dan mengetahui gangguan
ratardasi mental.
Dalam penyusunan askep ini, kami mendapatkan
banyak pengarahan dan bantuan dari berbagai pihak, untuk itu dalam kesempatan
ini kami tidak lupa mengucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing kami dan
semua pihak yang telah membantu dalam penulisan askep ini.
Kami
menyadari bahwa dalam penyusunan tugas ini masih jauh dari sempurna, untuk itu
kami sangat mengharapkan kritik dan saran untuk perbaikan di masa mendatang.
Akhir kata semoga tugas ini dapat bermanfaat bagi perkembangan ilmu
pengetahuan terutama dalam bidang keperawatan dan semua pihak yang membacanya.
Lamongan, 25 Maret 2010
Penulis
DAFTAR ISI
COVER
KATA PENGANTAR
DAFTAR
ISI
BAB
I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Tujuan
BAB
II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
2.2 Etiologi
2.3 Manifestasi Klinis
2.4 PNP
BAB
III ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian
3.2 Diagnosa Keperawatan
3.3 Intervensi
3.4 Implementasi
3.5 Evaluasi
BAB
IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Retardasi
mental merupakan masalah dunia dengan implikasi yang besar terutama bagi Negara
berkembang. Diperkirakan angka kejadian retardasi mental berat sekitar 0,3% dari seluruh populasi dan hampir 3%
mempunyai IQ dibawah 70.Sebagai sumber daya manusia tentunya mereka tidak bias
dimanfaatkan karena 0,1% dari
anak-anak ini memerlukan perawatan, bimbingan serta pengawasan sepanjang
hidupnya.(Swaiman KF, 1989).
Prevalensi
retardasi mental sekitar 1 % dalam satu populasi. Di indonesia 1-3 persen
penduduknya menderita kelainan ini. Insidennya sulit di ketahui karena retardasi
metal kadang-kadang tidak dikenali sampai anak-anak usia pertengahan dimana
retardasinya masih dalam taraf ringan. Insiden tertinggi pada masa anak sekolah
dengan puncak umur 10 sampai 14 tahun. Retardasi mental mengenai 1,5 kali lebih
banyak pada laki-laki dibandingkan dengan perempuan.
Sehingga retardasi mental
masih merupakan dilema, sumber kecemasan bagi keluarga dan masyarakat. Demikian pula dengan diagnosis, pengobatan dan pencegahannya masih
merupakan masalah yang tidak kecil.
1.2 Tujuan
1.
Untuk mempelajari
definisi tentang retardasi mental
2.
Mempelajari faktor-faktor
penyebab retasdasi mental
3.
Mengetahu asuhan
keperawatan pada klien retardasi mental
BAB
II
TINJAUAN
PUSTAKA
2.1 Definisi
Retardasi
mental ialah keadaan dengan intelegensia yang kurang (subnormal) sejak masa
perkembangan (sejak lahir atau sejak masa anak). Biasanya terdapat perkembangan
mental yang kurang secara keseluruhan, tetapi gejala utama pada retardasi
mental ialah intelegensi yang terbelakang atau keterbelakangan mental. Retardasi
mental disebut juga oligofrenia (oligo = kurang atau sedikit dan fren = jiwa) atau
tuna mental.
Retardasi
mental dapat didefinisikan sebagai keterbatasan dalam kecerdasan yang
mengganggu adaptasi normal terhadap lingkungan.
Retardasi mental adalah kemampuan mental yang tidak
mencukupi (WHO)
Retardasi mental adalah suatu keadaan yang ditandai dengan fs. Intelektual berada dibawah
normal, timbul pada masa perkembangan/dibawah usia 18 tahun, berakibat lemahnya
proses belajar dan adaptasi sosial (D.S.M/Budiman M, 1991).
2.2 Etiologi
Penyebab
kelainan mental ini adalah faktor keturunan (genetik) atau tak jelas sebabnya
(simpleks). Keduanya
disebut retardasi mental primer. Sedangkan faktor sekunder disebabkan
oleh faktor luar yang berpengaruh terhadap otak bayi dalam kandungan
atau anak-anak.
Retardasi mental menurut penyebabnya, yaitu :
· Akibat
infeksi atau intoksikasi. Dalam Kelompok ini termasuk keadaan retardasi mental
karena kerusakan jaringan otak akibat infeksi intrakranial, karena serum, obat
atau zat toksik lainnya.
· Akibat
rudapaksa atau disebabkan fisik lain. Rudapaksa sebelum lahir serta juga trauma
lain, seperti sinar x, bahan kontrasepsi dan usaha melakukan abortus dapat
mengakibatkan kelainan dengan retardasi mental. Rudapaksa sesudah lahir tidak
begitu sering mengakibatkan retardasi mental.
· Akibat
gangguan metabolisme, pertumbuhan atau gizi. Semua retardasi mental yang
langsung disebabkan oleh gangguan metabolisme (misalnya gangguan metabolime
lemak, karbohidrat dan protein), pertumbuhan atau gizi termasuk dalam kelompok
ini.
· Ternyata
gangguan gizi yang berat dan yang berlangsung lama sebelum umur 4 tahun sangat
memepngaruhi perkembangan otak dan dapat mengakibatkan retardasi mental.
Keadaan dapat diperbaiki dengan memperbaiki gizi sebelum umur 6 tahun, sesudah
ini biarpun anak itu diberikan makanan bergizi, intelegensi yang rendah itu
sudah sukar ditingkatkan.
· Akibat
penyakit otak yang nyata (postnatal). Dalam kelompok ini termasuk retardasi
mental akibat neoplasma (tidak termasuk pertumbuhan sekunder karena rudapaksa
atau peradangan) dan beberapa reaksi sel-sel otak yang nyata, tetapi yang belum
diketahui betul etiologinya (diduga herediter). Reaksi sel-sel otak ini dapat
bersifat degeneratif, infiltratif, radang, proliferatif, sklerotik atau
reparatif.
· Akibat
penyakit/pengaruh pranatal yang tidak jelas. Keadaan ini diketahui sudah ada
sejak sebelum lahir, tetapi tidak diketahui etiologinya, termasuk anomali
kranial primer dan defek kogenital yang tidak diketahui sebabnya.
· Akibat
kelainan kromosom. Kelainan kromosom mungkin terdapat dalam jumlah atau dalam
bentuknya. Hal ini mencakup jumlah terbesar
dari penyebab genetic dan paling sering adalah trisomi yang melibatkan kromosom
tambahan, misalnya 47 dibandingkan keadaan normal sebesar 46. Kelainan kromosom
seks, seperti sindroma Klinefeker (XXY), sindroma Turner dan berbagai mosaic,
dapat juga berkaitan dengan retardasi mental.
· Akibat
prematuritas. Kelompok ini termasuk retardasi mental yang berhubungan dengan
keadaan bayi pada waktu lahir berat badannya kurang dari 2500 gram atau dengan
masa hamil kurang dari 38 minggu serta tidak terdapat sebab-sebab lain seperti
dalam sub kategori sebelum ini.
· Akibat
gangguan jiwa yang berat. Untuk membuat diagnosa ini harus jelas telah terjadi
gangguan jiwa yang berat itu dan tidak terdapat tanda-tanda patologi otak.
· Akibat
deprivasi psikososial. Retardasi mental dapat disebabkan oleh fakor – faktor
biomedik maupun sosiobudaya.
2.3 Manifestasi klinis
Retardasi
mental bukanlah suatu penyakit walaupun retardasi mental merupakan hasil dari
proses patologik di dalam otak yang memberikan gambaran keterbatasan terhadap
intelektual dan fungsi adaptif. Retardasi mental dapat terjadi dengan atau tanpa
gangguan jiwa atau gangguan fisik lainnya. Hasil bagi intelegensi (IQ =
“Intelligence Quotient”) bukanlah merupakan satusatunya patokan yang dapat
dipakai untuk menentukan berat ringannya retardasi mental. Sebagai kriteria
dapat dipakai juga kemampuan untuk dididik atau dilatih dan kemampuan sosial
atau kerja. Tingkatannya mulai dari taraf ringan, sedang sampai berat, dan
sangat berat.
Klasifikasi retardasi mental menurut DSM-IV-TR
yaitu :
1. Retardasi
mental berat sekali IQ dibawah 20 atau 25. Sekitar 1 sampai 2 % dari orang yang
terkena retardasi mental.
2. Retardasi
mental berat IQ sekitar 20-25 sampai 35-40. Sebanyak 4 % dari orang yang
terkena retardasi mental.
3. Retardasi
mental sedang IQ sekitar 35-40 sampai 50-55. Sekitar 10 % dari orang yang
terkena retardasi mental.
4. Retardasi
mental ringan IQ sekitar 50-55 sampai 70. Sekitar 85 % dari orang yang terkena
retardasi mental. Pada umunya anak-anak dengan retardasi mental ringan tidak
dikenali sampai anak tersebut menginjak tingkat pertama atau kedua disekolah.
Tingkat
|
Kisaran IQ
|
Kemampuan Usia Prasekolah
(sejak lahir-5 tahun) |
Kemampuan Usia Sekolah
(6-20 tahun) |
Kemampuan Masa Dewasa
(21 tahun keatas) |
Ringan
|
52-68
|
·
Bisa membangun kemampuan sosial & komunikasi
·
Koordinasi otot sedikit terganggu
·
Seringkali tidak terdiagnosis
|
·
Bisa mempelajari pelajaran kelas 6 pada akhir usia
belasan tahun
·
Bisa dibimbing ke arah pergaulan sosial
· Bisa
dididik
|
Biasanya bisa mencapai kemampuan kerja &
bersosialisasi yg cukup, tetapi ketika mengalami stres sosial ataupun
ekonomi, memerlukan bantuan
|
Moderat
|
36-51
|
·
Bisa berbicara & belajar berkomunikasi
·
Kesadaran sosial kurang
· Koordinasi
otot cukup
|
·
Bisa mempelajari beberapa kemampuan sosial &
pekerjaan
· Bisa
belajar bepergian sendiri di tempat-tempat yg dikenalnya dengan baik
|
·
Bisa memenuhi kebutuhannya sendiri dengan melakukan
pekerjaan yg tidak terlatih atau semi terlatih dibawah pengawasan
· Memerlukan
pengawasan & bimbingan ketika mengalami stres sosial maupun ekonomi yg ringan
|
Berat
|
20-35
|
·
Bisa mengucapkan beberapa kata
·
Mampu mempelajari kemampuan untuk menolong diri
sendiri
·
Tidak memiliki kemampuan ekspresif atau hanya
sedikit
· Koordinasi
otot jelek
|
·
Bisa berbicara atau belajar berkomunikasi
· Bisa
mempelajari kebiasaan hidup sehat yg sederhana
|
·
Bisa memelihara diri sendiri dibawah pengawasan
· Dapat
melakukan beberapa kemampuan perlindungan diri dalam lingkungan yg terkendali
|
Sangat berat
|
19 atau kurang
|
·
Sangat terbelakang
·
Koordinasi ototnya sedikit sekali
· Mungkin
memerlukan perawatan khusus
|
·
Memiliki beberapa koordinasi otot
· Kemungkinan
tidak dapat berjalan atau berbicara
|
·
Memiliki beberapa koordinasi otot & berbicara
·
Bisa merawat diri tetapi sangat terbatas
· Memerlukan
perawatan khusus
|
PNP
![]() |
|||
|
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian
A. Tanda dan gejala :
·
Mengenali sindrom seperti adanya DW atau mikrosepali
·
Adanya kegagalan
perkembangan yang merupakan indikator
: RM seperti anak RM berat biasanya mengalami kegagalan
perkembangan pada tahun pertama kehidupannya, terutama psikomotor; RM sedang memperlihatkan penundaan
pada kemampuan bahasa dan bicara, dengan kemampuan motorik normal-lambat,
biasanya terjadi pada usia 2-3 tahun; RM
ringan biasanya terjadi pada usia
sekolah dengan memperlihatkan kegagalan
anak untuk mencapai kinerja yang diharapkan.
·
Gangguan neurologis yang
progresif
·
Tingkatan/klasifikasi RM
(APA dan Kaplan; Sadock dan Grebb, 1994)
1. Ringan ( IQ
52-69; umur mental 8-12 tahun)
Karakteristik :
a. Usia presekolah tidak tampak sebagai anak RM, tetapi terlambat dalam kemampuan berjalan, bicara , makan
sendiri, dll
b. Usia sekolah, dpt melakukan ketrampilan, membaca dan
aritmatik dengan pendidik khusus, diarahkan pada kemampuan aktivitas sosial.
c. Usia dewasa, melakukan ketrampilan sosial dan
vokasional, diperbolehkan menikah tidak dianjurkan memiliki anak. Ketrampilan psikomotor tidak
berpengaruh kecuali koordinasi.
2. Sedang ( IQ 35- 40 hingga 50 - 55; umur mental 3 - 7
tahun)
Karakteristik :
a. Usia presekolah, kelambatan terlihat pada perkembangan
motorik, terutama bicara, respon saat belajar dan perawatan diri.
b. Usia sekolah, dapat
mempelajari komunikasi sederhana, dasar kesehatan, perilaku aman, serta
ketrampilan mulai sederhana, Tidak ada kemampuan membaca dan berhitung.
c. Usia dewasa, melakukan
aktivitas latihan tertentu, berpartisipasi dlm rekreasi, dapat
melakukan perjalanan sendiri ke tempat yang dikenal, tidak
bisa membiayai sendiri.
3. Berat ( IQ 20-25 s.d. 35-40; umur mental < 3 tahun)
Karakteristik :
a. Usia prasekolah kelambatan nyata pada perkembangan
motorik, kemampuan komunikasi sedikit bahkan tidak ada, bisa berespon dalam
perawatan diri tingkat dasar seperti
makan.
b. Usia sekolah, gangguan spesifik dalam
kemampuan berjalan, memahami sejumlah komunikasi/berespon, membantu bila
dilatih sistematis.
c. Usia dewasa, melakukan kegiatan rutin dan aktivitas
berulang, perlu arahan berkelanjutan dan protektif lingkungan, kemampuan bicara
minimal, meggunakan gerak tubuh.
4. Sangat Berat ( IQ dibawah 20-25; umur mental seperti
bayi)
Karakteristik :
a. Usia prasekolah retardasi mencolok, fungsi Sensorimotor minimal, butuh perawatan total.
b. Usia sekolah, kelambatan nyata di semua area
perkembangan, memperlihatkan respon emosional dasar, ketrampilan latihan kaki,
tangan dan rahang. Butuh pengawas pribadi. Usia mental bayi muda.
c. Usia dewasa, mungkin bisa berjalan, butuh perawatan
total, biasanya diikuti dengan kelainan fisik.
B.
Pemeriksaan fisik :
·
Kepala : Mikro/makrosepali, plagiosepali (btk kepala
tdk simetris)
·
Rambut : Pusar ganda,
rambut jarang/tdk ada, halus, mudah putus dan cepat berubah
·
Mata : mikroftalmia,
juling, nistagmus, dll
·
Hidung :
jembatan/punggung hidung mendatar, ukuran kecil, cuping melengkung ke atas, dll
·
Mulut : bentuk “V” yang
terbalik dari bibir atas, langit-langit lebar/melengkung tinggi
·
Geligi : odontogenesis
yang tdk normal
·
Telinga : keduanya letak
rendah; dll
·
Muka : panjang filtrum
yang bertambah, hipoplasia
·
Leher : pendek; tdk mempunyai kemampuan gerak
sempurna
·
Tangan : jari pendek dan tegap atau panjang
kecil meruncing, ibujari gemuk dan lebar, klinodaktil, dll
·
Dada & Abdomen : tdp beberapa putting,
buncit, dll
·
Genitalia : mikropenis, testis tidak turun,
dll
·
Kaki : jari kaki saling tumpang tindih,
panjang & tegap/panjang kecil meruncing diujungnya, lebar, besar, gemuk
C.
Pemeriksaan penunjang
·
Pemeriksaan kromosom
·
Pemeriksaan urin, serum
atau titer virus
·
Test diagnostik spt :
EEG, CT Scan untuk identifikasi abnormalitas perkembangan jaringan otak, injury
jaringan otak atau trauma yang mengakibatkan perubahan.
3.2 Diagnosa
·
Gangguan pertumbuhan dan
perkembangan b.d kelainan fungsi kognitif
·
Gangguan komunikasi
verbal b.d kelainan fungsi
kognitif
·
Risiko cedera b.d.
perilaku agresif/ketidakseimbangan mobilitas fisik
·
Gangguan interaksi
sosial b.d. kesulitan bicara /kesulitan adaptasi sosial
·
Gangguan proses keluarga
b.d. memiliki anak RM
·
Defisit perawatan diri
b.d. perubahan mobilitas fisik/kurangnya kematangan perkembangan
3.3 Intervensi
·
Kaji faktor penyebab
gangguan perkembangan anak
·
Identifikasi dan gunakan
sumber pendidikan untuk memfasilitasi perkembangan anak yang optimal.
·
Berikan perawatan yang
konsisten
·
Tingkatkan komunikasi
verbal dan stimulasi taktil
·
Berikan intruksi
berulang dan sederhana
·
Berikan reinforcement
positif atas hasil yang dicapai anak
·
Dorong anak melakukan
perawatan sendiri
·
Manajemen perilaku anak
yang sulit
·
Dorong anak melakukan
sosialisasi dengan kelompok
·
Ciptakan lingkungan yang
aman
3.4 Implementasi
Pendidikan Pada Orangtua :
·
Perkembangan anak untuk
tiap tahap usia
·
Dukung keterlibatan
orangtua dalam perawatan anak
·
Bimbingan antisipasi dan
manajemen menghadapi perilaku anak yang sulit
·
Informasikan sarana
pendidikan yang ada dan kelompok, dll
3.5 Evaluasi
·
Anak berfungsi
optimal sesuai tingkatannya
·
Keluarga dan anak mampu menggunakan koping thd tantangan
karena adanya ketidakmampuan
·
Keluarga mampu mendapatkan sumber-sumber sarana komunitas
BAB IV
PENUTUP
4.1
Kesimpulan
·
Retardasi mental dapat
didefinisikan sebagai keterbatasan dalam kecerdasan yang mengganggu adaptasi
normal terhadap lingkungan.
·
Retardasi mental menurut penyebabnya, yaitu akibat
infeksi, ruda paksa, gangguan metabolisme, penyakit otak post natal, gangguan
gizi yang berat dan berlangsung lama sebelum umur 4 tahun, pengaruh penyakit
pra natal yang tidak jelas, kelainan kromosom, prematuritas, gangguan jiwa
berat, deprifasi psikososial.
DAFTAR PUSTAKA
Atmaja, Dwi Arifin, S. Kep. Asuhan
Keperawatan Anak Dengan Retardasi
Mental, 09-03-2010.
Duniaqu, Keterbelakangan mental, 21-03-2010.
Medicafarma, Retardasi Mental, 18-03-2010.
Retardasi mental (RM) «
Idmgarut’s Blog.htm, 21-03-2010.
Retardasi mental,
Scribd, 12-03-2010.
Wong, L. Donna, 2005, Keperawatan Pediatrik, Jakarta : EGC.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar