PENDIDIKAN PROFESI NERS
PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU
KESEHATAN MUHAMMADIYAH LAMONGAN
2011
MENGENAL JANTUNG
Jantung atau heart
merupakan salah satu organ yang penting dalam kelangsungan hidup kita.
Telah kita ketahui bahwa jantung memompa darah ke seluruh tubuh untuk
menyediakan oksigen beserta zat-zat lain untuk kepentingan seluruh sel
dalam tubuh kita. Karena kepentingan itu jantung terus menerus
berkontraksi memompa darah tanpa henti sepanjang hidup.
LETAK
Jantung
terletak dalam rongga dada dilindungi oleh rangka dada yaitu tulang
dada, tulang iga dan tulang belakang. Jantung terletak dalam dada
bersama dengan paru-paru yaitu terdapat diantaranya. Posisi jantung
berada agak sebelah kiri dari tulang dada.
Jantung dibungkus oleh suatu lapisan yang disebut pericardium. Diantara pembungkusnya (pericardium) dengan jantung terdapat cairan berfungsi sebagai pelumas untuk memudahkan pergerakan jantung pada saat memompa.
BAGIAN-BAGIAN JANTUNG
Secara garis besar jantung dibagi dalam dua bagian yaitu kanan dan kiri yang masing-masing terdiri dari dua bagian pula yaitu atrium dan ventrikel.
Jantung bagian kanan berhubungan dengan fungsi pertukaran gas oksigen
dan karbondioksida di paru-paru dimana jantung kananlah yang memompa
darah ke paru-paru. Sedangkan jantung kiri berhubungan dengan fungsi
peredaran darah ke seluruh tubuh karena jantung kiri yang memompa darah
ke seluruh tubuh.
Keterangan diagram:
|
Atrium kanan jantung menerima aliran darah balik dari seluruh tubuh. Atrium kiri jantung menerima darah dari paru-paru. Ventrikel kanan memompa darah ke paru-paru. Sedangkan ventrikel kiri memompa darah ke seluruh tubuh.
Katup jantung . Pada masing-masing bagian jantung, atrium dan ventrikel dipisahkan oleh suatu katup yang berfungsi mencegah baliknya aliran darah dari ventrikel ke atrium yang secara normal darah mengalir dari atrium ke ventrikel. Bunyi jantung yang bisa kita dengarkan melalui alat stetoskop atau melalui telinga yang ditempelkan di dada timbul akibat menutupnya katup ini.
PEMBULUH DARAH JANTUNG
Jantung
merupakan suatu organ yang terdiri atas otot. Otot-otot jantung inilah
yang berkontraksi memompakan darah ke seluruh tubuh. Kontraksi otot
jantung yang terjadi membutuhkan energi dan oksigen dari dalam darah itu
sendiri. Darah tersebut dialirkan ke jantung melalui pembuluh darah
koroner (koronaria). Pembuluh darah koroner menempel pada dinding luar jantung.
PENGATURAN KERJA JANTUNG
Kerja
jantung dalam memompakan darah diatur secara otomatis tanpa harus kita
kendalikan. Jika tubuh membutuhkan lebih banyak oksigen misalnya pada
saat melakukan aktivitas fisik berat maka secara otomatis jantung akan
memompa lebih sering (frekuensi meningkat) dan lebih kuat. Begitu juga
sebaliknya frekuensi jantung menurun saat istirahat.
Sistem
pengaturan otomatis ini dikendalikan oleh sistem saraf otonom. Saraf
otonom terdiri dari saraf simpatis dan parasimpatis. Saraf simpatis
meningkatkan kerja jantung sedangkan saraf parasimpatis sebaliknya,
dapat menghambat kerja jantung.
Wednesday, October 12, 2011
Koma Hiperglikemia Hiperosmolar Non Ketotik
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Diabetes
Mellitus adalah keadaan hiperglikemi kronik yang disertai berbagai
kelainan metabolik akibat gangguan hormonal yang menimbulkan berbagai
komplikasi kronik pada mata, ginjal, saraf dan pembuluh darah, disertai
lesi pada membran basalis dengan mikroskop elektron (Mansjoer dkk,1999).
Diabetes yang tidak disadari dan tidak diobati dengan
tepat atau diputus akan memicu timbulnya penyakit berbahaya dan memicu
terjadinya komplikasi. Komplikasi yang diakibatkan kadar gula yang terus
menerus tinggi dan merupakan penyulit dalam perjalanan penyakit
diabetes mellitus salah satunya adalah Hiperglikemia Hiperosmolar Non
Ketotik Hiperglikemia
Ditemukan
85% pasien KHNK mengidap penyakit ginjal atau kardiovaskuler, pernah
juga ditemukan pada penyakit akromegali, tirotoksikosis, dan penyakit
Chusing. Pasien KHNK kebanyakan usianya tua dan seringkali mempunyai
penyakit lain. Sindrom koma hiperglikemik hiperosmolar non ketosis
penting diketahui karena kemiripannya dan perbedaannya dari ketoasidosis
diabetik berat dan merupakan diagnosa banding serta perbedaan dalam
penatalaksanaan (Hudak dan Gallo).
Pasien
yang mengalami sindrom koma hipoglikemia hiperosmolar nonketosis akan
mengalami prognosis jelek. Komplikasi sangat sering terjadi dan angka
kematian mencapai 25%-50%.
B. TUJUAN
1. Tujuan dari makalah kami ini adalah :
a. Mengetahui pengertian Koma Hiperglikemia Hiperosmolar Non Ketotik.
b. Mengetahui etiologi dari Koma Hiperglikemia Hiperosmolar Non Ketotik.
c. Mengetahui manifestasi klinik dari Koma Hiperglikemia Hiperosmolar Non Ketotik.
d. Mengetahui diagnosis Koma Hiperglikemia Hiperosmolar Non Ketotik.
e. Mengetahui tindakan kritis pada pasien dengan Koma Hiperglikemia Hiperosmolar Non Ketotik.
f. Mengetahui penatalaksaan medis Koma Hiperglikemia Hiperosmolar Non Ketotik.
g. Mengetahui pemeriksaan penunjang medis Koma Hiperglikemia Hiperosmolar Non Ketotik.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. PENGERTIAN
Hiperglikemia
Hiperosmolar Non Ketotik adalah suatu komplikasi akut dari diabetes
melitus di mana penderita akan mengalami dehidrasi berat, yang bisa
menyebabkan kebingungan mental, pusing, kejang dan suatu keadaan yang
disebut koma. Ini terjadi pada penderita diabetes tipe II (www.wikipedia.com)
Hyperglikemia,
Hiperosmolar Non Ketogenik adalah sindrom berkaitan dengan kekurangan
insulin secara relative, paling sering terjadi pada panderita NIDDM.
Secara klinik diperlihatkan dengan hiperglikemia berat yang
mengakibatkan hiperosmolar dan dehidrasi, tidak ada ketosis/ada tapi
ringan dan gangguan neurologis
Hiperglikemik
Hiperosmolar Non Ketosis adalah keadaan koma akibat dari komplikasi
diabetes melitus di mana terjadi gangguan metabolisme yang menyebabkan:
kadar gula darah sangat tinggi, meningkatkan dehidrasi hipertonik dan
tanpa disertai ketosis serum, biasa terjadi pada DM tipe II.
Koma
Hiperosmolar Hiperglikemik NonKetotik ialah suatu sindrom yang ditandai
dengan hiperglikemia berat, hiperosmolar, dehidrasi berat tanpa
ketoasidosis, disertai penurunan kesadaran (Mansjoer, 2000).
Menurut Hudak dan Gallo (edisi VI) koma hiperosmolar adalah komplikasi dari diabetes yang ditandai dengan :
1. Hiperosmolaritas dan kehilangan cairan yang hebat.
2. Asidosis ringan.
3. Sering terjadi koma dan kejang lokal.
4. Kejadian terutama pada lansia.
5. Angka kematian yang tinggi.
B. ETIOLOGI
1. Insufisiensi insulin
a. DM, pankreatitis, pankreatektomi
b. Agen pharmakologic (phenitoin, thiazid)
2. Increase exogenous glukose
a. Hiperalimentation (tpn)
b. High kalori enteral feeding
3. Increase endogenous glukosa
a. Acute stress (ami, infeksi)
b. Pharmakologic (glukokortikoid, steroid, thiroid)
4. Infeksi: pneumonia, sepsis, gastroenteritis.
5. Penyakit akut: perdarahan gastrointestinal, pankreatitits dan gangguan kardiovaskular.
6. Pembedahan/operasi.
7. Pemberian cairan hipertonik.
8. Luka bakar.
Faktor risiko:
1. Kelompok usia dewasa tua (>45 tahun)
2. Kegemukan (BB(kg)>120% BB idaman, atau IMT>27 (kg/m2)
3. Tekanan darah tinggi (TD > 140/90 mmHg)
4. Riwayat keluarga DM
5. Riwayat kehamilan dengan BB lahir bayi > 4000 gram
6. Riwayat DM pada kehamilan
7. Dislipidemia (HDL<35 mg/dl dan/atau trigliserida>250 mg/dl)
8. Pernah TGT (Toleransi Glukosa Terganggu) atau GDPT (Glukosa Darah Puasa Terganggu)
C. MANIFESTASI KLINIK
Tanda
dan gejala umum pada klien dengan KHNK adalah haus, kulit terasa hangat
dan kering, mual dan muntah, nafsu makan menurun (penurunan berat
badan), nyeri abdomen, pusing, pandangan kabur, banyak kencing, mudah
lelah, polidipsi, poliuria, penurunan kesadaran, (www.tabloid-nakita.com).
Gejala-gejala meliputi :
1. Agak mengantuk, insiden stupor atau sering koma.
2. Poliuria selam 1 -3 hari sebelum gejala klinis timbul.
3. Tidak ada hiperventilasi dan tidak ada bau napas.
4. Penipisan volume sangat berlebihan (dehidrasi, hipovolemi).
5. Glukosa serum mencapai 600 mg/dl sampai 2400 mg/dl.
6. Kadang-kadang terdapat gejala-gejala gastrointestinal.
7. Hipernatremia.
8. Kegagalan mekanisme haus yang mengakibatkan pencernaan air tidak adekuat.
9. Osmolaritas serum tinggi dengan gejala SSP minimal (disorientasi, kejang setempat).
10. Kerusakan fungsi ginjal.
11. Kadar HCO3 kurang dari 10 mEq/L.
12. Kadar CO2 normal.
13. Celah anion kurang dari 7 mEq/L.
14. Kalium serum biasanya normal.
15. Tidak ada ketonemia.
16. Asidosis ringan.
D. PATOFISIOLOGI
Sindrome
Hiperglikemia Hiperosmolar Non Ketotik mengambarkan kekurangan hormon
insulin dan kelebihan hormon glukagon. Penurunan insulin menyebabkan
hambatan pergerakan glukosa ke dalam sel, sehingga terjadi akumulasi
glukosa di plasma. Peningkatan hormon glukagon menyebabkan
glycogenolisis yang dapat meningkatkan kadar glukosa plasma. Peningkatan
kadar glukosa mengakibatkan hiperosmolar. Kondisi hiperosmolar serum
akan menarik cairan intraseluler ke dalam intra vaskular, yang dapat
menurunkan volume cairan intraselluler. Bila klien tidak merasakan
sensasi haus akan menyebabkan kekurangan cairan.
Tingginya
kadar glukosa serum akan dikeluarkan melalui ginjal, sehingga timbul
glycosuria yang dapat mengakibatkan diuresis osmotik secara berlebihan (
poliuria ). Dampak dari poliuria akan menyebabkan kehilangan cairan
berlebihan dan diikuti hilangnya potasium, sodium dan phospat.
Akibat
kekurangan insulin maka glukosa tidak dapat diubah menjadi glikogen
sehingga kadar gula darah meningkat dan terjadi hiperglikemi. Ginjal
tidak dapat menahan hiperglikemi ini, karena ambang batas untuk gula
darah adalah 180 mg% sehingga apabila terjadi hiperglikemi maka ginjal
tidak bisa menyaring dan mengabsorbsi sejumlah glukosa dalam darah.
Sehubungan dengan sifat gula yang menyerap air maka semua kelebihan
dikeluarkan bersama urine yang disebut glukosuria. Bersamaan keadaan
glukosuria maka sejumlah air hilang dalam urine yang disebut poliuria.
Poliuria mengakibatkan dehidrasi intra selluler, hal ini akan merangsang
pusat haus sehingga pasien akan merasakan haus terus menerus sehingga
pasien akan minum terus yang disebut polidipsi. Perfusi ginjal menurun
mengakibatkan sekresi hormon lebih meningkat lagi dan timbul
hiperosmolar hiperglikemik.
Produksi
insulin yang kurang akan menyebabkan menurunnya transport glukosa ke
sel-sel sehingga sel-sel kekurangan makanan dan simpanan karbohidrat,
lemak dan protein menjadi menipis. Karena digunakan untuk melakukan
pembakaran dalam tubuh, maka klien akan merasa lapar sehingga
menyebabkan banyak makan yang disebut poliphagia.
Kegagalan
tubuh mengembalikan ke situasi homestasis akan mengakibatkan
hiperglikemia, hiperosmolar, diuresis osmotik berlebihan dan dehidrasi
berat. Disfungsi sistem saraf pusat karena ganguan transport oksigen ke
otak dan cenderung menjadi koma.
Hemokonsentrasi
akan meningkatkan viskositas darah dimana dapat mengakibatkan
pembentukan bekuan darah, tromboemboli, infark cerebral, jantung.
E. DIAGNOSIS
Kriteria .diagnosis KHNK adalah :
· Hiperglikemia > 600 mg%
· Osmolalitas serum > 350 mOsm/ kg
· pH > 7,3
· Bikarbonat serum > 15 mEq/L
· Anioan gap normal
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan
laboratorium sangat membantu untuk membedakan dengan ketoasidosis
diabetic. Kadar glukosa darah > 600 mg%, aseton negative, dan
beberapa tambahan yang perlu diperhatikan : adanya hipertermia,
hiperkalemia, azotemia, kadar blood urea nitrogen (BUN): kreatinin = 30 :
1 (normal 10:1), bikarbonat serum > 17,4 mEq/l. Bila pemeriksaan
osmolalitas serum belum dapat dilakukan, maka dapat dipergunakan formula
:
G. PENATALAKSANAAN MEDIS
Pengobatan :
1. Pengobatan utama adalah rehidrasi dengan mengunkan cairan
NACL
bisa diberikan cairan isotonik atau hipotonik ½ normal diguyur 1000
ml/jam sampai keadaan cairan intravaskular dan perfusi jaringan mulai
membaik, baru diperhitungkan kekurangan dan diberikan dalam 12-48 jam.
Pemberian cairan isotonil harus mendapatkan pertimbangan untuk pasien
dengan kegagalan jantung, penyakit ginjal atau hipernatremia.
Gklukosa
5% diberikan pada waktu kadar glukosa dalam sekitar 200-250 mg%. Infus
glukosa 5% harus disesuaikan untuk mempertahankan kadar glukosa darah
250-300 mg% agar resiko edema serebri berkurang.
2. Insulin
Pada
saat ini para ahli menganggap bahwa pasien hipersemolar hiperglikemik
non ketotik sensitif terhadap insulin dan diketahui pula bahwa
pengobatan dengan insulin dosis rendah pada ketoasidosis diabetik sangat
bermanfaat. Karena itu pelaksanaan pengobatan dapat menggunakan skema
mirip proprotokol ketoasidosis diabetik.
3. Kalium
Kalium
darah harus dipantau dengan baik.. Dengan ditiadakan asidosis,
hiperglikemia pada mulanya mungkin tidak ada kecuali bila terdapat gagal
ginjal. Kekurangan kalium total dan terapi kalium pengganti lebih
sedikit dibandingkan KAD. Bila terdapat tanda fungsi ginjal membaik,
perhitungan kekurangan kalium harus segera diberikan.
4. Hindari infeksi sekunder
Hati-hati dengan suntikan, permasalahan infus set, kateter
Tidak ada komentar:
Posting Komentar